Bahan yang berasal dari bahan alam pada teknik sungging adalah

WONOSARI, (KH),— Pagelaran Wayang kulit tentu tidak asing bagi masyarakat Gunungkidul. Seni ini sering dipentaskan dalam agenda upacara adat, hajatan, atau acara-acara resmi pemerintah. Wayang kulit adalah warisan seni leluhur yang termasuk budaya adiluhung.

Dalam pementasannya, sang dalang semalam suntuk akan mengisahkan lakon tertentu. Dimana dalam lakon itu terkandung banyak sekali ilmu ataupun tuntunan bagi kehidupan.
Menggelar pentas Wayang, tentu tidak bisa lepas dari tokoh-tokoh pewayangan dengan berbagai karakter dan sifat masing-masing.

Tokoh wayang ini dibuat dari bahan kulit, dengan proses pembuatan yang disebut “tatah sungging” atau kerajinan Wayang kulit.

Bagaimana proses atau cara atau tahapan merubah selembar kulit mentah menjadi tokoh-tokoh wayang dengan berbagai karakter ini, KH berbincang dengan Sulis Priyanto (36), seorang pengrajin Tatah Sungging sekaligus seorang dalang wayang kulit.

Sulis Priyanto atau akrab dipanggil Sulis Bronjong ini merupakan warga Padukuhan Gelung, Kalurahan Gari, Kapanewon Wonosari, Gunungkidul. Pria berambut gondrong yang lahir pada 5 mei 1985 ini, memang telah menentukan profesi Seniman sebagai pilihan hidupnya.

“Sejak kecil saya memang sangat menyukai wayang,” ujarnya membuka obrolan kami, Rabu (4/8/2021).

“Waktu itu tahun 1997, saya masih kelas 6 SD, saya sudah mulai membuat wayang sendiri, walau belum layak digunakan untuk pementasan, tapi sudah bisa untuk hiasan dinding, sudah mulai ada yang memesan,” lanjutnya.

Sulis melanjutkan, kegemaran dia terhadap seni wayang ini dia lanjutkan dengan belajar pada banyak sesepuh penatah penyungging di wilayah Gunungkidul dan Bantul.

“Saya pernah belajar tatah sungging pada almarhum Ki Suhar Cermo Jiwandana, almarhum Ki Sutarno, almarhum Ki Wisnu Prabata, Ki Sujaka,”

“Saya juga berguru pada sesepuh tatah sungging di Bantul, Ki Ganda Suharno, Ki Thutun, Ki Margiono, Ki Sulis Simun Cerma jaya, dan pengrajin Wukirsari Imogiri,” imbuhnya lagi.

Belajar pada para sesepuh itu, Sulis tidak sekedar belajar tentang teknik tatah sungging, tapi juga belajar tentang dunia pedalangan dan seluk beluknya. Secara Formal Sulis Priyanto berhasil meraih gelar Sarjana Ilmu Pedalangan Institut Seni Indonesia (ISI).

“Saat di bangku kuliah, saya tidak berhenti untuk belajar tatah sungging pada para senior, jadi tidak sebatas di kampus, sehingga produk tatah sungging garapan saya mulai banyak dikenal dan dipakai oleh para dalang di Gunungkidul maupun DIY,” lanjut Sulis.

Tentang tatah sungging sendiri, Sulis menerangkan, bahwa seni Tatah sungging sebetulnya tidak hanya kerajinan membuat tokoh wayang, tapi juga bentuk kerajinan yang lain yang berbahan dasar dari kulit.

“Teknik tatah sungging ini biasa diterapkan tidak hanya pada pembuatan wayang, tapi bisa kerajinan kap lampu, kipas, hiasan hiasan dinding, dan berbagai jenis kerajinan berbahan dasar kulit, tapi memang selama ini tatah sungging identik dengan seni memahat wayang,” terangnya.

Menurut Sulis, pada dasarnya seni Tatah Sungging ini berasal dari dua kata kerja atau kegiatan, yaitu Tatah (menatah/memahat) dan Sungging (mewarnai).

