Unsur pertunjukan teater yang memberikan keindahan dan mempertegas makna lakon yang di

brainly.co.id needs to review the security of your connection before proceeding.

Hello, Kali ini saya akan membahas tentang Pertunjukan teater. Teater merupakan seni pertunjukan yang membutuhkan kerja sama yang tinggi dari semua pihak yang terlibat.

   Dalam teater terkadang terdapat pesan moral ataupun kritik social yang ingin disampaikan kepada masyarakat. Kritik tersebut dikemas dalam bahasa teater sehingga tetap enak untuk dinikmati sebagai pertunjukan yang menghibur sekaligus mendidik.

   Teater mengajarkan kita untuk mempunyai sikap disiplin, saling menghargai, bekerja sama, tenggung jawab dan lain – lain.

A.  Definisi Seni Teater

   Teater berasal dari kata yunani, “theatron” (bahasa inggris, Seeing Place) yang artinya tempat atau gedung pertunjukan. Dalam perkembanganya, dalam pengetian lebih luas kata teater diartikan sebagai segala hal yang dipertunjukan didepan orang banyak. Dengan demikian, dalam rumusan sederhanan teater adalah pertunjukan, misalnya ketoprak, ludruk, wayang, wayang wong, sintren, janger, mamanda, dagelan, sulap, acrobat, dan lain sebagainya.

B.  Unsur – unsur pembentuk Seni Teater

   Unsur utama teater adalah naskah lakon, sutradara, pemain dan penonton. Tanpa keempat unsur tersebut pertunjukan teater tidak bias di wujudkan. Untuk mendukung unsur pokok tersebut diperlukan unsur tata artistic yang memberikan keindahan dan mempertegas makana lakon yang dipentaskan.

1.   Naskah Lakon

   Naskah lakon merupakan bentuk tertulis dari cerita drama yang baru akan menjadi karya teater setelah divisualisasikan ke dalam pementasan.

2.   Sutradara

   Sutradara merupakan orang yang memimpin dan mengatur sebuah teknik pembuatan atau pementasan teater/drama dan merupakan menanggung jawab proses transformasi naskah lakon ke bentuk pemanggungan. Menurut Harymawan (1993) ada beberapa tipe sutradara dalam menjalankan penyutradaraannya, yaitu :

a.   Sutradara Konseptor

   Ia menentukan pokok penafsiran dan menyarankan konsep penafsiranya kepada pemain. Pemain dibiarkan mengembangkan konsep itu secara kreatif, tetapi terikat kepada pokok penafsiran tersebut.

b.   Sutradara Diktator

   Ia mengharapkan pemain dicetak seperti dirinya sendiri, tidak ada konsep penafsiran dua arah ia mendambakan seni sebagai dirinya, sementara pemain dibentuk menjadi robot – robot.

c.   Sutrada Koordinator

   Ia menempatkan diri sebagai pengarah atau polisi lalu lintas yang mengkoordinasikan pemain dengan konsep pokok penafsirannya.

d.   Sutradara Paternalis

   Ia bertindak sebagai guru atau suhu yang mengamalkan ilmu bersamaan dengan mengasuh batin para anggotanya. Teater disamakan dengan padepokan, sehingga pemain adalah cantrik yang harus setia pada sutradara.

3.   Pemain

   Pemain adalah alat untuk memeragakan tokoh tapi bukan sekedar alat yang harus tunduk pada naskah. Pemain mempunyai wewenang membuat refleksi dari naskah melalui dirinya.

Macam – macam peran antara lain :

a.   Peran utama yaitu peran yang menjadi pusat perhatian penonton dalam suatu kisah.

b.   Peran pembantu yaitu peran yang tidak menjadi pusat perhatian.

c.   Peran tambahan/figuran yaitu peran yang diciptakan untuk memperkuat gambar suasana.

4.   Penonton

   Kelompok penonton dalam sebuah pementasan adalah suatu komposisi organisme kemanusiaan yang peka.

5.   Tata Artistik

   Tata artistic merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari teater. Unsur – unsur artistic disini meliputi tata panggung, tata busana, tata cahaya, tata rias, tata suara, tata music yang dapat membantu pementasan menjadu sempurna sebagai pertunjukan.

a.   Tata panggung adalah pengaturan pemandangan dipanggung selama pementasan berlangsung. Tujuannya tidak sekedar supaya permainan bias dilihat penonton tetapi juga menghidupkan pemeran dan suasana panggung.

b.   Tata cahaya atau lampu adalah pengaturan pencahayaan di daerah sekitar panggung yang fungsinya untuk menghidupkan permainan dan suasana lakon yang dibawakan, sehingga menimbulkan suasana istimewa.

c.   Tata music adalah pengaturan music yang mengiringi pementasan teater yang berguna untuk memberi penekanan pada suasana permainan dan mengiringi pergantian babak dan adegan.

d.   Tata suara adalah pengaturan keluaran suara yang dihasilakan dari berbagai macam sumber bunyi seperti : suara actor, efek suasana dan music. Tata suara diperlukan untuk menghasilkan harmoni.

e.   Tata rias dan tata busana adalah pengaturan rias dan busana yang dikenakan pemain. Gunanya untuk menonjolkan watak peran untuk dimainkan, dan bentuk fisik pemain bisa terlihat jelas penonton.

