Postingan ini membahas pembahasan contoh soal bunga majemuk. Pada bunga majemuk, untuk menghitung besar bunga pada periode selanjutnya dilakukan dengan menjumlahkan besar bunga pada periode awal dengan bunga awal, demikian juga untuk periode selanjutnya. Beberapa istilah yang terkait dengan konsep bunga majemuk antara lain frekuensi penggabungan, periode bunga dan banyaknya periode bunga. Frekuensi penggabungan adalah banyaknya penggabungan
bunga dengan modal dalam waktu satu tahun. Periode bunga adalah selang waktu antara dua penggabungan bunga dengan modal yang berurutan. Periode bunga dihitung dalam jangka waktu bulanan, semesteran atau tahunan. Cara menghitung bunga majemuk menggunakan rumus dibawah ini. Keterangan:
Untuk lebih jelasnya, dibawah ini diberikan beberapa contoh soal bunga majemuk dan pembahasannya. Contoh soal 1 Pak Burhan meminjamkan modalnya sebesar Rp 15.000.000,00 dan harus dikembalikan dalam jangka waktu 5 tahun. Berapakah modal yang diterima Pak Burhan dari debiturnya jika diberlakukan bunga majemuk dengan suku bunga 5% per tahun. Pembahasan Pada soal ini diketahui:
Cara menjawab soal ini dengan menggunakan rumus bunga majemuk:
Contoh soal 2 Contoh soal 2 bunga majemukPembahasan Pada soal diatas diketahui:
Cara menjawab soal ini sebagai berikut:
Soal ini jawabannya D. Contoh soal 3 Contoh soal 3 bunga majemukPembahasan Untuk menjawab soal ini, karena pembayaran dilakukan setiap awal bulan maka kita gunakan rente pranumerando. Pada soal diatas diketahui:
Cara menjawab soal ini sebagai berikut: Na = M ( 1 + i i [(1 + i)n – 1)]Na = Rp 50.000,00 ( 1 + 0,005 0,005 [(1 + 0,005)14 – 1)]Na = Rp 50.000,00 (201) (0,07232113192) Na = 726.827,38 Jadi soal ini jawabannya B. Related posts:Dalam dunia keuangan dikenal istilah bunga majemuk (bunga berbunga) yakni bunga yang penghitungannya mengacu pada modal awal dan akumulasi bunga yang dibebankan pada periode sebelumnya. Dengan begitu, bunga tersebut tidak memiliki nilai yang tetap pada tiap periodenya. Penghitungan semacam itu memberikan keuntungan yang lebih banyak bagi pihak penyedia dana. Namun, bukan berarti Anda sebagai nasabah lantas akan dirugikan. Sistem bunga berbunga justru penting diketahui apalagi kalau Anda berniat memulai investasi. Rumus Bunga MajemukBesaran bunga pada jangka waktu tertentu dapat dihitung menggunakan rumus berikut ini: Na = Nt (1 + i)n Berdasarkan rumus tersebut, maka dapat dibaca bahwa modal awal yang Anda miliki (Nt) dibebani bunga sebesar sekian persen (i) tiap bulan. Maka, setelah (n) bulan besar nilai akhir (Na) menjadi dapat diketahui. Kemudian, apabila Anda ingin menghitung besaran bunga kumulatif, rumus yang dipakai yaitu: In = Na - Nt In = Nt (1 + i)n - Nt = Nt ((1 + i)n – 1) Sedangkan rumus untuk mengetahui bunga pada akhir tahun ke-n adalah: Na = Nt (1 + i/m)mn Keterangan rumus: Nt: Nilai tunai atau modal Contoh Soal Bunga MajemukMemahami rumus memang sebaiknya dengan menggunakannya secara langsung agar lebih paham. Berikut beberapa contoh soal yang menerapkan rumus tersebut untuk menghitung besaran bunga: 1. Apabila Bu Damar memiliki modal sebesar Rp200.000 dengan bunga majemuk 4,5% setiap triwulan selama 3,5 tahun, maka berapa nilai akhir dari modal milik Bu Damar? Terlebih dahulu ubah satuan triwulan menjadi tahun, dengan cara: 1 triwulan = 3 bulan, berarti 1 tahun = 4 triwulan Setelah itu, untuk mendapatkan nilai n maka kalikan 4 triwulan dengan 3,5 tahun 4 x 3,5 = 14, sehingga nilai n = 14 Kemudian, baru masuk ke rumus: Na = Nt (1 + i)n Na = 200.000 (1 + 0,045)14 Na = 200.000 (1,045)14 = 370.388,98 Jadi, nilai akhir yang dipunyai Bu Damar sebanyak Rp370.388,98 2. Pak Dani mendapat pinjaman sebesar Rp2.000.000 dengan bunga majemuk per bulannya 2%. Berapakah nilai akhir yang dimiliki setelah 5 bulan? Diketahui: nilai tunai (Nt) = Rp2.000.000 Kemudian yang ditanyakan adalah besaran nilai akhir (Na), maka penghitungannya menjadi: Na = Nt (1 + i)n Na = 2.000.000 (1 + 0,02)5 Na = 2.000.000 (1,02)5 Na = 2.208.161 Jadi, modal akhir milik Pak Dani sebesar Rp2.208.161 3. Ibu melakukan deposit ke bank sebanyak Rp20.000.000 selama 10 tahun. Besaran suku bunga majemuk per tahun sebesar 5%. Berapakah bunga yang Ibu peroleh pada tahun ke-10? Diketahui: Nt= Rp20.000.000 Penghitungannya menjadi: In = [(1 + i)n – (1 + i)n-1] Nt In = [(1 + 0,05)10 – (1+ 0,05)10-1] 20.000.000 In = [(1.05)10 – (1,05)9] 20.000.000 = [1,63 – 1,55] 20.000.000 = 1.600.000 4. Modal sebesar Rp5.000.000 akan dibayarkan 10 tahun lagi dengan bunga sebanyak 6% per tahun. Berapakah nilai tunai dari modal tersebut? Diketahui: Na
= Rp5.000.000 Maka, penghitungan yang digunakan yaitu: Nt= Na/(1+i)n = 5.000.000/(1+0,06)10 = 5.000.000/1,790847697 = 2.791.973 Dengan begitu, nilai tunai yang diperoleh sebesar Rp2.791.973 Tabel Bunga MajemukDisebut dengan majemuk karena besaran bunganya selalu mengalami perubahan pada periode tertentu. Pengaruh utamanya adalah banyaknya nominal pinjaman maupun simpanan yang dimiliki. Sebagai contoh, Anda menabung di bank sebanyak Rp10.000.000 dengan suku bunga 10%. Maka, suku bunga yang didapat dari tahun ke tahun seperti yang ada pada tabel berikut:
Perbedaan Bunga Tunggal dan Bunga MajemukDalam bidang ekonomi, kita juga mengenal istilah bunga tunggal, selain daripada bunga majemuk. Pada intinya, pengertian bunga tunggal adalah suku bunga yang nilainya tetap. Berikut beberapa perbedaan yang signifikan antara bunga tunggal dengan bunga majemuk:
Pastikan juga pendapatan Anda mampu mengimbangi besaran angsuran dan bunga. Apabila jumlah tagihan lebih besar tentu akan kerepotan dalam melunasi nantinya. |