“Jadi pada intinya Tatah sungging ini adalah seni memahat dan mewarnai benda kerajinan, termasuk wayang yang berbahan dasar kulit. Kelihatan cukup sederhana tapi prosesnya panjang dan harus teliti,” ungkapnya.

Sulis melanjutkan, proses Tatah sungging dimulai dari memilih jenis kulit yang akan dipakai. Kulit yang dipakai biasanya adalah kulit Sapi, Kambing, atau Kerbau, kemudian pengolahan kulit, penatahan/pemahatan, dilanjutkan proses mewarnai/menyungging dan yang terakhir adalah finishing.

“Untuk Sungging wayang biasanya memakai kulit Kerbau, karena lebih lentur, mudah ditatah dan tidak terpengaruh suhu udara,”

“Setelah itu, proses selanjutnya kulit direndam, agar kulit menjadi lunak, dengan begitu bulu dan sisa daging yang masih menempel lebih gampang dibersihkan, proses selanjutnya kulit dikerok dan dijemur sampai kering,” lanjut Sulis lagi.

Setelah kulit kering dan siap digunakan, kemudian dilanjutkan pembentukan pola (ngeblak), sesuai tokoh wayang yang akan dibuat.

“Pada proses Ngeblak ini harus hati hati, karena ini adalah membuat bentuk dasar wayang, ada pakemnya, tidak boleh keliru, karena nanti akan berpengaruh pada karakter tokoh wayang yang akan dibuat,” terangnya.

Setelah proses pola dasar terbentuk, selanjutnya dilakukan penatahan/pemahatan detail bentuk dan ornamen yang ada didalamnya. Setelah selesai, maka jadilah bentuk wayang “putihan”, atau belum diwarna. Proses selanjutnya adalah penyunggingan/pewarnaan dan finishing.

“Setelah wayang selesai, kemudian diberi penyangga/gapit. biasanya gapit terbuat dari tanduk kerbau, bambu, atau bahan fiber,” imbuh Sulis.

Bahan yang berasal dari bahan alam pada teknik sungging adalah
Sulis Priyanto. (KH/ Edi Padmo)

Sulis mengakui, karena detail bentuk wayang dan ornamen ini ada pakemnya, maka dia harus sangat teliti dan cermat. Sehingga, satu tokoh wayang penggarapannya bisa berhari-hari.

“Waktu pengerjaan ya relatif, tergantung ukuran, untuk wayang Kayon bisa 3 minggu, Putren 3 hari, Bambangan 5 hari, Bokongan 7 hari, Katongan 7 hari, Gagahan 7 hari, Raton 15 hari, Kewanan 5 hari, Panakawan 7 hari, Rampogan 2 minggu,” ujarnya detail dengan istilah-istilah dalam pewayangan.

Saat disinggung soal modal untuk membuat satu wayang, Sulis menyebut angka antara 200 sampai 800 ribu, tergantung dari bentuk tokoh wayang yang dibuat.

“Saat ini kendala yang saya hadapi adalah bahan yang semakin berkurang kualitas dan harga bahan yang semakin meninggi, sehingga saya sering kesulitan dan “rikuh” membandrol harga kepada pemesan,” tambah dia.

Sebagai seorang Dalang, Sulis Priyanto sudah mempunyai jam terbang yang lumayan tinggi. Berbagai kota di Jawa sudah dia jelajahi, bahkan dia pernah diundang untuk pementasan Wayang di Bali dan Kalimantan Timur.

“Pengaruh Pandemi dan PPKM ini sangat terasa bagi seniman seperti saya, order tatah sungging sepi, job pentas mendalang saya dan teman teman dalang lainnya juga sepi. Bahkan job yang sudah masuk banyak yang dibatalkan, semoga Pandemi segera berakhir, dan keadaan normal kembali,” harapnya.

Sulis juga berharap agar pemerintah bisa memberikan solusi terbaik bagi para seniman di masa Pandemi seperti ini, sehingga mereka masih bisa bertahan “nguri-uri” warisan budaya leluhur.

