Pengertian Sapta Timira merupakan dua kata yang berasal dari bahasa Sanksekerta yakni Sapta (tujuh) dan Timira (gelap atau suram). Apabila dijelaskan berdasarkan istilahnya, dalam ajaran agama Hindu sapta timira diartikan sebagai tujuh kegelapan yang ada dalam diri manusia yang mampu menyebabkan seseorang menjadi suram, mabuk, ataupun lupa diri.
Sapta timira dapat diartikan sebagai sifat-sifat buruk terkait beberapa aspek yang perlu dihindari oleh manusia, khususnya bagi penganut agama Hindu. Pasalnya ajaran untuk mengindarkan diri dari sapta timira tersebut perlu diamalkan oleh umat manusia terlebih lagi bagi pemeluk agama Hindu.
Macam-Macam Sapta Timira yang Harus Dihindari Umat Hindu
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, sapta timira adalah tujuh kegelapan atau tujuh aspek buruk yang mampu membawa manusia dalam kegelapan. Dikutip dari buku Sanatana Dharma: Buku Penunjang Pendidikan Agama Hindu, Made Urip Dharmaputra (2020: 38), berikut adalah tujuh macam sapta timira yang perlu dikendalikan agar manusia tidak terbawa ke dalam kegelapan.
Surupa, yakni kecantikan atau ketampanan. Memiliki paras yang cantik dan tampan adalah anugerah yang perlu disyukuri dan tidak boleh disalahgunakan. Manusia tidak boleh menyombongkan kecantikan atau ketampanan parasnya untuk melakukan hal-hal negatif, sebaliknya harus cantik dan tampan pula hatinya agar tidak terbawa dalam kegelapan yang menjerumuskan.
Dhana, yakni kekayaan. Kekayaan yang dimiliki oleh seseorang bisa saja menimbulkan sifat riya, sombong, lupa diri, foya-foya ataupun meremehkan orang lain apabila orang tersebut tidak bisa mengendalikan diri. Oleh karena itu, siapapun yang memiliki harta atau kekayaan, maka manfaaatkanlah karunia tersebut untuk hal-hal yang baik dan bermanfaat.
Guna, yaitu kepandaian. Seseorang yang merasa dirinya pandai bisa saja akan bersikap sombong dan merendahkan orang lain. Hal tersebut termasuk sisi gelap yang perlu dilawan oleh manusia. Oleh karena itu, manusia diharapkan selalu memanfaatkan kepandaian tersebut untuk hal baik dan tidak menjadikannya sebagai sosok yang sombong.
Kulina, yaitu keturunan atau kebangsawanan. Status kebangsawanan atau keturunan terhormat yang melekat pada diri seseorang berpotensi untuk menimbulkan sifat arogan serta merendahkan derajat oran lain. Oleh karena itu, sifat sombong atas kulina harus bisa dikendalikan sebab setiap manusia memiliki derajat yang sama di mata Tuhan sehingga kita bisa saling menghargai dan menghormati.
Yowana, yaitu masa muda atau keremajaan. Masa muda atau masa remaja banyak dianggap sebagai masa yang penuh kebebasan dan kesenangan, oleh karenanya tidak jarang pula beberapa remaja yang terjerumus dalam hal-hal yang kurang baik seperti ikut tawuran, seks bebas, narkoba, dan lain sebagainya. Yowana merlu dikendalikan agar manusia bisa menjalani masa remajanya dengan hal-hal yang lebih bermanfaat dan mampu menyukseskan kehidupannya di masa depan.
Sura, yaitu minuman keras. Hal yang harus dihindari oleh manusia ialah mengonsumsi minuman keras, sebab mabuk mampu membuat manusia menjadi lupa diri dan hilangan kesadaran. Apabila manusia mabuk, maka ia bisa saja melakukan hal-hal buruk di luar kendalinya mulai dari mencuri, membunuh, atau berbuat asusila lainnya. Oleh karena itu manusia harus menghindarkan dirinya dari kebiasaan meminum miras.
Kasuran, yaitu keberanian, kekuatan, dan kemenangan. Memiliki sifat kuat dan berani adalah hal yang baik, namun hal tersebut tetap berpotensi untuk menciptakan hal buruk apabila kita merasa sombong dan terlalu membanggakan diri atas kekuatan serta keberanian tersebut. oleh karena itu, manusia harus tetap rendah hati dan tidak meremehkan orang lain atas keberanian, kekuatan, dan kemenangan yang ia miliki.
Dengan memahami apa saja macam-macam sapta timira di atas, semoga umat manusia khususnya umat Hindu bisa senantiasa mengendalikan diri dari sikap arogan dan tinggi hati atas karunia Tuhan yang ia miliki sehingga pikiran dan hatinya dapat terhindar dari kegelapan dan hal-hal negatif lainnya. (HAI)