Buku panduan sholat untuk kanak-kanak

alman dan Sofia adalah kakak beradik yang selalu bersemangat dalam belajar. Kali ini, Sofia mengajak teman-teman semua menghafalkan tata cara wudhu dan sholat yang benar! Dengan permainan board game AR yang seru, belajar wudhu dan sholat teman-teman dijamin lebih menyenangkan! Yuk, belajar dan bermain bersama Sofia!

"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, iaitu al-Kitab dan dirikanlah solat. Sesungguhnya solat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingati Allah (solat) adalah lebih utama. Dan Allah mengetahui apa yang kalian kerjakan." (Suruh al-Ankabut: ayat 45)

Panduan Solat Sempurna Untuk Anak-Anak

Mengandungi panduan yang lengkap dan terperinci tentang ibadah solat. Antaranya kandungan di dalam adalah:

1 PENGARUH ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE) MAZE OF BUSY CITY TERHADAP PEMAHAMAN TEMA PEKERJAAN PADA ANAK KELOMPOK A TK ABA II WONOSARI GUNUNGKIDUL TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Nungky Rizka Nugraheni NIM PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017

2 PENGARUH ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE) MAZE OF BUSY CITY TERHADAP PEMAHAMAN TEMA PEKERJAAN PADA ANAK KELOMPOK A TK ABA II WONOSARI GUNUNGKIDUL Oleh: Nungky Rizka Nugraheni NIM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Alat Permainan Edukatif (APE) yang berbentuk Maze of Busy City terhadap pemahaman anak pada tema pekerjaan di kelompok A TK ABA II Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Penelitian ini termasuk jenis penelitian true eksperimental design dengan pendekatan pre-test dan post-test control group yang melibatkan subjek penelitian anak kelompok A di TK ABA II, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul pada semester 2 (genap) tahun pelajaran 2016 / 2017 sebanyak 20 anak. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan observasi. Instrumen yang digunakan berupa pre-eksperimen test, post-eksperimen test dan lembar observasi. Sebelum digunakan instrumen terlebih dahulu divalidasi secara konstruk oleh dosen ahli dan divalidasi secara empirik dengan melakukan uji coba kepada anak kelompok A di luar populasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data statistik. Pengaruh Pemanfaatan APE berbentuk Maze of Busy City ini dapat dilihat melalui hasil perolehan nilai probabilitas dari uji-t (Independent t-test) dan pengujian hipotesis. Jika nilai probabilitas <0,05 maka hipotesis dapat diterima, artinya terdapat pengaruh yang signifikan dalam pemanfaatan Maze of Busy City. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dalam pemanfaatan APE Maze of Busy City. Pengaruh pemanfaatan telihat dari peningkatkan nilai rata-rata pemahaman anak yang memanfaatkan maze sebesar 83 dan yang memanfaatkan media gambar sebesar 75. Selain itu perbedaan pengaruh pemanfaatan juga ditunjukkan dari hasil uji independent sample t-test (uji-t) sebelum adanya perlakuan diperoleh probabilitas 0,793 selanjutnya setelah diberikan perlakuan dengan Maze of Busy City diperoleh probabilitas sebesar 0,040 yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan dalam pemanfaatan APE berbentuk Maze of Busy City terhadap pemahaman anak kelompok A TK ABA II Wonosari. Kata Kunci : pemahaman anak, pemanfaatan APE Maze of Busy City ii

3 THE IMPACT OF EDUCATIONAL GAME TOOLS MAZE OF BUSY CITY ON UNDERSTANDINGS ASPECT OF CHILDREN GROUP A TK ABA II WONOSARI GUNUNGKIDUL ON WORK THEME By: Nungky Rizka Nugraheni NIM ABSTRACT This research aims to know the impacts of educational game tools (Alat Permainan Edukatif, APE) Maze of Busy City utilization on understandings aspect of children group A TK ABA II Wonosari, Gunungkidul on work theme. This research is considered a true experimental design research which the subjects are children in group A which consist of 20 children of TK ABA II Wonosari, Gunungkidul in second semester of academic year The data was collected using test and observation techniques, while the instrument used in this research were pre-experimental test, post-experimental test and observation paper. At first, the instruments has been constructly validated by the expert and empirical prior research outside the population. This research use statistical data analysis. The impacts of the APE utilization can be seen through the probability value using t-test and hypothesis test. If the probability less than 0.05, the hypothesis will be accepted, which means there s significant impacts in Maze of Busy City utilization. The result of the research shows that there s a difference impacts between APE Maze of Busy City and pictures utilization. It can be seen through the increasing mean value of children cognitive who utilizing maze were 83 and pictures were 75. Besides, the difference impact of APE utilization can be seen through the result of t-test. The probability before getting treatment was 0.793, while after getting treatment using Maze Busy City turned to be It means there s a significant difference of APE Maze of Busy City utilization on understandings aspect of children in group A TK ABA II Wonosari. Key Word : understandings aspect, Maze of Busy City (APE) utilization iii

4 iv

5 v

6 vi

7 HALAMAN MOTO Sebaik-baiknya usaha adalah usaha tangan seorang pekerja apabila ia mengerjakannya dengan tulus (H.R. Ahmad) Satu tekad akan mengalahkan seribu ketidakmungkinan (Penulis) Doa orang tua dan semangat orang-orang terdekat membuka jalan kemudahan dalam mewujudkan harapan (Penulis) vii

8 HALAMAN PERSEMBAHAN Karya berbalut syukur terbingkiskan kepada : Ayah dan Ibuku (Suprapto, S.Pd dan Almarhumah Dasih Wulandari) tercinta, terimakasih atas untaian pinta, do a serta petuah sehingga memberikan kemudahan dalam setiap harap dan langkah. Kakakku (Yuristya Perdana Kurnianto, S.Pd dan Suparmi, S.Pd) dan Semua Keluarga Besar untuk lantunan do a semangat dan sentilan yang selalu membangkitkan secercah semangat dalam berjuang. Sahabat-sahabat tercinta (Ayu, Cendrayani, Diany, Indah, Munif, Melinda, Puni, Sulastri, Tiffani dan Tiwi) atas bantuan tanpa lelah, lantunan do a, motivasi dan semangat dalam mencapai setiap harapan. Sahabat-sahabat TP B 2013 atas semangat yang begitu hangat. viii

9 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul Pengaruh Alat Permainan Edukatif (APE) Maze of Busy City Terhadap Pemahaman Tema Pekerjaan pada Anak Kelompok A TK ABA II Wonosari, Gunungkidul dapat disusun sesuai dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat: 1. Bapak Dr. Haryanto, M.Pd selaku Dosen Pembimbing TAS yang telah banyak memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini. 2. Bapak Sungkono, M.Pd selaku validator tampilan media dan Ibu Nur Hayati, M.Pd selaku validator materi yang memberikan saran/masukan perbaikan sehingga penelitian TAS dapat terlaksana sesuai dengan tujuan. 3. Bapak Dr. Haryanto, M.Pd selaku Ketua Penguji, Ibu Suyantiningsih, M.Ed selaku Sekretaris Penguji dan Ibu Dr. Rita Eka Izzaty, M.Si selaku Penguji Utama yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap TAS ini. 4. Bapak Dr. Sugeng Bayu Wahyono, M.Si selaku Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya TAS ini. ix

10 x

11 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i ABSTRAK... ii ABSTRACT... iii SURAT PERNYATAAN... iv LEMBAR PERSETUJUAN... v LEMBAR PENGESAHAN... vi HALAMAN MOTO... vii HALAMAN PERSEMBAHAN... viii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I BAB II PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 9 C. Batasan Masalah D. Rumusan Masalah E. Tujuan Penelitian F. Manfaat Penelitian KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Alat Permainan Edukatif a. Pengertian Bermain b. Fungsi Bermain c. Makna Bermain dalam Pendidikan d. Alat Permainan Edukatif e. Tujuan Alat Permainan Edukatif f. Fungsi Alat Permainan Edukatif g. Jenis-jenis Alat Permainan Edukatif Maze of Busy City a. Pengertian Maze b. Manfaat Maze c. Maze of Busy City d. Tujuan Pemanfaatan Maze of Busy City e. Kelebihan Maze of Busy City f. Langkah Pemanfaatan Maze of Busy City xi

12 3. Media Gambar a. Pengertian Media Gambar b. Pemanfaatan Media Gambar di Dalam Pembelajaran.. 27 c. Manfaat Penggunaan Media Gambar d. Fungsi Media Gambar e. Kelebihan Media Gambar Perkembangan Aspek Kognitif Anak-anak a. Pengertian Perkembangan Anak b. Prinsip Perkembangan Anak c. Aspek Perkembangan Anak d. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak e. Tanda-tanda Perkembangan Belajar Anak f. Perkembangan Aspek Kognitif Anak g. Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman h. Model Taksonomi Bloom pada Ranah Kognitif i. Media Perkembangan Aspek Kognitif j. Proses Pemrosesan Informasi pada Anak Karakteristik Anak Taman Kanak-kanak B. Hasil Penelitian yang Relevan C. Kerangka Berpikir D. Hipotesis BAB III BAB IV BAB V METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Desain Penelitian B. Tempat dan Waktu Penelitian C. Populasi dan Sampel Penelitian D. Definisi Operasional Variabel E. Teknik Pengumpulan Data F. Instrumen Pengumpulan Data G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen H. Teknik Analisis Data HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian B. Hasil Pengujian Statistik C. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian D. Keterbatasan Penelitian KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Data Jenis Kelamin Subyek Penelitian Tabel 2. Data Usia Subyek Penelitian Tabel 3. Jenis Pekerjaan Orang tua Tabel 4. Matching Jenis Kelamin, Usia dan Jenis Pekerjaan Orang tua.. 73 Tabel 5. Data Pemahaman Awal Anak Tabel 6. Matching Data Pemahaman Awal Anak Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Tabel 7. Kisi-kisi Pre-test Tabel 8. Kisi-kisi Post-test Tabel 9. Kisi-kisi Penilaian Kelayakan APE oleh Ahli Materi Tabel 10. Kisi-kisi Angket Penilaian Kelayakan APE oleh Ahli Media Tabel 11. Skala Likert Penilaian Kelayakan APE Tabel 12. Kategori Penilaian Kelayakan APE Tabel 13. Kisi-kisi Lembar Observasi Pemahaman Anak Tabel 14. Hasil Analisis Validasi Butir Soal Tabel 15. Hasil Analisis Ahli Materi Tabel 16. Hasil Analisis Ahli Media Tabel 17. Hasil Uji Reliabilitas Butir Soal Tabel 18. Distribusi Frekuensi Skor Pre-test Kelas Eksperimen Tabel 19. Distribusi Frekuensi Skor Pre-test Kelas Kontrol Tabel 20. Distribusi Frekuensi Skor Post-test Kelas Eksperimen Tabel 21. Distribusi Frekuensi Skor Post-test Kelas Kontrol Tabel 22. Perbandingan Data Pemahaman Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol Tabel 23. Hasil Uji Normalitas Sebaran Data Tabel 24. Hasil Uji Homogenitas Varian Tabel 25. Hasil Analisis Uji t Pre-test Pemahaman Kelas Eksperimen dan Kontrol Tabel 26. Hasil Analisis Uji t Post-test Pemahaman Kelas Eksperimen dan Kontrol Tabel 27. Peningkatan Skor Pemahaman Anak pada Tema Pekerjaan di Kelompok Eksperimen Tabel 28. Peningkatan Skor Pemahaman Anak pada Tema Pekerjaan di Kelompok Kontrol Tabel 29. Statistik Induk untuk Penghitungan Gain Skor Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol xiii

14 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Grafik Distribusi Frekuensi Data Pemahaman Awal Kelas Eksperimen Gambar 2. Grafik Distribusi Frekuensi Data Pemahaman Awal Kelas Kontrol Gambar 3. Grafik Distribusi Frekuensi Data Pemahaman Akhir Kelas Eksperimen Gambar 4. Grafik Distribusi Frekuensi Data Pemahaman Akhir Kelas Kontrol xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Data Jenis Kelamin Subyek Penelitian Lampiran 2. Data Usia Subyek Penelitian Lampiran 3. Data Jenis pekerjaan Orang tua Subyek Penelitian Lampiran 4. Matching Data Usia, Jenis Kelamin dan Jenis Pekerjaan Orang tua melalui Penghitungan Chi-Square Lampiran 5. Hasil Pre-test Lampiran 6. Hasil Post-test Lampiran 7. Matching Data Pemahaman Awal Anak melalui Penghitungan Chi-Square Lampiran 8. Lembar Unjuk Kerja Peserta Didik / Pre-test Lampiran 9. Lembar Unjuk Kerja Peserta Didik / Pre-test Lampiran 10. Lembar Unjuk Kerja Peserta Didik / Pre-test Lampiran 11. Soal post-test Pemahaman Kognitif Anak Lampiran 12. Angket Penilaian Materi dan Isi APE Maze of Busy City untuk Capaian Pemahaman Anak oleh Ahli Materi Lampiran 13. Angket Penilaian Materi dan Isi APE Maze of Busy City untuk Capaian Pemahaman Anak oleh Ahli Media Lampiran 14. Lembar Observasi Capaian Pemahaman Anak Lampiran 15. Skor Hasil Uji Coba (Try out) Tes Pemahaman Kelompok A pada Tema Pekerjaan Lampiran 16. Hasil Analisis Validitas Butir Soal Lampiran 17. Hasil Validasi Materi APE Maze of Busy City Lampiran 18. Hasil Validasi Tampilan APE Maze of Busy City Lampiran 19. Hasil Uji Reliabilitas Lembar Soal (tes) Lampiran 20. Perbandingan Data Pemahaman Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol Lampiran 21. Uji Normalitas Sebaran Data dengan Uji Kolmogrov Smirnov melalui Program SPSS Versi Lampiran 22. Uji Homogenitas Varian dengan Uji One Way ANOVA melalui Program SPSS Versi Lampiran 23. Uji t dengan Independent Sample T-test Program SPSS Versi Lampiran 24. Hasil Observasi Capaian Pemahaman Anak kelompok Eksperimen xv

16 Lampiran 25. Hasil Observasi Capaian Pemahaman Anak Kelompok Kontrol Lampiran 26. Program Pengembangan Aspek Kognitif KD, Materi Pembelajaran dan Indikator Lampiran 27. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) Kelompok Eksperimen Lampiran 28. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) Kelompok Kontrol Lampiran 29. Hasil Karya / Unjuk Kerja Anak Kelompok Eksperimen Lampiran 30. Hasil Karya / Unjuk Kerja Anak Kelompok Kontrol Lampiran 31. Foto-foto kegiatan Lampiran 32. Surat Keterangan Validasi oleh Ahli Media Lampiran 33. Surat Keterangan Validasi oleh Ahli Materi Lampiran 34. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian xvi

17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pendidikan merupakan hal yang tidak lagi dipandang remeh. Banyak kalangan memperhatikan dan memantau dunia pendidikan. Terlebih Indonesia, di tengah kondisi bangsa yang masih terpuruk, pendidikan diharapkan menjadi suatu solusi untuk perbaikan kehidupan bangsa. Banyak kalangan menuntut perbaikan kualitas dan pembaharuan dalam pendidikan itu sendiri. Dalam konteks pembaharuan pendidikan, ada tiga isu yang perlu disoroti antara lain pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan efektifitas metode pembelajaran (Ardiansyah:2017). Ketiga hal tersebut sangat bertalian dalam proses pembaharuan pendidikan. Dalam proses pembaharuan kurikulum di dalamnya terjadi proses peningkatan kualitas pembelajaran yang sangat bertalian dengan efektifitas pemanfaatan metode pembelajaran. Ketiga hal tersebut tidak dapat dipisahkan. Kualitas pembelajaran terkait langsung dengan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas. Proses pembelajaran haruslah dilakukan secara optimal, efektif dan efisien agar tercipta pembelajaran yang berkualitas. Proses pembelajaran yang berkualitas akan mempermudah pencapaian tujuan pendidikan. Berbicara soal kualitas pendidikan memang tidak bisa dilepaskan dari pembelajaran di ruang kelas. 1

18 Dalam Permendiknas nomor 41 tahun 2007 dinyatakan bahwa: Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selain itu, dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan. Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Taman Kanak-kanak merupakan bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak berusia empat sampai enam tahun (Mansur MA,2005). Biasanya untuk memudahkan pelaksanaan pembelajaran, peserta didik dikelompokkan ke dalam dua kelompok belajar yakni kelompok A untuk usia 4-5 tahun dan kelompok B untuk usia 5-6 tahun. Fungsi pendidikan di Taman Kanak-kanak adalah untuk mengenalkan peraturan dunia sekitar dan menanamkan kedisiplinan kepada anak, menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik, mengembangkan kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasi, mengembangkan kreativitas dan menyiapkan anak memasuki pendidikan dasar. Berdasarkan fungsi tersebut, pendidikan di Taman Kanak-kanak diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi setiap anak baik secara psikis maupun fisik yang meliputi nilai moral, agama, sosial, emosional, kognitif, bahasa, fisik, motorik, kemandirian ataupun seni. Begitu pula dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Agar kemampuan anak berkembang dan hasil belajar memuaskan, maka kegiatan pembelajaran 2

19 harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Santrock dalam Izzaty (2002:88) mengemukakan bahwa masa kanak-kanak berada pada tahap perkembangan pra-operasional dimana cara berpikir anak masih kacau dan belum terorganisasi dengan baik. Untuk itu, dalam kegiatan pembelajaran diperlukan pendampingan dari pendidik atau orang yang lebih dewasa agar terjadi kolaborasi dalam rangka menstimulasi perkembangan kognisi di daerah sekitar kematangan (zone of proximal development) dengan menggunakan media pembelajaran. Pembelajaran untuk anak usia dini dituntut agar sesuai dengan tahapan perkembangan. Bahan ajar dapat dicapai melalui tema yang sesuai dengan lingkungan anak dan dibatasi sesuai dengan perkembangan anak seperti mengenali diri sendiri, lingkungan, kebutuhan, binatang, tanaman, rekreasi, pekerjaan, alam semesta, alat komunikasi, dan tanah air. Setiap tema disampaikan sesuai dengan perkembangan anak karena kemampuan anak untuk mempelajari ide-ide tertentu masih sangat terbatas. Oleh karena itu, perlu diciptakan suasana pembelajaran yang memberikan rasa aman dan menyenangkan bagi anak didik. Bermain sambil belajar merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan peserta didik karena ketika seorang anak berinteraksi langsung dengan objek (alat permainan) disitulah terjadi proses mengkonstruksi pengetahuan baru (Piaget dalam Suyanto, 2005:124). Bermain merupakan wahana yang penting dan dibutuhkan untuk perkembangan anak. Belajar yang paling efektif di Taman Kanak-kanak adalah melalui kegiatan berorientasi bermain. Ketika bermain interaksi antara anak dengan orang dewasa terjalin melalui bahasa dan gerakan. Dari situlah anak akan 3

20 menerjemahkan komunikasi yang terjalin bersama orang dewasa hingga tumbuhlah cara berpikir verbal dan terbangunlah sebuah pengetahuan (Piaget dalam Masitoh, 2003:5). Agar pengetahuan baru terbentuk, anak harus berinteraksi langsung dengan objek, lingkungan atau sumber belajar sehingga anak dapat mengamati dan menemukan pengetahuan baru. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Kegiatan yang identik dengan kegiatan bermain tersebut tidak terlepas dari berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri anak seperti kemauan dan kemampuan untuk melakukan kegiatan belajar dan bermain. Menurut Suryana (2008 : 4) Selain faktor internal, terdapat pula faktor eksternal meliputi : (1) faktor orang tua (2) faktor pendidik (3) faktor media dan sumber belajar. Sejalan dengan hal tersebut, keberadaan dan ketersediaan media belajar (sumber belajar) sangat penting dalam menunjang proses belajar dan bermain pada anak TK. Media pembelajaran merupakan komponen yang dapat merangsang seorang anak untuk dapat belajar. Media pembelajaran memudahkan anak untuk memahami pesan pembelajaran yang disampaikan. Terlebih media pembelajaran di Taman Kanak-kanak yang dikemas dalam bentuk APE membuat anak merasa senang ketika menggunakannya untuk belajar. Media pembelajaran yang berbentuk APE dirancang khusus bagi anak usia dini untuk membangun pengalaman belajar pada anak, menumbuhkan kemandirian dalam bermain dan membangkitkan motivasi untuk mengetahui lebih jauh tentang media yang 4

21 dimainkan dalam rangka mengembangkan potensi dan pengetahuannya (Zaman, 2007:63) Demikian pula dalam pembelajaran dengan tema pekerjaan (profesi) di Taman Kanak - kanak. Pekerjaan (profesi) penting untuk dikenalkan sejak dini agar anak mengetahui berbagai macam profesi yang ada dan menghargai profesi tersebut. Jangan sampai anak menghargai profesi tertentu karena dianggap memiliki keahlian khusus seperti dokter, tentara ataupun pilot. Selain itu, mengenalkan pekerjaan kepada Anak Usia Dini juga penting karena hal tersebut merupakan modal hidup bagi mereka di masa depan. Sejak kecil, anak perlu diarahkan dan diberi motivasi ingin menjadi apa ketika mereka besar nanti. Dengan memperkenalkan profesi yang ada di masyarakat Anak Usia Dini akan tergerak dan lebih termotivasi untuk belajar lebih giat agar kelak profesi yang didambakan dapat tercapai. Oleh karena itu, dibutuhkan media pembelajaran untuk membantu Anak Usia Dini mengenali berbagai macam profesi yang ada di masyarakat sehingga terbentuk karakter menghargai pekerjaan orang lain sekaligus membangun imajinasi anak tentang cita-citanya. Media pembelajaran tentang pekerjaan sangat berperan dalam membantu guru mengenalkan macam-macam profesi yang ada di dalam masyarakat. Dengan menggunakan media, pembelajaran akan berlangsung menyenangkan dan memudahkan siswa untuk memahami konsep-konsep yang ada karena pembelajaran tersebut berkesan dalam benak Anak Usia Dini. Namun dalam kenyataan, media pembelajaran yang digunakan sering kurang diperhatikan. Terlebih pada tema pekerjaan, media pembelajaran yang digunakan untuk 5

22 mendukung upaya pemahaman konsep sangat terbatas. Ketika guru menjelaskan di depan kelas anak selalu mencari kegiatan lain yang menyenangkan dan dapat mengusir rasa bosan. Terlebih Anak Usia Dini selalu asyik dengan dunia bermain. Jika pembelajaran di kelas tidak menyenangkan, apapun yang disampaikan oleh guru tidak akan membekas dan bermakna bagi anak. Demikian halnya yang terjadi pada pembelajaran tema pekerjaan (profesi) di Kelompok A TK Aisyiyah Bustanul Athfal (ABA) II Wonosari, sebagian anakanak masih cukup sulit untuk mengenali berbagai jenis pekerjaan (profesi) di dalam masyarakat. Terkadang anak mengenali pekerjaan tersebut namun masih sulit untuk menyebutkan nama dan tempat kerjanya. Kesulitan tersebut dikarenakan terbatasnya informasi (pengetahuan) yang diperoleh anak dalam mengenali profesi dan tempat kerja. Guru masih menjadi tokoh sentral dalam pembelajaran. Guru kurang variatif dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran. Sebelumnya, jenis-jenis pekerjaan dan tempat kerja dikenalkan melalui gambar. Namun reaksi yang nampak adalah anak selalu mencari kesibukan sendiri-sendiri untuk mengusir kebosanan di dalam kelas dan mereka kurang aktif dalam menjawab pertanyaan ataupun percakapan yang dilontarkan oleh guru. Hal tersebut ternyata juga berdampak pada perkembangan kognitif siswa yang tergolong masih rendah terbukti dengan capaian nilai rata-rata pada tema pekerjaan adalah sebesar 72,5 dibandingkan dengan aspek perkembangan yang lain. Hal tersebut juga dikarenakan media yang dimiliki oleh sekolah sangat terbatas dalam mendukung tema. Sampai saat ini cukup banyak jenis Alat 6

23 Permainan Edukatif yang digunakan. Selain APE yang ada di luar kelas (Outdoor) ada beberapa APE di dalam kelas (indoor) yang digunakan untuk memfasilitasi kegiatan bermain sambil belajar antara lain adalah lego, balok pintar, pohon huruf dan angka, papan pengenalan hewan, piramida berlubang, plastisin (playdough), shimpoa, rubrik warna, patung wudhu dan sholat, busa untuk menjahit, bowling, anyaman, ular tangga, peralatan memasak, rambu-rambu lalu lintas, karpet puzzle, replika alat pertukangan, aneka bangun ruang dari plastik, mecca, botol bowling dan balon, alat membatik, alat cap, boneka hewan, boneka jari, wayang-wayangan, replika hewan, aneka bola, replika alat komunikasi, puzzle alat indra, kartu angka, kartu huruf hijaiyah, miniatur rumah adat, miniatur pakaian adat dan lain sebagainya. Dari sekian banyak APE belum ada yang digunakan untuk menjelaskan tema pekerjaan (profesi). Pada kesempatan sebelumnya tema tersebut dijelaskan menggunakan media gambar dan cerita, belum menggunakan media yang bisa dimainkan. Sehingga bisa dikatakan jika pemilihan APE di TK ABA II Wonosari masih kurang optimal. Kurang optimalnya pemilihan dan pemanfaatan APE tersebut juga dirasakan oleh guru. Hal tersebut disebabkan munculnya berbagai kendala dalam pemilihan dan pemeliharaan seperti keterbatasan pengawasan dalam pemanfaatan, keterbatasan jumlah APE yang mendukung pembelajaran dan tema yang ditetapkan dalam kurikulum sebagian besar terlalu luas. Keterbatasan APE di Taman Kanak-kanak disebabkan karena sebagian besar harganya relatif mahal. Sekolah tidak mampu membeli dalam jumlah yang banyak karena keterbatasan anggaran. Bukan hanya keterbatasan jumlah APE saja yang menjadi kendala. 7

24 Keterbatasan pengawasan oleh guru ternyata juga menjadi masalah yang berarti dalam pemanfaatan APE. Jumlah siswa lebih banyak dari jumlah guru sehingga guru tidak bisa selalu mengawasi anak ketika menggunakan APE yang ada. Ketika anak kurang berhati-hati dalam menggunakan akhirnya satu atau dua bagian dari APE rusak bahkan hilang. Terlalu luasnya tema yang disampaikan kepada anak-anak juga menjadi kendala dalam pemilihan dan pemanfaatan APE. Selama ini guru masih merasa kesulitan untuk mendapatkan APE yang sesuai dengan tema dan hanya menggunakan media yang paling mudah untuk disiapkan yaitu media berupa gambar. Berangkat dari hal di atas, permasalahan tersebut menjadi masalah yang harus segera dicari solusi dan pemecahannya. Untuk itu peneliti segera tergerak untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Hal tersebut dilakukan dengan memanfaatkan APE baru yang bertujuan untuk merangsang daya nalar anak dalam mengenali berbagai profesi dan tempat kerja. Salah satu bentuk APE untuk mewujudkan hal tersebut adalah maze (papan alur). Menurut Depdiknas maze merupakan game sederhana yang bertujuan untuk merangsang daya nalar siswa (pemahaman) dalam menetukan jalur yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam APE ini, anak harus menemukan jalur pada bagian-bagian maze berupa kotak-kotak yang dilewati untuk setiap baris atau kolom. Melalui APE ini anak-anak akan menemukan sesuatu yang baru dan belum pernah ditemukan sebelumnya. APE ini bernama Maze of Busy City atau bisa disebut dengan papan alur untuk miniatur kota yang sangat sibuk (ramai) karena aktivitas berbagai profesi. 8

25 Maze of Busy City merupakan papan alur yang terbuat dari bahan dasar papan kayu gambilina dan pule. Bahan yang digunakan tidak mudah rusak meskipun digunakan berkali-kali. Selain itu didukung dengan bahan pewarna yang aman untuk digunakan oleh anak-anak saat bermain. Ukurannya juga tidak terlalu kecil sehingga tampilan APE menjadi sangat jelas ketika digunakan sebagai alat peraga di depan kelas. Satu hal yang terpenting, APE ini dipilih karena dapat memberikan nilai positif dalam mengenalkan jenis-jenis pekerjaan dan tempat kerja, mengenalkan warna, mengenalkan huruf abjad, mengenalkan angka, mengembangkan daya pikir dalam menjodohkan antara profesi dan tempat kerja. Hanya saja pengaruh dalam pemanfaatannya (efektifitasnya) belum diketahui jika dibandingkan dengan media gambar yang sudah digunakan. B. Identifikasi Masalah Secara spesifik beberapa masalah mendasar yang dapat diidentifikasi peneliti dalam pembelajaran dengan tema pekerjaan (profesi) di Kelompok A TK ABA II Wonosari adalah: 1. Ketika guru menjelaskan di depan kelas, siswa sering terlihat jalan-jalan di dalam kelas atau asyik bercerita dengan teman di dekatnya. 2. Media pembelajaran (APE) yang digunakan untuk mendukung tema pekerjaan (profesi) di TK ABA II Wonosari masih terbatas. 3. APE Maze of Busy City belum digunakan di dalam pembelajaran. 4. Rata-rata capaian aspek pemahaman tema pekerjaan di Kelompok A TK ABA II Wonosari masih rendah dibandingkan aspek yang lain. 9

26 C. Batasan Masalah Guna memfokuskan kajian dalam penelitian ini, maka permasalahan yang ada perlu dibatasi. Hal ini juga bertujuan agar objek penelitian apat diteliti secara terfokus, dapat dilakukan pengkajian secara lebih mendalam serta dapat diupayakan solusi pemecahannya. Untuk itu peneliti membatasi pada belum digunakannya APE berbentuk Maze of Busy City dan masih rendahnya capaian aspek pemahaman tema pekerjaan pada anak kelompok A TK ABA II Wonosari. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat diambil rumusan masalah Adakah pengaruh pemanfaatan APE Maze of Busy City terhadap pemahaman tema pekerjaan pada anak kelompok A TK ABA II Wonosari? E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan APE Maze of Busy City terhadap perkembangan aspek kognitif siswa kelompok A TK ABA II Wonosari. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Mengenalkan/memberikan pemahaman mengenai jenis-jenis pekerjaan dan tempat bekerja kepada siswa. b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan telaah guna menyempurnakan penelitian selanjutnya. 10

27 2. Manfaat Praktis a. Bagi Pendidik Memperbaiki proses pembelajaran di dalam kelas karena optimalnya kemampuan dalam memilih dan memanfaatkan APE. b. Bagi Pengembang Media Pembelajaran Memberikan referensi untuk mengembangkan Alat Permainan Edukatif yang sesuai dengan perkembangan dan tingkat pemahaman anak Taman Kanak-kanak c. Bagi Sekolah Memberikan sumbangan yang konkret bagi sekolah dalam upaya perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran. 11

28 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Alat Permainan Edukatif a. Pengertian Bermain Sebelum membahas tentang Alat Permainan Edukatif (APE) terlebih dahulu akan dibahas mengenai bermain itu sendiri. Banyak ahli yang mendefinisikan tentang bermain. Freud dalam Suyanto (2005:121) mengemukakan bahwa bermain merupakan alat untuk melepas emosi. Melalui bermain anak berpeluang untuk mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan sosial sehingga anak dapat mengekspresikan perasaannya secara leluasa tanpa tekanan batin. Sejalan dengan hal tersebut Semiawan (2008:20) mendefinisikan bermain sebagai kegiatan yang serius namun tetap mengasyikkan karena bermain merupakan aktivitas yang dipilih sendiri oleh anak. Bermain merupakan bentuk kegiatan belajar yang kreatif dan menyenangkan di Taman Kanak-kanak. Sementara itu, Bruner dan Sutton dalam Suyanto (2005:122) mengemukakan bahwa bermain merupakan proses berpikir dan memecahkan masalah. Pada saat bermain anak dihadapkan pada berbagai situasi, kondisi, teman dan objek yang memungkinkan dirinya menggunakan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah. 12

29 Secara lebih rinci diberikan batasan tentang bermain, yaitu: 1. bermain merupakan kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan motorik, kognitif, afektif, bahasa dan sosial. 2. bermain menyebabkan anak menjadi aktif baik secara fisik maupun secara psikis. 3. bermain merupakan kegiatan yang bertujuan untuk bersenang-senang. 4. di dalam bermain terdapat aturan yang berlaku, peran setiap anak ditentukan secara adil menurut aturan. 5. bermain bersifat simbolik dan memiliki arti sendiri sesuai dengan peran yang dimainkan Dari beberapa pendapat ahli di atas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa bermain merupakan sebuah kebutuhan bagi anak. Dengan merancang kegiatan pembelajaran yang dilakukan sambil bermain, maka anak belajar sesuai dengan tuntutan taraf perkembangannya. b. Fungsi Bermain Bigo, Kohnstam dan Palland dalam Suyanto (2005:125) mengemukakan bahwa kegiatan bermain berfungsi sebagai berikut: 1. Bermain merupakan salah satu dari banyak wahana yang dapat digunakan untuk membawa anak hidup di dalam masyarakat. Anak akan memahami dan menghargai dirinya sendiri atau temannya. Saat anak bermain, akan tumbuh rasa kebersamaan sehingga tumbuh pula jiwa sosial bersama sesamanya. 2. Melalui kegiatan bermain, anak tidak hanya berimajinasi atau berfantasi saja namun secara spontan akan mengungkap seperti apa sifat aslinya. Anak laki-laki dan perempuan memiliki perlakuan yang berbeda meskipun dalam permainan yang sama. 13

30 3. Bermain merupakan wahana pendidikan. Dengan bermain, anak akan dibawa pada sebuah situasi yang penuh dengan kesenangan, kegembiraan dan kebahagiaan dalam dunia anak. 4. Melalui kegiatan bermain akan melandasi sebuah kerjasama, taat pada peraturan permainan dan pembinaan watak yang jujur. Hal tersebut nantinya akan membentuk sifat fairplay dalam bermain. 5. Bermain merupakan alat untuk mempelajari fungsi. Setelah bermain, anak pasti akan merasa senang. Dengan rasa senang itulah mereka menjadi terdorong untuk mempelajari sesuatu. 6. Bermain akan membentuk kepribadian dan watak seorang anak. 7. Bermain juga berfungsi sebagai wahana rekreasi dan relaksasi. Setelah bermain, tubuh anak akan terasa segar kembali. Energi yang sudah digunakan untuk melakukan pekerjaan akan diperoleh kembali setelah bermain sehingga mereka lebih aktif dan bersemangat kembali. 8. Bermain berguna untuk mempersiapkan diri melakukan peran orang dewasa. Bermain sangat penting dalam membentuk atau menentukan cita-cita seseorang. 9. Bermain merupakan bagian dari tahap Perkembangan Aspek Kognitif, emosional maupun sosial seorang anak. 10. Bermain merupakan cermin dalam kehidupan anak-anak. Melalui bermain, anak mampu melihat dirinya sendri karena ada tolok ukur atau pembandingnya yaitu teman atau lawan mainnya. 14

31 c. Makna Bermain dalam Pendidikan Beberapa pakar berpendapat tentang makna bermain. Sebenarnya, bermain memiliki berbagai sifat. Bermain merupakan aktivitas yang dilakukan dengan sukarela atas dasar rasa senang. Aktivitas tersebut terjadi secara spontan. Meskipun bermain dilakukan untuk memperoleh kesenangan namun agar bisa bermain dengan baik perlu berlatih agar dapat bekerjasama dengan teman, menghormati lawan, mengetahui kemampuan teman, patuh pada peraturan serta mengetahui kemampuan dirinya sendiri. Jenis permainan yang dimainkan sangat ditentukan oleh umur anak. Untuk kelompok umur tertentu, jenis permainannya akan berbeda dengan jenis permainan yang dimainkan oleh kelompok umur yang lain. Hal ini disebabkan oleh kemampuan dan kesenangan anak. Menurut Piaget dalam Suyanto (2005:124) bahwa anak mengkonstruksi pengetahuan dengan cara berinteraksi langsung dengan objek. Kegiatan bermain memberikan kesempatan kepada anak untuk berinteraksi langsung dengan objek. Namun ternyata, perbedaan usia juga mempengaruhi gaya bermain. Anak yang usianya lebih tua bisa bermain tanpa atau dengan alat yang mereka peroleh di sekelilingnya. Mereka dapat berfantasi atau bermain dengan siapa saja yang mau menemani dan ikut bermain. Aturan bermain untuk usia yang lebih tua juga lebih berat dibandingkan usia yang lebih muda. Jadi, dapat disimpulkan bahwa makna bermain di dalam pendidikan adalah kegiatan untuk mengkontruksi atau membangun pengetahuan baru dengan cara yang menyenangkan seperti berinteraksi langsung dengan objek bermain yaitu 15

32 alat permainan. Agar hasil yang dicapai memuaskan atau sesuai dengan tujuan, kegiatan bermain di dalam pembelajaran ini haruslah memperhatikan karakteristik siswa yang bersangkutan karena karakteristik tersebut nantinya akan menentukan jenis mainan apa dan seperti apa yang cocok digunakan oleh siswa (pebelajar). d. Alat Permainan Edukatif Alat Permainan Edukatif (APE) dapat diartikan sebagai alat yang dirancang khusus untuk meningkatkan aspek-aspek perkembangan anak (Tedjasaputra, 2001:81). Beberapa aspek yang bisa dikembangkan melalui APE di Taman Kanak-kanak meliputi aspek moral, agama, sosial, emosional, kognitif, bahasa, fisik, motorik, kemandirian ataupun seni. Dalam pemanfaatannya, APE harus disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangan anak. Sejalan dengan hal tersebut, Zaman (2007:63) menyatakan bahwa APE merupakan alat yang dirancang secara khusus sebagai alat bantu belajar dan dapat memberikan fungsi permainan secara optimal bagi perkembangan anak. Fungsi perkembangan anak yang dimaksud di sini antara lain adalah fungsi fisik, bahasa, kemampuan kognitif dan adaptasi sosial. Agar fungsi tersebut bisa tercapai secara optimal, sebuah APE harus disesuaikan dengan usia perkembangan anak, aman bagi anak, modelnya jelas, bentuknya menarik dan tidak mudah rusak. Sedangkan menurut Soedono (2000:4) APE merupakan alat bermain yang digunakan untuk memenuhi naluri bermainnya dan memiliki berbagai macam sifat seperti bongkar pasang, mengelompokkan, memadukan, merangkai, membentuk, memotong maupun menyusun. Lebih jelas lagi Direktorat PAUD, Depdiknas dalam Budiman (2014:4) mendefinisikan APE sebagai segala sesuatu 16

33 yang dapat digunakan sebagai sarana atau peralatan bermain yang mengandung nilai edukatif (pendidikan) dan dapat mengembangkan seluruh kemampuan anak. Secara lebih rinci dijelaskan oleh Zaman (2006 : 3) bahwa sebuah alat dapat dikatakan sebagai APE apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Alat permainan tersebut ditujukan untuk anak TK. 2. Alat permainan tersebut difungsikan untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak TK. 3. Dapat digunakan dengan berbagai cara, berbagai bentuk, dan berbagai macam tujuan aspek perkembangan (multiguna). 4. Bersifat aman atau tidak berbahaya bagi anak TK. 5. Dirancang untuk mendorong aktivitas dan kreativitas anak (mengandung nilai pendidikan). 6. Bersifat konstruktif : pada akhirnya ada sesuatu yang dihasilkan. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Alat Permainan Edukatif (APE) merupakan salah satu sumber belajar (alat) yang bersifat membelajarkan karena dapat digunakan sebagai alat bantu (media) dalam kegiatan pembelajaran. APE dikembangkan untuk mengoptimalkan potensi anak usia dini atau siswa di Taman Kanak-kanak melalui kegiatan bermain yang menyenangkan dan berkesan. e. Tujuan Alat Permainan Edukatif Budiman (2014:7-8) mengungkapkan bahwa adanya berbagai macam Alat Permainan Edukatif pada intinya diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan berikut: 1) Memperjelas Materi yang Diberikan Pemanfaatan APE dalam proses pembelajaran diharapkan dapat memperjelas materi yang disampaikan oleh guru. Dengan memanfaatkan APE tersebut, anak dapat secara langsung melihat, mengamati ataupun membandingkan. 17

34 2) Memotivasi dan Merangsang Anak untuk Bereksperimen Motivasi dan minat merupakan faktor penting dalam mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Oleh karena itu perlu dilakukan berbagai upaya untuk memotivasi dan menumbuhkan minat anak. Salah satunya dengan memanfaatkan media pembelajaran berupa Alat Permainan Edukatif (APE). 3) Memberikan kesenangan pada Anak ketika Bermain Ketika anak-anak memainkan APE mereka biasanya serius dan susah untuk dialihkan perhatiannya pada benda atau kegiatan yang lain. Hal tersebut terjadi karena anak-anak merasa senang dan nyaman dengan APE yang mereka gunakan. APE dirancang secara khusus dan dibuat dengan baik sehingga akan menumbuhkan perasaan senang saat melakukan aktivitas belajarnya. Anak akan mengartikan belajar sebagai sesuatu yang menyenangkan dan bermakna. f. Fungsi Alat Permainan Edukatif Menurut Suhaenah dalam Budiman (2014:11), Alat Permainan Edukatif yang dikembangkan memiliki berbagai fungsi dalam mendukung penyelenggaraan proses pembelajaran sehingga kegiatan belajar berlangsung dengan baik dan menyenangkan bagi anak. Fungsi tersebut antara lain adalah: 1) Menciptakan situasi bermain yang menyenangkan bagi anak 2) Menumbuhkan rasa percaya diri dan membentuk citra diri yang positif bagi anak 18

35 3) Sebagai bagian dari kegiatan anak yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri anak 4) Memberikan stimulus dalam membentuk perilaku dan pengembangan kemampuan dasar anak 5) APE memberikan kesempatan kepada anak untuk bersosialisasi, berkomunikasi dengan teman sebayanya. g. Jenis-jenis Alat Permainan Edukatif Dewasa ini terdapat beraneka ragam APE yang dikembangkan untuk Anak Usia Dini. Dalam pemilihan dan pemanfaatannya, meskipun bisa dikreasikan oleh pendidik namun tetap harus menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan setempat. Soedono (1995:13) mengungkapkan bahwa APE yang sudah dikembangkan diantaranya adalah: 1) APE Ciptaan Peabody APE ini dikembangkan oleh Elizabeth Peabody yang terdiri atas dua boneka tangan. APE karya Peabody ini memberikan program pengetahuan dasar yang mengacu pada aspek pengembangan bahasa yaitu pengenalan kosakata. Tema-tema yang diramu harus relevan dengan pengetahuan dan budaya anak setempat. 2) APE Ciptaan Montessori Dr. Maria Montessori menciptakan APE yang memudahan anak dalam mengingat konsep-konsep yang akan dipelajari tanpa perlu bimbingan sehingga memungkinkan anak untuk belajar secara mandiri. APE telah dirancang sedemikian rupa oleh Montessori sehingga pada nantinya anak 19

36 menyadari ketika terdapat kesalahan saat bermain. Beberapa APE ciptaan Montessori adalah puzzle geometri, serial silinder, ragam bentuk geometri, papan bidang, papan alur dan kantong keterampilan tangan. 3) APE Ciptaan Cruissenaire George Cruissenaire menciptakan balok untuk mengembangkan kemampuan berhitung pada anak, pengenalan bilangan dan untuk meningkatkan keterampilan anak dalam bernalar. Balok ini juga dikembangkan sebagai salah satu jenis APE untuk anak usia dini walaupun ukuran dan warnanya telah dimodifikasi sedemikian rupa. 4) APE ciptaan Frobel Frobel menciptakan alat khusus yang dikenal dengan balok Blookdoss. APE ini berupa balok bangunan yang dimasukkan dalam satu kotak besar dan di dalamnya terdiri dari balok balok kecil dalam berbagai ukuran yang merupakan kelipatannya. Dalam Pendidikan Anak Usia Dini balok ini dikenal dengan istilah kotak kubus yang berfungsi melatih motorik dan daya nalar anak. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Alat Permainan Edukatif yang sudah banyak dikembangkan oleh Peabody, Montessori, Cruessinaire dan Frobel antara lain boneka tangan, puzzle geometri, serial silinder, ragam bentuk geometri, papan bidang, papan alur, kantong keterampilan tangan dan aneka balok. Maze (papan alur) merupakan salah satu jenis Alat Permainan Edukatif yang diciptakan oleh Montessori selain berbagai macam puzle dan bentuk geometri. 20

37 2. Maze of Busy City a. Pengertian Maze Sebelum membahas tentang Maze of Busy City maka terlebih dahulu akan dibahas mengenai maze (papan alur) itu sendiri. Istiaty (2006:12) mengemukakan bahwa APE mencari jejak atau maze merupakan salah satu jenis permainan dengan jalan sempit yang berliku, berbelok, dan terkadang merupakan jalan buntu ataupun jalan yang mempunyai halangan, dapat juga dikatakan sebagai permainan yang memancing anak agar menemukan jalan keluar tempat yang dituju. Sementara itu Khomariyah (2012:16) mendefinisikan maze sebagai permainan sejenis puzzle yang berbentuk alur atau jalur-jalur yang bercabangcabang dan berliku-liku. APE ini bermanfaat untuk melatih konsentrasi, koordinasi antara mata dan tangan serta melatih motorik halus anak. Maze yang digunakan anak-anak bentuknya bermacam-macam tidak hanya berbentuk kotakkotak saja namun ada pula yang berbentuk lingkaran. Dari beberapa pendapat ahli di atas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa maze merupakan salah satu jenis Alat Permainan Edukatif yang berbentuk papan alur. Alur yang dibuat pada papan tersebut bentuknya bermacam-macam tidak hanya kotak-kotak saja namun ada pula yang berbentuk lingkaran. Alur tersebut berfungsi untuk menghubungkan antara tempat asal dan tempat yang dituju. Untuk merangsang daya nalar dan keterampilan anak, pada papan alur tersebut dibuatlah beberapa tantangan seperti jalan berbelok, berliku bahkan jalan buntu. 21

38 b. Manfaat Maze Vigotsky dalam Zaman (2007:6.2) menyatakan jika APE berbentuk maze memiliki beberapa manfaat bagi siswa Taman Kanak-kanak antara lain: 1) Sebagai alat dan fasilitas belajar untuk menstimulasi kecerdasan berpikir (logika) dan kecerdasan spasial 2) Mengembangkan daya imajinasi anak 3) Melatih kecermatan anak dalam belajar untuk menyelesaikan masalah (problem solving) 4) Meningkatkan konsentrasi anak dan meningkatkan kemampuan motorik halus 5) Mengembangkan daya pikir / nalar anak 6) Melatih fungsi panca indera c. Maze of Busy City Maze of Busy City adalah modifikasi dari bentuk Alat Permainan Edukatif (APE) ciptaan Montessori yang berbentuk papan alur. Di dalamnya berisi miniatur sebuah kota yang dipenuhi dengan gedung-gedung tempat kerja. Dilengkapi pula dengan mini bus yang bertugas mengantar berbagai profesi menuju tempat kerja sehingga setiap harinya kota tersebut terlihat sangat sibuk atau ramai dengan berbagai aktivitas. Oleh karena itu, papan alur tersebut diberi nama Maze of Busy City yang berarti papan alur untuk kota yang sibuk. Maze of Busy City merupakan Alat Permainan Edukatif hasil karya Nungky Rizka Nugraheni dalam mata kuliah pengembangan Alat Permainan Edukatif yang telah melalui proses validasi dari ahli materi dan ahli media serta telah 22

39 melalui proses uji coba dengan revisi. Maze of Busy City terbuat dari papan kayu pule dan kayu lapis (tripleks). Maze of Busy City merupakan gambaran sebuah kota (miniatur kota) yang padat atau ramai karena dipenuhi oleh bangunanbangunan tempat kerja dan berbagai orang dengan jenis pekerjaan (profesi) berlalu lalang di kota tersebut. Setiap harinya, orang yang akan berangkat bekerja diangkut oleh sebuah bus kota yang berkeliling mengitari keramaian kota. Bus tersebut mengantarkan penumpang dengan berbagai macam profesi menuju tempat kerja mereka. Di atas papan alur tersebut terdapat berbagai kelengkapan yang bisa dimainkan antara lain gedung-gedung yang menunjukkan tempat bekerja, replika bus dan beberapa beraneka boneka profesi. Namun jangan bayangkan bus yang akan membawa boneka profesi mengelilingi alur ini seperti kebanyakan bus di jalan raya atau kehidupan nyata. Karena bus tersebut sangat sederhana: terbuat dari kayu dan berisi lima penumpang (profesi) yang terdiri dari Guru, Dokter, Polisi, Juru Masak dan Pengantar Surat (Pak Pos). Pertama, sebuah bus yang mengangkut boneka profesi akan diberangkatkan dari terminal bus yang ada di pojok kanan atas papan alur. Kemudian bus akan digerakkan menuju tempat bekerja oleh anak yang memainkan papan alur tersebut. Ketika sampai di depan sebuah tempat kerja anak harus menurunkan boneka profesi yang sesuai dengan tempat kerja dimana bus tersebut berhenti. Begitulah seterusnya sampai semua penumpang turun di tempat kerjanya dan bus kembali lagi ke terminal tempat berhentinya. 23

40 d. Tujuan Pemanfaatan Maze of Busy City Alat Permainan Edukatif berbentuk maze of busy city ini dikembangkan dan dimanfaatkan melalui kegiatan bermain sambil belajar di Taman Kanak kanak dengan tujuan: 1) Pada nantinya, Alat Permainan Edukatif ini dapat meningkatkan kemampuan motorik halus dan motorik kasar siswa Taman Kanakkanak. 2) Meningkatkan daya nalar (pikiran logis) siswa Taman Kanak -kanak dalam mengenali kemudian menjodohkan antara jenis -jenis pekerjaan dan tempat kerja. 3) Meningkatkan semangat belajar, konsentrasi dan keaktifan siswa di dalam kegiatan pembelajaran. 4) Membangun karakter peserta didik agar lebih menghargai berbagai jenis profesi yang ada di dalam masyarakat. 5) Meningkatkan prestasi belajar siswa Taman Kanak-kanak. e. Kelebihan Maze of Busy City Alat Permainan Edukatif berbentuk Maze of Busy City ini dikembangkan dan dan dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan APE bentuk lainnya. Kelebihan tersebut adalah : 1) Maze of Busy City dapat digunakan untuk mengembangkan potensi kognitif, afektif dan psikomotor siswa Taman Kanak -kanak. 24

41 2) APE tesebut dikembangkan sesuai dengan karakteristik perkembangan siswa Taman Kanak kanak. 3) Maze of Busy City merupakan bentuk APE yang masih jarang digunakan di Taman Kanak kanak. 4) Bahan produksi APE bentuk maze ini tidak mudah rusak meskipun digunakan berkali-kali dan aman untuk digunakan anak-anak. 5) Ukuran APE berbentuk maze ini tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil sehingga tampak jelas saat digunakan untuk menjelaskan di depan kelas. 6) APE tersebut bisa digunakan untuk belajar mandiri ataupun secara berkelompok. 7) Maze of Busy City merupakan inovasi APE yang sebelumnya belum pernah dijumpai meskipun banyak APE sejenis. f. Langkah Pemanfaatan Maze of Busy City Langkah-langkah dalam menggunakan Maze of Busy City adalah sebagai berikut : 1) Maze of Busy City, APE ini dilengkapi dengan buku panduan Pemanfaatan sehingga pengguna tidak bingung ketika menggunakan APE ini. 2) Permainan ini dimulai dari berhentinya bus di terminal (pojok kanan atas maze) dan naiknya beberapa boneka profesi pada bus tersebut. 3) Setelah semua penumpang (boneka profesi) naik dan penuh, kemudian bus melaju mengitari keramaian kota. 4) Bus akan berkeliling melewati berbagai gedung tempat bekerja 25

42 5) Setibanya di depan tempat kerja, pengguna harus menurunkan salah satu boneka profesi yang bekerja di tempat tersebut. Misalkan bus berhenti di depan rumah sakit maka boneka profesi yang harus diturunkan adalah boneka profesi dokter. 6) Bus akan dibawa keliling menuju tempat kerja yang lain dan harus menurunkan boneka profesi di tempat kerja yang lain sampai semua boneka profesi tidak tersisa lagi di bus. 7) Setelah semua boneka profesi diturunkan di tempat kerjanya masing masing bus akan kembali lagi ke terminal sebagai tempat berhentinya. 3. Media Gambar a. Pengertian Media Gambar Sadiman (1986:9) mengungkapkan bahwa media gambar adalah suatu gambar yang berkaitan dengan materi yang sedang diajarkan dan berfungsi untuk menyampaikan pesan dari guru kepada siswa. Media gambar yang digunakan dapat membantu siswa mengungkapkan informasi yang terkandung di dalam masalah sehingga hubungan antar komponen dalam masalah tersebut terlihat lebih jelas. Sedangkan Hamalik (1994:95) mendefinisikan media gambar sebagai segala sesuatu yang diwujudkan secara visual ke dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan ataupun pikiran yang bentuknya bermacam-macam seperti lukisan, potret, slide, film, strip, dan proyektor. Media gambar merupakan media yang paling umum dipakai karena merupakan bahasa umum yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana. 26

43 Sejalan dengan hal tersebut, Sudjana (2007:68) mengungkapkan bahwa media gambar merupakan media visual dalam bentuk grafis. Media grafis di sini didefinisikan sebagai media yang mengkombinasi fakta dan gagasan secara jelas dan kuat melalui suatu kombinasi antara pengungkapan kata-kata dan gambar. Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa media gambar merupakan salah satu bentuk media yang digunakan untuk menyampaikan pesan (materi) pembelajaran dari guru kepada peserta didik dimana pesan atau materi tersebut dibuat dalam bentuk visual (dua dimensi) sesuai dengan materi yang sedang diajarkan. Pesan pembelajaran divisualisasikan dalam bentuk grafis yang mengkombinasikan antara tulisan dengan gambar. b. Pemanfaatan Media Gambar di Dalam Pembelajaran Pemanfaatan gambar disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak baik dalam hal ukuran gambar, detail (kejelasan) gambar, warna dan latar belakang. Gambar digunakan sebagai alat untuk membentuk pengalaman, memperkaya fakta dan memperbaiki kekuran jelasan pesan pembelajaran yang hendak disampaikan. Sebuah gambar akan menjadi kurang efektf apabila terlalu sering digunakan dalam waktu yang tidak lama. Gambar dapat digunakan untuk tujuan tertentu seperti pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman dasar. Mempelajari makna sebuah gambar di dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan cara menulis pertanyaan tentang gambar, menulis cerita, mencari gambar yang serupa dan menggunakan gambar tersebut untuk mendemonstrasikan suatu objek tertentu. 27

44 Pembelajaran di dalam kelas menggunakan sebuah gambar bisa dikatakan cukup efektif. Gambar yang digunakan di dalam pembelajaran biasanya merupakan gambar terpilih yang berukuran besar sehingga dapat dilihat dengan jelas oleh peserta didik, bisa ditempel, digantung ataupun diproyeksikan. Selain pesan pembelajaran tersampaikan dengan jelas, pemanfaatan media gambar juga dapat menyebabkan ruangan terlihat menarik, memotivasi siswa agar lebih semangat belajar, memusatkan perhatian siswa ketika pembelajaran berlangsung dan menambah pengetahuan siswa. Beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih gambar antara lain: a) Keaslian gambar Gambar menunjukkan situasi yang sebenarnya seperti melihat keadaan atau benda yang sesungguhnya. b) Kesederhanaan Gambar yang sederhana namun memiliki warna yang menarik jauh lebih berkesan dalam benak peserta didik. Jangan sampai peserta didik menjadi bingung dan tidak tertarik pada gambar. c) Memiliki nilai fotografi yang rendah Siswa lebih tertarik kepada gambar yang memiliki nilai fotografi rendah. Gambar yang bagus belum tentu menarik dan efektif digunakan di dalam pembelajaran. d) Artistik Segi artistik pada umumnya dapat mempengaruhi nilai gambar. Pemanfaatan gambar tentu saja disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. 28

45 c. Manfaat Penggunaan Media Gambar Arsyad (2009:25) mengemukakan bahwa manfaat praktis Pemanfaatan media gambar dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Media gambar dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat meningkatkan proses dan hasil belajar. 2) Media gambar dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat membangun motivasi belajar. 3) Media gambar dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu. Objek atau benda yang terlalu besar, terlalu kecil, rumit, kejadian langka atau percobaan yang membahayakan dapat disajikan dalam bentuk gambar. 4) Gambar dapat memberikan pengalaman dan persepsi yang sama pada siswa. d. Fungsi Media Gambar Levie dan Lentz dalam Arsyad (2009:16) mengungkapkan bahwa fungsi media gambar di dalam pembelajaran meliputi: 1) Fungsi Atensi Media visual berfungsi menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai materi pelajaran tersebut. Dengan adanya media tersebut, kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi pelajaran semakin besar. 2) Fungsi Afektif Fungsi afektif terlihat dari kenikmatan siswa saat belajar atau membaca teks yang bergambar. 29

46 3) Fungsi Kognitif Fungsi ini terlihat dari penemuan-penemuan atau hasil penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung di dalam gambar. 4) Fungsi Kompensatoris Media visual yang memberikan konsep tertentu akan membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks. e. Kelebihan Media Gambar Sadiman (1996 : 31) memaparkan kelebihan dan kekurangan media gambar yang digunakan di dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut: 1) Sifatnya konkrit dan lebih realistis dalam memunculkan pokok masalah jika dibandingkan dengan bahasa verbal. 2) Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. 3) Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. 4) Memperjelas masalah dalam bidang apa saja dan untuk semua orang tanpa memandang umur sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman. 5) Harganya murah dan mudah di dapat serta digunakan. Sedangkan Rahadi Ansto melalui Budiono dkk (2003) memaparkan kelemahan media gambar yang digunakan di dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 30

47 Kelemahan media gambar di dalam pembelajaran: 1) Hanya menampilkan persepsi indera mata, ukurannya terbatas hanya dapat dilihat oleh sekelompok siswa. 2) Gambar dapat diintepretasikan secara personal dan subjektif. 3) Gambar disajikan dalam ukuran yang sangat kecil sehingga kurang efektif. 4. Perkembangan Aspek Kognitif Anak-anak a. Pengertian Perkembangan Anak Sebelum membahas tentang perkembangan aspek kognitif anak-anak maka terlebih dahulu akan dibahas mengenai perkembangan anak. Banyak ahli mendefinisikan tentang perkembangan anak. F.J Monks melalui Prasetyaningrum (2009:1) mengemukakan bahwa perkembangan merupakan suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak dapat terulang kembali. Perkembangan identik dengan perubahan pada fungsi-fungsi tertentu secara kualitatif. Menurut Syaodih (2005:20) perkembangan merupakan suatu urut-urutan perubahan fungsional baik fungsi fisik maupun mental sebagai hasil keterkaitan dengan pengaruh lingkungan. Perubahan yang terjadi bersifat progresif, sistematis serta saling mempengaruhi antara aspek fisik dan psikis. Sedangkan Maryatun (2007:18) mengemukakan bahwa perkembangan merupakan sebuah proses yang menunjukkan bertambahnya kemampuan (keterampilan) dalam pola yang beraturan. Sebuah perkembangan dapat pula dikatakan sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi tertentu yang 31