“Yogyakarta dan Gunungkidul mempunyai adat, seni dan budaya yang luar biasa, sebagai orang muda, kita tidak boleh melupakan warisan adiluhung ini. Karena, jika tidak kita yang “nguri-uri” , maka generasi akan “kepaten obor” atau kehilangan budaya dan makna jati diri kita sebagai bangsa,” pungkas Sulis mengakhiri obrolan kami. (Edi Padmo)

Komentar

Komentar

Bahan yang berasal dari bahan alam pada teknik sungging adalah
Bahan yang berasal dari bahan alam pada teknik sungging adalah

Seni rupa dua dimensi merupakan karya seni yang hanya mempunyai panjang dan lebar saja serta hanya bisa dilihat dari satu sudut pandang. Karya seni rupa dua dimensi dikategorikan berdasarkan medium (bahan, alat, dan teknik), waktu, fungsi dan tujuan pembuatannya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi perkembangan pengkategorian karya seni rupa ini. Kreatifitas seorang perupa mencari berbagai kemungkinan penggunaan medium berkarya seni rupa menyebabkan jenis karya seni rupa semakin beragam jenisnya. Pengkategorian karya ini sangat kita perlukan terutama dalam kegiatan kritik dan apresiasi.

Karya Seni Rupa Dua Dimensi Berdasarkan Bahan Karya seni rupa dua dimensi memiliki banyak ragam dan jenisnya. Bahan untuk berkarya seni rupa dua dimensi dapat dikategorikan menjadi bahan alami dan bahan sintetis berdasar sumber bahan dan proses pengolahannya. Bahan baku alami adalah material yang bahan dasarnya berasal dari alam. Bahan-bahan ini dapat digunakan secara langsung tanpa proses pengolahan secara kimiawi di pabrik atau industri terlebih dahulu. Adapun bahan baku olahan adalah bahan-bahan alam yang telah diolah melalui proses pabriksasi atau industri tertentu menjadi bahan baru yang mempunyai sifat dan karakter khusus. Berdasarkan sifat materialnya, bahan berkarya seni rupa ini dapat juga dikategorikan ke dalam bahan keras dan bahan lunak, bahan cair dan bahan padat dan sebagainya.

Karya Seni Rupa Dua Dimensi Berdasarkan Teknik

Ternyata dalam proses pembuatannya, seni rupa 2 dimensi membutuhkan teknik-teknik khusus. Jika ingin melahirkan sebuah karya seni yang banyak disukai orang, maka kita harus memiliki keahlian khusus. Pengkategorian berdasarkan tekniknya, kita mengenal jenis karya seni batik, seni lukis, seni grafis, tatah sungging, kriya anyam dan sebagainya.
  1. Seni Batik secara umum adalah pembentukan gambar pada kain dengan menggunakan teknik tutup celup dengan menggunakan lilin atau malam sebagai perintang dan zat pewarna pada kain. Batik dalam istilah Jawa berasal dari kata rambataning titik atau rangkaian dari titik-titik. Seni Batik adalah karya yang dipaparkan di atas bidang datar (kain atau sutra) dengan dilukis atau ditulis, dikuas atau ditumpahkan atau dengan menggunakan canting atau cap dengan menggunakan malam untuk menutup agar tetap seperti warna aslinya.
  2. Kriya anyaman adalah teknik berkarya dengan cara mengatur bahan-bahan dasarnya dalam bentuk  tindih menindih, silang-menyilang, dan lipat-melipat pakan dan lungsen dengan pola tertentu. Bahan yang digunakan : rotan, bambu, pandan, lontar, mendong, enceng gondok, kertas, plastik, dan tali. Pusat kerajinan anyaman antara lain : Tasikmalaya, Bali, Lombok, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
  3. Senilukis adalah seni yang mengappresiasikan pengalaman artistik seorang seniman melalui bidang dua dimensi. Bedasarkan media, bahan ,dan tekniknya seni lukis dapat dibedakan menjadi lukisan cat minyak, cat air, pastel, arang batik, kaca, dan sebagainya.
  4. Seni grafis adalah cabang seni rupa yang proses pembuatan karyanya menggunakan teknik cetak, biasanya di atas kertas. Kecuali pada teknik Monotype, prosesnya mampu menciptakan salinan karya yang sama dalam jumlah banyak, ini yang disebut dengan proses cetak. Seni grafis termasuk bagian dari seni rupa dua dimensi istilah grafis diambil dari bahasa inggris yaitu graph atau graphic yang berarti membuat tulisan/gambar atau lukisan.
  5. Seni tatah Sungging merupakan perpaduan seni tatah dan sungging. Seni tatah berhubungan dengan pembuatan seni stilasi, sedangkan seni sungging berkaitan erat dengan pmberian warna pada pola. Sehingga kedua hal tersebut dapat dipadukan menjadi seni tatah sungging. Pengertian menatah adalah membuat pola tembus berlubang. Pola tembus pada suatu bidang ini menghasilkan pola stilasi atau gubahan, daun, bunga, ranting. Salah satu hasil karya tatah sungging adalah wayang kulit.

Karya Seni Rupa Dua Dimensi Berdasarkan Perkembangannya Pengkategorian jenis karya seni rupa berdasarkan waktu perkembangannya, kita dapat mengelompokkan ke dalam karya seni rupa pra sejarah, tradisional, klasik, modern, pos modern, kontemporer dan sebagainya.
  1. Karya seni rupa dua dimensi masa prasejarah merupakan peninggalan zaman Mesolithikum berupa lukisan cap jari dan lukisan yang menggambarkan perburuan binatang yang ditempatkan pada dinding-dinding gua. Pada zaman Neolithikum dan Megalithikum, lukisan diterapkan pada bangunan, benda-benda kerajinan, dan hiasan ornamen. Misalnya Lukisan Babi Hutan, Lukisan Rusa, dan Lukisan Cap Jari yang terdapat di Gua Leang-leang Maros Sulawesi Selatan.
  2. Seni rupa dua dimensi tradisional adalah segala hal yang berkaitan dengan nilai-nilai suatu komunitas masyarakat tertentu yang dijaga secara turun temurun kemurnian dan keutuhannya. Berdasarkan pengertian ini, karya seni rupa tradisional dapat diartikan sebagai karya-karya seni rupa yang merupakan hasil budaya suatu masyarakat tertentu yang telah lama hidup dan dijaga dengan baik secara turun-temurun. Bentuk karya seni rupa tradisional berbentuk lukisan maupun grafis.
  3. Seni rupa dua dimensi klasik adalah karya seni rupa pada zaman dahulu kala atau zaman kuno dengan corak dan bentuk karya seni rupa yang berpengaruh pada kaidah-kaidah formal yang telah dianggap sudah mencapai kesempurnaan. Adapun ciri-ciri gaya seni rupa klasik, adalah karya-karyanya diilhami masa  kerajaan yang penuh keindahan, kemegahan, kewibawan, dan kesempurnaan.
  4. Seni rupa dua dimensi modern adalah karya seni rupa yang telah mengalami perubahan, pembaharuan dan kemajuan diberbagai aspek baik dari segi tema, gaya, bentuk, dan bahan. Adapun ciri-ciri gaya senirupa modern adalah bentuknya unik, wujud karya terkesan aneh, dan corak, bentuk, serta gayanya tampak bebas. Karya seni modern cenderung mengedepankan kesederhanaan dan bersifat universal. Satu syarat yang masih dituntut oleh seni modern dan bahkan menjadi ciri khasnya ialah “kreativitas”.
  5. Karya seni rupa dua dimensi kontemporer adalah karya seni rupa masa kini. Kontemporer artinya kekinian, modern atau lebih tepatnya adalah sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang sama atau saat ini; jadi seni kontemporer adalah seni yang tidak terikat oleh aturan-aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman sekarang. Seni rupa dua dimensi kontemporer adalah seni yang bertahan sezaman saja. Dengan demikian, kata masa kini juga berarti sezaman, masa saat sekarang.
  6. Seni rupa dua dimensi pos modern merupakan gaya seni rupa yang merupakan perpaduan antara penyederhanaan bentuk dan sedikit ornamental, yang lebih bebas tanpa terikat dengan aturan tertentu. Kritik sosial dan kemasyarakatan adalah tema yang dominan untuk aliran seni rupa posmodern.


Karya Seni Rupa Dua Dimensi Berdasarkan Tujuan

Selain berdasarkan bahan, teknik dan waktu, karya seni rupa dapat dikategorikan juga berdasarkan fungsi atau tujuan pembuatannya. Melalui pengkategorian berdasarkan fungsi ini kita mengenal karya seni rupa terapan dan seni rupa murni untuk membedakan kegunaan praktis dari karya seni rupa tersebut.

  1. Aplied Art (seni pakai atau terapan). Seni Terapan atau seni pakai (applied art) adalah karya seni rupa yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan praktis. Contoh seni terapan yaitu: poster, dan batik. Dalam pembuatan seni pakai biasanya faktor kegunaan lebih diutamakan daripada faktor keindahan atau artistiknya. Membuat karya seni terapan tampak lebih sulit dibandingkan karya seni murni. Hal itu mungkin karena membuat karya seni murni terasa lebih bebas dibanding membuat karya seni terapan karena tidak memperhitungkan fungsi.
  2. Pure Art (seni murni atau seni indah). Seni murni adalah karya seni rupa yang dibuat semata-mata untuk memenuhi kebutuhan artistik. Orang mencipta karya seni murni umumnya berfungsi sebagai sarana untuk mengekspresikan cita rasa estetik. Kebebasan berekspresi dalam seni murni sangat diutamakan. Salah satu seni yang tergolong dalam seni murni yaitu: seni lukis dan seni grafis.

Fungsi Khusus Seni Rupa Dua Dimensi Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan (fungsi) khusus kita dapat mengkategorikan karya seni rupa yang memiliki fungsi sosial dan fungsi individual. Fungsi sosial artinya karya seni rupa dua dimensi dapat dinikmati dan bermanfaat bagi kepentingan orang banyak dalam waktu relatifbersamaan. Fungsi ini dikelompokkan dalam beberapa bidang :
  1. Rekreasi / hiburan artinya seni rupa dua dimensi dapat digunakan sebagai sarana untuk melepas kejenuhan atau mengurangi kesedihan. Salah satunya adalah lukisan, dengan mengamati lukisan kita dapat menikmati keindahan yang dapat menghibur hati kita.
  2. Komunikasi artinya seni rupa dua dimensi dapat digunakan untuk mengkomunikan sesuatu seperti pesan, kritik, kebijakan, gagasan, dan produk kepada orang banyak. Contoh: iklan, poster, spanduk, dan lain-lain.
  3. Edukasi/Pendidikan. Pendidikan juga memanfaatkan seni sebagai sarana penunjangnya, contoh; gambar ilustrasi pada buku pelajaran, poster ilmiah, foto dan sebagainya.
  4. Religi/Keagamaan artinya karya seni dapat dijadikan ciri atau pesan keagamaan. Salah satu contohnya adalah kaligrafi. Kaligrafi adalah suatu seni artistik tulisan tangan bahasa arab. Dalam pembuatannya kaligrafi merupakan salah satu bentuk utama ekspresi seni dalam konteks keagamaan dan juga berbagai budaya Islam. 


Fungsi Individual karya seni rupa dua dimensi disebabkan karena manusia terdiri dari unsur fisik dan psikis. Salah satu unsur psikis adalah emosi. Maka fungsi individual ini dibagi menjadi fungsi fisik dan fungsi emosi.

  1. Fungsi fisik banyak dipenuhi melalui seni pakai yang berhubungan dengan fisik, seperti; busana, perabot rumah dan sebagainya.
  2. Fungsi emosional dipenuhi melalui seni murni, baik dari senimannya maupun dari pengamat atau konsumennya. Contoh: lukisan, grafis dan sebagainya.

Isilah tabel di bawah ini sesuai dengan jenis, medium (alat, bahan, dan teknik) yang digunakan dalam proses pembuatan karya-karya tersebut.


Page 2