Demikianlah pembahasan tentang pertunjukan teater, semoga bermanfaat. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan. Pembuatan artikel ini diambil dari catatan saya disekolah.


Thank’s for Reading.

Dalam khasanah teater dewasa ini dapat disimpulkan unsur utama teater adalah naskah lakon, sutradara, pemain, dan penonton. Tanpa keempat unsur tersebut pertunjukan teater tidak bisa diwujudkan. Untuk mendukung unsur pokok tersebut diperlukan unsur tata artistik yang memberikan keindahan dan mempertegas makna lakon yang dipentaskan

Naskah Lakon

Salah satu ciri teater modern adalah digunakannya naskah lakon yang  merupakan bentuk tertulis dari cerita drama yang baru akan menjadi karya teater setelah divisualisasikan kedalam pementasan. Naskah Lakon pada dasarnya adalah karya sastra dengan media bahasa kata. Mementaskan drama berdasarkan naskah drama berarti memindahkan karya seni dari media bahasa kata ke media bahasa pentas. Dalam visualisasi tersebut karya sastra kemudian berubah esensinya menjadi karya teater. Pada saat transformasi inilah karya sastra bersinggungan dengan komponen-komponen teater, yaitu sutradara, pemain, dan tata artistik.  Naskah lakon sebagaimana karya sastra lain, pada dasarnya mempunyai struktur yang jelas, yaitu tema, plot, setting, dan tokoh. Akan tetapi,  naskah lakon  yang khusus dipersiapkan untuk dipentaskan  mempunyai struktur lain yang spesifik. Struktur ini pertama kali di rumuskan oleh Aristoteles yang membagi menjadi lima bagian besar, yaitu eksposisi (pemaparan), komplikasi, klimaks, anti klimaks atau resolusi, dan konklusi (catastrope). Kelima bagian tersebut pada perkembangan kemudian tidak diterapkan secara kaku, tetapi lebih bersifat fungsionalistik.

Sutradara

Di Indonesia penanggung jawab proses transformasi naskah lakon ke bentuk pemanggungan adalah sutradara yang merupakan pimpinan utama kerja kolektif sebuah teater. Baik buruknya pementasan teater sangat ditentukan oleh kerja sutradara, meskipun unsur–unsur lainnya juga berperan tetapi masih berada di bawah kewenangan sutradara.

Sebagai pimpinan, sutradara selain bertanggung jawab terhadap kelangsungan proses terciptanya pementasan juga harus bertanggung jawab terhadap masyarakat atau penonton. Meskipun dalam tugasnya seorang sutradara dibantu oleh stafnya dalam menyelesaikan tugas– tugasnya  tetapi sutradara tetap merupakan penanggung jawab utama. Untuk itu sutradara dituntut mempunyai pengetahuan yang luas agar mampu mengarahkan pemain untuk mencapai kreativitas maksimal dan dapat mengatasi kendala teknis yang timbul dalam proses penciptaan.   Sebagai seorang pemimpin, sutradara harus mempunyai pedoman yang pasti sehingga bisa mengatasi kesulitan yang timbul. Menurut Harymawan (1993) Ada beberapa tipe sutradara dalam menjalankan penyutradaraanya, yaitu:

Sutradara konseptor. Ia menentukan pokok penafsiran dan menyarankan konsep penafsiranya kepada pemain. Pemain dibiarkan mengembangkan konsep itu secara kreatif. Tetapi juga terikat kepada pokok penafsiran tsb.

Sutradara diktator. Ia mengharapkan pemain dicetak seperti dirinya sendiri, tidak ada konsep penafsiran dua arah ia mendambakan seni sebagai dirinya, sementara pemain dibentuk menjadi robot – robot yang tetap buta tuli.

Sutradara koordinator. Ia menempatkan diri sebagai pengarah atau polisi lalulintas yang mengkoordinasikan pemain dengan konsep pokok penafsirannya.

Sutradara paternalis. Ia bertindak sebagai guru atau suhu yang mengamalkan ilmu bersamaan dengan mengasuh batin para anggotanya.Teater disamakan dengan padepokan, sehingga pemain adalah cantrik yang harus setia kepada sutradara.

