Buku panduan cara aplikasi pestisida herbisida

Teknik Aplikasi PestisidaA. Aplikasi PestisidaTujuan dari penggunaan Pestisida ialah menekan atau mengurangi populasi jasad pengganggu sasaran (hama, penyakit, dan gulma) hingga di bawah batas nilai ambang ekonomi, tanpa menimbulkan dampak yang merugikan seperti antara lain : terjadi resistensi, resurgensi, keracunan tanaman pokok dan pencemaran lingkungan. Keberhasilan penggunaan Pestisida sangat ditentukan oleh teknik aplikasi yang tepat, yang menjamin Pestisida tersebut mencapai jasad sasaran dimaksud. Selain itu, keberhasilan juga dipengaruhi oleh faktor jenis, dosis dan saat aplikasi yang tepat.Dengan kata lain, tidak ada Pestisida yang dapat berfungsi dengan baik kecuali bila aplikasi dengan tepat. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian OPT secara kimiawi atau menggunakan Pestisida adalah menggunakan Pestisida yang telah terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian serta membaca petunjuk penggunaan Pestisida yang tertera pada label.

Aplikasi Pestisida tergantung dari tujuan pengendalian, jenis OPT sasaran,tanaman dan produk tanaman yang akan dilindungi, lingkungan sekitar wilayah yang akan diberi aplikasi Pestisida, serta cara kerja dan bentuk formulasi Pestisida.

Beberapa Cara Aplikasi Pestisida Di Lapangan Adalah Sebagai Berikut :

1. Cara Penaburan

Aplikasi Pestisida dengan cara penaburan (soil incorporation) pada umumnya dilakukan untuk Pestisida formulasi butiran /granul, yang bersifat sistemik dengan OPT sasaran yang hidup di dalam jaringan tanaman atau di dalam tanah. Penaburan Pestisida butiran dapat dilakukan di lahan sawah atau di lahan kering.

a. Lahan Sawah

Aplikasi Pestisida butiran dilahan sawah, Pestisida ditaburkan dalam keadaan sawah macak-macak, saluran pemasukan dan saluran pengeluaran air harus ditutup selama beberapa hari agar sawah tetap dalam keadaan macak-macak.Setelah Pestisida butiran ditaburkan, selanjutnya sawah diinjak-injak agar pestisida yang ditaburkan terbenam ke dalam tanah di sekitar perakaran.

b. Lahan Kering

Aplikasi Pestisida dilahan kering, Pestisida ditaburkan disekitar batang tanaman atau pada tanah yang sudah ditugal, kemudian lubang ditutup dengan tanah atau mulsa.Cara penaburan Pestisida butiran tidak memerlukan alat aplikasi, sehinggga setiap petani dengan mudah melakukannya. Kelemahan dari cara ini adalah Pestisida yang ditaburkan berbentuk butiran biasanya bekerja lambat (slow action), sehingga apabila terjadi serangan OPT segera setelah aplikasi penaburan Pestisida butiran terlambat dan OPT tidak terkendali. 

2. Cara Penyemprotan

Aplikasi dengan cara penyemprotan merupakan cara aplikasi yang paling banyak dilakukan oleh petani. Agar pengendalian OPT dengan cara penyemprotan Pestisida dapat berhasil baik, maka selain menggunakan jenis Pestisida dengan dosis dan waktu yang tepat, juga diperlukan alat aplikasi yang efisien.Alat aplikasi atau alat semprot yang efisien dapat menjamin penyebaran bahan/ campuran semprot yang merata pada sasaran dan tidak menimbulkan pemborosan. Cairan yang disemprotkan dapat berupa larutan, emulsi atau suspensi.

3. Cara Penghembusan

Aplikasi Pestisida dengan cara penghembusan biasanya dilakukan terhadap pestisida formulasi tepung atau debu (dust).

4. Cara Pengumpanan

Cara pengumpanan yaitu mencapur Pestisida dengan makanan atau bahan bahan tertentu yang disukai OPT sasaran, seperti :

a. Lalat buah diumpan dengan antraktan yang dicampur insektisida.

b. Babi hutan diumpan dengan ubi jalar yang telah dibubuhi racun.

c. Tikus diumpan dengan beras yang telah dicampur insektisida anti koagulan.

5. Cara Fumigasi

Aplikasi Pestisida bersifat gas (fumigan) dengan cara fumigasi, pada umumnya dilakukan untuk pengendalian hama gudang, tetapi dapat juga untuk nematoda di dalam tanah.Fumigasi hama gudang, diawali dengan menutup bahan yang akan difumigasi dengan plastik/ bahan lain yang kedap udara. Kemudian, kedalamnya dimasukkan ampul yang berisi gas beracun yang telah dibuka,penutup plastik dibuka setelah beberapa lama sesuai anjuran.Fumigasi nematoda di dalam tanah, keadaan tanah harus gembur dan tidak ada genangan air. Fumigasi tanah dilakukan dengan cara suntikan, semprotan dengan traktor yang dilengkapi alat penyemprot dan pembalik tanah, atau melalui siraman bahan fumigasi (fumigan) ke dalam parit-parit lahan yang akan difumigasi, tanah ditutup plastik lalu gas dialirkan melalui pipa-pipa khusus.

6. Cara Pengapasan

Aplikasi Pestisida dengan pengapasan, menggunakan alat pengasap yang sering disebut swing fog. Hanya digunakan untuk Pestisida yang dapatdicampur dengan minyak tanah / solar sehingga akan membentuk dropet yang berbentuk asap. Cara pengasapan ini cukup efektif, terutama untuk pengendalian OPT diruang tertutup atau gudang. Apabila cara pengasapan ini akan digunakan dipertanaman terbuka, maka pelaksanaannya sebaiknya pada saat pagi hari,sebelum banyak angin.

B. Kesehatan Keselamatan Kerja dalam aplikasi Pestisida

Mengingat pentingnya peranan Pestisida dalam upaya penyelamatan produksi pertanian, Pemerintah berkewajiban untuk mengatur peredaran dan penggunaan Pestisida di Indonesia. Selain itu, Pestisida termasuk bahan berbahaya, sehingga dalam pengaturannya juga mengacu kepada peraturan-peraturan internasional yang disepakati bersama dengan Badan Internasional seperti FAO, WHO, Kesepakatan Protokol Montreal dan sebagainya (Kementerian Pertanian, 2012 ).

Dalam aplikasi Insektisida di lapangan diupayakan agar petugas/ tenaga pelaksana maupun masyarakat terhindar dari bahaya keracunan Insektisida, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 

a. Petugas/tenaga pelaksana Pada saat melaksanakan pengendalian vektor petugas/ tenaga pelaksana harus menggunakan:

Penutup hidung/ mulut (masker)

Masker disposibel yang setiap hari harus diganti, atau maksimal dipakai 2 kali setelah masker tersebut dicuci.

Topeng lasik (face shield) untuk melindungi mata dan muka dari percikan Insektisida. 

Baju model montir lengan panjang dan celana panjang cutbray (melebar ke bawah).

Topi bertepi lebar untuk melindungi kepala dan anggorta badan lainnya dari tetesan/percikanInsektisida terutama pada waktu penyemprotan bagian atas (misalnya plafon, atap). 

Sarung tangan karet untuk mecegah tangan terkena Insektisida terutama pada waktu membuat larutan (suspensi).

Sepatu boot untuk melindungi kaki dari Insektisida yang tercecer di lantai.

Sebelum makan, minum atau merokok, cucilah tangan dengan air dan sabun.

Jangan menyemprot makanan dan minuman serta peralatannya. 

Bila menyemprot dalam ruangan tertutup, bukalah jendela agar udara dapat masuk.

Jangan makan dan minum selama penyemprotan.

Setelah selesai bekerja mandilah dengan memakai air dan sabun. 

Gantilah pakaian kerja setelah selesai menyemprot. Pakaian kerja dan semua peralatan yang dipakai harus dicuci setiap hari.

Petugas penyemprot dilarang bekerja melampaui ketentuan waktu kerja yang telah ditentukan yaitu maksimal 6 jam per hari.

Jangan membuang sisa Insektisida maupun wadahnya ke dalam sungai, saluran air, kolam atau daerah terbuka lainnya, tapi kuburlah di dalamtanah sedalam ± 0,5 meter yang letaknya jauh dari sumber air (Kementrian Kesehatan RI, 2012).

D. Gejala Keracunan Pestisida dan Pencegahannya

Kita harus mengenal tanda orang yang sedang mengalami keracunan, tanda dan gejala orang yang keracunan insektisida adalah: kejang, mual, muntah, dan gemetar, kesadaran menurun, nadi tidak teratur, depresi/iritasi pernafasan, jika terkena kulit dapat menyebabkan kering pada kulit, jika tertelan dalam 200-500 ml dapat merusak saraf pusat dan bahkan kematian. Tingkat keracunan pestisida dibagi menjadi 3 yaitu:

a.   Keracunan ringan: Anoriksia, Nyeri kepala, Rasa lemah, Rasa takut, Tremor lidah, tremor kelopak, mata, Pupil miosis.

b.  Keracunan sedang: Nausea, Muntah-muntah, Kejang/keram perut, hipersalivasi, Hiperhidrosis, fasikulasi otot, bradikardi

c. Keracunan berat: Diare, Pupil “pin-Point”, Reaksi cahaya (-), Sesak napas, Sianosos, Edema paru, Inkonteinensia urine , Inkotinensia feses, Konvulsi, Koma, Blokade jantung, Akhirnya meninggal

D. Pertolongan Pertama Untuk Penderita Keracunan Pestisida

Pertolongan pertama yang diberikan bila terjadi keracunan melalui hidung hendaklah segera dibawa ke tempat yang berudara segar (ruang terbuka) dan bila diperlukan beri bantuan pernafasan. Jika racun terkena kulit bagian yang terkena segera dicuci dengan air bersih yang mengalir dan sabun, begitu pula halnya bila terkena mata, segera cuci dengan air bersih yang mengalir selama 10-15 menit. Jika keracunan terjadi karena masuk melalui mulut, pertolongan pertamanya adalah berikan arang aktif (norit), dan jangan dirangsang muntah, hal ini disebabkan banyak formulasi insektisida dengan pelarutnya minyak tanah (Departemen Kesehatan RI, 1997). 

Pertolongan pertama yang dapat dilakukan jika naphthalene masuk ke dalam tubuh melalui mulut adalah jangan dirangsang muntah, hal ini dikhawatirkan dapat menyebabkan kejang dan letargi, selain itu juga jangan memberi minuman yang berlemak, seperti susu karena racun ini bersifat mudah larut dalam lemak sehingga dapat meningkatkan penyerapan racun oleh tubuh, pemberian norit (arang aktif) juga dapat dilakukan jika terjadi keracunan. Segera bawa ke rumah sakit untuk mendapakan perawatan lanjutan. Bila racun ini terkena mata yang dapat dilakukan adalah mencuci mata dengan air bersih mengalir selama 15- 20 menit. Jika radang berlanjut dan masih terasa sakit, segera bawa ke dokter. Sedangkan jika kulit terkena racun ini, yang dapat dilakukan untuk menolong korban adalah cuci kulit yang terkena dengan sabun dan air yang mengalir (Departemen Kesehatan RI, 1997). 

Bila organofosfat tertelan dan penderita sadar, segera muntahkan penderita dengan mengorek dinding belakang tenggorok dengan jari atau alat lain, dan /atau memberikan larutan garam dapur satu sendok makan penuh dalam segelas air hangat. Bila penderita tidak sadar, tidak boleh dimuntahkan karena bahaya aspirasi. Bila penderita berhenti bernafas, segeralah dimulai pernafasan buatan. Terlebih dahulu bersihkan mulut dari air liur, lendir atau makanan yang menyumbat jalan nafas. Bila organofosfat tertelan, jangan lakukan pernafasan dari mulut ke mulut. Bila kulit terkena organofosfat, segera lepaskan pakaian yang terkena dan kulit dicuci dengan air sabun. Bila mata terkena organofosfat, segera cuci dengan banyak air selama 15 menit (Raini, 2007).

Pertolongan pertama yang dapat juga dilakukan adalah dengan menghentikan pemaparan dengan memindahkan korban dari sumber paparan, lepaskan pakaian korban/mandikan korban. Jika terjadi kesulitan pernafasan maka korban diberi pernafasan buatan. Korban diinstruksikan agar tetap tenang. Dampak serius tidak terjadi segera, ada waktu untuk menolong korban. Korban segera dibawa ke rumah sakit atau dokter terdekat. Berikan informasi tentang pestisida yang memapari korban dengan membawa label kemasan pestisida. Keluarga seharusnya diberi pengetahuan/ penyuluhan tentang pestisida sehingga jika terjadi keracunan maka keluarga dapat memberikan pertolongan pertama (Raini, 2007).

Penulis : Martin

Sumber :

Departemen Kesehatan R I, Pusat Data Kesehatan, dalam http://bankdata.depkes.go. id/Profil/Indo1997/Annex/liic620htm. pada 27 Mei 2015.

DJPSP. 2011. Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida. http://pembinaan_Penggunaan_pestisida.pdf [20 Maret 2021]

Kementerian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Penggunaan Insektisida ( Pestisida ).Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta 

Raini, M. 2007. Toksikologi Pestisida Dan Penanganan Akibat Keracunan Pestisida. Media Litbang Kesehatan Volume XVII Nomor 3 Tahun 2007.


Post Terkait