48 berkaitan dengan aspek kemampuan fisik, intelektual, sosial, emosional dan bahasa. Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan anak merupakan sebuah proses perubahan pada seorang anak baik secara fisik maupun psikis yang bersifat kualitatif dan permanen (tidak dapat kembali ke bentuk semula). Perubahan yang tampak dari proses perkembangan adalah bertambahnya kemampuan baik kemampuan fisik, intelektual, sosial, emosional maupun bahasa pada anak sebagai hasil dari pematangan fungsi-fungsi organ atau bagian dari tubuh anak. b. Prinsip Perkembangan Anak Syaodih (2005:4) mengatakan bahwa di dalam proses perkembangan anak dikenal prinsip-prinsip perkembangan anak yang terdiri dari: 1. Perkembangan berlangsung seumur hidup dan meliputi semua aspek. Perkembangan tidak hanya berkenaan dengan aspek-aspek tertentu melainkan menyangkut semua aspek. Perkembangan terjadi sampai akhir hayat meskipun pada waktu tertentu perkembangan bisa berjalan dengan sangat lambat ataupun sangat cepat. Perkembangan setap anak tidaklah sama (berbeda-beda). 2. Setiap anak memiliki kecepatan (tempo) dan kualitas perkembangan yang berbeda-beda Seorang anak mungkin memiliki kemampuan berpikir dan membina hubungan sosial yang sangat tinggi dengan tempo perkembangan yang sangat cepat ataupun sebaliknya. 32

49 3. Perkembangan secara relatif beraturan dan mengikuti pola-pola tertentu. Perkembangan sesuatu bisa saja mendahului atau didahului. Misalnya anak bisa merangkak sebelum berjalan atau anak bisa meraban sebelum anak bisa berbicara. 4. Perkembangan berlangsung secara berangsur-angsur sedikit demi sedikit. Secara normal perkembangan berlangsung sedikit demi sedikit namun pada situasi tertentu dapat juga terjadi loncatan-loncatan atau kemacetan perkembangan pada aspek tertentu. 5. Perkembangan berlangsung dari kemampuan yang bersifat umum menuju kemampuan yang lebih khusus. Perkembangan dimulai dengan dikuasainya kemampuan-kemampuan yang bersifat umum seperti kemampuan memegang benda besar dengan kedua tangannya terlebih dahulu baru kemudian memegang dengan satu tangan tetapi dengan kelima jarinya. 6. Secara normal perkembangan individu mengikuti seluruh fase. Fase tertentu sering dilewati secara cepat karena faktor-faktor khusus sehingga yang tampak seperti fase tersebut tidak dilewati, sedangkan fase lainnya diikuti dengan sangat lambat sehingga yang tampak anak tersebut seperti tidak berkembang. 7. Perkembangan suatu aspek dapat dipercepat atau diperlambat Perkembangan dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan lingkungan. Kondisi yang wajar dapat menyebabkan perkembangan yang wajar pula 33

50 sedangkan ketidakwajaran dapat menyebabkan perkembangan yang lebih cepat atau justru lebih lambat. 8. Pada saat tertentu dalam bidang tertentu perkembangan pria berbeda dengan wanita Pada usia 12 sampai dengan 13 tahun, anak wanita lebih cepat matang secara sosial dibaningkan dengan laki-laki. Fisik laki-laki umumnya tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Mereka lebih kuat dalam kemampuan inteleknya sedangkan wanita lebih kuat dalam kemampuan estetika dan berbahasa. c. Aspek Perkembangan Anak Menurut Hadis (2006:53) secara garis besar ada empat aspek perkembangan anak yaitu perkembangan fisik, kognitif, bahasa dan sosial. 1. Perkembangan Motorik Pertumbuhan fisik pada setiap anak tidak selalu sama, ada beberapa anak yang mengalami pertumbuhan secara cepat, tetapi ada pula yang mengalami keterlambatan. Pertumbuhan fisik yang dialami anak akan mempengaruhi proses perkembangan motoriknya. Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot-otot yang terkoordinasi. Sebagian besar waktu anak dihabiskan dengan bergerak dan kegiatan bergerak ini akan sangat menggunakan otot-otot yang ada pada tubuhnya. 34

51 Gerakan yang banyak menggunakan otot-otot kasar disebut motorik kasar (gross motor) yang digunakan untuk melakukan aktivitas berlari, memanjat, melompat atau melempar. Sementara gerak yang menggunakan otot-otot halus yang disebut motorik halus (fine motor) cenderung hanya digunakan untuk aktivitas menggambar, meronce, menggunting, menempel atau melipat. Seiring dengan perkembangan fisik yang beranjak matang, perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas. Anak cenderung menunjukkan gerakan-gerakan motorik yang cukup gesit dan lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik seperti menulis, menggambar, melukis, berenang, main bola dan atletik. Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu penentu kelancaran proses belajar baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Dengan kata lain, perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan belajar anak di Sekolah Dasar. Pada usia dini, kematangan perkembangan motorik umumnya sudah mulai dicapai, karena itu anak sudah mulai siap untuk menerima kegiatan yang berkaitan dengan keterampilan. 35

52 2. Perkembangan Aspek Kognitif Kognitif dapat diartikan sebagai tingkah laku yang menyebabkan orang memperoleh pengetahuan atau sesuatu yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan. Selain itu kognitif juga dipandang sebagai suatu konsep yang mengacu kepada kegiatan mental yang terlibat di dalam perolehan, pengolahan, pengorganisasian dan pemanfaatan pengetahuan. Bila disimpulkan maka kognitif dapat dipandang sebagai kemampuan yang mencakup segala bentuk pengenalan, kesadaran, dan pengertian yang bersifat mental pada diri individu yang digunakan dalam interaksinya antara kemampuan potensial dengan lingkungan seperti mengamati, menafsirkan memperkirakan, mengingat, menilai dan lainlain. Ciri khas kognitif terletak dalam belajar memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi untuk mewakili obyek-obyek yang dihadapi kemudian dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang. Semua proses tersebut bersifat mental. Jadi, dapat dikatakan bahwa makin banyak pikiran dan gagasan yang dimiliki seseorang, makin kaya dan luaslah alam pikiran kognitif orang tersebut. 3. Perkembangan Bahasa Bahasa merupakan suatu urutan kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan informasi mengenai tempat dan waktu yang berbeda. Vygotsky melalui Syaodih (2017:12-13) berpendapat bahwa 36

53 perkembangan bahasa seiring dengan Perkembangan Aspek Kognitif, malahan saling melengkapi, keduanya berkembang dalam satu lingkup sosial. Sedangkan, Piaget melalui Santrock John W (1995:238) berpendapat Bahasa merupakan salah satu cara untuk mengekspresikan pikiran. Bahasa dapat membantu perkembangan aspek kognitif karena berperan dalam mengarahkan perhatian anak pada benda-benda baru atau hubungan baru yang ada di lingkungan, mengenalkan anak pada pandangan yang berbeda dan memberikan informasi pada anak. Bahasa merupakan salah satu dari berbagai perangkat yang terdapat dalam sistem kognitif manusia. Antara usia 4-5 tahun, anak sudah menguasai kalimat yang terdiri dari empat sampai lima kata. Mereka juga mampu menggunakan kata depan, seperti di bawah, di atas, di dalam dan di samping. Anak lebih banyak menggunakan kata kerja daripada kata benda. Pada masa akhir usia taman kanak-kanak anak umumnya sudah mampu berkata-kata sederhana dan berbahasa sederhana, cara bicara mereka telah lancar, dapat dimengerti dan cukup mengikuti tata bahasa walaupun masih sering terdapat kesalahan berbahasa. Berbicara berfungsi sebagai alat komunikasi dengan orang lain. Bila anak menguasai kata-kata, kalimat dan tata bahasa, mereka akan mampu berkomunikasi dengan baik dan efektif. Kemampuan berbahasa merupakan aspek penting yang perlu dikuasai anak, namun sayangnya 37

54 tidak semua anak menguasai kemampuan ini. Ketidakmampuan anak berkomunikasi secara baik disebabkan karena keterbatasan kemampuan menangkap pembicaraan orang lain. 4. Perkembangan Sosial Perilaku sosial merupakan aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain, baik dengan teman sebaya, guru, orang tua maupun saudarasaudaranya. Di dalam hubungan dengan orang lain, terjadi peristiwaperistiwa yang sangat bermakna dalam kehidupannya yang dapat membantu pembentukan kepribadiannya. Sejak kecil anak belajar mengenai cara berperilaku sosial sesuai dengan harapan orang-orang yang paling dekat dengannya, yaitu dengan ibu, ayah, saudara, dan anggota keluarga yang lain. Semua yang dipelajari anak dari lingkungan keluarganya turut mempengaruhi pembentukan perilaku sosialnya. Perilaku yang ditunjukkan anak dapat berbeda tergantung dengan siapa anak berhadapan. Johnson melalui Syaodih (2005:12) mengungkapkan bahwa anak berperilaku dalam suatu kelompok berbeda dengan perilakunya dalam kelompok lain. Perilaku anak dalam kelompok juga berbeda dengan pada waktu anak sendirian. Kehadiran orang lain dapat menimbulkan reaksi berbeda pada tiap-tiap anak. Perbedaan tersebut terjadi karena beberapa faktor yaitu: persepsi anak yang menjadi anggota kelompok, lingkungan tempat terjadinya interaksi dan pola kepemimpinan yang berlaku. 38

55 d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak Elizabeth B Hurlock melalui Sarwono (2000:21) mengemukakan bahwa baik faktor internal maupun eksternal dapat mempengaruhi tempo / kecepatan dan sifat atau kualitas kepribadian seseorang. Adapun beberapa faktor yang disebut faktor internal meliputi: 1. Intelegensi / Kecerdasan Intelegensi termasuk faktor penting, dimana intelegensi sangat menentukan tingkat kecepatan perkembangan kepribadian. Berdasarkan penelitian Terman LM (Genetic Studies of Genius) dan Meat TD (The Age of Walking and Talking in Relation to General Intelegence) telah dibuktikan adanya pengaruh intelegensi terhadap tempo perkembangan anak terutama dalam perkembangan berjalan dan berbicara. 2. Jenis Kelamin Perbedaan perkembangan antara kedua jenis kelamin tidak tampak jelas, yang nyata kelihatan adalah kecepatan dalam pertumbuhan jasmaniahnya. Pada waktu lahir, anak laki-laki lebih besar dari anak perempuan, tetapi anak perempuan lebih cepat perkembangannya dan lebih cepat pula dalam mencapai kedewasaannya daripada anak laki-laki. Dalam perkembangan mental tampak ada perbedaan, anak perempuan lebih cepat mencapai kedewasaannya dari pada anak laki-laki, terutama dalam kondisi kecerdasan. 39

56 3. Budaya Faktor budaya memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kepribadian dan kecerdasan seseorang. Hal yang termasuk dalam faktor budaya antara lain adalah latar belakang pekerjaan orang tua, tingkat pendidikan orangtua dan agama. e. Tanda-tanda Perkembangan Belajar Anak Dalam lingkungan keluarga yang memberikan nilai edukatif pada anak, orang tua perlu memiliki pengetahuan tentang perkembangan anak. Dengan memahami karakteristik seorang anak, orang tua dapat menangkap isyarat yang disampaikan oleh anak sehingga pada nantinya dapat merespon perilaku anak dengan cara yang membelajarkan anak. Sujiono dan Yuliani (2005:80) menguraikan perkembangan anak mulai dari bayi sampai usia menjelang sekolah sebagai berikut : 1. Usia 0 sampai dengan 6 bulan Berbagai hasil penelitian menunjukakan, bayi di usia awal bukanlah individu yang selalu harus dibantu, sosok yang merepotkan, atau individu yang tidak punya potensi apapun. Sebetulnya ia adalah seorang pebelajar yang aktif (an active learner). Hal tersebut dapat diketahui dari sejumlah perilaku yang ditampilakannya. Berikut ini ciriciri perkembangan bayi yang tampak jika dikaitkan dengan potensi belajarnya. 40

57 a) Segi Fisik 1) Sejak lahir bayi sudah dapat bergerak dan menggerakkan kepala ke arah sumber suara 2) Secara bertahap mampu memegang sesuatu secara tepat 3) Merasa senang saat didudukkan sambil berpegangan tangan dengan orang dewasa atau orangtuanya 4) Senang memegang makanan dan merasa senang saat makanan itu dibolak balikkan atau dimain-mainnkan di hadapannya b) Segi Sosial 1) Mampu melihat dan memandang orang dewasa agar memberi makan kepadanya 2) Tersenyum dengan muka cerah sambil bersuara riang saat ada yang menghampirinya c) Segi Kemampuan Berfikir dan Komunikasi 1) Menangis saat ada hal yang kurang menyenangkan atau merasa lapar 2) Mengeluarkan suara baik ocehan maupun celotehan tertentu yang khas 3) Tertawa saat diajak bercanda atau saat diajak bermain-main 4) Dapat memegang dan menggoyang-goyangkan obyek yang dipegangnya 41

58 2. Usia 6 sampai dengan 12 bulan Usia ini sering disebut sebagai usia infant. Memasuki usia tersebut tubuh atau postur anak menjadi lebih kokoh dan kuat. Perilaku anak mulai berubah dari yang berpusat pada diri sendiri menjadi explorasi dunia di sekitarnya. Melalui itulah anak memperoleh pengalaman dan kemampuan untuk membedakan keberadaan orang lain. a) Segi Fisik 1) Dengan dibiarkan atau dibimbing, anak dapat bergerak dari pangkuan ke arah duduk sendiri 2) Belajar minum dari gelas serta mengambil atau menyantap makanan dengan sendok ataupun tanpa sendok 3) Mulai merangkak, maju pelan-pelan atau menyeret kakinya untuk bergerak ke depan 4) Menarik, memegang atau mendorong tangan orang dewasa seperti hendak dituntun untuk berjalan 5) Dapat meraih benda yang ada di dekatnya b) Segi Sosial 1) Menolak atau mengganggu orang lain yang kurang dikenal dengan baik 2) Menunjukkan sikap baik kepada orang-orang yang familier dan akrab dengannya 42

59 c) Segi Kemampuan Berfikir dan Berkomunikasi 1) Menoleh atau memandang ketika namanya disebut 2) Mendengar dengan jelas dan dapat membedakan suara-suara yang didengarnya 3) Dapat meniru sejumlah kata-kata seperti mama, papa, baba, dada dan lain-lain 4) Dapat memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain 5) Dapat menyembunyikan benda-benda di sekitarnya dan mencari benda-benda yang disembunyikan atau dijauhkan darinya oleh orang lain 3. Usia 1 sampai dengan 2 tahun Usia ini sering disebut sebagai the early toddler. Di Indonesia dikenal dengan anak usia Batita (Bawah tiga tahun). Pada tahapan ini penting bagi orangtua untuk menjadi pengaman yang utama. Peran orangtua adalah mengarahkan gerak anak serta mendukung ketika diperlukan. Berikut merupakan perkembangan anak usia tersebut: a) Segi Fisik 1) Sudah bisa makan dan berjalan sendiri 2) Dapat mendorong atau menarik mainan sambil berjalan 3) Dapat melempar bola yang dipegang dan memegang pensil 4) Senang dengan benda-benda kecil yang terbuka atau tidak terbungkus 5) Senang memakai sepatu atau kaos kaki 43

60 b) Segi Sosial 1) Rasa takut pada orang yang belum dikenal mulai berkurang 2) Bermain atau memainkan sendiri objek yang dekat dengannya 3) Melindungi benda-benda yang dimiliki karena belum mengetahui arti untuk berbagi 4) Memukul atau mendorong jika merasa terancam atau terganggu c) Segi Kemampuan Berfikir dan Berkomunikasi 1) Mengerti makna melambaikan tangan sebagai ungkapan selamat jalan 2) Dapat menyampaikan maksud atau keinginannya 3) Senang dengan informasi bergambar 4) Menggunakan beberapa kata yang dikenal untuk berkomunikasi dan berbicara dengan kata-kata baru 5) Dapat mengingat letak benda-benda 6) Dapat memukul-mukul, menepuk-nepuk atau mendengungdengungkan benda tertentu sehingga menimbulkan suara tertentu. 4. Usia 2 sampai dengan 4 tahun Usia ini sering disebut sebagai usia awal pra sekolah atau sering disebut sebagai the young preschooler. Pada usia ini sosialisasi anak semakin baik. Anak sudah bisa berpasangan dengan teman main. Hal terpenting untuk anak pada masa ini adalah bagaimana ia menjadikan temannya sebagai bagian penting dan memfasilitasi perkembangannya. 44

61 Ciri ciri anak pada usia 2-4 tahun antara lain: a) Segi Fisik 1) Anak sudah dapat berjalan, berlari dan melompat dengan sempurna 2) Anak sudah dapat menaiki sepeda roda tiga 3) Anak sudah dapat menggunakan WC atau toilet sendiri b) Segi Sosial 1) Anak mulai dapat bermain kooperatif dengan anak lainnya 2) Anak dapat berbagi dan saling mengambil alih peran dengan teman bermain saat mereka berinteraksi atau bergabung c) Segi Kemampuan Berfikir dan Berkomunikasi 1) Anak mampu mengidentifikasi suara yang telah atau pernah diketahui misalan suara anjing, kucing, ayam dan lain-lain 2) Anak mampu bernyanyi atau melantunkan lagu-lagu dan irama 3) Anak dapat menghitung angka atau jumlah 4) Anak sering mengajukan pertanyaan 5) Sudah dapat berkomunikasi secara lisan meskipun pendekpendek. Ia mulai berlatih menggambar obyek yang dikenal. 5. Usia 4 sampai dengan 5 tahun Pertumbuhan dan perkembangan pada usia tersebut cukup berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Gerakan anak menjadi lebih mudah. Ia lebih senang beraktivitas fisik. Kemampuan konsentrasinya juga meningkat. 45

62 Berikut ciri-ciri anak pada usia tersebut: a) Segi Fisik 1) Mulai belajar menaiki sepeda roda dua 2) Dapat berjalan dengan seimbang dengan satu kaki 3) Mampu melompat dan meloncat dengan baik 4) Dapat memegang pensil dengan tepat 5) Sudah dapat berpakaian dan mengikat tali sepatu sendiri b) Segi Sosial 1) Kemampuan bersahabat lebih berkembang khususnya dengan sesama jenis 2) Keinginan untuk berbagi dan bertukar sesuatu atau pendapat dengan orang lain lebih berkembang 3) Dapat menunjukkan kemampuan dalam memahami perasaan orang lain c) Segi Kemampuan Berfikir dan Komunikasi 1) Dapat menjawab pertanyaan pertanyaan dengan jelas 2) Dapat menceritakan hal-hal yang terjadi pada situasi nyata atau melalui bantuan sebuah media 3) Dapat memberi informasi atau berbicara tentang pengalaman yang sudah dilalui walaupun masih kesulitan untuk mengungkapkan 4) Dapat mendongeng, bercanda dan menjawab tebak-tebakan 46

63 f. Perkembangan Aspek Kognitif Anak Kognitif merupakan salah satu aspek yang harus dikembangkan pada anak. Aspek ini berhubungan dengan bagaimana anak menggunakan kemampuan berfikirnya dalam memecahkan suatu persoalan. Di dalam kehidupan mungkin saja anak dihadapkan kepada persoalan-persoalan yang menuntut adanya pemecahan. Sebelum anak mampu menyelesaikan persoalan, anak perlu memiliki kemampuan untuk mencari tahu bagaimana cara menyelesaikannya. Piaget merupakan tokoh psikologi kognitif yang memandang anak sebagai partisipan di dalam proses perkembangan. Anak akan membangun teori berdasarkan eksperimen yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Saat anak menemukan benda atau peristiwa baru, anak akan berupaya untuk memahami berdasarkan teori yang telah dimilikinya. Para ahli psikologi perkembangan mengakui bahwa pertumbuhan berlangsung terus menerus mengikuti suatu tahapan perkembangan. Piaget melukiskan urutan Perkembangan Aspek Kognitif ke dalam empat tahapan yang berbeda yaitu: (a) tahap sensori motor, (b) tahap praoperasional, (c) tahap operasional konkrit, (d) tahap operasional formal. Santrock (2008:47) meyakini bahwa Perkembangan Aspek Kognitif manusia terjadi dalam empat tahapan yang urutannya tidak bisa berubah-ubah. Semua anak akan melalui tahapan sebagai berikut: 1) Tahap sensorimotor, berlangsung dari umur 0 sampai 2 tahun, bayi membangun pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman indra dengan gerakan motorik. 47

64 2) Tahap pra operasional, dari usia 2 sampai 7 tahun, pemikirannya yang tadinya masih bersifat simbolis sudah meningkat namun belum bersifat operasional. Dalam tahap ini anak masih bersifat egosentris dan intuitif daripada logis. 3) Tahap Operasional Konkret, dari usia 7 sampai 11 tahun. Pada tahap ini anak berpikir secara operasional dan penalaran logis sudah menggantikan penalaran yang bersifat intuitif. Meski hanya dalam situasi yang konkret, kemampuan klasifikasi sudah ada tetapi belum bisa memahami masalah yang sifatnya abstrak. 4) Tahap Operasional formal, dari usia 11 tahun sampai dengan dewasa. Pada tahapan ini, individu sudah mulai memikirkan pengalaman di luar pengalaman konkret, berpikir secara lebih abstrak, idealis dan logis. g. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif Mengenai faktor yang mempengaruhi Perkembangan Aspek Kognitif individu, telah terjadi perbedaan pendapat antara penganut psikologi dan penganut pedagogi radikal. Kelompok psikologi berpendapat bahwa perkembangan aspek kognitif sebesar 90% ditentukan oleh faktor heriditas dan pengaruh lingkungan. Pendidikan hanya memberikan konstribusi sekitar 10%. Sebaliknya, kelompok penganut pedagogi radikal sangat yakin bahwa lingkungan termasuk pendidikan di dalamnya memiliki andil sekitar 80 85% sedangkan faktor heriditas hanya memberikan kontribusi sebesar 15-20% saja. 48

65 Tanpa mempertentangkan kedua kelompok tersebut maka perkembangan intelektual sebenarnya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu heriditas dan lingkungan. Pengaruh kedua faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Faktor Heriditas Ardiansyah (2003:42) mengungkapkan jika seorang anak sudah memiliki sifat-sifat yang menentukan daya kinerja intelektualnya sejak dalam kandungan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa peran faktor hereditas terhadap perkembangan aspek kognitif seseorang karena adanya hubungan antara pertalian keluarga dengan ukuran IQ. Hasil penelitian dari Elenmeyer Kimling dan Jarvik mengungkapkan bahwa individu yang memiliki hubungan keluarga cenderung memiliki IQ yang sama (similiar). Sedangkan riset lain yang dilakukan oleh Jenks dan Munsinger (1978) menyimpulkan bahwa IQ anak lebih similiar dengan IQ orang tuanya. Dengan demikian, secara potensial anak membawa kemungkinan apakah akan berpikir secara normal, di atas normal atau justru malah di bawah normal. Tetapi potensi tersebut tidak akan berkembang secara optimal tanpa adanya lingkungan yang memberikan kesempatan untuk berkembang. Oleh arena itu, peran hereditas sangat menentukan perkembangan intelektual anak. 2. Faktor Lingkungan Selain faktor hereditas, kognitif seseorang juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Tingkat kognitif seseorang sangat ditentukan oleh 49

66 pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh dari lingkungan. Hasil penelitian Kamin (1978) menunjukkan bahwa anak-anak angkat yang hidup dalam lingkungan yang baik mengalami peningkatan IQ sampai dengan 5 poin sedangkan anak-anak angkat yang tinggal di lingkungan kurang baik tidak mengalami peningkatan taraf intelegensi. h. Model Taksonomi Bloom pada Ranah Kognitif Ranah kognitif pertama kali dikembangkan oleh Bloom. Ranah kognitif merupakan kemampuan hasil kerja otak. Bloom melalui Khadijah (2016: ) membagi ranah kognitif menjadi enam tingkatan kemampuan yang tersusun secara hierarkis mulai dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Artinya, keenam tingkatan ini merupakan kemampuan mulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Taksonomi Bloom digunakan sebagai cara untuk mengembangkan dan mengevaluasi pertanyaan yang diajukan guru kepada peserta didik. Kegiatan pembelajaran dapat dikembangkan menggunakan tingkat-tingkat berbeda dari taksonomi. Kunci untuk menyusun kegiatan adalah memasukkan beberapa tingkat dari taksonomi dalam kegiatan. Tingkatan dalam ranah kognitif tersebut meliputi : 1) Pengetahuan Pengetahuan didefenisikan sebagai ingatan terhadap hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya. Kemampuan ini merupakan kemampuan awal meliputi kemampuan mengetahui sekaligus menyampaikan ingatannya bila diperlukan. Hal ini termasuk mengingat bahan-bahan, benda, fakta, gejala, dan teori. Kata kuncinya meliputi definisikan, 50

67 identifikasi, memberi nama, sebutkan, jodohkan, buat bagan, mengingat kembali, mengenali, memilih, memproduksi kembali, menyatakan. Contoh: menyebutkan nama suatu benda atau makhluk Tuhan. 2) Pemahaman Pemahaman didefenisikan sebagai kemampuan untuk memahami materi/bahan. Proses pemahaman terjadi karena adanya kemampuan menjabarkan suatu materi/bahan lain. Seseorang yang paham akan sesuatu ditandai dengan kemampuan menjelaskan pernyataan dengan kalimat sendiri, dan menafsirkan sesuatu melalui kalimat sendiri atau rangkuman. Pemahaman juga dapat ditunjukkan dengan kemampuan memperkirakan kecenderungan, kemampuan meramalkan akibat-akibat dari berbagai penyebab sutau gejala. Hasil belajar dari pemahaman lebih maju dari ingatan sederhana, hafalan atau pengetahuan tingkat rendah. Kata kuncinya meliputi mengubah, mempertahankan, membedakan, memperkirakan, menjelaskan, memperluas, generalisasi dan memberikan. Contoh: membedakan berbagai warna, rasa, bau dan benda. 3) Penerapan Penerapan didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari dan dipahami ke dalam situasi konkrit, nyata, atau baru. Kemampuan ini mencakup Pemanfaatan pengetahuan, aturan, rumus, konsep, prinsip, hukum, dan teori. Hasil belajar untuk kemampuan menerapkan ini tingkatannya lebih tinggi dari pemahaman. 51

68 Kata kunci meliputi aplikasikan, ubah, hitung, kembangkan, tunjukkan, temukan, manipulasi, modifikasi, operasikan, prediksi, menyiapkan, memproduksi, mengaitkan, menunjukkan, memecahkan, dan menggunakan. Contoh: menggunakan jari atau benda untuk berhitung. 4) Analisis Analisis merupakan kemampuan untuk menguraikan materi ke dalam bagian-bagian atau komponen-komponen yang lebih terstruktur dan mudah dimengerti. Kemampuan menganalisis termasuk mengidentifikasi bagian-bagian, menganalisis kaitan antar bagian, serta mengenali atau mengemukakan organisasi dan hubungan antar bagian tersebut. Hasil belajar analisis merupakan tingkatan kognitif yang lebih tinggi dari kemampuan memahami dan menerapkan, karena untuk memiliki kemampuan menganalisis, seseorang harus mampu memahami isi/substansi sekaligus struktur organisasinya. Kata kuncinya meliputi analisa, pisahkan, bandingkan, kontras, diagram, memisahkan, membedakan, identifikasi, gambarkan, ambil kesimpulan, buat bagan, kaitkan, pilih, pisahkan. Contoh: menggambar suatu benda atau peristiwa. 5) Sintesis Sintesis merupakan kemampuan untuk mengumpulkan bagianbagian menjadi suatu bentuk yang utuh dan menyeluruh. Kemampuan ini meliputi memproduksi bentuk komunikasi yang unik dari segi tema dan cara meng-komunikasikannya, membuat model atau pola yang 52

69 mencerminkan struktur yang utuh dan menyeluruh dari keterkaitan pengertian atau informasi abstrak. Hasil belajar sintesis menekankan pada perilaku kreatif dengan mengutamakan perumusan pola atau struktur yang baru dan unik. Kata kuncinya meliputi kombinasikan, ciptakan, rancang, jelaskan, buatlah, modifikasi, organisasikan, rencanakan, susun kembali, kaitkan, rangkumlah, ceritakan dan tuliskan. Contoh: merancang bangunan dari potongan balok atau puzzle. 6) Penilaian Penilaian ialah kemampuan untuk memperkirakan dan menguji nilai suatu materi untuk tujuan tertentu. Penilaian didasari dengan kriteria yang terdefenisikan (sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan). Hasil belajar penailaian merupakan tingkatan kognitif paling tinggi sebab berisi unsur-unsur dari semua kategori, termasuk kesadaran untuk melakukan pengujian yang syarat nilai dan kejelasan kriteria. Kata kuncinya meliputi nilai, bandingkan, simpulkan, mengkritik, bedakan, menjelaskan, membedakan, mengevaluasi, menginterpretasikan, memberikan alasan, menghubungkan dan merangkum. Contoh: memilih gambar yang benar dan gambar yang salah. i. Media Pengembangan Aspek Kognitif Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa dalam proses pembelajaran. Sejalan 53

70 dengan hal tersebut Briggs dalam Zaman dan Eliyawati (2010) menyatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai adalah contoh-contohnya. Artinya, media sebagai alat fisik atau alat yang dapat di tampilkan, dilihat maupun di dengar untuk menyajikan pesan. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media merupakan sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan informasi belajar yang dapat merangsang pikiran, perhatian dan minat untuk belajar. Kemp dan Dayton melalui Achmadzuhrihs (2011) menyatakan bahwa media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama yaitu untuk memotivasi minat atau tindakan, menyajikan informasi, dan memberikan instruksi. Untuk memahami peranan media dan sumber belajar dalam proses pemerolehan pengalaman, Edgar Dale menggambarkannya dalam sebuah kerucut yang dikenal dengan sebutan Kerucut pengalaman (cone of experience) 54

71 Kerucut pengalaman tersebut memberikan gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati dan mendengarkan melalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkret siswa mempelajari bahan pelajaran, maka semakin banyak pengalaman yang diperolehnya. Jika kita mencermati kerucut pengalaman tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pengetahuan itu dapat diperoleh melalui pengalaman langsung dan tidak langsung. Semakin langsung objek yang dipelajari, maka semakin konkret pengetahuan yang diperoleh, sebaliknya jika semakin tidak langsung pengetahuan itu diperoleh, maka semakin abstrak pengetahuan siswa. Berdasarkan uraian di atas maka kedudukan komponen media dan sumber belajar dalam proses belajar mengajar memiliki peran dan fungsi yang sangat penting, sebab tidak semua pengalaman belajar dapat diraih secara langsung. Dalam hal ini media dan sumber belajar dapat digunakan agar dapat memberikan pengetahuan yang konkret, tepat, dan mudah dipahami. Adapun syarat-syarat media dalam perkembangan aspek kognitif anak usia dini, adalah: a) Menarik / menyenangkan baik warna maupun bentuk, b) Tumpul / tidak tajam bentuknya, c) Ukuran disesuaikan anak usia TK, d) Tidak membahayakan anak, e) Dapat dimanipulasi. Sedangkan, beberapa syarat umum yang harus dipenuhi dalam pemanfaatan media pengajaran dalam proses belajar mengajar, antara lain: a) Media pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah 55

72 ditetapkan, b) Media pembelajaran tersebut merupakan media yang dapat dilihat atau didengar, c) Media pembelajaran yang digunakan dapat merespon siswa belajar, d) Media pembelajaran juga harus sesuai dengan kondisi individu siswa, e) Media pembelajaran tersebut merupakan perantara dalam proses pembelajaran. j. Proses Pemrosesan Informasi pada Anak Menurut Budiningsih (2003:32) teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak. Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu yang dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui beberapa indera. Model pemrosesan informasi berasumsi bahwa anak-anak mempunyai kemampuan yang lebih terbatas dan berbeda dibanding orang dewasa. Anak-anak tidak dapat menyerap banyak informasi, kurang sistematis dalam hal informasi apa yang diserap, tidak mempunyai banyak strategi untuk mengatasi masalah, tidak mempunyai banyak pengetahuan mengenai dunia yang diperlukan untuk memahami masalah, dan kurang mampu memonitor kerja proses kognitifnya. Sebuah informasi yang diterima diolah dengan tingkatan yang berbeda. Semakin dalam pengolahan yang dilakukan, semakin baik informasi tersebut diingat. Pada tingkat pengolahan pertama akan diperoleh persepsi, yang merupakan kesadaran seketika akan lingkungan. Pada tingkat pengolahan berikutnya akan diperoleh gambaran struktural dari informasi. Pada tingkat 56

73 pengolahan terdalam akan diperoleh makna (meaning) dari informasi yang diterima. Berbagai stimulus informasi diproses dalam berbagai tingkat kedalaman secara bersamaan bergantung kepada karakternya. Semakin dalam suatu informasi diolah, maka informasi tersebut akan semakin lama diingat. Sebagai contoh, informasi yang mempunyai imaji visual yang kuat atau banyak berasosiasi dengan pengetahuan yang telah ada akan diproses secara lebih dalam. Demikian juga informasi yang sedang diamati akan lebih dalam diproses daripada stimuli atau kejadian lain di luar pengamatan. Dengan kata lain, manusia akan lebih mengingat hal-hal yang mempunyai arti bagi dirinya atau hal-hal yang menjadi perhatiannya karena hal-hal tersebut diproses secara lebih mendalam daripada stimuli yang tidak mempunyai arti atau tidak menjadi perhatiannya. Untuk memperoleh tingkatan yang lebih dalam, aktivitas pengulangan haruslah bersifat elaboratif. Dalam hal ini, pengulangan harus merupakan sebuah proses pemberian makna (meaning) dari informasi yang masuk. Menurut Budiningsih (2003:32) Istilah elaborasi sendiri mengacu kepada sejauh mana informasi yang masuk diolah sehingga dapat diikat atau diintegrasikan dengan informasi yang telah ada dalam ingatan. Telah disebutkan bahwa prinsip dasar pemrosesan informasi adalah semakin besar upaya pemrosesan informasi selama belajar, semakin dalam informasi tersebut akan disimpan dan diingat. Prinsip ini telah banyak diaplikasikan dalam penyusunan setting pengajaran verbal, seperti mengingat daftar kata, juga pengajaran membaca. 57

74 5. Karakteristik Siswa Taman Kanak-kanak Peserta didik di Taman Kanak kanak berada pada usia 4 sampai dengan 6 tahun yang terbagi ke dalam kelompok A dan kelompok B. Melalui observasinya, Piaget dalam Santrock (2008:47) meyakini bahwa perkembangan kognitif manusia terjadi dalam empat tahapan, yaitu : 1) Tahap sensorimotor, berlangsung dari umur 0 sampai 2 tahun, bayi membangun pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman indra dengan gerakan motorik. 2) Tahap pra operasional, dari usia 2 sampai 7 tahun, pemikirannya yang tadinya masih bersifat simbolis sudah meningkat namun belum bersifat operasional. Dalam tahap ini anak masih bersifat egosentris dan intuitif daripada logis. 3) Tahap Operasional Konkret, dari usia 7 sampai 11 tahun. Pada tahap ini anak berpikir secara operasional dan penalaran logis sudah menggantikan penalaran yang bersifat intuitif. Meski hanya dalam situasi yang konkret, kemampuan klasifikasi sudah ada tetapi belum bisa memahami masalah yang sifatnya abstrak. 4) Tahap Operasional formal, dari usia 11 tahun sampai dengan dewasa. Pada tahapan ini, individu sudah mulai memikirkan pengalaman di luar pengalaman konkret, berpikir secara lebih abstrak, idealis dan logis. 58

75 Selain itu, Kartono (1995:107) mengungkapkan karakteristik anak masa kanak-kanak antara lain sebagai berikut: 1) Berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif dalam melakukan berbagai kegiatan. Hal ini baik, karena dengan aktif melakukan kegiatan otot-otot kecil maupun besar akan berkembang dengan baik. 2) Perkembangan bahasa anak juga semakin baik. Anak mulai mampu memahami apa yang dibicarakan oleh orang lain dan mampu mengungkapkan apa yang dipikirkannya dalam batasan-batasan tertentu. 3) Perkembangan kognitif (daya pikir) anak sangat pesat. Hal tersebut ditunjukkan dengan rasa ingin tahu yang semakin luar biasa terhadap apa yang ada di lingkungan sekitar. 4) Bentuk permainan anak masih bersifat individual bukan permainan yang bersifat sosial meskipun ketika bermain terlihat anak sedang bermain bersama-sama dengan temannya. Moeslichatoen melalui Syaodih (2017:4) menambahkan beberapa ciri pertumbuhan anak Taman Kanak-kanak sebagai berikut : 1) Anak- anak sudah mampu memenuhi kebutuhan fisiknya sendiri. Misalkan mulai makan dan memakai baju sendiri meski tidak rapi dan membutuhkan waktu yang lama. 2) Anak-anak mulai mengenal kehidupan sosial. Mereka mulai menjalin pertemanan satu sama lain, mematuhi peraturan atau kesepakatan yang dibuat bersama, mulai memahami hak dan kewajiban dan yang lebih 59

76 penting mereka mulai mau bergaul dan menjalin kerjasama dengan orang lain. 3) Terkadang masih tergantung kepada orang lain dan memerlukan pendampingan ketika belajar. 4) Memahami kegiatan orang dewasa dan mampu mengimitasikannya melalui kegiatan bermain. 5) Mampu menunjukkan kemampuan memecahkan persoalan dengan berpikir mengenai hal-hal yang konkrit. 6) Dorongan untuk mengeksploitasi lingkungan dengan cara bertanya tentang segala sesuatu kepada orang di sekitarnya untuk memperoleh informasi atau pengalaman. 7) Anak-anak mulai mampu menyesuaikan emosi dengan kejadian yang dialami. Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka disimpulkan bahwa siswa Taman Kanak -kanak berada pada tahapan berpikir pra-operasional dimana anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar tentang segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Mereka juga mulai memahami kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan oleh orang dewasa bahkan terkadang apa yang dilakukan atau dikerjakan orang dewasa diimitasikan / ditirukan melalui kegiatan bersama temannya. Meskipun terlihat bermain bersama namun anak-anak masih bersifat individualis, mereka terkadang juga masih tergantung kepada orang lain dan memerlukan pendampingan dari orang yang lebih dewasa saat bermain sambil belajar. Oleh karena itu dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak, pendidik 60

77 perlu mengenalkan peran orang dewasa (macam-macam pekerjaan orang dewasa) melalui kegiatan bermain sambil belajar yang menyenangkan menggunakan media atau sumber belajar yang konkrit dan menarik untuk membantu siswa memenuhi rasa ingin belajar dan keingintahuannya karena mengandalkan apa yang disampaikan oleh guru di kelas saja nyatanya tidak cukup untuk mencapai prestasi belajar yang baik dan memuaskan. B. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian pertama yang relevan dengan penelitian ini adalah Pengaruh Pemanfaatan Maze Alur Tulis terhadap Keterampilan Motorik Halus pada Anak Taman Kanak-kanak yang disusun oleh Ninda Febriana Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemanfaatan alat permainan edukatif maze alur tulis memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan motorik halus pada anak Kelompok A TK ABA Janturan Umbulharjo Yogyakarta. Penelitian kedua adalah penelitian dengan judul Pengaruh Permainan Maze terhadap Tumbuh Kembang Anak Pra-Sekolah di Taman Kanak-kanak Pembina KH Dewantara Kota Gorontalo yang disusun oleh Cinangsih Hasan Program Studi Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo pada tahun Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna mengenai nilai rata-rata antara sebelum dan sesudah Pemanfaatan maze. Penelitian tersebut menunjukkan terdapat pengaruh Pemanfaatan maze terhadap tumbuh kembang khususnya fungsi kognitif anak pra sekolah. 61

78 Dari kedua penelitian di atas maka dapat dilihat suatu keterkaitan, yakni Pemanfaatan APE berbentuk maze berpengaruh terhadap aspek perkembangan siswa di Taman Kanak-kanak. Dengan menggunakan APE Maze of Busy City diharapkan dapat merangsang ketertarikan siswa, menumbuhkan semangat dalam belajar dan nantinya dapat memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan bahkan berkesan sehingga berdampak positif terhadap perkembangan aspek kognitif siswa pada tema Pekerjaan. C. Kerangka Berpikir Pendidikan di Taman Kanak-kanak bertujuan untuk menyiapkan anak memasuki pendidikan dasar dan mengembangkan potensi setiap anak yang meliputi nilai-nilai agama, moral, emosi, kognitif, bahasa, motorik ataupun seni. Agar tujuan tersebut dapat tercapai dengan baik maka pembelajaran di Taman Kanak-kanak harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan karakteristik anak yang berada pada tahapan perkembangan Pra-operasional. Pada tahapan tersebut anak mengenal lingkungannya secara utuh dan konkrit. Dalam memperlajari materi yang baru pun harus ada media yang konkrit dan tidak abstrak bagi anak. Media tersebut harus tampak secara fisik, bisa diamati dan dimainkan sehingga anak bisa bereksplorasi dan menemukan pengetahuan baru. Anak-anak juga mulai menjalin pertemanan, bergaul dan menjalin kerjasama dengan orang lain karena di usia tersebut anak masih tergantung kepada orang lain dan memerlukan pendampingan baik guru ataupun orang yang lebih dewasa sehingga dapat membantu mengkonstruksi pemahaman anak yang diperoleh dari kegiatan bermainnya. 62

79 Sebagaimana disebutkan dalam teori pemrosesan informasi dalam Budiningsih (2003:21) bahwa anak usia pra sekolah akan memahami sesuatu dengan baik terutama jika mereka menggunakan benda-benda konkret.dengan media pembelajaran, anak akan lebih aktif di dalam pembelajaran, mencari tahu tentang informasi baru yang diterimanya sehingga sangat mudah dalam mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak dirancang sedemikian rupa. Bahan ajar (tema) yang disampaikan disesuaikan dengan lingkungan. Salah satu tema yang diajarkan adalah tentang pekerjaan (profesi). Tema tersebut penting untuk dikenalkan sejak dini agar anak mengetahui dan menghargai setiap jenis profesi yang ada di dalam masyarakat. Jangan sampai anak hanya menghargai profesi tertentu karena dianggap memiliki keahlian khusus. Terlepas dari tujuan tersebut, mengenalkan jenis profesi sejak dini juga penting untuk memberikan motivasi kepada anak agar belajar lebih rajin dalam upaya mencapai pekerjaan yang dicitacitakan. Sayangnya, dalam pembelajaran tentang pekerjaan, anak- anak masih kesulitan untuk mengenali jenis-jenis pekerjaan dan tempat kerja. Hal tersebut disebabkan karena kurang optimalnya pemilihan dan pemanfaatan media pembelajaran di TK ABA II Wonosari. Akibatnya perkembangan kognitif anak bisa dikatakan biasa saja (belum optimal) jika dibandingkan dengan aspek perkembangan yang lain. Hal tersebut terlihat dari keterlibatan anak di dalam kelas. Ketika anak mulai jenuh di dalam pembelajaran mereka selalu mencari-cari kegiatan (kesibukan) seperti misalnya jalan-jalan di dalam kelas, mengganggu teman atau ngobrol dengan teman dekat. 63

80 Berangkat dari hal tersebut maka diperlukan suatu terobosan baru yang dapat menghidupkan semangat siswa untuk memperlajari jenis-jenis pekerjaan dan tempat kerja. Perlu dimanfaatkan media pembelajaran yang dapat merangsang siswa agar lebih semangat dan belajar aktif. Dengan semangat tersebut tentu saja siswa lebih mudah dalam belajar karena semua yang dipelajari akan bermakna dan berkesan bagi mereka sehingga dapat meningkatkan pemahaman anak dalam tema pekerjaan. Anak usia dini berada dalam usia atau masa bermain dimana menurut Piaget dalam Suyanto (2005:124) bahwa bermain tidaklah sekedar memainkan mainan namun melalui kegiatan tersebut merupakan kegiatan mengkontruksi pengetahuan baru. Maka dari itu, untuk meningkatkan pemahaman anak digunakanlah Alat Permainan Edukatif. Alat Permainan Edukatif berbentuk Maze of Busy City merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat menggerakkan siswa untuk lebih aktif dan semangat dalam belajar. Selain itu Maze of Busy City juga membuat pembelajaran lebih menyenangkan karena merupakan sumber belajar (media pembelajaran) berbentuk alat permainan yang menampilkan jenis-jenis pekerjaan secara konkret dan dapat dimainkan melalui kegiatan bermain yang sebenarnya dilakukan sambil belajar. APE Maze of Busy City membawa pesan atau informasi mengenai jenisjenis pekerjaan dan tempat kerja melalui komponen boneka profesi dan rumahrumahan sebagai tempat kerja. Papan alur yang dibuat berwarna-warni setiap bloknya berfungsi untuk membantu siswa agar lebih mudah mengenali tempat kerja dari masing-masing profesi melalui warna. Selain itu desain papan alur 64

81 dibuat dengan banyak jalan dan belokan berfungsi untuk merangsang daya nalar (pemahaman) siswa dalam memilih jalan yang akan dilalui untuk sampai di tempat kerja. Sebagaimana yang dikatakan oleh Vygotsky dalam Zaman (2007 :6.2) bahwa disamping fungsinya sebagai alat belajar, maze pun berfungsi untuk menyelesaikan permasalahan (problem solving) dan mengembangkan daya nalar atau pemahaman. Hal tersebut sejalan dengan fungsi kegiatan bermain di dalam pendidikan. Melalui maze of busy city anak akan tahu dimana tempat kerja sebuah profesi karena boneka profesi yang ada di dalam bus akan diantarkan menuju tempat kerja dimana jalan menuju tempat kerja tersebut sudah digambarkan di dalam buku panduan penggunaan. Ketika sampai di depan tempat kerja, boneka profesi yang bersangkutan akan diturunkan dan di tancapkan pada tempat yang telah tersedia. Dari situlah anak menjadi tahu. Anak juga bisa paham mengenai peralatan yang digunakan dalam berkerja dari gambar peralatan yang dibaea oleh boneka profesi. Pemahaman anak tersebut dipeorleh melalui proses yang cukup panjang yang dikenal dengan proses pemrosesan informasi. Jalannya informasi sampai akhirnya menjadi pengetahuan baru dijelaskan dalam Budiningsih (2003:34) pertama informasi yang datang mengenai jenis-jenis pekerjaan dan tempat kerja akan diterima oleh sensory receptor yang merupakan sel penerima informasi (paling awal) kemudian informasi tersebut akan ditangkap oleh working memory melalui kegiatan memperhatikan yang dipengaruhi oleh persepsi. Di situlah tema pekerjaan akan ditangkap oleh anak dan diolah dalam pengetahuannya menjadi 65

82 sebuah pengetahuan baru hingga akhirnya keluarlah sebuah reaksi dari siswa dalam bentuk keaktifan di dalam pekerjaan baik dalam mengerjakan tes yang diberikan ataupun keaktifan dalam berdialog mengenai tema pekerjaan. D. Hipotesis Berdasarkan kajian pustaka, penelitian relevan dan kerangka pikir di atas maka dapat diajukan suatu hipotesis sebagai berikut: H 1 : Terdapat pengaruh yang signifikan dalam pemanfaatan Alat Permainan Edukatif (APE) Maze of Busy City Terhadap Pemahaman Tema Pekerjaan pada Anak Kelompok A TK ABA II Wonosari Gunungkidul 66

83 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Desain Penelitian 1. Metode dan Pendekatan Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah yang dimaksud di sini berarti kegiatan penelitian yang dilakukan bersifat rasional, empiris dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Sedangkan empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia sehingga orang lain pada nantinya akan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sebuah penelitian juga harus bersifat sistematis, artinya proses yang digunakan dalam penelitian menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis. Metode penelitian dilakukan untuk mendapatkan data. Menurut Sugiyono (2011:3) ada dua macam data dalam penelitian yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, gerak tubuh, ekspresi wajah, bagan, gambar dan foto. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka. Berdasarkan jenis metode penelitian di atas, peneliti memilih menggunakan metode penelitian kuantitatif karena peneliti ingin mendapatkan informasi yang luas namun tidak mendalam dari suatu populasi, peneliti juga ingin mengetahui pengaruh dari sebuah perlakuan / treatment tertentu terhadap yang lain melalui 67

84 metode eksperimen, selain itu peneliti juga bermaksud menguji hipotesis penelitian dan mendapatkan data yang akurat melalui penelitian tersebut. Menurut Asmaldi (2007:18-21) ada 2 alternatif pendekatan yang dapat diterapkan di dalam kegiatan penelitian, antara lain: 1) Studi deskriptif / survey Peneliti mampu membentuk sebuah kelompok-kelompok dan menghubungkan antara variabel satu dengan variabel lainnya. Peneliti tertarik untuk mendeskripsikan kecenderungan perilaku individu dalam populasi yang besar. Dalam kasus ini, satu survey merupakan prosedur yang baik untuk digunakan dengan cara memberikan angket pada satu sampel untuk mendeskripsikan sikap, opini, perilaku atau karakteristik responden. Dari hasil survey tersebut, peneliti membuat claim tentang kecenderungan yang ada di dalam populasi. 2) Studi Eksperimental / Quasi Eksperimental Penelitian ini digunakan untuk menguji apakah suatu perlakuan tertentu dapat mempengaruhi perilaku tertentu pada sekelompok subyek. Prosedur penelitian eksperimen ideal diterapkan untuk keperluan tersebut. Pendekatan eksperimen atau pendekatan quasi eksperimen disebut juga sebagai penelitian intervensi atau pembandingan kelompok. Peneliti memberikan perlakuan (treatment) pada sekelompok subjek kemudian mencatat perubahan perilaku yang terjadi pada kelompok subjek tersebut dengan menggunakan kriteria tertentu. 68

85 Perlakuan tersebut bisa berwujud aktivitas atau bahan yang diasumsikan dapat menyebabkan perubahan perilaku. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif dan jenis pendekatan yang digunakan adalah studi eksperimen. 2. Desain Penelitian Sugiyono (2011:105) mengemukakan bahwa desain penelitian dimaksudkan sebagai suatu rencana dan struktur pelaksanaan penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga pada nantinya akan diperoleh sebuah jawaban dari kegiatan penelitian. Kegunaan desain penelitian adalah untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan penelitian, mengontrol dan mengendalikan variabel. Dalam penelitian eksperimen desain penelitian disebut desain penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono (2011:109), penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain Pre-test-Post-test Control Group Design karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Berikut desain Pre-test-Post-test Control Group Design menurut Sugiyono (2011:114) R O 1 X O 2 R O 3 O 4 (Sugiyono, 2011 :114) 69

86 Keterangan: R : Pengambilan sampel secara random (acak) O 1,3 : Pre-test O 2,4 : Post-test X : Treatment (perlakuan) Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random (acak) kemudian diberi pre-test untuk mengetahui keadaan awal, adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Hasil pre-test yang baik bila nilai dari kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan. O 1 dan O 3 merupakan derajat capaian aspek pemahaman anak sebelum mendapat perlakuan dengan menggunakan APE berbentuk Maze of Busy City. O2 merupakan derajat capaian aspek pemahaman anak setelah mendapat perlakuan. Sedangkan O 4 merupakan derajat capaian aspek pemahaman anak yang tidak mendapat perlakuan menggunakan Maze of Busy City. Pengaruh pemanfaatan Maze of Busy City terhadap aspek pemahaman anak Taman Kanak-kanak adalah: (O 2 O 1 ) (O 4 O 3 ) 3. Prosedur Penelitian Sesuai dengan desain penelitian Pre-test-Post-test Control Group Design akan diimplementasikan dalam 3 tahap implementasi a. Tahap Pra-eksperimen Pada tahap pra-eksperimen, peneliti melakukan pengontrolan terhadap variabel usia, jenis kelamin serta pekerjaan orang tua di kelas ekperimen dan kontrol. Pengontrolan ini bertujuan untuk mengetahui kesepadanan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan demikian dapat diketahui bahwa kelompok eksperimen dan kontrol memiliki kesamaan yang signifikan baik 70

87 dilihat dari variabel usia, jenis kelamin, maupun jenis pekerjaan orang tua. Pengambilan data dilakukan melalui dokumentasi data tabel yang diambil dari pendidik kelas tersebut dan pre-test berupa tes dan observasi di awal sebelum diberi perlakuan. Berikut data yang dapat diketahui dari kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol: 1) Jenis Kelamin Dari data yang diperoleh, anak kelompok A 1 TK ABA II Wonosari terdiri dari 6 siswa berjenis kelamin laki-laki dan 14 anak berjenis kelamin perempuan. Sedangkan kelompok A 2 TK ABA II Wonosari terdiri dari 8 anak berjenis kelamin laku-laki dan 11 anak berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan sampel, kelompok kontrol yaitu kelompok A 2 menyesuaikan kelompok eksperimen. Subyek pada kelompok eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada tabel 1 dan data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 127. Tabel 1. Data Jenis Kelamin Subyek Penelitian No Kelompok Jenis Kelamin Jumlah Subyek Laki-laki Perempuan 1 Eksperimen Kontrol Jumlah Dari tabel di atas dapat diketahui agar diperoleh hasil yang sepadan antar subyek penelitian pada variabel jenis kelamin maka dilakukan pengontrolan variabel tersebut dengan mengambil sampel penelitian sebanyak 4 laki-laki dan 6 perempuan dari kelompok eksperimen. Sedangkan dari kelompok kontrol diambil sampel sebanyak 4 laki-laki 71

88 dan 6 perempuan sehingga antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sampel yang diambil sama-sama berjumlah 10 anak. 2) Usia Pengontrolan terhadap variabel usia peserta didik didasarkan dari data dokumentasi. Hasil studi dokumentasi usia subyek pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 2 dan data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 128. Tabel 2. Data Usia Subyek Penelitian No Kelompok Usia Jumlah Subyek 5 tahun 6 tahun 1 Eksperimen Kontrol Jumlah Dari tabel di atas dapat diketahui agar diperoleh hasil yang sepadan antar subyek penelitian pada variabel usia maka dilakukan pengontrolan variabel tersebut dengan mengambil sampel penelitian sebanyak 8 anak berusia 5tahun dan 2 anak berusia 6 tahun dari kelompok eksperimen. Sedangkan dari kelompok kontrol diambil sampel sebanyak 1 anak berusia 5 tahun dan 9 anak berusia 6 tahun sehingga antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sampel yang diambil sama-sama berjumlah 10 anak. 3) Jenis Pekerjaan Orang tua Hasil studi dokumentasi jenis pekerjaan orang tua subyek pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 3 dan data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3 halaman

89 Tabel 3. Jenis Pekerjaan Orang tua No Kelompok Jenis Pekerjaan Orang tua Jml Subyek PNS Swasta Wiraswasta Tani 1 Eksperimen Kontrol Jumlah Dari tabel di atas dapat diketahui agar diperoleh hasil yang sepadan antar subyek penelitian pada variabel jenis pekerjaan orang tua maka dilakukan pengontrolan variabel dengan hasil siswa dari kelompok eksperimen orangtuanya bekerja sebagai PNS 3 anak, pegawai swasta 3 anak dan sebanyak 4 anak sebagai wiraswasta. Sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 5 anak tua siswa bekerja sebagai PNS, 3 anak merupakan pegawai swasta dan 2 anak bekerja sebagai wiraswasta. Perhitungan matching pada variabel non eksperimen berupa usia, jenis kelamin dan jenis pekerjaan anak tua dapat dihitung dengan bantuan program SPSS versi 16.0 dengan hasil yang dapat dibaca pada tabel 4 (selengkapnya terlampir pada lampiran 4 halaman 130). Tabel 4. Matching Jenis Kelamin, Usia dan Jenis Pekerjaan Orang tua Matching α 2 0 α 2 t Kesimpulan Jenis Kelamin 0,076 0,071 Tidak ada pengaruh Usia 1,000 0,800 Tidak ada pengaruh Jenis Pekerjaan Orang tua 0,548 0,526 Tidak ada pengaruh Selanjutnya, perhitungan matching pada variabel eksperimen yaitu pemahaman awal siswa dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS menu analyze cross table. Data perkembangan kognitif awal siswa dapat dilihat pada tabel 5 kemudian untuk matching data pemahaman awal siswa dapat dilihat pada tabel 6. 73

90 4) Perkembangan kognitif awal siswa Tabel 5. Data Perkembangan Kognitif Awal Siswa No Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Dari data di atas dapat diketahui bahwa rata-rata nilai kelompok eksperimen adalah 73 dan kelompok kontrol adalah 72 sehingga dapat disimpulkan bahwa pemahaman awal siswa sebelum diberikan treatment relatif sepadan Tabel 6. Matching Data Perkembangan Kognitif Awal Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Matching α 2 0 α 2 t Kesimpulan Perkembangan kognitif awal 0,129 0,102 Tidak ada pengaruh Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa pemahaman awal siswa kelompok eksperimen dan kontrol tidak ada pengaruh yang signifikan Perhitungan matching data variabel non eksperimen dan perkembangan kognitif awal pada anak di kelas eksperimen dan kontrol bertujuan untuk menyepadankan kedua kelas (subyek) sehingga ketika ada perbedaan setelah diberikan treatment semata-mata karena pengaruh variabel eksperimen. 74

91 b. Tahap Eksperimen 1) Tahap Persiapan Eksperimen Pada tahap persiapan, peneliti melakukan persiapan perlengkapan untuk penelitian, perencanaan dan persiapan secara teknis. Persiapan perlengkapan seperti mempersiapkan Maze of Busy City, mempersiapkan bahan ajar yang mendukung pembelajaran tema pekerjaan, daftar pertanyaan sebagai post-test, lembar unjuk kerja peserta didik sebagai pre-test serta instrumen baik berupa perlengkapan dokumentasi maupun panduan observasi. Peneliti juga mempersiapkan perencanaan berupa desain pembelajaran yang akan disetting di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Persiapan secara teknis dilakukan sebelum pertemuan sesuai dengan desain pembelajaran. 2) Tahap Pelaksanaan Eksperimen Pada tahap ini, kedua kelompok yang dianggap sepadan diberikan treatment (perlakuan) menggunakan instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Eksperimen dilakukan selama 4 kali pertemuan, dengan 1 kali pertemuan untuk pemberian pre-test dan 1 kali pertemuan untuk pemberian post-test di akhir pertemuan selebihnya digunakan untuk memberikan perlakuan yang berbeda pada kelompok esperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen menggunakan APE berbentuk Maze of Busy City sebagai media pembelajarannya, sedangkan kelompok kontrol menggunakan media gambar. 75

92 c. Tahap Post Eksperimen Tahap ini merupakan tahap akhir setelah melakukan eksperimen. Dalam tahap ini peneliti membandingkan hasil dari pemberian treatment pada kelompok eksperimen dan menganalisis apakah terdapat perbedaan yang siginfikan antara kelas yang menggunakan APE berbentuk Maze of Busy City dengan kelas yang menggunakan media gambar dalam memahami tema pekerjaan. Analisis dilakukan melalui data dari hasil observasi, dokumentasi, Pre-test dan Post-test. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian yang berjudul Pengaruh Alat Permainan Edukatif (APE) Maze Of Busy City Terhadap Pemahaman Tema Pekerjaan pada anak Kelompok A dilaksanakan di TK ABA II Wonosari, Gunungkidul. Kelas A 1 sebagai subyek eksperimen dan kelas A 2 sebagai subyek kontrol dengan pertimbangan secara umum karakteristik dan kemampuan anak Taman Kanak-kanak yang hampir sama. 2. Waktu Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Pemanfaatan APE berbentuk Maze of Busy City Terhadap Pemahaman Tema Pekerjaan pada Anak Kelompok A di TK ABA II Wonosari, Gunungkidul ini dilaksanakan selama 6 bulan, dihitung sejak bulan Maret 2017 dan dengan perincian sebagai berikut: a) Bulan Maret Mei 2017 Menyusun dan mengajukan proposal skripsi, serta mengajukan perizinan penelitian. 76

93 b) Akhir Bulan Mei 2017 Menyiapkan dan mengembangkan instrumen, mengadakan Pre-test dan mengumpulkan data. c) Bulan Juni 2017 Melakukan penelitian (melakukan perlakuan pada kelompok eksperimen dan tidak memberikan perlakuan pada kelompok kontrol). d) Bulan Juni Agustus 2017 Mengadakan post-test, analisis data penelitan dan penyusunan laporan penelitian. C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Sugiyono (2011:119) mengungkapkan bahwa populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek / subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Ali (2014:227), populasi merupakan sumber data secara keseluruhan meskipun pengumpulan data dilakukan hanya pada sebagian subyek yang mewakili sebuah populasi tersebut (sample). Populasi dalam penelitian ini adalah anak kelompok A TK ABA II di Kecamatan Wonosari,Kabupaten Gunungkidul. Di TK tersebut terdapat Kelompok A sebanyak 2 kelas dengan jumlah anak di setiap kelas berkisar dari 10 sampai dengan 20 anak. 77

94 2. Sampel Penelitian Ardiansyah (2014:228) memaparkan bahwa sampel merupakan bagian yang mewakili populasi, yang diambil dengan menggunakan teknik-teknik tertentu. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik tertentu untuk memperkecil kekeliruan pengambilan sampel sehingga sedapat mungkin terhindar dari diperolehnya sampel yang tidak representatif (mewakili). Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Menurut Sugiyono (2003:120) dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Adapun langkah yang ditempuh dalam menggunakan teknik simple random sampling dalam populasi adalah terlebih dahulu menentukan nomor pada 2 rombongan belajar di Kelompok A. Nomor tersebut ditulis di atas sepotong kertas kecil, kemudian digulung. Dalam sistem lotre, nomor-nomor tersebut diundi dan ditarik 1 nomor sebagai kelas kontrol dan 1 nomor sebagai kelas eksperimen. Berdasarkan hasil lotre, peneliti mendapatkan nomor 2 pada rombongan belajar A 2 sebagai kelas kontrol dan nomor 1 pada rombongan belajar A 1 sebagai kelas eksperimen. Selain itu, peneliti juga mempertimbangkan karakteristik kedua kelas, baik kesepadanan jenis kelamin, umur, maupun pekerjaan anak tua. Rombongan belajar A 1 dengan jumlah siswa sebanyak 20 anak dan rombongan belajar A 2 sebanyak 19 anak. Jika kelas kontrol hanya berjumlah 19 anak maka peneliti cukup menyeleksi 10 anak dari kelas kontrol yang relatif sepadan karakteristiknya dengan kelas eksperimen sesuai persamaan data jenis kelamin, 78

95 umur, dan pekerjaan anak tua. Namun, dalam proses pembelajaran peneliti tetap memberikan perlakuan yang sama pada 9 anak di luar sample. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 20 anak, yang terdiri dari 10 anak rombongan belajar A 2 sebagai kelompok kontrol dan 10 anak rombongan belajar A 1 sebagai kelompok eksperimen. D. Definisi Operasional Variabel Variabel penelitian menurut Sugiyono (2010:61) adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari anak, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Sedangkan menurut Hadi dalam Arikunto (2013:159) variabel merupakan gejala yang bervariasi misalnya jenis kelamin, karena jenis kelamin mempunyai variasi laki-laki-perempuan; berat badan, karena ada berat 40 kg dan sebagainya. Gejala adalah objek penelitian, sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi. Di dalam kegiatan penelitian yang mempelajari pengaruh suatu perlakuan (treatment) terdapat dua macam varaibel yaitu Independent Variable / Variabel bebas (Variabel X) dan Dependent Variable / Variabel terikat (Variabel Y). Disebut variabel bebas karena mempengaruhi / menjadi sebab timbulnya variabel terikat. Sedangkan disebut variabel terikat karena dipengaruhi / menjadi akibat dari adanya variabel bebas. 79

96 Adapun variabel yang dapat diidentifikasi dengan mudah pada penelitian ini diantaranya adalah : 1. Variabel Bebas : Pemanfaatan APE berbentuk Maze of Busy City Alat Permainan Edukatif Maze of Busy City merupakan sumber belajar (media pembelajaran) yang berbentuk papan alur untuk menjodohkan antara jenis pekerjaan dengan tempat kerja yang dibuat sesuai dengan karakteristik perkembangan anak. APE tersebut bisa dimainkan baik secara mandiri atau dalam pembelajaran klasikal sebagai media atau alat bantu untuk menjelaskan tema pekerjaan (profesi). 2. Variabel Terikat : Pemahaman Tema Pekerjaan pada Anak Kelompok A Pemahaman Tema Pekerjaan merupakan capaian pengetahuan yang dapat diperoleh anak setelah mempelajari materi dengan sub tema jenisjenis pekerjaan dan tempat kerja. E. Teknik Pengumpulan Data Arikunto (2004:1) mengemukakan bahwa mengevaluasi sama dengan kegiatan mengumpulkan informasi (data) tentang bekerjanya sesuatu kemudian selanjutnya digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan informasi (data) menggunakan metode tes, kuesioner (angket), observasi, dan dokumentasi. 80

97 1. Tes Arikunto Suharsimi (2004:12) memaparkan bahwa tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan menggunakan cara atau aturan yang telah ditentukan. Tes akan diberikan kepada anak di rombongan belajar A 1 dan rombongan belajar A 2 untuk mengetahui pemahaman mereka terhadap tema pekerjaan baik sebelum (Pre-test) maupun sesudah penelitian (Post-test). Tes yang digunakan untuk memperoleh data tentang pemahaman siswa pada tema pekerjaan dengan sub tema mengenai jenis-jenis pekerjaan dan tempat bekerja merupakan tes unjuk kerja melalui lembar unjuk kerja dan tes lisan yang terdiri dari beberapa pertanyaan singkat. Hasil tes nantinya akan memaparkan skor pemahaman pada materi jenis-jenis pekerjaan dan tempat kerja. Hasil tes disesuaikan dengan standard nilai untuk mengukur capaian aspek kognitif siswa. 2. Angket Sugiyono (2011:192) mengemukakan bahwa angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan secara tertulis kepada responden untuk dijawab. Dalam penelitian ini, angket diperuntukkan pada pakar (dosen) sebagai ahli media dan ahli materi. Instrumen ini digunakan untuk merekam evaluasi, saran dan masukan dari pakar. Data dari kuesioner ini 81

98 akan digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan Alat Permainan Edukatif yang berbentuk Maze of Busy City. Angket untuk ahli materi dan ahli media ini akan memaparkan skor yang menyatakan bahwa APE yang berbentuk Maze of Busy City ini layak atau tidak untuk dimanfaatkan. 3. Observasi Menurut Hadi (1986:196) observasi merupakan sebuah proses atau teknik pengumpulan data yang kompleks dan memiliki ciri spesifik bila dibandingkan dengan teknik pengumpulan data yang lain. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dengan observasi terstruktur dimana variabel yang akan diamati dirancang secara sistematis tentang apa yang akan diamati, kapan dan di mana tempatnya. Dalam melakukan observasi, peneliti menggunakan instrumen 4. Dokumentasi Peneliti menggunakan teknik dokumentasi untuk memperoleh informasi yang bersumber baik dari tulisan, tempat, dan kertas / orang. Sebagai acuan penelitian, data awal anak diperoleh dari tabel yang diisi guru kelas. Tabel tersebut berisi informasi seputar nama anak, jenis kelamin, umur, hasil belajar dan pekerjaan wali murid. Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan alat rekam / alat dokumentasi untuk merekam kegiatan, mendokumentasikan orang, tempat, tulisan maupun sumber lain yang dapat mempengaruhi hasil penelitian sebagai bukti penguat hipotesis. 82

99 F. Instrumen Penelitian Arikunto (2002:136) mengungkapkan bahwa instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam artian lebih cermat, lebih lengkap dan sistematis. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Tes Pemahaman Anak Tes pemahaman anak diberikan sebanyak dua kali sebelum diberikan perlakuan (pre-test) dan setelah diberikan perlakuan (posttest). Tes tersebut digunakan untuk mengukur capaian pemahaman anak selain itu untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pemanfaatan APE berbentuk Maze dalam menjelaskan jenis-jenis pekerjaan dan tempat kerja yang akan diamati melalui pengingkatan rata-rata capaian pemahaman anak. Dalam menyusun tes terlebih dahulu disusun kisi-kisi tes. Sugiyono (2008:177) memaparkan bahwa instrumen berbentuk tes pengujian validitas isinya dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Oleh karena itu diperlukan kesesuaian antara tujuan dan bahan yang diajarkan, yang dapat ditunjukkan dengan adanya kesesuaian antara indikator materi pembelajaran, kompetensi dasar dan standar kompetensi yang tertuang dalam pembuatan kisi-kisi soal. Adapun kisi-kisi soal pre-test dapat dilihat pada tabel7 dan kisi-kisi post-test dapat dilihat pada tabel 8. 83

100 Standar Kompetensi : Pemahaman Anak (capaian aspek kognitif) Kompetensi Dasar : 2.2; 3.5 dan 4.5; 3.6 dan 4.6; 3.7 dan 4.7; 3.9 Materi Pembelajaran Mengenal warna, pola dan bentuk abjad Mencocokan antara Tugas sehari-hari (pekerjaan) dengan Tempat kerja Mencocokan lambang bilangan Dengan jumlah bilangan Tabel 7 Kisi-kisi Pre Test Indikator Mewarnai gambar profesi dan merangkai titik-titik membentuk huruf abjad Merangkai titik-titik membentuk abjad dan nama profesi Menjodohkan profesi dengan tempat kerjanya Menghitung jumlah peralatan yang digunakan sebuah profesi Menarik titik-titik membentuk angka (menulis angka) No Jml Soal Soal Materi Pembelajaran Kegiatan orang-orang Setiap hari (pekerjaan) Dan tempat-tempat Umum (sekolah, kan tor pos, kantor polisi. rumah sakit, dst) Menjelaskan peran Seseorang Tabel 8 Kisi-kisi Post Test Indikator Menyebutkan pekerjaan (profesi) yang diketahui Menyebutkan tempat kerja profesi yang telah disebutkan Menjelaskan ciriciri sebuah profesi Menjelaskan tugas sebuah profesi Aspek Jml Kognitif Soal C1 C2 C

101 Membandingkan Berdasarkan warna, Bentuk dan fungsi Mengenali masalah dan menyelesaikan dengan kegiatan 2. Angket Penilaian Kelayakan APE Membedakan tugas polisi dengan pak pos Membedakan warna seragam polisi dengan seragam pak pos Menemukan citacita Mempraktikan salah satu pekerjaan (profesi) Angket Penilaian Kelayakan APE ada 2 macam. Angket tersebut diperuntukan pada dua pakar (dosen). Satu angket untuk dosen sebagai ahli materi dan satunya untuk dosen sebagai ahli media. Data hasil dari kuesioner ini digunakan untuk mengetahui kelayakan Alat Permainan Edukatif Maze of Busy City (Papan Alur tentang kota yang sangat sibuk). Kisi-kisi angket penilaian APE oleh ahli materi dapat dilihat pada tabel 9 dan Kisi-kisi angket penilaian APE oleh ahli media ada di tabel Teknologi atau Menyebutkan 9 1 peralatan kerja peralatan yang sering dibawa oleh lima profesi Memahami 10 1 nama peralatan yang biasa digunakan di dunia kedokteran Keterangan : C1 : Pengetahuan C2 : Pemahaman C3 : Penerapan 85

102 Tabel 9 Kisi-kisi Angket Penilaian Kelayakan APE oleh Ahli Materi No Komponen Aspek-aspek Media Indikator No Btr Jml Btr Pembelajaran 1 Pembelajaran Kompetensi Inti Kejelasan KI 1 1 (KI) Kompetensi Kejelasan KD 2 1 Dasar (KD) Tujuan Kejelasan 3 1 Pembelajaran Indikator Penyajian Materi 2 Materi Penguasaan Materi Pengaruh media terhadap anak Kualitas Gambar Tujuan Kesesuaian indikator dengan KI dan KD Kesesuaian indikator dengan tujuan Kejelasan penyajian materi Tata letak penyajian materi (berupa boneka profesi dan tempat kerja) Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran Kemudahan memahami materi Kelengkapan, keluasan dan kedalaman materi Meningkatkan pemahaman anak Memudahkan anak belajar Kesesuaian gambar

103 No Komponen Aspek-aspek Media Pembelajaran Relevansi Materi Evaluasi Interaksi dengan media Indikator dengan materi Kesesuaian materi dengan kurikulum Kesesuaian materi untuk sasaran pengguna (anak TK kelompok A) Keterkaitan materi dengan kehidupan sehari-hari Pemberian umpan balik Kejelasan petunjuk penggunaan Kemudahan penggunaan Maze of Busy City Komunikatif dan interaktif No Btr Jml Btr Tabel 10 Kisi-kisi Angket Penilaian Kelayakan APE oleh Ahli Media No Komponen Aspek-aspek Media Pembelajaran Indikator No Btr 1 Tampilan Kualitas tampilan secara umum Kemenarikan tampilan ketika pertama kali dilihat Kemenarikan tata letak (layout) tempat kerja dan boneka profesi Jml Btr

104 No Komponen Aspek-aspek Media Pembelajaran Kualitas Maze 2 Desain Pesan Pembelajaran Kualitas Warna Kualitas Gambar Prinsip Desain Pesan Pembelajaran Indikator Tingkat keawetan bahan papan Keamanan dan kualitas cat Kekuatan papan alur Kualitas kombinasi dan komposisi warna Penggunaan warna untuk teks Kesesuaian gambar profesi maupun tempat kerja dengan materi Ketetapan posisi dan ukuran boneka profesi maupun tempat kerja Gambar mendukung materi Adanya prinsip kesiapan dan motivasi Adanya prinsip pemusat perhatian Adanya prinsip partisipasi aktif anak No Btr Jml Btr

105 No Komponen Aspek-aspek Media Pembelajaran Indikator Adanya prinsip perulangan Adanya prinsip umpan balik No Btr Jml Btr Kuesioner tersebut akan memaparkan skor yang menyatakan bahwa Alat Permainan Edukatif berupa Maze of Busy City ini layak atau tidak untuk dimanfaatkan. Skor akan ditunjukan melalui model skala likert menggunakan 5 alternatif jawaban dari yang sangat positif sampai jawaban yang sangat negatif dengan skor item. Skor dapat dilihat pada tabel 11: Tabel 11 Tabel Skala Likert Penilaian Kelayakan APE NO Kategori Skor 1 Sangat Baik 5 2 Baik 4 3 Cukup 3 4 Kurang 2 5 Sangat Kurang 1 Perhitungan persentase kelayakan digunakan rumus sebagai berikut: Pembagian persentase kelayakan ada pada tabel 12: Tabel 12 Kategori Penilaian Kelayakan APE NO Interval Persentase Nilai 1 81 % - 100% Sangat Layak 2 61% - 80% Layak 3 41% - 60% Cukup Layak 4 21% - 40% Tidak Layak 5 < 21% Sangat Tidak Layak 89

106 3. Lembar Observasi Proses observasi dilakukan pada saat proses kegiatan belajar mengajar. Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas anak dalam pembelajaran serta pengaruh pemanfaatan APE baerbentuk maze terhadap capaian pemahaman anak Taman Kanak-kanak dalam memahami jenis-jenis pekerjaan dan tempat kerja. Lembar observasi digunakan sebagai pedoman saat melakukan observasi. Sebelum membuat lembar observasi maka terlebih dahulu disusun kisi-kisi lembar observasi yang dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 13 Kisi-kisi Lembar Observasi Capaian Perkembangan Kognitif Anak Variabel Indikator Sub Indikator No Butir Jml Butir Capaian Kemampuan 1. Anak mampu 1 1 Perkembangan Kognitif Anak Mengingat menyebutkan macam-macam profesi dan nama-nama tempat kerja 2. Anak mampu menjelaskan ciri-ciri profesi yang ada di masyarakat beserta tugasnya 2 1 Tingkat Pemahaman 1. Anak mampu membedakan atau membandingka n antara profesi yang satu dengan profesi yang lain 2. Anak mampu menceritakan kembali sebuah

107 Variabel Indikator Sub Indikator No Butir Jml Butir profesi Kemampuan 1. Anak mampu 5 1 Menerapkan menirukan salah satu profesi dan perannya di dalam masyarakat 2. Anak memilliki citacita dan merancang apa yang akan dilakukan untuk mencapai cita-cita tersebut 6 1 Kemampuan Menganalisis 1. Anak berani mengajukan pertanyaan untuk mencari informasi 7 1 Observasi yang dipilih peneliti adalah observasi sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan lembar observasi tentang capaian pemahaman anak yang akan diisi dengan data yang diperoleh langsung dari lapangan. G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen a. Validitas Butir Soal Dalam penelitian ini, untuk menguji validitas butir soal peneliti menggunakan aplikasi SPSS versi 16.0 kemudian untuk menganalisis hasil validitasnya menggunakan analisis korelasi rumus korelasi product moment di dalam SPSS versi 16.0 yang dicetuskan oleh Pearson. 91

108 Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes sehingga memerlukan validitas logis yang dilakukan oleh seorang ahli materi kemudian diujicobakan kepada anak (validitas empirik) untuk selanjutnya digunakan dalam penelitian. Validitas logis instrumen ini dilakukan oleh dosen kemudian diujicobakan kepada 10 anak kelompok A di TK ABA II Wonosari di luar populasi. Uji coba dilakukan sebelum pre test dilaksanakan di kelas eksperimen dan kontrol sebagai populasi penelitian. Setelah diujicobakan soal divalidasi menggunakan program SPSS versi Setiap butir soal dikatakan valid apabila harga sig (1-tailed) setelah dicocokkan dengan r tabel (r t ) sama atau lebih besar pada taraf signifikan 5%. Apabila harga r hitung setelah dicocokkan dengan taraf signifikan 5% lebih kecil daripada harga r tabel maka butir soal tersebut tidak valid. Adapun hasil analisis validitas butir soal dapat dilihat pada tabel 14 dan selengkapnya ada pada lampiran 16 halaman 159. Tabel 14. Hasil Analisis Validasi Butir Soal Butir Soal r t Sig (1-tailed) Keterangan 1 0,632 0,737 Valid 2 0,632 0,759 Valid 3 0,632 0,675 Valid 4 0,632 0,277 Tidak Valid 5 0,632 0,756 Valid Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil uji validitas dari 5 butir soal sebanyak 4 butir soal diantaranya dinyatakan valid karena besarnya nilai korelasi lebih banyak dibandingkan batas minimum (nilai r tabel) yaitu sebesar 0,632. Berdasarkan hasil validasi di atas peneliti memutuskan untuk tidak melakukan uji coba ulang. 92

109 b. Validitas Media Validitas media sama halnya dengan uji kelayakan media. Dalam penelitian ini, uji kelayakan dilakukan oleh 2 ahli yaitu ahli media dan ahli materi. Ahli media adalah dosen dari prodi Teknologi Pendidikan dan penilaiannya meliputi komponen kelayakan tampilan dan pemanfaatan. Sedangkan ahli materi adalah dosen dari Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini yang lebih menguasai materi dan penilainnya berkisar pada komponen kelayakan pembelajaran dan materi. Setiap komponen instrumen penelitian berupa pembelajaran, materi, tampilan, dan penggunaan menentukan kelayakan Maze of Busy City. Setiap komponennya dapat dikatakan layak apabila total skor yang didapat dari penilaian ahli termasuk dalam kategori layak atau sangat layak, yaitu pada interval presentase 61%-80% atau 81%-100%. Setelah dinyatakan layak oleh ahli materi dan ahli media, berarti Maze of Busy City dapat digunakan untuk mengukur variabel lain yang akan diteliti dalam penelitian. Adapun hasil analisis validasi materi dapat dilihat pada tabel 15 dan hasil analisis validasi media dapat dilihat pada tabel 16. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 17 dan 18 halaman 160 dan 161. Tabel 15. Hasil Analisis Ahli Materi Komponen Persentase Keterangan Pembelajaran 90 % Sangat Layak Materi 96 % Sangat Layak Tabel 16. Hasil Analisis Ahli Media Komponen Persentase Keterangan Tampilan 94 % Layak Desain Pesan 92 % Layak 93

110 2. Reliabilitas Instrumen Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya (diandalkan). Instrumen yang dapat dipercaya nantinya akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila data yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan kenyataan maka berapa kalipun diambil akan tetap sama. Untuk menguji tingkat reabilitas instrumen, peneliti menggunakan program SPSS 16.0 yang diproses dengan analisis data bivariate menggunakan rumus Alpha Cronbach dikarenakan di dalam instumen tidak ada jawaban yang bernilai benar atau salah. Tabel 17 ini merupakan hasil uji reliabilitas sesuai dengan lampiran 19 halaman 162. Tabel 17. Hasil uji reliabilitas butir soal Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items Butir soal dikatakan reliabel atau konsisten apabila nilai cornbach s alpha > nilai r tabel. Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa dari penghitungan diperoleh nilai koefisien alpha hitung untuk pemahaman anak sebesar 0,634 sedangkan r tabel untuk sample berjumlah 20 adalah 0,632 sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai alpha cronbach lebih besar dari nilai r tabel atau dapat disimpulkan bahwa soal (tes) sebagai alat pengukut data bersifat reliabel. Dengan demikian dapat digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan. 94

111 H. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknis analisis data statistik untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan APE berbentuk Maze of Busy City terhadap pemahaman tema pekerjaan di Taman Kanak-kanak. Teknik analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Persiapan Kegiatan dalam langkah persiapan ini menurut Arikunto (2010:278) antara lain: a. Mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi. Apalagi anak di Taman Kanak-kanak belum semuanya bisa menulis perlu sekali dicek sejauh mana atau identitas apa saja yang sangat diperlukan bagi pengolahan data lebih lanjut. b. Mengecek kelengkapan data, artinya memeriksa isi instrumen pengumpulan data (termasuk pula kelengkapan lembar instrumen barangkali ada yang terlepas/robek). c. Mengecek macam isian data. Jika didalam instrerapa item yang diisi isian lain yang tidak yang dikehendaki peneliti, padahal isian yang diharapkan tersebut merupakan variabel pokok, maka item perlu didrop.\ 2. Tabulasi Yang termasuk kegiatan tabulasi ini antara lain : a. Memberikan skor terhadap masing-masing butir soal maupun skor dalam angket. 95

112 b. Memberikan kode terhadap item yang tidak diberi skor seperti pemberian skor pada kelas. Misalnya, kelas eksperimen : 1 dan kelas kontrol : 2. c. Mengubah jenis data dari data interval menjadi data ordinal dengan membuat tingkatan. d. Memberikan kode pada setiap variabel, kemudian ditempatkan didalam coding sheet. 3. Penerapan Data Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian kuantitatif, yang umumnya dilakukan uji statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Merumuskan Hipotesis Perumusan hipotesis statistik sebagai berikut, H 1 : Terdapat pengaruh yang signifikan dalam pemanfaatan Alat Permainan Edukatif (APE) Maze of Busy City Terhadap Pemahaman Tema Pekerjaan pada Anak Kelompok A TK ABA II Wonosari Gunungkidul b. Memilih Uji Statistik Sehubungan dengan adanya persyaratan yang harus dipenuhi, peneliti boleh menentukan teknik analisis statistik yang digunakan. Arikunto (2010:357) mengungkapkan bahwa ada 2 cara untuk memeriksa keabsahan sampel untuk diterapi teknik tertentu, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. 96

113 1) Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui tingkat normalitas sampel. Dalam melakukan uji normalitas sampel penelitian ini dibantu dengan menggunakan komputer melalui aplikasi SPSS versi 16.0 dengan uji dan analisis Kolmogorov-Smirnov. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas yakni : jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka data tersebut tidak berdistribusi normal. 2) Uji Homogenitas Uji homogenitas sampel digunakan untuk menguji kesamaan (homogenitas) beberapa bagian sampel, yakni seragam tidaknya variansi sampel yang diambil dari populasi yang sama. Pada penelitian ini, uji homogenitas sampel dilakukan dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS versi 16.0 dengan analisis menggunakan compare means One way ANOVA. Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji homogenitas adalah: Jika nilai signifikansi > 0,05, maka dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok populasi data adalah sama. Sedangkan, jika nilai signifikansi < 0,05, maka dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok populasi data adalah tidak sama. 97

114 3) Uji-t (uji beda) Pada dasarnya menurut Budiyono dalam Soenarto, (2007:87) ada dua jenis uji-t untuk dua populasi independen dengan satu variabel terikat yaitu dengan mengasumsikan variasi populasi sama dan mengasumsikan variansi populasi tidak sama. Dalam penelitian ini, uji-t untuk mengasumsikan variansi populasi yang tidak sama sehingga dapat diketahui tingkat pemahaman anak pada tema pekerjaan baik di awal maupun di akhir. Pada penelitian ini uji beda dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 16.0 dengan analisis menggunakan compare means Independent t-test karena peneliti ingin melihat perbedaan variabel yang sama (variabel terikat) pada dua populasi. Adapun keputusan ujinya adalah sebagai berikut: Jika nilai sig (2-tailed) < 0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikan antara pemahaman anak di kelompok eksperimen (A 1 ) dengan kelompok kontrol (A 2 ) begitupun sebaliknya Jika nilai sig (2-tailed) >0,05 maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pemahaman anak di kelompok eksperimen (A 1 ) dengan kelompok kontrol (A 2 ) c. Menuliskan kesimpulan Kesimpulan hasil penelitian ditulis berdasarkan keputusan uji yang diperoleh. 98

115 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Hasil Tes Penelitian ini merupakan penelitian true eksperimen dengan menerapkan keilmuan Teknologi Pendidikan pada kawasan pemanfaatan. Penerapan kawasan tersebut adalah dengan memanfaatkan Alat Permainan Edukatif (APE) berbentuk Maze (Papan Alur) pada pembelajaran jenis-jenis pekerjaan dan tempat kerja di Taman Kanak-kanak. Sampel yang diambil pada penelitian ini sebanyak 20 anak yang terdiri dari 2 rombongan belajar yang masing-masing terdiri dari 10 anak dari kelompok A 1 dan 10 anak dari kelompok A 2. Hasil penelitian yang diperoleh berupa pengaruh pemanfaatan maze terhadap pemahaman tema pekerjaan. Berikut penjelasan hasil penelitian. a. Deskripsi Data Pemahaman Awal pada Tema Pekerjaan Data mengenai pemahaman awal pada tema pekerjaan diperoleh dari pemberian pre-test kepada anak yang ada di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Soal pre test berupa lembar kerja anak yang terdiri dari 3 aktivitas antara lain menjodohkan, menebalkan angka dan huruf serta mewarnai gambar seperti pada lampiran 29 halaman ) Deskripsi Data Pemahaman Awal Kelas Eksperimen Data Pemahaman awal kelas eksperimen berdasarkan hasil pemberian pretest yang dilakukan sebelum diberikan perlakuan. Berikut ini merupakan distribusi 99

116 frekuensi skor pre-test melalui perhitungan menggunakan Microsoft Excel. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel 18. Tabel 18. Distribusi frekuensi skor pre-test kelas eksperimen No Nilai Frekuensi Frekuensi (%) Frekuensi Kumulatif Frekuensi Kumulatif (%) % 0 0 % % 6 60 % % % % % Dari tabel di atas tampak bahwa perolehan skor pre-test di kelas eksperimen, sebanyak 6 anak (60%) dari jumlah keseluruhan memperoleh nilai antara 71 sampai dengan 85 dan sebanyak 4 anak (40%) memperoleh nilai pre-test antara Dari tabel di atas juga diketahui bahwa tidak ada anak yang memperoleh nilai pre-test diatas 86 dan dibawah 55. Lebih jauh lagi sebaran nilai pre-test anak kelompok eksperimen dapat dilihat pada gambar / grafik 1. Frekuensi Pre-test Kelas Eksperimen Interval Nilai Gambar 1. Grafik Distribusi Frekuensi Data Pemahaman Awal Kelas Eksperimen 100

117 2) Deskripsi Data Pemahaman Awal kelas kontrol Data pemahaman awal kelas kontrol berdasarkan hasil pemberian pre-test yang dilakukan sebelum diberikan perlakuan. Tabel 19 merupakan distribusi frekuensi skor pre-test melalui perhitungan menggunakan Ms.Excel. Tabel 19. Distribusi frekuensi skor pre-test kelas kontrol No Nilai Frekuensi Frekuensi (%) Frekuensi Kumulatif Frekuensi Kumulatif (%) % 0 0 % % 4 40 % % % % % Dari tabel di atas tampak bahwa perolehan skor pre-test di kelompok kontrol, sebanyak 4 anak (40%) dari jumlah keseluruhan memperoleh nilai antara 71 sampai dengan 85 dan sebanyak 6 anak (60%) memperoleh nilai pre-test antara Dari tabel di atas juga diketahui bahwa tidak ada anak yang memperoleh nilai pre-test diatas 86 dan dibawah 55. Lebih jauh lagi sebaran nilai pre-test anak kelompok eksperimen dapat dilihat pada gambar / grafik 2. Frekuensi Pre-test Kelas Kontrol Interval Nilai Gambar 2. Grafik Distribusi Frekuensi Data Pemahaman Awal Kelas Kontrol 101

118 b. Deskripsi Data Pemahaman Akhir pada Tema Pekerjaan Data pemahaman (akhir) anak pada tema pekerjaan diperoleh dari pemberian tes akhir (post-test) yang diberikan kepada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Soal post-test terdiri dari 10 butir pertanyaan lisan untuk mengetahui seberapa jauh anak-anak paham tentang pekerjaan (profesi). Pertanyaan tersebut seputar jenis profesi yang ada di dalam masyarakat, ciri-ciri sebuah profesi, perbedaan antara profesi satu dengan yang lain dan berpikir bagaimana cara meraih sebuah cita-cita seperti pada lampiran 11 halaman ) Deskripsi data Pemahaman akhir kelas eksperimen Data pemahaman akhir kelas eksperimen diperoleh berdasarkan hasil pemberian post-test yang dilakukan setelah diberikan perlakuan. Berikut ini merupakan distribusi frekuensi skor post-test melalui perhitungan menggunakan Microsoft Excel. Tabel 20 merupakan perhitungannya hasil post-test. Tabel 20. Distribusi frekuensi skor post-test kelas eksperimen No Nilai Frekuensi Frekuensi (%) Frekuensi Kumulatif Frekuensi Kumulatif (%) % 4 40 % % 8 80 % % % % % Dari tabel di atas tampak bahwa perolehan skor post-test di kelas eksperimen, sebanyak 4 anak (40%) dari jumlah keseluruhan memperoleh nilai antara 86 sampai dengan 100, sebanyak 4 anak (40%) memperoleh skor antara dan sebanyak 2 anak (20%) memperoleh nilai post-test antara Dari tabel di atas juga diketahui bahwa tidak ada anak yang memperoleh nilai post-test 102

119 dibawah 55. Lebih jauh lagi sebaran nilai pre-test anak kelompok eksperimen dapat dilihat pada gambar / grafik 3. Frekuensi 4,5 3,5 4 2,5 3 1,5 2 0,5 1 0 Post-test Kelas Eksperimen Interval Nilai Gambar 3. Grafik Distribusi Frekuensi Data Pemahaman Akhir Kelas Eksperimen 2) Deskripsi data Pemahaman akhir kelas kontrol Data pemahaman akhir kelas kontrol diperoleh berdasarkan hasil pemberian post-test yang dilakukan setelah diberikan perlakuan. Berikut ini merupakan distribusi frekuensi skor post-test melalui perhitungan menggunakan Microsoft Excel. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel 21. Tabel 21. Distribusi frekuensi skor post-test kelas kontrol No Nilai Frekuensi Frekuensi (%) Frekuensi Kumulatif Frekuensi Kumulatif (%) % 0 0 % % 6 60 % % % % % Dari tabel di atas tampak bahwa perolehan skor post-test di kelas kontrol, sebanyak 6 anak (60%) dari jumlah keseluruhan memperoleh nilai antara dan sebanyak 4 anak (40%) memperoleh nilai post-test antara Dari tabel di atas juga diketahui bahwa tidak ada anak yang memperoleh nilai post-test di atas 103

120 86 dan dibawah 55. Lebih jauh lagi sebaran nilai pre-test anak kelompok eksperimen dapat dilihat pada gambar / grafik 4. Frekuensi Post-test Kelas Kontrol Interval Nilai Gambar 4. Grafik Distribusi Frekuensi Data Pemahaman Akhir Kelas Kontrol c. Perbandingan Data Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Perbandingan data antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol dilihat dari hasil penghitungan nilai tertinggi, nilai terendah, mean, median, modus dan standard deviasi. Penghitungan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbandingan pemahaman awal dengan pemahaman akhir anak dalam pembelajaran dengan tema pekerjaan. Dengan demikian dapat diketahui perbedaan pemahaman anak antra kelas eksperimen yang memanfaatkan Alat Permainan Edukatif (APE) berbentuk maze dengan kelas kontrol yang tidak memanfaatkan maze melainkan menggunakan media gambar saja. Perbandingan Pemahaman anak kelas eksperimen dengan kelas kontrol secara lebih rinci dijelaskan pada tabel

121 Tabel 22. Perbandingan Data Pemahaman Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol Jenis Data N N.Tertinggi N.Terendah Mean Med Mod SD Pre-test ,88 Eksperimen Pre-test ,88 Kontrol Post-test ,5 90 9,77 Eksperimen Post-test Kontrol ,66 (penghitungan selengkapnya terlampir di halaman 163) 2. Deskripsi Hasil Observasi Data dalam penelitian ini juga dikumpulkan melalui kegiatan yang dilakukan observer. Jenis observasi yang digunakan adalah observasi partisipatif pasif, dimana observer datang ke tempat penelitian namun tidak terlibat dalam kegiatan penelitian hanya sebatas mengamati saja. Observer dalam penelitian ini adalah Tiffani Anggarniastiti (rekan dari peneliti) yang berasal dari luar sekolah. Berdasarkan lampiran 24 halaman 172 pada pertemuan yang pertama, terdapat 1 observer di kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil observasi menunjukkan bahwa di pertemuan pertama, melalui percakapan yang berlangsung antara peneliti dengan anak mengenai macam-macam pekerjaan di dalam masyarakat dapat diketahui jika anak mampu menyebutkan jenis-jenis pekerjaan (profesi) yang ada di masyarakat lebih dari 3 jenis. Lebih dari itu, ketika ditanya oleh peneliti terkait ciri-ciri dari masing-masing profesi mereka juga mampu menjelaskan dengan baik bahkan secara antusias dengan saling berebut untuk menjelaskan. Anak di kelompok eksperimen juga mampu membandingkan tugas seorang guru dan seorang dokter. Perbandingan yang disebutkan tidak hanya sebatas pada tugas dokter dan guru, mereka bahkan mampu 105

122 membandingkan seragam yang biasa dikenakan dan peralatan yang digunakan untuk mendukung pekerjaan mereka. Selain profesi dokter dan guru, anak juga dapat menceritakan kembali pekerjaan seorang juru masak di rumah makan dengan mengulang kembali cerita yang telah disampaikan oleh peneliti. Agar pembelajaran lebih berkesan, peneliti mengajak anak di kelompok eksperimen untuk menerapkan materi yang telah disampaikan dengan menirukan seorang dokter yang sedang memeriksa pasien. Hasilnya sangat membanggakan, mereka mampu mempraktikkan dengan baik karena sebagian besar anak di kelas ini bercita-cita menjadi seorang dokter. Ternyata mereka sudah mulai mengkonsep cita-cita mereka sejak dini. Bahkan mereka paham apa yang harus dilakukan untuk mewujudkan cita-cita mereka. Mereka tahu, mereka harus belajar dengan rajin dan selalu bersemangat dalam mengikuti setiap pembelajaran di kelas. Berbeda dengan hasil pengamatan yang dilakukan di kelas kontrol pada pertemuan ke 3. Berdasarkan data hasil observasi (lampiran 25) dapat diketahui jika kondisi pada kelompok kontrol tidak jauh berbeda dengan kelompok eksperimen. Mereka mampu menyebutkan jenis-jenis pekerjaan (profesi) yang ada di dalam masyarakat dengan baik lengkap beserta perkerjaan atau tugas dari masing-masing profesi. Anak di kelompok kontrol juga paham dan mampu membedakan antara profesi dokter dengan profesi guru. Mereka mampu menjelaskan perbedaannya mulai dari seragam yang dikenakan, tugas dan peralatan yang digunakan saat bekerja. Setelah mendengarkan cerita yang disampaikan oleh peneliti tentang pekerjaan seorang juru masak (koki) di rumah makan. anak di kelompok kontrol juga mampu menceritakan kembali dengan 106

123 versinya masing-masing. Sama halnya dengan praktik langsung yang dilakukan oleh anak di kelompok eksperimen, kelompok kontrol juga melakukan hal yang serupa yaitu mempraktikkan seorang dokter yang sedang memeriksa pasien di sebuah rumah sakit. Anak kelompok eksperimen juga mampu menyebutkan citacita mereka ketika besar nanti, sebagian dari mereka paham akan usaha yang harus dilakukan untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Dari data hasil observasi di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman anak kelompok eksperimen dan kelompok kontrol di awal dapat dikatakan sama. Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan mereka dalam menjawab pertanyaan ketika diajak bercakap-cakap seputar pekerjaan (profesi) oleh peneliti. Hanya saja terdapat beberapa perbedaan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol antara lain, kelas eksperimen terlihat lebih antusias dalam membicarakan atau mempelajari materi profesi bersama peneliti. Karena kelompok eksperimen lebih antusias sehingga terlihat jika di awal mereka sudah mengenal dan memahami materi tentang profesi. Berbeda dengan kelompok kontrol yang terlihat kurang antusias di dalam menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh peneliti sehingga terkesan lebih sulit untuk mengecek kemampuan awal (prasyarat) sebelum memulai pembelajaran tentang profesi. Indikator pemahaman anak dapat diketahui melalui pedoman observasi yang ada pada tabel 13. Indikator anak memiliki pemahaman yang baik dapat diamati melalui kemampuan anak dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan atau percakapan bersama peneliti di dalam kegiatan pembelajaran. 107

124 B. Hasil Pengujian Statistik Untuk memeriksa keabsahan sampel digunakan teknik analisis statistik berupa uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil pengujian prasyarat analisi tersebut adalah sebagai berikut: a. Uji Normalitas Variabel yang diuji dalam penelitian ini adalah variabel pemahaman anak kelompok A TK ABA II Wonosari pada tema pekerjaan. Variabel tersebut diuji normal dan tidaknya menggunakan teknik analisis statistika yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Kolmogrov Smirnov yang dihitung dengan program SPSS versi 16.0 menggunakan rumus Shapiro Wilk. Keputusan dalam uji normalitas yakni : jika nilai signifikansi lebih besar dari taraf kesalahan 5% atau 0,05 maka data tersebut artinya berdistribusi normal. Namun sebaliknya, jika nilai signifikansinya kurang dari 0,05 maka data tersebut dapat dikatakan tidak berdistribusi secara normal. Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan pada skor data pemahaman awal yang diperoleh dari nilai pre-test dan pemahaman akhir siswa yang diperoleh dari nilai post-test baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Hasil uji normalitas sebaran data dapat dilihat pada tabel 23 dan selengkapnya terlampir pada halaman 166. Tabel 23. Hasil Uji Normalitas Sebaran Data Data Sig. (Shapiro-Wilk) Keterangan Pre-test kelompok eksperimen 0,867 Beristribusi Normal Post-test kelompk eksperimen 0,953 Beristribusi Normal Pre-test kelompok kontrol 0,818 Beristribusi Normal Post-test kelompok kontrol 0,819 Beristribusi Normal 108

125 Dari tabel di atas diketahui bahwa data yang terkumpul dari kelompok baik eksperimen maupun kelompok kontrol memiliki sebaran data (distribusi) normal. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil sebaran data pre-test kelompok eksperimen sebesar 0,867 kemudian data post-test kelompok eksperimen sebesar 0,953. Kelompok kontrol juga memiliki sebaran data yang normal, hal tersebut ditunjukkan dengan hasil penghitungan uji Kolmogrov Smirnov dengan hasil sebaran data pre-test sebesar 0,818 dan post-test sebesar 0,819. Dikarenakan semua data yang terkumpul memiliki nilai signifikansi >5% atau >0,05 maka bisa disimpulkan baik data pre-test maupun post-test kelompok eksperimen dan kontrol memiliki sebaran (distribusi) data normal. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan dengan maksud untuk mengetahui apakah data sampel diperoleh dari populasi yang bervarian homogen ataukah tidak. Pada penelitian ini dilakukan pada skor data pemahaman awal siswa yang diperoleh dari nilai pre-test dan pemahaman akhir siswa yang diperoleh dari nilai post-test baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Analisis statistik pada penelitian dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 16.0 dan dianalisis dengan compare means - one way ANOVA. Adapun dasar pengambilan sebuah keputusan dalam uji homogenitas adalah: Jika nilai signifikansi <0,05 maka dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok populasi data tidaklah sama. Sedangkan, Jika nilai signifikansi >0,05 maka dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok populasi adalah sama. Hasil uji homogenitas varian dapat dilihat pada tabel

126 Tabel 24. Hasil Uji Homogenitas Varian Data Sig Keterangan Pre-test 0,811 Varian homogen (sama) Post-test 0,212 Varian homogen (sama) Dari tabel di atas diketahui bahwa hasil uji homogenitas pre-test dan post-test diperoleh hasil varian yang homogen dengan hasil penghitungan 0,811 untuk varian pre-test dan 0,212 untuk varain post-test. Jika diamati kedua varian tersebut hasilnya >0,05 atau >50% sehingga dapat disimpulkan jika kedua varian tersebut baik pre-test maupun post-test pada populasi bersifat sama (homogen). c. Uji-t (uji beda) Menurut Hadi (1988:115) Uji-t antar kelompok adalah kegiatan menguji taraf signifikansi perbedaan rerata tentang suatu hal antara dua kelompok. Pada penelitian ini, Uji-t antar kelompok dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 16.0 menggunakan uji independent samples t-test. Berikut ini merupakan hasil uji t antar kelompok pada dua kelas yang diperoleh dari nilai pre-test dan post-test pemahaman anak dengan penentuan keputusan jika probabilitas >0,05 bisa dikatakan jika tidak ada pengaruh dalam pemanfaatan Maze of Busy City namun jika nilai probabilitas <0,05 maka bisa disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan dalam pemanfaatan Maze of Busy City terhadap pemahaman anak kelompok A TK ABA II Wonosari. Hasil analisis uji-t pre-test pemahaman anak di kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada tabel 25 sedangkan hasil analisis uji-t post-test pemahaman anak di kelas eksperimen dan pemahaman anak di kelas kontrol dapat dilihat pada tabel

127 Tabel 25. Hasil Analisis Uji-t Pre-test Pemahaman Kelas Eksperimen dan Kontrol Uji F Uji-t Sumber Data Sig Keterangan F Sig T Df (2 tailed) Pre-test 0, ,793 Tidak eksperimen Signifikan 0,288 0,598 Pre-test kontrol 0,266 17,75 0,793 Tidak Signifikan (terlampir di halaman 170) Dari tabel di atas dapat kita ketahui hasil perhitungan independent t-test untuk pre-test kelompok eksperimen sebelum adanya perlakuan dengan APE berbentuk maze dan kelompok kontrol dengan menggunakan media gambar. Hasil penghitungan sig 2-tailed menghasilkan angka sebesar 0,793. Artinya sebelum diberikan perlakuan khusus dengan menggunakan media APE dan media gambar, perbedaan pengaruh penggunaannya sebesar 0,793 bisa juga dikatakan >0,05 (5%). Dengan perolehan hasil perhitungan tersebut dapat ditarik kesimpulan jika tidak ada pengaruh yang signifikan dalam kegiatan pemanfaatan Maze of Busy City pada pemahaman tema pekerjaan di kelompok A TK ABA II Wonosari. Tabel 26. Hasil Analisis Uji-t Post-test Pemahaman Kelas Eksperimen dan Kontrol Uji F Uji-t Sumber Data Sig Keterangan F Sig T Df (2 tailed) Post-test 2, ,040 Signifikan eksperimen 2,189 0,156 Post-test kontrol 2,138 15,88 0,040 Signifikan (terlampir di halaman 171) Dari tabel di atas dapat kita ketahui hasil perhitungan independent t-test untuk post-test kelompok eksperimen setelah diberikan perlakuan dengan APE berbentuk Maze dan kelompok kontrol dengan menggunakan media gambar. Hasil penghitungan sig 2 tailed menghasilkan angka sebesar 0,040. Artinya setelah 111

128 diberikan perlakuan khusus dengan menggunakan media APE, terdapat pengaruh penggunaan sebesar 0,040 bisa juga dikatakan <0,05 (5%). Dengan perolehan hasil perhitungan tersebut dapat ditarik kesimpulan jika terdapat pengaruh yang signifikan dalam pemanfaatan APE berbentuk Maze of Busy City terhadap pemahaman anak kelompok A di TK ABA II Wonosari, Gunungkidul. Hasil Penghitungan Gain Skor Penghitungan gain skor dalam penelitian dilakukan untuk mengetahui peningkatan pemahaman anak dalam pembelajaran tema pekerjaan sebelum dan sesudah memanfaatkan APE Maze of Busy City. Perhitungan tersebut diperoleh dari nilai pre-test dan post-test masing-masing kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berikut ini, tabel 27 adalah hasil penghitungan gain skor pemahaman anak dalam tema pekerjaan di kelas eksperimen dan tabel 28 adalah hasil penghitungan gain skor pemahaman anak dalam tema pekerjaan di kelas kontrol. Tabel 27. Peningkatan Skor Pemahaman Anak pada Tema Pekerjaan di Kelompok Eksperimen No Skor Pre-test Skor Post-test Gain Skor Presentase Kenaikan % % % % % % % % % % Dari tabel di atas dapat diketahui, hasil post-test kelompok eksperimen sebagian besar cenderung meningkat dari perolehan skor pre-test setelah diberikan 112

129 perlakuan dengan media APE berbentuk maze pada saat pembelajaran. Rata-rata kenaikan skornya adalah sebesar 10%. Peningkatan skor terbesar adalah sebesar 15% dan paling kecil adalah sebesar 5%. Dari data tersebut juga dapat diketahui jika perolehan skore subyek penelitian pada kelompok eksperimen tidak ada yang menurun. Tabel 28. Peningkatan Skor Pemahaman Anak pada Tema Pekerjaan di Kelompok Kontrol No Skor Pre-test Skor Post-test Gain Skor Presentase Kenaikan % % % % % % % % % % Dari tabel di atas dapat diketahui, hasil post-test kelompok kontrol sebagian cenderung meningkat dari perolehan skor pre-test setelah diberikan perlakuan dengan media gambar pada saat pembelajaran. Rata-rata kenaikan skornya adalah sebesar 5%. Peningkatan skor terbesar adalah sebesar 15% dan paling kecil adalah sebesar 5%. Dari data tersebut juga dapat diketahui jika perolehan skor subyek penelitian pada kelompok kontrol terdapat 3 anak yang mengalami penurunan skor, dua siswa mengalami penurunan sebesar 5 poin dan 1 anak mengalami penurunan sebesar 10 poin. Tabel 29 merupakan statistik induk hasil pengujian gain skor pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. 113

130 Tabel 29. Statistik Induk untuk Penghitungan Gain Skor Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Sumber Data Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol N X Selisih skor pretes dan post-test Rerata (X) 11 3 ( X-X ) SB 5,676 8,563 Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa retata pemahaman siswa kelompok A TK ABA II Wonosari yang memanfaatkan Alat Permainan Edukatif Maze of Busy City lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran yang tidak memanfaatkan alat permainan edukatif tersebut. C. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan data yang terkumpul dari masing-masing instrumen pengumpulan data dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pemanfaatan Maze of Busy City dengan pemahaman anak kelompok A TK ABA II Wonosari pada tema pekerjaan. Dari hasil penelitian dapat juga dikatakan bahwa perbedaan perlakuan yang diberikan menghasilkan pengaruh yang berbeda pula. Hal tersebut nampak pada perbedaan perolehan nilai rata-rata pemahaman anak. Rata-rata nilai tersebut diperoleh dari skor post-test yang diberikan setelah diberikannya perlakuan yang berbeda pada anak di kelompok eksperimen dan anak di kelompok kontrol. Rata-rata nilai pemahaman anak kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dengan Maze of Busy City ternyata lebih tinggi jika 114

131 dibandingkan nilai rata-rata pemahaman siswa yang diberi perlakuan dengan menggunakan gambar. Perbedaan nilai rata-rata tersebut disebabkan karena perbedaan pemilihan media yang akhirnya berpengaruh terhadap ketertarikan, keaktifan dan proses pemrosesan informasi di dalam pembelajaran. Pemberian perlakuan dengan media maze ataupun media gambar sedikit banyak akhirnya memiliki pengaruh terhadap pemahaman anak dalam tema pekerjaan. APE Maze of Busy City dimanfaatkan di dalam pembelajaran karena anak-anak membutuhkan alat bantu (media) yang konkret dan menarik untuk membantu mereka belajar. Pengetahuan yang sudah dimiliki masih sangat abstrak sehingga mereka membutuhkan alat dan pendamping belajar yang mampu membantu mengaitkan antara pengetahuan baru yang diterima dengan pengetahuan abstrak yang sudah di miliki. Dikarenakan usia Taman Kanak-kanak merupakan usia bermain dimana sebagian besar waktu yang dimiliki oleh anak digunakan untuk bermain maka dipilihlah Alat Permainan Edukatif sebagai alat bantu anak dalam belajar. Pemilihan APE tersebut diperkuat dengan pendapat Zaman (2006:3) bahwa APE merupakan Alat Permainan yang ditujukan untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak melalui kegiatan bermain yang menyenangkan dan berkesan. Kegiatan bermain yang dimaksud adalah proses berpikir menggunakan kognitifnya sehingga dapat memecahkan permasalahan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Piaget dalam Suyanto (2005:124) yang menyatakan bahwa bermain di dalam pendidikan merupakan kegiatan untuk mengkontruksi 115

132 pengetahuan (kognitif) siswa dengan cara berinteraksi langsung dengan objek bermain (APE). Dalam konteks penelitian ini, kegiatan bermain sambil belajar di kelompok A TK ABA II Wonosari dilakukan dengan maksud untuk membangun pengetahuan siswa tentang pekerjaan termasuk di dalamnya jenis-jenis pekerjaan, jenis-jenis tempat kerja dan peralatan yang digunakan dalam bekerja melalui kegiatan memainkan Maze of Busy City secara langsung ditambah dengan mendengarkan penjelasan dari guru. Alat Permainan Edukatif yang berbentuk Maze of Busy City menurut jenisnya merupakan APE yang diciptakan oleh Montessori selain berbagai macam puzzle dan bentuk geometri. Desain Maze of Busy City yang dipenuhi dengan jalan sempit, berliku, berbelok dan buntu bertujuan untuk merangsang daya nalar (memancing) siswa agar menemukan jalan keluar tempat yang dituju. Desain papan alur semacam itu digunakan untuk merangsang daya nalar siswa dalam menggerakkan bus yang membawa beberapa profesi menuju tempat kerja masingmasing. Ketika siswa menggerakkan bus menuju tempat profesi, secara tidak langsung siswa menggunakan nalar (aspek kognitifnya) untuk menjodohkan tempat kerja mana yang sesuai dengan profesi yang akan di turunkan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Vigotsky melalui Syaodih (2017:12-13) bahwa salah satu manfaat APE berbentuk maze adalah mengembangkan daya nalar (kognitif) anak. Selama ini, pembelajaran di TK ABA II Wonosari juga menggunakan media gambar untuk menyampaikan materi tema pekerjaan. Berbagai gambar cetak 116

133 ditampilkan untuk membantu anak mengenali jenis-jenis profesi dan tempat kerjanya tanpa harus datang ke tempat kerja ataupun menemui profesi tersebut. Sebagaimana manfaat praktis sebuah media gambar di dalam pembelajaran. Arsyad Azhar (2009:25) mengungkapkan bahwa media gambar yang menarik dapat memperlancar untuk memahami dan mengingat informasi yang terkandung di dalam gambar. Namun setelah dibandingkan melalui post-test pemahaman anak rata-rata nilai pemahaman yang dihasilkan dibawah rata-rata nilai pemahaman dengan memanfaatkan maze. Dari segi keaktifan juga nampak perbedaan yang jelas. Anak cenderung lebih pasif atau kurang aktif untuk mencari tahu informasi apa yang disampaikan melalui gambar. Melalui pengamatan yang dilakukan oleh observer bahkan anak yang diberi perlakuan menggunakan media gambar sering terlihat kurang memperhatikan apa yang disampaikan oleh peneliti dan guru. Beberapa dari mereka sibuk bercerita ataupun jalan-jalan di dalam kelas sehingga perhatian kurang terfokus pada materi yang disampaikan. Baik maze maupun gambar merupakan media pembelajaran yang bersifat konvensional. Keduanya bisa dimanfaatkan di dalam pembelajaran sebagai alat bantu untuk mempermudah menyampaikan pesan atau materi kepada anak. Namun kesan yang diterima anak setelah memanfaatkan APE berbentuk maze berbeda dengan kesan setelah menerima materi dengan menggunakan gambar. Hal tersebut disebabkan karena ketika anak menerima pesan dari media gambar mereka hanya sebatas melihat dan beberapa menit kemudian bisa saja mereka lupa. Berbeda ketika mereka menggunakan Maze of Busy City, lebih dari sekadar mengamati mereka bisa memainkan atau menggerakkan sehingga ada 117

134 kesan yang lebih mendalam setelah memanfaatkan APE tersebut. Sebagaimana yang diungkapkan Edgar Dale dalam Cone of Experience (1969) bahwa pebelajar mampu mengingat 30% dari apa yang mereka lihat dan dapat mengingat 90% dari apa yang mereka lakukan. Untuk itulah APE berbentuk maze dimanfaatkan di dalm pembelajaran sebagai alat bantu anak dalam memahami tema pekerjaan. Selain itu perbedaan pengaruh pemanfaatan juga disebabkan oleh proses pemrosesan informasi. Ketika muncul ketertarikan dalam menangkap sebuah informasi, maka pada waktu itulah memori kita akan bekerja untuk menangkap pesan dan mengolah menjadi sebuah pemahaman. Untuk pertamakalinya, informasi tentang pekerjaan akan ditangkap oleh sensori reseptor atau alat indra manusia dalam bentuk asli (sesuai informasi yang disampaikan) dalam waktu yang sangat singkat. Setelah informasi tersebut masuk atau ditangkap dalam benak siswa selanjutnya akan muncul sebuah perhatian. Ketika perhatian tersebut mulai terbangun selanjutnya munculah sebuah persepsi atau anggapan anak yang dikuatkan dengan kemampuan abstrak yang dimilikinya. Pada tahap inilah berlangsung asimilasi dan akomodasi. Ketika informasi ditangkap kemudian kesan (persepsi) mulai terbangun dan mengenai memori (ingatan) yang bekerja maka pesan tersebut akan membekas dalam benak si anak. Jika informasi yang masuk tertata dengan baik selanjutnya akan berubah menjadi pengetahuan yang permanen (long term memory). Dalam konteks penelitian ini, informasi mengenai jenis-jenis pekerjaan dan tempat kerja dikemas dalam bentuk yang ringan dan menarik sehingga tidak memberatkan anak dalam mengolah informasi. Terlebih anak menangkap materi 118

135 tersebut sambil melakukan kegiatan yang ia senangi yaitu bermain. Berbeda ketika anak menangkap informasi melalui bentuk gambar. Ingatan anak perlu bekerja dua kali untuk mengingat jenis-jenis pekerjaan dan tempat kerja. Atau bisa juga dikatakan pengemasan informasi pada tema pekerjaan kurang sederhana. Jadi tidak heran jika anak lebih mudah untuk memahami tema pekerjaan melalui APE benbentuk Maze of Busy City.Dengan kata lain, pemanfaatan APE tersebut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pemahaman anak pada tema pekerjaan. Berbicara tentang pemahaman anak, selama ini pemahaman dipandang sebagai konsep yang mengacu kepada kegiatan mental yang salah satunya berupa kegiatan pemanfaatan pengetahuan. Termasuk kegiatan pembelajaran pada tema pekerjaan dengan memanfaatkan APE berbentuk Maze of Busy City secara tidak langsung anak memanfaatkan pengetahuan mengenai jenis-jenis pekerjaan dan tempat kerja yang informasinya diperoleh melalui kegiatan bermain kemudian diproses dengan kegiatan mental (kognitif). Ciri khas keberhasilan pemahaman ditandai dengan perolehan informasi dari obyek langsung yang dihadapi kemudian dihadirkan dalam diri seseorang melalui pikiran dan tanggapan. Sehingga ketika anak di dalam kelas terlihat aktif atau memberikan taggapan yang positif seperti banyak bertanya, banyak mengungkapkan gagasan dan banyak berimajiasi berarti kognitif yang dimiliki semakin kaya dan luas. Dalam penelitian ini, siswa kelompok A di TK ABA II Wonosari, Gunungkidul menunjukkan respon yang berbeda dari masing-masing perlakuan yang diberikan di dalam pembelajaran. Siswa di kelompok A 1 atau kelas eksperimen terlihat lebih aktif dan 119

136 menunjukkan ketertarikannya terhadap Maze of Busy City. Kedua kelompok tersebut berada pada tahapan perkembangan kognitif yang sama dengan pemahaman yang sama pula di usia 4-6 tahun. Pada usia tersebut, anak sudah mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan jelas, mampu memberi informasi atau berbicara tentang apa yang diketahuinya, dan dapat menceritakan hal-hal yang terjadi pada situasi nyata dengan bantuan sebuah media. D. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi penelitian, antara lain : 1. APE Maze of Busy City sebenarnya dapat digunakan untuk meningkatkan perkembangan aspek lain seperti motorik dan bahasa namun di dalam penelitian ini hanya digunakan untuk meningkatkan pemahaman saja. 2. Teknik pengambilan data dengan wawancara singkat bersama anak Taman Kanak-kanak memiliki tingkat kesulitan yang lebih dan memerlukan waktu yang relatif karena harus menyesuaikan mood anak. Sebagian anak antusias untuk menjawab pertanyaan yang diberikan namun tidak sedikit juga dari mereka yang malas dan malu-malu ketika ditanya. 3. Pelaksanaan penelitian tidak sesuai dengan rencana. Peneliti merencanakan pengambilan data akan dilaksanakan pada akhir bulan April namun akhirnya terlaksana pada akhir bulan Mei dengan pengurangan jam pelajaran karena sudah masuk bulan Ramadhan. 120

137 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana tercantum dalam bab IV penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dalam pemanfaatan APE Maze of Busy City terhadap pemahaman tema pekerjaan pada anak kelompok A TK ABA II Wonosari, Gunungkidul. Pengaruh pemanfaatan tersebut dapat dilihat melalui perbedaan nilai ratarata dan hasil uji-t. Rata-rata pemahaman anak kelompok A pada tema pekerjaan meningkat sebesar 10 poin. Sebelum tindakan diberikan rata-rata nilai pre-test pemahaman anak adalah 73 sedangkan setelah diberikan perlakuan dengan Maze of Busy City meningkat menjadi 83. Selain itu perbedaan pengaruh pemanfaatan juga ditunjukkan dari hasil uji independent sample test (uji-t) yang dihitung melalui hasil post-test pemahaman anak. Berdasarkan hasil uji-t yang dihitung berdasarkan skor post-test (setelah adanya perlakuan menggunakan maze of busy city ), diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,040. Selain itu, pengaruh pemanfaatan juga nampak dari perbandingan hasil t hitung yang lebih besar jika dibandingkan dengan r tabel. Nilai t hitung sebesar 2,138 > r tabel sebesar 0,632 juga menunjukan adanya pengaruh yang signifikan dalam pemanfaatan APE Maze of Busy City terhadap pemahaman anak kelompok A pada tema pekerjaan. 121

138 B. Saran 1. Bagi Pendidik Pendidik harus lebih kreatif dan inovatif dalam memilih dan memanfaatkan media pembelajaran mengingat siswa Taman Kanakkanak masih berada pada usia bermain. Jadi alangkah lebih baik jika media yang digunakan di dalam pembelajaran adalah media yang sesuai dengan tahap perkembangan anak sehingga pesan yang disampaikan melalui media tersebut mudah diterima dan dipahami oleh anak. 2. Bagi Pengembang Media Pembelajaran Maze of Busy City telah didesain dan dikembangkan oleh peneliti. Alangkah lebih baik lagi jika dilakukan evaluasi lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan anak di pendidikan pra sekolah sehingga media tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik dalam mencapai keberhasilan pembelajaran. 3. Bagi Sekolah Hendaknya sekolah memberikan fasilitas berupa media pembelajaran yang berkaitan berbagai tema yang akan diberikan kepada anak, salah satunya adalah tema pekerjaan. Variasi media pembelajaran sangat diperlukan guna menciptakan pembelajaran yang berkualitas. 122

139 DAFTAR PUSTAKA Achmadzuhrihs. (2014). Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran. pembelajaran/. Diakses pada 6 Februari Ali Mohammad. (2014). Metodologi Riset Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Ardiansyah M Asrori. makalah-pendidikan.html. diakses pada 5 Januari Ardiansyah M Asrori. (2003). Perkembangan Peserta Didik. Malang : Wineka Media. Ardiansyah M Asrori. (2014). Metodologi Riset Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. (2004). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. (2004). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (edisi revisi keenam). Jakarta : Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (edisi revisi). Jakarta : Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Arsyad Azhar. (2009). Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Budi Maryatun, Ika dkk. (2007). Pendidikan Taman Penitipan Anak / Kelompok Bermain 2 sks : buku pegangan kuliah. Yogyakarta : FIP UNY. Budingsih, C Asri. (2003). Desain Pola Pembelajaran. Yogyakarta. Budiman Rudi. (2014). Modul Kreativitas Melalui Alat Permainan Edukatif. Bandung : BPSDMPK PMP, P4TK dan PLB. 123

140 Budiono dkk. (2003). Diakses pada 6 Februari Febriana, Ninda. Pengaruh Penggunaan Maze Alur Tulis terhadap Keterampilan Motorik Halus pada Anak Taman Kanak-kanak. Skripsi. FIP UNY : Tidak diterbitkan. Hadi, Sutrisno. (1986). Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Offset. Hadis, Abdul. (2006). Psikologi dalam Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Hamalik Oemar. (1994). Media Pendidikan. Bandung : Cipta Aditya Bakti. Cinangsih Hasan. (2015). Pengaruh Permainan Maze terhadap Tumbuh Kembang Anak Pra-Sekolah di Taman Kanak-kanak Pembina KH Dewantara Kota Gorontalo. Skripsi. Universitas Negeri Gorontalo : Tidak diterbitkan. Istiaty. (2006). Permainan Edukatif Anak. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Volume 2 (2). Halaman 12. Izzaty, Rita Eka. (2002). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta : UNY Press. Kartono Kartini. (1995). Psikologi Anak : Psikologi Perkembangan. Bandung : Mandar Maju. Khadijah, M.Ag. (2016). Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini. Medan : Perdana Publishing. Khomariyah, R.L. (2012). Penerapan Permainan Maze Berintangan untuk Meningkatkan Kemampuan Fisik Motorik Anak di TK ABA 6 Malang. Jurnal Diakses pada tanggal 24 Januari Mansur MA. (2005). Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Masitoh.dkk. (2003). Pendekatan Belajar Aktif di Taman Kanak-kanak. Jakarta:Depdiknas. Permendiknas. (2007). Standar Proses. Jakarta : Kemendiknas. Prasetyaningrum Juliani. (2009). Psikologi Perkembangan Anak. Artikel Dosen, Supervisor dan Sekretaris Program Pendidikan Magister Profesi Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. 124

141 Sadiman, Arief S. (1995). Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan, Pertimbangan dan Pemanfaatannya. Jakarta : CV Rajawali. Sadiman, Arief S. dkk. (1996). Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan, Pertimbangan dan Pemanfaatannya. Jakarta :Raja Grafindo Persada. Santrock, John W. (1995). Perkembangan Masa Hidup (Edisi ke lima). Jakarta : Erlangga. Santrock, John W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta : Kencana Prenada Media. Semiawan Conny. (2008). Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar. Jakarta : PT Indeks. Soedono, Anggani. (1995). Alat Permainan dan Sumber Belajar TK. Jakarta : Dikti- Depdikbud. Soedono, Anggani. (2000). Sumber belajar dan alat permainan untuk Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : PT Grasindo. Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. Teknologi Pengajaran. Bandung : Sinar Baru Algensindo. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Administratif. Bandung : Alfabeta. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R n D. Bandung : Alfabeta. Sujiono, Bambang dan Yuliani Nuraini. (2005). Menu Pembelajaran Anak Usia Dini. Jakarta : Yayasan Citra Pendidikan Indonesia. Suryana. (2008). pendidikan.html. diakses pada 7 Januari Suyanto Slamet. (2005). Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta : Hikayat Publishing. Syaodih Ernawulan. (2005). Bimbingan di Taman Kanak-kanak. Jakarta : Depdiknas RI. 125

142 Syaodih Ernawulan. Perkembangan Anak Taman Kanak-kanak. Artikel Dosen PGTK FIP UPI. Halaman Diakses pada 4 Maret Tedjasaputra, Meyke. (2001). Bermain, Mainan dan Alat Permainan. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia. Sarwono, Sarlito Wirawan. (2000). Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokohtokoh Psikologi. Jakata : Bulan Bintang. Zaman Badru. (2006). Pengembangan Alat Permainan Edukatif untuk Anak Taman Kanak-kanak. Makalah dipresentasikan dalam Seminar dan Pelatihan Guru Taman Kanak-kanak, 3-13 Desember 2006, Bandung. Zaman Badru, dkk. (2007). Media dan Sumber Belajar TK.Jakarta : Universitas Terbuka. Zaman Badru dan Eliyawati. (2010). Media Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung : Bahan Ajar Pendidikan Profesi Guru. diakses pada 8 Februari

143 Lampiran 1. Data Jenis Kelamin Subyek Penelitian A. Data Jenis Kelamin Kelompok Eksperimen (A1) NO Nama Siswa Jenis Kelamin 1 Rasya Alika Pratama Laki-laki 2 Muh Ilmi Hatta Laki-laki 3 Muh Danin Nugroho Laki-laki 4 Milan Pramuya Akhsani Laki-laki 5 Safira Adelia Dayini Perempuan 6 Aninda Syifa Salsabila Perempuan 7 Siti Marfuah Perempuan 8 Ananda Adelia Putri Perempuan 9 Arvitha La Keisha Putri Perempuan 10 Achneisya Nada W H Perempuan B. Data Jenis Kelamin Kelompok Kontrol (A2) NO Nama Siswa Jenis Kelamin 1 Aleesya Mirza Malikah Perempuan 2 Alanis Canari Dinar Perempuan 3 Darrel Julyan Putri Perempuan 4 Nizam Marwa Najibah Perempuan 5 Elya Choirunafa Perempuan 6 Afrilyta Zalshabilla K Perempuan 7 Riangga Farhan Naizila Laki-laki 8 Nafis Madara Ramadhani Laki-laki 9 Sam River Prasetyo Laki-laki 10 Rahmat Wahabbadi Laki-laki 127

144 Lampiran 2. Data Usia Subyek Penelitian A. Data Usia Kelompok Eksperimen (A1) NO Nama Siswa Usia 1 Rasya Alika Pratama 5 tahun 2 Muh Ilmi Hatta 5 tahun 3 Muh Danin Nugroho 5 tahun 4 Milan Pramuya Akhsani 5 tahun 5 Safira Adelia Dayini 5 tahun 6 Aninda Syifa Salsabila 5 tahun 7 Siti Marfuah 5 tahun 8 Ananda Adelia Putri 5 tahun 9 Arvitha La Keisha Putri 6 tahun 10 Achneisya Nada W H 6 tahun B. Data Usia Kelompok Kontrol (A2) NO Nama Siswa Usia 1 Aleesya Mirza Malikah 6 tahun 2 Alanis Canari Dinar 6 tahun 3 Darrel Julyan Putri 6 tahun 4 Nizam Marwa Najibah 5 tahun 5 Elya Choirunafa 6 tahun 6 Afrilyta Zalshabilla K 6 tahun 7 Riangga Farhan Naizila 6 tahun 8 Nafis Madara Ramadhani 6 tahun 9 Sam River Prasetyo 6 tahun 10 Rahmat Wahabbadi 6 tahun 128

145 Lampiran 3. Data Jenis Pekerjaan Orang tua Subyek Penelitian A. Data Jenis Pekerjaan Orang tua Kelompok Eksperimen (A1) NO Nama Siswa Pekerjaan Orang tua 1 Rasya Alika Pratama Swasta 2 Muh Ilmi Hatta PNS 3 Muh Danin Nugroho Swasta 4 Milan Pramuya Akhsani PNS 5 Safira Adelia Dayini Wiraswasta 6 Aninda Syifa Salsabila Wiraswasta 7 Siti Marfuah Wiraswasta 8 Ananda Adelia Putri Swasta 9 Arvitha La Keisha Putri Wiraswasta 10 Achneisya Nada W H PNS B. Data Jenis Pekerjaan Orang tua Kelompok Kontrol (A2) NO Nama Siswa Pekerjaan Orang tua 1 Aleesya Mirza Malikah Swasta 2 Alanis Canari Dinar Wiraswasta 3 Darrel Julyan Putri PNS 4 Nizam Marwa Najibah PNS 5 Elya Choirunafa Swasta 6 Afrilyta Zalshabilla K PNS 7 Riangga Farhan Naizila Swasta 8 Nafis Madara Ramadhani PNS 9 Sam River Prasetyo Wiraswasta 10 Rahmat Wahabbadi PNS 129

146 Lampiran 4. Matching Data Usia, Jenis kelamin dan Jenis pekerjaan orang tua melalui penghitungan chi-square A. Matching data Jenis Kelamin kelompok eksperimen dan kontrol Tampilan input data / variabel view pada program SPSS versi 16.0 Tampilan input data / data view pada program SPSS versi 16.0 Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent Jenis Kelamin * Jenis Kelamin % 0.0% % Jenis Kelamin * Jenis Kelamin Crosstabulation Count Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total

147 Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- Value df sided) sided) sided) Pearson Chi-Square a Continuity Correction b Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases b 10 Tampilan output data penghitungan dengan chi-square pada program SPSS versi 16.0 Matching α 2 0 α 2 t Kesimpulan Jenis Kelamin 0,076 0,071 Tidak ada pengaruh 131

148 B. Matching data usia kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Tampilan input data / variabel view pada program SPSS versi 16.0 Tampilan input data / data view pada program SPSS versi 16.0 Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent Usia * Usia % 0.0% % Count Usia * Usia Crosstabulation Usia 5 tahun 6 tahun Total Usia 5 tahun tahun Total

149 Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- Value Df sided) sided) sided) Pearson Chi-Square.278 a Continuity Correction b Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases b 10 Tampilan output data penghitungan dengan chi-square pada program SPSS versi 16.0 Matching α 2 0 α 2 t Kesimpulan Jenis Kelamin 1,000 0,800 Tidak ada pengaruh 133

150 C. Matching data jenis pekerjaan orang tua kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Tampilan input data / variabel view pada program SPSS versi 16.0 Tampilan input data / data view pada program SPSS versi 16.0 Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent Jenis Pekerjaan * Jenis Pekerjaan % 0.0% % Jenis Pekerjaan * Jenis Pekerjaan Crosstabulation Count Jenis Pekerjaan PNS Swasta Wiraswasta Total Jenis Pekerjaan PNS Swasta Wiraswasta Total

151 Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2- sided) Pearson Chi-Square a Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases 10 Tampilan output data penghitungan dengan chi-square pada program SPSS versi 16.0 Matching α 2 0 α 2 t Kesimpulan Jenis pekerjaan 0,548 0,526 Tidak ada orang tua pengaruh 135

152 Lampiran 5. Hasil Pre-test A. Hasil pre-test Kelompok Eksperimen (A1) NO Nama Siswa Hasil Pre-test 1 Rasya Alika Pratama 80 2 Muh Ilmi Hatta 60 3 Muh Danin Nugroho 60 4 Milan Pramuya Akhsani 65 5 Safira Adelia Dayini 80 6 Aninda Syifa Salsabila 75 7 Siti Marfuah 85 8 Ananda Adelia Putri 75 9 Arvitha La Keisha Putri Achneisya Nada W H 70 B. Hasil pre-test Kelompok Kontrol (A2) NO Nama Siswa Hasil Pre-test 1 Aleesya Mirza Malikah 70 2 Alanis Canari Dinar 70 3 Darrel Julyan Putri 80 4 Nizam Marwa Najibah 85 5 Elya Choirunafa 65 6 Afrilyta Zalshabilla K 75 7 Riangga Farhan Naizila 70 8 Nafis Madara Ramadhani 80 9 Sam River Prasetyo Rahmat Wahabbadi

153 Lampiran 6. Data Hasil Post-test A. Hasil Post-Test Kelompok Eksperimen (A1) NO Nama Siswa Hasil Post-test 1 Rasya Alika Pratama 90 2 Muh Ilmi Hatta 70 3 Muh Danin Nugroho 75 4 Milan Pramuya Akhsani 70 5 Safira Adelia Dayini 80 6 Aninda Syifa Salsabila 85 7 Siti Marfuah Ananda Adelia Putri 90 9 Arvitha La Keisha Putri Achneisya Nada W H 80 B. Hasil Post-Test Kelompok Kontrol (A2) NO Nama Siswa Hasil Post-test 1 Aleesya Mirza Malikah 85 2 Alanis Canari Dinar 80 3 Darrel Julyan Putri 75 4 Nizam Marwa Najibah 85 5 Elya Choirunafa 70 6 Afrilyta Zalshabilla K 75 7 Riangga Farhan Naizila 65 8 Nafis Madara Ramadhani 70 9 Sam River Prasetyo Rahmat Wahabbadi

154 Lampiran 7. Matching Data Perkembangan Kognitif awal siswa melalui penghitungan chi-square A. Matching data perkembangan kognitif awal kelompok eksperimen dan kontrol Tampilan input data / variabel view pada program SPSS versi 16.0 Tampilan input data / variabel view pada program SPSS versi 16.0 Count Pretes_eksperimen * Pretes_Kontrol Crosstabulation Pretes_Kontrol Total Pretes_eksperimen Total Tampilan output data dengan chi-square pada program SPSS versi 16.0 Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2- sided) Pearson Chi-Square a Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

155 Lampiran 8. Lembar Unjuk Kerja Peserta Didik / Pre test (1) Nama Siswa : Hari / Tanggal : Tema Sub Tema Kompetensi Inti : Pekerjaan : Jenis-jenis pekerjaan (profesi) dan tempat kerja : Perkembangan Kognitif Kompetensi Dasar : Mengenal warna, bentuk ukuran, sifat, pola, tekstur, suara, fungsi, dsb (KD 3.6 dan 4.6) Materi Indikator : Mengenal warna, pola dan bentuk abjad : Mewarnai gambar profesi dan merangkai titik-titik membentuk huruf abjad Tujuan : Siswa dapat memberi warna pada gambar profesi sesuai dengan imajinasi dan kreativitasnya serta mengenal huruf abjad Petunjuk : Warnailah gambar di bawah ini kemudian tebalkan huruf abjad yang ada di bawahnya dengan cara merangkai titik- titik tersebut 139

156 G U R U 140

157 Lampiran 9. Lembar Unjuk Kerja Peserta Didik / Pre Test (2) Nama Siswa : Hari / Tanggal : Tema Sub Tema Kompetensi Inti : Pekerjaan : Jenis-jenis pekerjaan (profesi) dan tempat kerja : Perkembangan Kognitif Kompetensi Dasar : Mengenal warna, bentuk ukuran, sifat, pola, tekstur, suara, fungsi, dsb Mengenal lingkungan sosial dan tempat yang berhubungan dengan lingkungan sekolah (KD 3.7 dan 4.7) Materi : Mencocokan antara tugas sehari-hari (pekerjaan) dengan tempat umum (tempat kerja) Indikator : Menjodohkan profesi (guru, polisi, pak pos, koki dan dokter) dengan tempat kerjanya (sekolah, kantor polisi, kantor pos, rumah makan dan rumah sakit) Tujuan : Siswa dapat mencocokan antara profesi dengan tempat kerjanya dengan tepat Petunjuk : Hubungkan antara profesi dengan tempat kerjanya! 141

158 142

159 Lampiran 10. Lembar Unjuk Kerja Peserta Didik / Pre-test (3) Nama Siswa : Hari / Tanggal : Tema Sub Tema Kompetensi Inti : Pekerjaan : Jenis-jenis pekerjaan (profesi) dan tempat kerja : Perkembangan Kognitif Kompetensi Dasar : Mengenal nama, bentuk dan fungsi atau kegunaan benda- benda di sekitar / teknologi sederhana (KD 3.6; 4.6 dan 3.9) Materi Indikator Tujuan Petunjuk : Mencocokan jumlah bilangan dengan lambang bilangan : Menghitung dan menarik titik-titik membentuk angka : Siswa dapat membilang dan menuliskan lambang bilangan : Hitunglah berapa jumlah gambar yang ada di kolom sebelah kiri kemudian tuliskan jumlahnya dengan merangkai titik-titik di sebelah kanan 143

160

161 Hari / Tanggal : Lampiran 11. Soal Post-test Pemahaman Kognitif Siswa Tema Sub Tema Kompetensi Inti : Pekerjaan : Jenis-jenis pekerjaan (profesi) dan tempat kerja : Perkembangan Kognitif Kompetensi Dasar : 2.2; 3.5 dan 4.5; 3.6 dan 4.6; 3.7 dan 4.7; 3.9 No Daftar Pertanyaan 1 Coba sebutkan pekerjaan apa saja yang kamu ketahui. 2 Dimanakah mereka (pekerjaan yang kamu sebutkan) bekerja? 3 Seperti apakah seorang guru itu? Biasanya memakai seragam apa dan membawa apa saja? 4 Apakah tugas seorang guru di sekolah? 5 Coba bedakan tugas antara Pak Polisi dengan Pak Pos! Adakah perbedaan lainnya? Tempat kerjanya bagaimana, sama atau berbeda? 6 Seperti apakah seragam seorang polisi? Apa warna dari seragam polisi? Sama tidak dengan warna seragam pak pos? 7 Kelak kamu besar nanti kamu mau jadi apa? Kamu ingin jadi guru/ dokter / polisi atau pilot? Apa yang harus kamu lakukan supaya cita-citamu tercapai? 8 Coba praktikkan bagaimana pekerjaan yang kamu cita-citakan tadi! 9 Coba sebutkan peralatan apa saja yang biasa digunakan oleh pak koki (juru masak) 10 Tahukah kamu, peralatan apa saja yang biasa digunakan oleh seorang dokter untuk mengobati pasiennya? 145

162 Lampiran 12. Angket Penilaian Materi dan Isi Alat Permainan Edukatif Maze of Busy City untuk Capaian Perkembangan Aspek Kognitif Siswa oleh Ahli Materi Judul / Nama Media : Maze of Busy City / Papan Alur Miniatur Kota Tema Pembelajaran : Pekerjaan Sub Tema : Jenis-jenis pekerjaan dan tempat kerja Sasaran : Siswa Kelompok A TK ABA II Wonosari Pengembang / Perancang : Nungky Rizka Nugraheni Ahli Materi : Ibu Nur Hayati M.Pd Tanggal / Hari : Petunjuk : 1. Lembar evaluasi ini dimaksudkan untuk mendapatkan penilaian dari Bapak/Ibu sebagai ahli materi mengenai kualitas materi dalam Alat Permainan Edukatif Maze of Busy City 2. Gunakan skala rating berikut untuk setiap item. Baca ulang sekali lagi setelah anda selesai memberikan tanda ceklist ( ) untuk memastikan bahwa skor yang anda berikan telah sesuai. Kriteria Skor 5 Sangat Setuju 4 Setuju 3 Kurang Setuju 2 Tidak Setuju 1 Sangat Tidak Setuju 3. Mohon kesediaan untuk memberi komentar dan saran pada lembar yang telah disediakan. 4. Atas kesediaan dan bantuan Bapak/Ibu untuk mengisi lembar angket ini saya ucapkan terimakasih 146

163 147

164 148

165 149

166 Lampiran 13. Angket Penilaian Tampilan Media Alat Permainan Edukatif Maze of Busy City untuk Capaian Perkembangan Aspek Kognitif Siswa oleh Ahli Media Judul / Nama Media : Maze of Busy City / Papan Alur Miniatur Kota Tema Pembelajaran : Pekerjaan Sub Tema : Jenis-jenis pekerjaan dan tempat kerja Sasaran : Siswa Kelompok A TK ABA II Wonosari Pengembang / Perancang : Nungky Rizka Nugraheni Ahli Media : Bapak Sungkono, M.Pd Tanggal / Hari : Petunjuk : 1. Lembar evaluasi ini dimaksudkan untuk mendapatkan penilaian dari Bapak/Ibu sebagai ahli materi mengenai kualitas tampilan media dalam Alat Permainan Edukatif Maze of Busy City 2. Gunakan skala rating berikut untuk setiap item. Baca ulang sekali lagi setelah anda selesai memberikan tanda ceklist ( ) untuk memastikan bahwa skor yang anda berikan telah sesuai. Kriteria Skor 5 Sangat Setuju 4 Setuju 3 Kurang Setuju 2 Tidak Setuju 1 Sangat Tidak Setuju 3. Mohon kesediaan untuk memberi komentar dan saran pada lembar yang telah disediakan. 4. Atas kesediaan dan bantuan Bapak/Ibu untuk mengisi lembar angket ini saya ucapkan terimakasih. 150

167 151

168 152

169 153

170 Keterangan Rubrik Penskoran untuk Angket Penilaian Materi dan Tampilan APE berbentuk Maze of Busy City Kuesioner tersebut akan memaparkan skor yang menyatakan bahwa Alat Permainan Edukatif berupa Maze of Busy City ini layak atau tidak untuk dimanfaatkan. Skor akan ditunjukan melalui model skala likert menggunakan 5 alternatif jawaban dari yang sangat positif sampai jawaban yang sangat negatif dengan skor item sebagai berikut: Tabel Skala Likert NO Kategori Skor 1 Sangat Baik 5 2 Baik 4 3 Cukup 3 4 Kurang 2 5 Sangat Kurang 1 Perhitungan persentase kelayakan digunakan rumus sebagai berikut: Pembagian persentase kelayakan 100% dibagi rata menjadi lima kategori sesuai dengan jumlah skala likert menurut Sri Esti Setyaningsih (Arikunto, 2009 : 44). Pembagian persentase kelayakannya adalah sebagai berikut: Kategori Kelayakan NO Interval Persentase Nilai 1 81 % - 100% Sangat Layak 2 61% - 80% Layak 3 41% - 60% Cukup Layak 4 21% - 40% Tidak Layak 5 < 21% Sangat Tidak Layak 154

171 Lampiran 14. Lembar Observasi Capaian Perkembangan Kognitif Siswa Pertemuan ke : Hari / Tanggal : No Aspek yang diamati Kemampuan Siswa dalam Mengingat Siswa menyebutkan macam-macam pekerjaan (profesi) yang ada di dalam masyarakat Siswa menjelaskan ciri-ciri dari masing-masing profesi beserta tugasnya Tingkat Pemahaman Siswa terhadap Materi Siswa membandingkan antara profesi guru dengan profesi dokter Siswa menceritakan kembali pekerjaan seorang koki (juru masak) di sebuah rumah makan Kemampuan Siswa dalam Menerapkan Materi Siswa menirukan seorang dokter yang sedang memeriksa pasien Siswa menyebutkan cita-citanya dan merancang usaha untuk meraih cita-cita Kemampuan Siswa dalam Menganalisis Siswa berani mengajukan pertanyaan untuk mencari informasi terkait profesi dan tempat kerja Skor Keterangan : 1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat Baik Observer

172 Keterangan Rubrik Penskoran untuk Perkembangan Kognitif Siswa Kemampuan Siswa dalam Mengingat 1. Siswa menyebutkan macam-macam pekerjaan (profesi) yang ada di dalam masyarakat 4 = Siswa menyebutkan macam-macam pekerjaan yang ada di masyarakat beserta nama tempat kerjanya lebih dari tiga macam 3 = Siswa menyebutkan macam-macam pekerjaan yang ada di masyarakat beserta nama tempat kerjanya 2 = Siswa hanya menyebutkan macam-macam pekerjaan yang ada di masyarakat 1 = Siswa tidak bisa menyebutkan macam-macam pekerjaan yang ada di masyarakat beserta tempat kerjanya 2. Siswa menjelaskan ciri-ciri dari masing-masing profesi beserta tugasnya 4 = Siswa menjelaskan ciri-ciri dari profesi yang disebutkan beserta tugas profesi tersebut secara detail (lengkap) 3 = Siswa menjelaskan ciri-ciri dari profesi yang disebutkan beserta tugas profesi 2 = Siswa menjelaskan beberapa ciri-ciri profesi yang ada di masyarakat tanpa menyebutkan tugasnya 1 = Siswa tidak bisa menjelaskan ciri-ciri profesi (pekerja) yang ada di masyarakat Tingkat Pemahaman Siswa terhadap Materi 3. Siswa membandingkan antara profesi guru dengan profesi dokter 4 = Siswa menemukan banyak perbedaan antara profesi guru dengan profesi dokter 3 = Siswa menemukan beberapa perbedaan antara profesi guru dengan profesi dokter 2 = Siswa dapat membedakan profesi guru denan profesi dokter berdasarkan seragam yang dikenakan 1 = Siswa tidak menemukan perbedaan antara profesi guru dengan profesi dokter 4. Siswa menceritakan kembali pekerjaan seorang koki (juru masak) di sebuah rumah makan 4 = Siswa mampu menceritakan pekerjaan seorang juru masak dengan lengkap sama seperti cerita yang dibawakan oleh guru 3 = Siswa mampu menceritakan pekerjaan seorang juru masak dengan cukup baik sesuai versi dirinya sendiri 156

173 2 = Siswa menceritakan pekerjaan seorang juru masak meskipun tidak sama dengan cerita yang dibawakan sebelumnya oleh guru 1 = Siswa tidak mau menceritakan kembali profesi juru masak Kemampuan Siswa dalam Menerapkan Materi 5. Siswa menirukan seorang dokter yang sedang memeriksa pasien 4 = Siswa menirukan seorang dokter yang sedang memeriksa pasien dengan sangat baik (seduai imajinasinya sendiri) 3 = Siswa menirukan seorang dokter yang sedang memeriksa pasien dengan arahan yang diberikan guru 2 = Siswa menirukan seorang dokter yang sedang memeriksa pasien dengan bantuan guru (bersama guru) 1 = Siswa belum bisa memainkan peran seorang dokter yang sedang memeriksa pasien 6. Siswa menyebutkan cita-citanya dan merancang usaha untuk meraihnya 4 = Siswa sudah memiliki bayangan ingin memiliki profesi apa ketika dewasa nanti. Dirinya tahu betul apa yang harus dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut 3 = Siswa sudah memiliki bayangan ingin memiliki profesi apa ketika dewasa nanti namun belum tahu bagaimana untuk mewujudkan hal tersebut 2 = Siswa belum memiliki bayangan ingin memiliki profesi apa ketika dewasa nanti. Dirinya masih bimbang 1 = Siswa tidak paham mengenai cita-cita Kemampuan Siswa dalam Menganalisis 7. Siswa berani mengajukan pertanyaan untuk mencari informasi terkait profesi dan tempat kerja 4 = Siswa berani bertanya kepada guru secara berulang-ulang dengan jenis pertanyaan yang kreatif dan kritis 3 = Siswa berani bertanya kepada guru dengan baik 2 = Siswa berani bertanya kepada guru namun tidak sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan 1 = Siswa belum berani bertanya 157

174 Lampiran 15. Skor Hasil Uji Coba (Tryout) Tes Perkembangan Kognitif Kelompok A pada Tema Pekerjaan No Nomor Butir Soal Total Nama Siswa Tes skor 1 Violla Oktavia Najwa Berly Aurora Agsenda Aisyah Nuur Khasanah Nevania Rohman Kaira Aretha Cedrica Arsya Sinaga Langit S Muthia Rizky El-Husna M Abhi Surya Atmaja Nagata Daffa Rusydi Darel Julyan Putri

175 Lampiran 16. Hasil Analisis Validitas Butir Soal Tampilan input data / variabel view pada program SPSS versi 16.0 Correlations Soal_1 Soal_2 Soal_3 Soal_4 Soal_5 Total_Skor Soal_1 Pearson Correlation * Sig. (2-tailed) Soal_2 Pearson Correlation * Sig. (2-tailed) Soal_3 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Soal_4 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Soal_5 Pearson Correlation * Sig. (2-tailed) Total_Skor Pearson Correlation.737 *.759 * * 1 Sig. (2-tailed) Tampilan output data penghitungan dengan korelasi product moment (pearson) pada program SPSS versi

176 Lampiran 17. Hasil Validasi Materi APE Maze of Busy City No Unsur Penilaian Nilai Komponen Pembelajaran 1 Kejelasan KI 4 2 Kejelasa KD 4 3 Kejelasan tujuan 5 4 Kesesuaian Indikator dengan KI dan KD 4 5 Kesesuaian Indikator dengan Tujuan 5 6 Kejelasan penyajian materi 4 7 Tata letak penyajian materi 5 8 Kesesuaian Materi dengan tujuan 5 Komponen Materi 9 Kemudahan memahami materi 5 10 Kelengkapan, Keluasan dan Kedalaman Materi 4 11 Meningkatkan pemahaman siswa 5 12 Memudahkan Siswa dalam Belajar 5 13 Kesesuaian gambar 4 14 Kesesuaian Materi dengan Kurikulum 5 15 Kesesuaian Materi terhadap Pengguna 5 16 Keterkaitan materi dengan kehidupan sehari-hari 5 17 Pemberian umpan balik 4 18 Kejelasan petunjuk penggunaan 4 19 Kemudahan penggunaan 4 20 Komunikatif dan Interaktif 5 Total Skore 160

177 Lampiran 18. Hasil Validasi Tampilan APE Maze of Busy City No Unsur Penilaian Nilai Tampilan 1 Kemenarikan ketika pertama dilihat 5 2 Kemenarikan tata letak 4 3 Tingkat keawetan bahan papan 5 4 Keamanan dan kualitas cat 5 5 Kekuatan papan alur 5 6 Kualitas kombinasi dan komposisi warna 5 7 Penggunaan warna untuk teks 4 8 Kesesuaian gambar 4 9 Ketetapan posisi dan ukuran boneka profesi 5 10 Gambar pendukung materi 5 Komponen Desain Pesan 11 Prinsip kesiapan dan motivasi 5 12 Prinsip pemusatan perhatian 5 13 Prinsip partisipasi aktif 4 14 Prinsip perulangan 4 15 Prinsip umpan balik 5 Total Skore 161

178 Lampiran 19. Hasil Uji Reliabilitas Lembar Soal (Tes) Tampilan input data / variabel view pada program SPSS versi 16.0 Case Processing Summary N % Cases Valid Excluded a 0.0 Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items Total Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted Soal_ Soal_ Soal_ Soal_ Soal_ Tampilan output penghitungan bivariate scale dengan SPSS

179 Lampiran 20. Perbandingan Data Perkembangan Kognitif Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol A. Data Pre-test Kelompok Eksperimen Tampilan input data / variabel view pada program SPSS versi 16.0 Statistics Pretes_eksperimen N Valid 10 Missing 0 Mean Median Mode 80 Std. Deviation Minimum 60 Maximum 85 Tampilan output penghitungan requencies statistics dengan SPSS 16.0 B. Data Pre-test Kelompok Kontrol 163

180 Pretes_Kontrol Statistics N Valid 10 Missing 0 Mean Median Mode 70 Std. Deviation Minimum 60 Maximum 85 Tampilan output penghitungan requencies statistics dengan SPSS 16.0 C. Data Post-test Kelompok Eksperimen Tampilan input data / variabel view pada program SPSS versi 16.0 Statistics Posttest_Eksperimen N Valid 10 Missing 0 Mean Median Mode 90 Std. Deviation Minimum 70 Maximum 100 Tampilan output penghitungan requencies statistics dengan SPSS

181 D. Data Post-test Kelompok Kontrol Tampilan input data / variabel view pada program SPSS versi 16.0 Statistics Posttest_Kontrol N Valid 10 Missing 0 Mean Median Mode 70 a Std. Deviation Minimum 65 Maximum 85 Tampilan output penghitungan requencies statistics dengan SPSS

182 Lampiran 21. Uji Normalitas Sebaran Data dengan Uji Kolmogrov Smirnov Program SPSS Versi 16.0 A. Uji Normalitas Sebaran Data Kelompok Eksperimen Tampilan input data / variabel view pada program SPSS versi 16.0 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Pretes Post_test N Normal Parameters a Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Test distribution is Normal. Tampilan output uji sebaran data kelompok eksperimen dengan SPSS

183 B. Uji Normalitas Sebaran Data Kelompok Kontrol Tampilan input data / variabel view pada program SPSS versi 16.0 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Pretes Post_test N Normal Parameters a Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Test distribution is Normal. Tampilan output uji sebaran data kelompok kontrol dengan SPSS

184 Lampiran 22. Uji Homogenitas Varian dengan Uji One Way ANOVA program SPSS versi 16.0 A. Hasil Uji Homogenitas Pre-test Tampilan input data / variabel view pada program SPSS versi 16.0 Pretes_eksperimen ANOVA Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total Tampilan output uji homogenitas varian pre-tes dengan SPSS

185 B. Hasil Uji Homogenitas Post-test Tampilan input data / variabel view pada program SPSS versi 16.0 Posttest ANOVA Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total Tampilan output uji homogenitas varian post-tes dengan SPSS

186 Lampiran 23. Hasil Uji t dengan Independent Samples t-test Program SPSS Versi 16.0 A. Hasil Analisis Uji-t Pre-test Kelas Eksperimen dan Kontrol Tampilan input data / variabel view pada program SPSS versi 16.0 Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means Pretes Equal variances assumed Equal variances not assumed F Sig. T Df Sig. (2-tailed) Tampilan output uji-t Pre-test Kelas Eksperimen dan Kontrol dengan SPSS

187 B. Hasil Analisis Uji-t Post-test Kelas Eksperimen dan Kontrol Tampilan input data / variabel view pada program SPSS versi 16.0 Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means Pretes Equal variances assumed Equal variances not assumed F Sig. T Df Sig. (2-tailed) Tampilan output uji-t Post-test Kelas Eksperimen dan Kontrol dengan SPSS

188 Lampiran 24. Hasil Observasi Capaian Perkembangan Kognitif Siswa Pertemuan ke : Hari / Tanggal : Kelas : No 1 2 Aspek yang diamati Kemampuan Siswa dalam Mengingat Siswa menyebutkan macam-macam pekerjaan (profesi) yang ada di dalam masyarakat Siswa menjelaskan ciri-ciri dari masing-masing profesi beserta tugasnya Skor Tingkat Pemahaman Siswa terhadap Materi Siswa membandingkan antara profesi guru dengan profesi dokter Siswa menceritakan kembali pekerjaan seorang koki (juru masak) di sebuah rumah makan 5 6 Kemampuan Siswa dalam Menerapkan Materi Siswa menirukan seorang dokter yang sedang memeriksa pasien Siswa menyebutkan cita-citanya dan merancang usaha untuk meraih cita-cita 7 Kemampuan Siswa dalam Menganalisis Siswa berani mengajukan pertanyaan untuk mencari informasi terkait profesi dan tempat kerja Keterangan : 1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat Baik Observer

189 Lampiran 25. Hasil Observasi Capaian Perkembangan Kognitif Siswa Pertemuan ke : Hari / Tanggal : Kelas : No 1 2 Aspek yang diamati Kemampuan Siswa dalam Mengingat Siswa menyebutkan macam-macam pekerjaan (profesi) yang ada di dalam masyarakat Siswa menjelaskan ciri-ciri dari masing-masing profesi beserta tugasnya Skor Tingkat Pemahaman Siswa terhadap Materi Siswa membandingkan antara profesi guru dengan profesi dokter Siswa menceritakan kembali pekerjaan seorang koki (juru masak) di sebuah rumah makan 5 6 Kemampuan Siswa dalam Menerapkan Materi Siswa menirukan seorang dokter yang sedang memeriksa pasien Siswa menyebutkan cita-citanya dan merancang usaha untuk meraih cita-cita 7 Kemampuan Siswa dalam Menganalisis Siswa berani mengajukan pertanyaan untuk mencari informasi terkait profesi dan tempat kerja Keterangan : 1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat Baik Observer

190 Lampiran 26. PROGRAM PENGEMBANGAN ASPEK KOGNITIF, KD, MATERI PEMBELAJARAN DAN INDIKATOR PROGRAM PENGEMBANGAN KOGNITIF KOMPETENSI YANG DICAPAI 2.2 Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap ingin tahu 2.3 Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap kreatif MATERI PEMBELAJARAN Membiasakan / eksploratif Cara bertanya Cara berpikir atau mendapatkan jawaban Memahami sikap kreatif Membiasakan kerja secara kreatif INDIKATOR YANG DICAPAI 5-6 TAHUN Indikator pencapaian perkembangan anak untuk KD pada setiap KI tidak dirumuskan secara tersendiri. Pembelajaran untuk mencapai KD-KD ini dilakukan secara tidak langsung tetapi untuk mencapai KD-KD pada KI keterampilan serta melalui pembiasaan dan keteladanan. Dengan kata lain sikap positif anak akan terbentuk ketika dia memiliki pengetahuan yang kemudian diwujudkan dalam bentuk hasil karya atau unjuk kerja 3.5 Mengetahui cara pemecahan masalah sehari-hari dan berperilaku kreatif Cara mengenali masalah Cara mengatasi masalah Mampu memecahkan sendiri masalah sederhana yang dihadapi dan menyelesaikan tugas meskipun mengalami banyak kesulitan 4.5 Menyelesaikan masalah sehari-hari secara kreatif 3.6 Mengenal bendabenda yang ada di sekitar (nama, warna, Pengelompokan berdasarkan warna, Melakukan kegiatan yang menunjukkan anak mampu mengenal dan menghubungkan nama benda dengan tulisan sederhana misalkan melalui 174

191 PROGRAM PENGEMBANGAN KOGNITIF KOMPETENSI YANG DICAPAI bentuk, sifat,tekstur, fungsi dan ciri ciri 4.6 Menyampaikan tentang apa dan bagaimana bendabenda di sekitar yang dikenalnya (nama, warna, fungsi, ciriciri melalui berbagai karya MATERI PEMBELAJARAN bentuk, fungsi, ciriciri Mencocokkan jumlah bilangan dengan lambang bilangan INDIKATOR YANG DICAPAI 5-6 TAHUN kegiatan menjodohkan 3.7 Mengenal lingkungan sosial 4.7 Menyajikan berbagai karya yang berhubungan dengan lingkungan sosial misalkan pekerjaan dan tempat kerja Mencocokan keluarga misalkan peran seseorang Kegiatan orang-orang di pagi, siang dan sore pekerjaan (guru, dokter, pak pos, juru masak, polisi) tempat-tempat umum seperti sekolah, rumah sakit, rumah makan, kantor pos dan kantor polisi berbagai jenis Menyebutkan peran-peran dan perkerjaan termasuk di dalamnya tempat kerja dan atribut atau peralatan yang digunakan dalam bekerja 175

192 PROGRAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI YANG DICAPAI MATERI PEMBELAJARAN transportasi (kendaraan umum) INDIKATOR YANG DICAPAI 5-6 TAHUN KOGNITIF 3.9 Mengenal teknologi sederhana (peralatan kerja) Nama benda, fungsi benda dan cara menggunakannya Melakukan kegiatan dengan menggunakan alat teknologi sederhana sesuai dengan fungsinya secara aman dan bertanggungjawab 4.9 Menggunakan teknologi sederhana untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan 176

193 Lampiran 27. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN KELOMPOK Kelompok / Jumlah anak / Hari Ke : A1 / 20 anak / 1 Tema / Sub tema : Pekerjaan / Jenis-jenis pekerjaan dan tempat kerja Materi yang masuk dalam pembiasaan : 1. Terbiasa mengucapkan doa sebelum dan sesudah kegiatan : 2. Terbiasa membereskan mainan 3. Mengucap dan membalas salam MATERI PEMBELAJARAN Mengenal tugas guru dan cara menghormati guru (kog 3.7 dan 4.7) Mengenal bendabenda di sekitarnya berdasarkan bentuk dan ciri-ciri (kog 3.6 dan 4.6) TUJUAN PEMBELAJARAN Siswa memahami tugas seorang guru dan paham bagaimana harus menghormati dan menghargai seorang guru Siswa dapat membedakan jenis pekerjaan dan tempat kerja dari bentuk bangunan tempat kerja dan ciri-ciri logo atau identitas penunjuk tempat kerja tersebut PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN A. Kegiatan penyambutan (SOP) ( 10menit) B. Pembukaan ( 25 menit) SOP Pembukaan Bercakap-cakap tentang tugas / peran seorang guru Tanya jawab tentang cara menghargai / menghormati seorang guru BAHAN DAN ALAT Lembar Unjuk Kerja Peserta Didik Pewarna Pensil / spidol PENILAIAN Percakapan Hasil Karya Unjuk Kerja Menjodohkan profesi dengan tempat kerja (kog Siswa dapat menjodohkan antara profesi dengan tempat kerjanya C. Inti ( 25 menit) 1. Anak-anak diberi penjelasan tentang lembar unjuk kerja peserta 177

194 MATERI PEMBELAJARAN TUJUAN PEMBELAJARAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN 3.7 dan 4.7) didik yang sudah disiapkan 2. Anak-anak diberi penjelasan mengenai cara mengisi atau mengerjakan lembar unjuk kerja tersebut 3. Anak-anak diberi kesempatan untuk bertanya apabila masih ada yang kurang jelas dari lembar unjuk kerja tersebut 4. Anak-anak mulai mengerjakan lembar unjuk kerja peserta didik Kegiatan Anak-anak: I. Kegiatan 1 Menjodohkan antara jenis pekerjaan dengan tempat kerja II. Kegiatan 2 Membilang peralatan kerja dan menebalkan lambang bilangan dengan menghubungkan titik-titik yang membentuk lambang bilangan III. Kegiatan 3 Mewarnai gambar profesi dan menghubungkan titik-titik hingga membentuk huruf abjad BAHAN DAN ALAT PENILAIAN 178

195 MATERI PEMBELAJARAN Membilang peralatan yang digunakan untuk bekerja (kog 3.9 dan 4.9) TUJUAN PEMBELAJARAN Siswa dapat membilang peralatan yang digunakan oleh masing-masing profesi dan menuliskannya dalam bentuk lambang bilangan PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN Recalling: - diskusi tentang perasaan diri selama melakukan kegiatan bermain - bila ada perilaku yang kurang tepat harus didiskusikan bersama - menceritakan dan menunjukkan hasil karya - penguatan pengetahuan yang diperoleh anak D. Istirahat (SOP) ( 15 menit) E. Penutup (SOP) ( 15 menit) BAHAN DAN ALAT PENILAIAN 179

196 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN KELOMPOK BERDASARKAN KEGIATAN PENGAMAN Semester / Hari / Tanggal : II / Hari ke 2 / Tema / Sub tema : Pekerjaan / Jenis-jenis pekerjaan dan tempat kerja Materi yang masuk dalam pembiasaan : 1. Terbiasa mengucapkan doa sebelum dan sesudah kegiatan : 2. Terbiasa membereskan mainan 3. Mengucap dan membalas salam MATERI PEMBELAJARAN Peran seseorang (kog 3.7 dan 4.7) Jenis-jenis pekerjaan (kog 3.7 dan 4.7) TUJUAN PEMBELAJARAN Anak mengenal dan dapat membedakan peran atau tugas sebuah profesi Anak mampu menyebutkan macam-macam pekerjaan (profesi) yang ada di masyarakat PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN A. Kegiatan penyambutan (SOP) ( 10 menit) B. Pembukaan ( 25 menit) SOP Pembukaan Bercakap-cakap tentang jenis-jenis pekerjaan dan tempat kerja Tanya jawab tentang perbedaan tugas pak pos dengan pak polisi BAHAN DAN ALAT Maze of Busy City PENILAIAN Percakapan Hasil Karya Unjuk Kerja Tempat-tempat umum / tempat kerja (kog 3.7 dan 4.7) Anak mampu menyebutkan tempat-tempat kerja / tempat umum C. Inti ( 25 menit) 1. Anak-anak diajak mengamati APE yang disediakan 2. Anak-anak dikenalkan dengan papan alur dan komponen yang melengkapi papan alur tersebut 180

197 MATERI PEMBELAJARAN TUJUAN PEMBELAJARAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN 3. Anak-anak diberi penjelasan tentang cara memainkan Alat Permainan Edukatif berbentuk papan alur tersebut 4. Anak-anak dikenalkan dengan berbagai jenis pekerjaan dan tempat kerja melalui boneka profesi dan gedung tempat bekerja 5. Anak-anak diberi kesempatan untuk bertanya BAHAN DAN ALAT PENILAIAN Kegiatan Anak-anak: I. Mencoba memainkan maze of busy city II. Kegiatan 1 Memperhatikan guru dalam menjelaskan jenis-jenis pekerjaan dan tempat kerja melalui papan alur III. Kegiatan 2 Mencoba menggunakan papan alur secara bergantian Recalling: - merapikan mainan - diskusi tentang perasaan diri selama melakukan kegiatan bermain 181

198 MATERI PEMBELAJARAN TUJUAN PEMBELAJARAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN - bila ada perilaku yang kurang tepat harus didiskusikan bersama - menceritakan dan menunjukkan hasil karya - penguatan pengetahuan yang diperoleh anak BAHAN DAN ALAT PENILAIAN Cita-cita dan cara meraihnya (kog 3.5 dan 4.5) Anak terbiasa berpikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi D. Istirahat (SOP) ( 15 menit) Warna dan bentuk abjad (kog 3.6 dan 4.6) Anak mengenal warna benda di sekitarnya dan bentuk-bentuk huruf abjad E. Penutup (SOP) ( 15 menit) 182

199 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN KELOMPOK BERDASARKAN KEGIATAN PENGAMAN Semester / Hari / Tanggal : II / Hari ke 3 / Tema / Sub tema : Pekerjaan / Jenis-jenis pekerjaan dan tempat kerja Materi yang masuk dalam pembiasaan : 1. Terbiasa mengucapkan doa sebelum dan sesudah kegiatan : 2. Terbiasa membereskan mainan 3. Mengucap dan membalas salam MATERI PEMBELAJARAN Peran seseorang (kog 3.7 dan 4.7) Jenis-jenis pekerjaan (kog 3.7 dan 4.7) TUJUAN PEMBELAJARAN Anak mengenal dan dapat membedakan peran atau tugas sebuah profesi Anak mampu menyebutkan macam-macam pekerjaan (profesi) yang ada di masyarakat PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN A. Kegiatan penyambutan (SOP) ( 10 menit) B. Pembukaan ( 25 menit) SOP Pembukaan Bercakap-cakap tentang peralatan yang biasa digunakan oleh dokter Tanya jawab tentang cita-cita Tanya jawan tentang cara mewujudkan cita-cita tersebut BAHAN DAN ALAT Maze of Busy City PENILAIAN Percakapan Hasil Karya Unjuk Kerja Tempat-tempat umum / tempat kerja (kog 3.7 dan 4.7) Anak mampu menyebutkan tempat-tempat kerja / tempat umum C. Inti ( 25 menit) 1. Anak-anak diberi penjelasan tentang lembar unjuk kerja peserta didik yang sudah disiapkan 183

200 MATERI PEMBELAJARAN TUJUAN PEMBELAJARAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN 2. Anak-anak diberi penjelasan mengenai cara mengisi atau mengerjakan lembar unjuk kerja tersebut 3. Anak-anak diberi kesempatan untuk bertanya apabila masih ada yang kurang jelas dari lembar unjuk kerja tersebut 4. Anak-anak mulai mengerjakan lembar unjuk kerja peserta didik 5. Peneliti dan pendamping kelas mulai mengambil nilai post-test dengan cara memberi pertanyaan yang sudah disiapkan satu per satu BAHAN DAN ALAT PENILAIAN Kegiatan Anak-anak: I. Kegiatan 1 Mengerjakan lembar kerja II. Kegiatan 2 Menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti dan pendamping kelas Recalling: - merapikan mainan - diskusi tentang perasaan diri selama 184

201 MATERI PEMBELAJARAN TUJUAN PEMBELAJARAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN melakukan kegiatan bermain - bila ada perilaku yang kurang tepat harus didiskusikan bersama - menceritakan dan menunjukkan hasil karya - penguatan pengetahuan yang diperoleh anak BAHAN DAN ALAT PENILAIAN Cita-cita dan cara meraihnya (kog 3.5 dan 4.5) Anak terbiasa berpikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi D. Istirahat (SOP) ( 15 menit) Warna dan bentuk abjad (kog 3.6 dan 4.6) Anak mengenal warna benda di sekitarnya dan bentuk-bentuk huruf abjad E. Penutup (SOP) ( 15 menit) 185

202 Lampiran 28. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN KELOMPOK Kelompok / Jumlah anak / Hari Ke : A2 / 19 anak / 1 Tema / Sub tema : Pekerjaan / Jenis-jenis pekerjaan dan tempat kerja Materi yang masuk dalam pembiasaan : 1. Terbiasa mengucapkan doa sebelum dan sesudah kegiatan : 2. Terbiasa membereskan mainan 3. Mengucap dan membalas salam MATERI PEMBELAJARAN Mengenal tugas guru dan cara menghormati guru (kog 3.7 dan 4.7) Mengenal bendabenda di sekitarnya berdasarkan bentuk dan ciri-ciri (kog 3.6 dan 4.6) TUJUAN PEMBELAJARAN Siswa memahami tugas seorang guru dan paham bagaimana harus menghormati dan menghargai seorang guru Siswa dapat membedakan jenis pekerjaan dan tempat kerja dari bentuk bangunan tempat kerja dan ciri-ciri logo atau identitas penunjuk tempat kerja tersebut PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN A. Kegiatan penyambutan (SOP) ( 10menit) B. Pembukaan ( 25 menit) SOP Pembukaan Bercakap-cakap tentang tugas / peran seorang guru Tanya jawab tentang cara menghargai / menghormati seorang guru BAHAN DAN ALAT Lembar Unjuk Kerja Peserta Didik Pewarna Pensil / spidol PENILAIAN Percakapan Hasil Karya Unjuk Kerja Menjodohkan profesi dengan tempat kerja (kog Siswa dapat menjodohkan antara profesi dengan tempat kerjanya C. Inti ( 25 menit) 1. Anak-anak diberi penjelasan tentang lembar unjuk kerja peserta 186

203 MATERI PEMBELAJARAN TUJUAN PEMBELAJARAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN 3.7 dan 4.7) didik yang sudah disiapkan 2. Anak-anak diberi penjelasan mengenai cara mengisi atau mengerjakan lembar unjuk kerja tersebut 3. Anak-anak diberi kesempatan untuk bertanya apabila masih ada yang kurang jelas dari lembar unjuk kerja tersebut 4. Anak-anak mulai mengerjakan lembar unjuk kerja peserta didik Kegiatan Anak-anak: I. Kegiatan 1 Menjodohkan antara jenis pekerjaan dengan tempat kerja II. Kegiatan 2 Membilang peralatan kerja dan menebalkan lambang bilangan dengan menghubungkan titik-titik yang membentuk lambang bilangan III. Kegiatan 3 Mewarnai gambar profesi dan menghubungkan titik-titik hingga membentuk huruf abjad BAHAN DAN ALAT PENILAIAN 187

204 MATERI PEMBELAJARAN Membilang peralatan yang digunakan untuk bekerja (kog 3.9 dan 4.9) TUJUAN PEMBELAJARAN Siswa dapat membilang peralatan yang digunakan oleh masing-masing profesi dan menuliskannya dalam bentuk lambang bilangan PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN Recalling: - diskusi tentang perasaan diri selama melakukan kegiatan bermain - bila ada perilaku yang kurang tepat harus didiskusikan bersama - menceritakan dan menunjukkan hasil karya - penguatan pengetahuan yang diperoleh anak D. Istirahat (SOP) ( 15 menit) E. Penutup (SOP) ( 15 menit) BAHAN DAN ALAT PENILAIAN 188

205 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN KELOMPOK BERDASARKAN KEGIATAN PENGAMAN Semester / Hari / Tanggal : II / Hari ke 2 / Tema / Sub tema : Pekerjaan / Jenis-jenis pekerjaan dan tempat kerja Materi yang masuk dalam pembiasaan : 1. Terbiasa mengucapkan doa sebelum dan sesudah kegiatan : 2. Terbiasa membereskan mainan 3. Mengucap dan membalas salam MATERI PEMBELAJARAN Peran seseorang (kog 3.7 dan 4.7) Jenis-jenis pekerjaan (kog 3.7 dan 4.7) TUJUAN PEMBELAJARAN Anak mengenal dan dapat membedakan peran atau tugas sebuah profesi Anak mampu menyebutkan macam-macam pekerjaan (profesi) yang ada di masyarakat PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN A. Kegiatan penyambutan (SOP) ( 10 menit) B. Pembukaan ( 25 menit) SOP Pembukaan Bercakap-cakap tentang jenis-jenis pekerjaan dan tempat kerja Tanya jawab tentang perbedaan tugas pak pos dengan pak polisi BAHAN DAN ALAT Maze of Busy City PENILAIAN Percakapan Hasil Karya Unjuk Kerja Tempat-tempat umum / tempat kerja (kog 3.7 dan 4.7) Anak mampu menyebutkan tempat-tempat kerja / tempat umum C. Inti ( 25 menit) 1. Anak-anak diajak mengamati media gambar yang disiapkan oleh guru 2. Anak-anak dikenalkan dengan berbagai jenis pekerjaan dan tempat 189

206 MATERI PEMBELAJARAN TUJUAN PEMBELAJARAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN kerja melalui boneka profesi dan gedung tempat bekerja melalui cerita menggunakan media gambar 3. Anak-anak diberi kesempatan untuk bertanya BAHAN DAN ALAT PENILAIAN Kegiatan Anak-anak: I. Kegiatan 1 Memperhatikan guru dalam menjelaskan jenis-jenis pekerjaan dan tempat kerja melalui media gambar II. Kegiatan 2 Mendengarkan cerita dari guru dan menceritakan kembali di depan kelas Recalling: - diskusi tentang perasaan diri selama melakukan kegiatan bermain - bila ada perilaku yang kurang tepat harus didiskusikan bersama - menceritakan dan menunjukkan hasil karya - penguatan pengetahuan yang diperoleh anak 190

207 MATERI PEMBELAJARAN Cita-cita dan cara meraihnya (kog 3.5 dan 4.5) TUJUAN PEMBELAJARAN Anak terbiasa berpikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN D. Istirahat (SOP) ( 15 menit) BAHAN DAN ALAT PENILAIAN Warna dan bentuk abjad (kog 3.6 dan 4.6) Anak mengenal warna benda di sekitarnya dan bentuk-bentuk huruf abjad E. Penutup (SOP) ( 15 menit) 191

208 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN KELOMPOK BERDASARKAN KEGIATAN PENGAMAN Kelas / Hari / Tanggal : A2 / Hari ke 3 / Tema / Sub tema : Pekerjaan / Jenis-jenis pekerjaan dan tempat kerja Materi yang masuk dalam pembiasaan : 1. Terbiasa mengucapkan doa sebelum dan sesudah kegiatan : 2. Terbiasa membereskan mainan 3. Mengucap dan membalas salam MATERI PEMBELAJARAN Peran seseorang (kog 3.7 dan 4.7) Jenis-jenis pekerjaan (kog 3.7 dan 4.7) TUJUAN PEMBELAJARAN Anak mengenal dan dapat membedakan peran atau tugas sebuah profesi Anak mampu menyebutkan macam-macam pekerjaan (profesi) yang ada di masyarakat PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN A. Kegiatan penyambutan (SOP) ( 10 menit) B. Pembukaan ( 25 menit) SOP Pembukaan Bercakap-cakap tentang peralatan yang biasa digunakan oleh dokter Tanya jawab tentang cita-cita Tanya jawan tentang cara mewujudkan cita-cita tersebut BAHAN DAN ALAT Maze of Busy City PENILAIAN Percakapan Hasil Karya Unjuk Kerja Tempat-tempat umum / tempat kerja (kog 3.7 dan 4.7) Anak mampu menyebutkan tempat-tempat kerja / tempat umum C. Inti ( 25 menit) 1. Anak-anak diberi penjelasan tentang lembar unjuk kerja peserta didik yang sudah disiapkan 192

209 MATERI PEMBELAJARAN TUJUAN PEMBELAJARAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN 2. Anak-anak diberi penjelasan mengenai cara mengisi atau mengerjakan lembar unjuk kerja tersebut 3. Anak-anak diberi kesempatan untuk bertanya apabila masih ada yang kurang jelas dari lembar unjuk kerja tersebut 4. Anak-anak mulai mengerjakan lembar unjuk kerja peserta didik 5. Peneliti dan pendamping kelas mulai mengambil nilai post-test dengan cara memberi pertanyaan yang sudah disiapkan satu per satu BAHAN DAN ALAT PENILAIAN Kegiatan Anak-anak: I. Kegiatan 1 Mengerjakan lembar kerja II. Kegiatan 2 Menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti dan pendamping kelas Recalling: - merapikan mainan - diskusi tentang perasaan diri selama 193

210 MATERI PEMBELAJARAN TUJUAN PEMBELAJARAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN melakukan kegiatan bermain - bila ada perilaku yang kurang tepat harus didiskusikan bersama - menceritakan dan menunjukkan hasil karya - penguatan pengetahuan yang diperoleh anak BAHAN DAN ALAT PENILAIAN Cita-cita dan cara meraihnya (kog 3.5 dan 4.5) Anak terbiasa berpikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi D. Istirahat (SOP) ( 15 menit) Warna dan bentuk abjad (kog 3.6 dan 4.6) Anak mengenal warna benda di sekitarnya dan bentuk-bentuk huruf abjad E. Penutup (SOP) ( 15 menit) 194

211 Lampiran 29. Hasil Karya / Unjuk Kerja Siswa Kelompok Eksperimen 195

212 196

213 197

214 Lampiran 30. Hasil Karya / Unjuk Kerja Siswa Kelompok Kontrol 198

215 199

216 200

217 Lampiran 31. Foto-foto Kegiatan Gambar 1. Mengenalkan Komponen APE Maze of Busy City pada Siswa Kelompok Eksperimen Gambar 2. Menjelaskan jenis-jenis pekerjaan dan tempat kerja sambil mempraktikkan cara menggunakan APE Maze of Busy City 201

218 Gambar 3. Siswa kelompok eksperimen sedanga mengerjakan lembar unjuk kerja (pre eksperimen test) Gambar 4. Bersama siswa dan wali kelas kelompok A1 / kelompok eksperimen 202

219 Gambar 7. Siswa kelompok kontrol sedang mengerjakan lembar unjuk kerja (pre eksperimen test) Gambar 8. Bersama siswa dan wali kelas kelompok A2 / kelompok kontrol 203