Pemain

Untuk mentransformasikan naskah di atas panggung dibutuhkan pemain yang mampu menghidupkan tokoh dalam naskah lakon menjadi sosok yang nyata. Pemain adalah alat untuk memeragakan tokoh. tetapi bukan  sekedar alat yang harus tunduk kepada naskah. Pemain mempunyai wewenang membuat refleksi dari naskah melalui dirinya. Agar bisa merefleksikan tokoh menjadi sesuatu yang hidup, pemain dituntut menguasai  aspek-aspek pemeranan yang  dilatihkan secara khusus, yaitu jasmani (tubuh/fisik), rohani (jiwa/emosi), dan intelektual. Memindahkan naskah lakon ke dalam panggung melalui media pemain tidak sesederhana mengucapkan kata – kata yang ada dalam naskah lakon  atau sekedar memperagakan keinginan penulis  melainkan proses pemindahan  mempunyai karekterisasi tersendiri, yaitu harus menghidupkan bahasa kata (tulis) menjadi bahasa pentas (lisan).

Penonton

Tujuan terakhir suatu pementasan lakon adalah penonton. Respon penonton atas lakon akan menjadi suatu respons melingkar, antara penonton dengan pementasan. Banyak sutradara yang kurang memperhatikan penonton dan menganggapnya sebagai kelompok konsumsi yang bisa menerima begitu saja apa yang disuguhkan sehingga jika terjadi suatu kegagalan dalam pementasan penonton dianggap sebagai penyebabnya karena mereka tidak mengerti atau kurang terdidik untuk memahami sebuah pementasan.

Kelompok penonton pada sebuah pementasan adalah suatu komposisi organisme kemanusiaan yang peka. Mereka pergi menonton karena ingin memperoleh kepuasan, kebutuhan, dan  cita-cita. Alasan lainnya untuk tertawa, untuk menangis, dan untuk digetarkan hatinya, karena terharu akibat dari hasrat ingin menonton. Penonton meninggalkan rumah, antri karcis dan membayar biaya masuk dan lainlain karena teater adalah dunia ilusi dan imajinasi. Membebaskan pola rutin kehidupan selama waktu dibuka hingga ditutupnya tirai untuk memuaskan hasrat jiwa khayalannya.  Eksistensi teater tidak mengenal batas kedudukan manusia. Secara ilmiah, manusia memiliki kekuatan menguasai sikap dan tindakannya. Tindakannya pergi ke teater disebabkan oleh keinginan dan kebutuhan berhubungan dengan sesama. Sehingga menempuh jalan sebagai berikut :

Bertemu dengan orang lain yang menonton teater. Teater merupakan suatu lembaga sosial.

Memproyeksikan diri dengan peranan-peranan yang melakonkan hidup dan kehidupan di atas pentas secara khayali. Teater adalah salah satu cara proses interaksi sosial   Dalam memandang suatu karya seni penonton hendaklah mampu memelihara adanya suatu objektivitas artistik. Ini bisa tercapai dengan menentukan jarak estetik (aestetic distance) sehubungan dengan karya seni yang dihayatinya. Pemisahan yang dimaksud, antara penonton dan yang ditonton, pada seni teater diusahakan dengan jalan: Menciptakan penataan yang tepat atas auditorium dan pentas, Adanya batas artistik proscenium sebagai bingkai gambar dan Pentas yang terang dan auditorium yang gelap.  Semua itu akan membantu kedudukan penonton sehingga memungkinkan untuk melakukan perenungan.

Tata Artistik

Tata artistik merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari teater. Pertunjukan teater menjadi  tidak utuh tanpa adanya tata artistik yang mendukungnya. Unsur artistik disini meliputi tata panggung , tata busana, tata cahaya, tata rias, tata suara, tata musik yang dapat membantu pementasan menjadi sempurna sebagai pertunjukan. Unsurunsur artistik menjadi lebih berarti apabila sutradara dan penata artistik mampu memberi makna kepada bagian-bagian tersebut sehingga unsurunsur tersebut tidak hanya sebagai bagian yang menempel atau mendukung, tetapi lebih dari itu merupakan kesatuan yang utuh dari sebuah pementasan.   Tata panggung adalah  pengaturan pemandangan di panggung selama pementasan berlangsung. Tujuannya tidak sekedar supaya permainan bisa dilihat penonton tetapi juga menghidupkan  pemeranan dan suasana  panggung.  Tata cahaya atau lampu  adalah pengaturan pencahayaan di daerah sekitar panggung yang fungsinya untuk menghidupkan permainan dan dan suasana lakon yang dibawakan, sehingga menimbulkan suasana istimewa. Tata musik adalah pengaturan musik yang mengiringi pementasan teater yang berguna untuk memberi penekanan pada suasana permainan dan mengiringi pergantian babak dan adegan.   Tata suara adalah pengaturan keluaran suara yang dihasilkan dari berbagai macam sumber bunyi seperti; suara aktor, efek suasana, dan musik. Tata suara diperlukan untuk menghasilkan harmoni.  Tata rias dan tata busana adalah   pengaturan rias dan busana  yang dikenakan  pemain. Gunanya untuk menonjolkan watak peran yang dimainkan, dan bentuk fisik pemain  bisa terlihat jelas penonton.

Sumber : Seni Teater Jilid 1

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA