Benda apa yang jatuh dari atas tidak sakit

Jantung

dr. Adeline Jaclyn, 12 Jul 2022

Ditinjau oleh Tim Medis Klikdokter

Benda apa yang jatuh dari atas tidak sakit
Benda apa yang jatuh dari atas tidak sakit

Sehabis terpeleset, tulang ekormu jadi terasa ngilu. Ada juga gejala lainnya yang tak kalah mengganggu. Lalu, apa yang harus dilakukan untuk mengatasinya?

Benda apa yang jatuh dari atas tidak sakit

Jatuh terduduk alias terpeleset umumnya terjadi di permukaan yang licin dan disebabkan oleh hilangnya keseimbangan tubuh untuk bertahan di satu posisi.

Nah, ketika terpeleset, bagian tubuh yang kerap terasa sakit adalah tulang ekor. Alhasil, saat mencoba berdiri, kamu merasakan sakit dan nyeri di bagian bokong.

Mengapa efek jatuh terpeleset bisa membuat tulang ekor sakit? Apakah kondisi ini mesti dikhawatirkan?

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, perlu diketahui bahwa tulang ekor terletak di ujung bawah tulang punggung. Fungsinya untuk mendukung dan menjaga kestabilan tubuh.

Apabila tulang ekor terasa sangat sakit karena jatuh terpeleset, kamu memang perlu mengkhawatirkannya. Sebab, tulang ekor bisa saja retak, bergeser, atau memar akibat benturan keras. 

Bahaya Akibat Jatuh Terpeleset

Benda apa yang jatuh dari atas tidak sakit

Jatuh pada tulang ekor di usia muda mungkin dapat menyebabkan kebiruan saja. Namun, jika terjadi pada lansia, hal ini bisa menimbulkan cedera yang lebih serius bahkan sampai dirawat di rumah sakit. 

Menurut penelitian, beberapa masalah yang bisa terjadi adalah pendarahan dan kelumpuhan. Sebab saat jatuh terduduk, bagian tulang belakang dapat mengalami cedera sehingga bisa berujung pada kelumpuhan. 

Efek lainnya dari jatuh terpeleset hingga tulang ekor terbentur adalah dapat mengakibatkan patah tulang.  

Artikel Lainnya: Ibu Hamil Jatuh Terduduk, Apa Risikonya?

Kapan Harus ke Dokter?

Jika kamu jatuh terpeleset hingga kena tulang ekor, jangan dibiarkan. Terlebih jika kamu mengalami tanda dan gejala berikut setelah terpeleset: 

  • Kehilangan kesadaran.
  • Sakit kepala yang terasa sangat nyeri, mual, muntah, dan kebingungan. 
  • Pendarahan yang tidak berhenti setelah 15 menit dilakukan penekanan. 
  • Terjadi kesulitan berbicara atau kesulitan berjalan secara mendadak. 

Setelah terjatuh, kamu perlu memperhatikan durasi nyeri yang dialami. Bila dalam beberapa hari rasa sakit sudah hilang dan tanpa disertai gejala lain, kamu tak perlu cemas berlebih.

Sebaliknya, bila nyeri tak kunjung hilang selama berminggu-minggu dan justru disertai gejala lain, segeralah periksakan kondisimu ke dokter.

Bila terjadi cedera tulang ekor yang cukup parah, umumnya nyeri timbul saat kamu hendak duduk (posisi sedikit menungging), saat duduk, berdiri, hingga berjalan.

Ya, tulang ekor yang cedera memang bisa menghambat segala aktivitasmu sekalipun itu hanya duduk dan berjalan.

Tanda dan gejala cedera tulang ekor yang bisa timbul bersamaan dengan nyeri, antara lain:

  • Memar atau bengkak di area tulang ekor atau punggung bagian bawah.
  • Nyeri pada bokong yang menyebar hingga ke paha dan kaki.
  • Nyeri saat buang air besar, mengangkat barang, dan berhubungan seksual.

Pada beberapa orang yang memiliki kolesterol tidak terkontrol atau riwayat stroke, risiko munculnya serangan stroke berulang saat jatuh dapat terjadi. 

Oleh karena itu, orang dengan riwayat stroke perlu memperbaiki gaya hidupnya supaya kondisi stroke ringan tidak berubah menjadi kondisi yang lebih berisiko.

Cara Mengatasi Cedera Tulang Ekor Karena Jatuh

Sekarang kamu sudah tahu apa saja efek yang bisa terjadi setelah jatuh terpeleset. Lalu, apa yang harus dilakukan setelah jatuh terpeleset agar kondisi tidak makin parah? 

Berikut ini adalah tindakan yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi sakit tulang ekor karena jatuh:

1. Kompres Dingin

Kompres area tulang ekor dengan kompres dingin selama 15-20 menit. Lakukanlah empat kali sehari hingga rasa nyeri hilang.

2. Gunakan Bantalan yang Empuk

Saat duduk, gunakan bantal donat yang empuk untuk mengurangi tekanan pada tulang ekor. Lubang di tengah bantal berfungsi menghindari berat badan bertumpu pada tulang ekor yang cedera. 

Artikel Lainnya: Bisa Lumpuh Akibat Cedera Tulang Belakang?

3. Minum Obat Pereda Nyeri

Konsumsi obat pereda nyeri, seperti paracetamol, ibuprofen, atau aspirin. Namun, bila kamu memiliki gangguan fungsi hati dan ginjal atau sedang menggunakan obat-obatan lain, konsultasikan dulu kepada dokter sebelum minum obat antinyeri. 

4. Lakukan Peregangan

Peregangan yang terfokus pada bagian tulang belakang, otot bokong dan pinggul dapat membantu mengurangi ketegangan otot di bagian tulang ekor dan sekitarnya.

5. Hindari Terlalu Lama Duduk

Duduk terlalu lama dapat memberikan beban berlebih pada tulang ekor. Oleh karena itu, batasi waktu dudukmu. Cobalah untuk sering berdiri dan bergerak.

6. Berendam Air Hangat

Suhu air yang hangat dapat membantu merelaksasi otot di seluruh tubuh, termasuk di sekitar tulang ekor yang cedera. Dengan ini, rasa nyeri yang terjadi di tulang ekor bisa mereda. Namun, hindari berendam air hangat lebih dari 10 menit.

7. Makan Serat

Perbanyak asupan serat agar tinja bisa dikeluarkan dengan mudah. Ini memang tidak ada kaitannya dengan tulang ekor, tetapi bila tinjamu keras, tulang ekor akan semakin nyeri saat kamu mengejan kuat. 

Jadi, setelah kamu terpeleset dan mengalami cedera tulang ekor, sebaiknya segera lakukan cara di atas untuk meredakan nyeri dan memarnya.

Pantau juga durasi cedera tulang ekor yang dialami. Bila sudah lebih dari seminggu dan rasa sakit tidak berkurang, sebaiknya segera periksakan kondisi ini ke dokter.

Selama proses pengobatan, jangan terlalu lama duduk di tempat yang permukaannya keras karena hanya akan memperburuk rasa nyeri. 

Untuk #JagaSehatmu, gunakan layanan Tanya Dokter di aplikasi KlikDokter untuk konsultasi dengan dokter mengenai masalah kesehatan apa pun. Gratis!

[RS]

Tulang Ekor Nyeri Punggung Bawah

Halodoc, Jakarta - Menginjak usia di atas satu tahun, anak-anak umumnya sudah mulai bisa berjalan. Meskipun banyak faktor yang memengaruhi kecepatan anak belajar berjalan, namun orangtua patut curiga jika tampak gejala yang membuat anak alami gangguan gerak seperti tiba-tiba terjatuh. Di dalam dunia medis dikenal satu penyakit langka yang sebabkan hal ini yaitu degenerasi otot atau Duchenne Muscular Dystrophy (DMD).

DMD termasuk sebagai salah satu penyakit yang cukup langka. Pada tahap awal, DMD akan memengaruhi otot bahu dan lengan atas serta otot-otot pinggul dan paha. Akibatnya, mereka mengalami kelemahan yang menyebabkan kesulitan untuk melakukan berbagai kegiatan, mulai dari berjalan, menaiki tangga, menjaga keseimbangan, bahkan untuk sekedar mengangkat lengan.

Baca juga: Anak Telat Berjalan? Ini 4 Penyebabnya

Lebih Jauh Tentang Gejala Degenerasi Otot

Kelemahan otot adalah gejala utama dari penyakit DMD. Gejala bahkan bisa dimulai sejak anak menginjak usia 2 atau 3, tahun. Pertama-tama, degenerasi otot ini mempengaruhi otot proksimal (yang dekat dengan inti tubuh) dan mempengaruhi otot-otot tungkai distal (yang dekat dengan ekstremitas). Biasanya, otot eksternal bagian bawah dipengaruhi sebelum otot eksternal bagian atas. Anak yang terkena mungkin mengalami kesulitan melompat, berlari, dan berjalan.

Gejala lain yang termasuk adalah pembesaran betis, gaya berjalan yang melenggang, dan lumbalis lumbar (kurva ke dalam tulang belakang). Kemudian, otot jantung dan pernapasan juga terpengaruh. Kelemahan dan skoliosis yang progresif bisa menyebabkan gangguan fungsi paru, yang akhirnya menyebabkan gagal napas akut. 

Anak-anak dengan DMD juga mengalami pengurangan kepadatan tulang, yang mana ini mengarah pada peningkatan risiko patah tulang seperti pinggul dan tulang belakang. Banyak juga anak yang alami gangguan intelektual dan ketidakmampuan belajar non-progresif pada tingkat ringan hingga sedang.

Jika kamu melihat anak memiliki gejala gangguan gerak saat menginjak usia 2 tahun, sebaiknya segera periksa ke rumah sakit untuk mengidentifikasi penyakit yang ia alami. Jika tidak punya banyak waktu, kamu bisa buat janji lewat Halodoc dan kemudian bisa bertemu dokter tanpa harus antre. 

Baca juga: Cerebral Palsy, Sakit yang Pengaruhi Motorik Anak

Apa Sih Penyebab Degenerasi Otot?

DMD adalah kondisi yang terjadi akibat kelainan genetik. Gen ini mengandung informasi yang dibutuhkan tubuh untuk membuat protein, yang menjalankan banyak fungsi tubuh yang berbeda. Saat mengidap DMD, gen ini membuat protein yang disebut dystrophin alami kerusakan. Protein ini seharusnya bisa menjaga otot tetap kuat dan melindunginya dari cedera.

Melansir National Organization for Rare Disorders, kondisi ini sering terjadi pada anak laki-laki karena cara orangtua memberikan gen DMD kepada anak-anak mereka.

Itulah yang oleh para ilmuwan disebut sebagai penyakit yang berkaitan dengan jenis kelamin karena berhubungan dengan kelompok gen, yang disebut kromosom, yang menentukan apakah bayi laki-laki atau perempuan. Meski jarang, tetapi kadang-kadang orang yang tidak memiliki riwayat keluarga DMD bisa menderita penyakit ini ketika gen mereka mengalami kerusakan.  

Baca juga: Sindrom Tourette, Penyebab Kelainan Vokal dan Motorik

Bisakah Degenerasi Otot Disembuhkan?

Sayangnya hingga kini para ahli belum menemukan obat untuk DMD. Namun, ada obat-obatan dan terapi lain yang bisa membantu meringankan gejala yang anak anak alami dengan cara melindungi otot-ototnya, dan menjaga kesehatan jantung dan paru-parunya. 

Penting diingat juga bahwa DMD dapat menyebabkan masalah jantung, jadi penting bagi anak untuk mengunjungi dokter jantung untuk pemeriksaan sekali setiap 2 tahun hingga usia 10 tahun, dan setahun sekali setelah itu.

Biasanya dokter memberikan beberapa obat tekanan darah untuk membantu melindungi otot jantung dari kerusakan. Anak-anak dengan DMD perlu pembedahan untuk memperbaiki otot-otot pendek, meluruskan tulang belakang, atau mengobati masalah jantung atau paru-paru.

Benda apa yang jatuh dari atas tidak sakit

Referensi:
National Organization for Rare Disorders. Diakses pada 2019. Duchenne Muscular Dystrophy.
Muscular Dystrophy Association National Office. Diakses pada 2019. Duchenne Muscular Dystrophy.
Web MD. Diakses pada 2019. Duchenne Muscular Dystrophy .