Bagaimana perilaku konsumen remaja dalam memilih sebuah jasa

Bagaimana perilaku konsumen remaja dalam memilih sebuah jasa

ANALISIS MINAT KONSUMEN TERHADAP JASA SALON ABE DI KOTA MANNA

Bagaimana perilaku konsumen remaja dalam memilih sebuah jasa

ANALISIS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN SALON BUNDA

Bagaimana perilaku konsumen remaja dalam memilih sebuah jasa

ANALISIS SIKAP KONSUMEN TERHADAP SMS ADVERTISING

Bagaimana perilaku konsumen remaja dalam memilih sebuah jasa

Analisis Sikap Konsumen Terhadap Pembelian Sportwear Adidas

Bagaimana perilaku konsumen remaja dalam memilih sebuah jasa

ANALISIS SIKAP KONSUMEN TERHADAP PONSEL NOKIA DI KOTA JAMBI

Bagaimana perilaku konsumen remaja dalam memilih sebuah jasa

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP KONSUMEN TERHADAP WEBSITE JASA

Bagaimana perilaku konsumen remaja dalam memilih sebuah jasa

MOTIVASI KONSUMEN DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN DI WILD

Bagaimana perilaku konsumen remaja dalam memilih sebuah jasa

PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP MAKANAN ORGANIK DI YOGYAKARTA

Bagaimana perilaku konsumen remaja dalam memilih sebuah jasa

PENGARUH IKLAN TERHADAP SIKAP KONSUMEN

Bagaimana perilaku konsumen remaja dalam memilih sebuah jasa

ANALISIS SIKAP KONSUMEN TERHADAP MINUMAN LIDAH BUAYA (ALOE VERA) KAVERA

Bagaimana perilaku konsumen remaja dalam memilih sebuah jasa

ANALISIS SIKAP DAN PERILAKU KONSUMEN TERHADAP MINUMAN ISOTONIK POCARI SWEAT

26 April 2021 11:04 7763 KALI DIBACA 0 KOMENTAR 2 KALI DIBAGIKAN

Sebagai marketer yang baik kita perlu tahu apa itu perilaku konsumen. Perilaku konsumen adalah sebuah studi yang digunakan dalam riset pasar untuk memahami perilaku konsumen.

Perilaku konsumen akan membantu kamu memahami konsumen sebagai individu dan kelompok. Perilaku konsumen  juga dapat digunakan untuk menganalisis keberhasilan kegiatan pemasaran produk. Untuk tahu info lebih lanjut mengenai perilaku konsumen simak artikel dibawah ini.

Arti dan definisi perilaku konsumen

Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana pelanggan individu, kelompok atau organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan membuang ide, barang, dan jasa untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Ini mengacu pada tindakan konsumen di pasar dan motif yang mendasari tindakan tersebut.

Pemasar berharap bahwa dengan memahami apa yang menyebabkan konsumen membeli barang dan jasa tertentu, mereka akan dapat menentukan  produk mana yang dibutuhkan di pasar, mana yang sudah usang, dan cara terbaik untuk menyajikan barang tersebut kepada konsumen.

Sifat Perilaku Konsumen

1. Dipengaruhi oleh berbagai faktor:

  • Faktor pemasaran seperti desain produk, harga, promosi, pengemasan, positioning dan distribusi.
  • Faktor pribadi seperti usia, jenis kelamin, pendidikan dan tingkat pendapatan.
  • Faktor psikologis seperti motif membeli, persepsi produk dan sikap terhadap produk.
  • Faktor situasional seperti lingkungan fisik pada saat pembelian, lingkungan sosial dan faktor waktu.
  • Faktor sosial seperti status sosial, kelompok referensi dan keluarga.
  • Faktor budaya, seperti agama, kelas sosial — kasta dan sub-kasta

2. Mengalami perubahan konstan

Perilaku konsumen tidak statis. Konsumen akan mengalami perubahan selama periode waktu tergantung pada sifat produk.

Misalnya, anak-anak lebih menyukai sepatu yang berwarna-warni dan mewah, tetapi saat mereka tumbuh sebagai remaja dan dewasa muda, mereka lebih menyukai sepatu yang trendi.

3. Bervariasi dari konsumen ke konsumen

Semua konsumen tidak berperilaku sama. Misalnya, beberapa konsumen adalah pecandu teknologi.

Mereka pergi berbelanja dan menghabiskan uang di luar kemampuan mereka. Tetapi ada konsumen lain yang, meskipun memiliki uang berlebih, mereka tidak pergi untuk membeli teknologi canggih.

4. Bervariasi dari satu daerah ke daerah dan negara ke daerah

Perilaku konsumen berbeda-beda di setiap negara bagian, wilayah, dan negara. Misalnya, perilaku konsumen perkotaan berbeda dengan konsumen pedesaan.

5. Informasi tentang perilaku konsumen penting bagi pemasar

Pengetahuan tentang perilaku konsumen memungkinkan mereka untuk mengambil keputusan pemasaran yang tepat sehubungan dengan faktor-faktor berikut:

  • Desain / model produk
  • Penetapan harga produk
  • Promosi produk
  • Pengemasan
  • Positioning
  • Tempat distribusi

6. Mengarah pada keputusan pembelian

Perilaku konsumen yang positif mengarah pada keputusan pembelian. Seorang konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli suatu produk atas dasar motif pembelian yang berbeda.

7. Bervariasi dari produk ke produk

Ada beberapa konsumen mungkin membeli lebih banyak barang tertentu dan mungkin tidak membeli barang lain.

Misalnya, remaja mungkin menghabiskan banyak uang untuk produk seperti ponsel bermerek untuk daya tarik dan tidak menghabiskan uang untuk membeli buku akademis.

8. Meningkatkan standar hidup

Perilaku membeli konsumen dapat meningkatkan taraf hidup. Semakin banyak seseorang membeli barang dan jasa, semakin tinggi standar hidupnya.

9. Mencerminkan status

Perilaku konsumen tidak hanya dipengaruhi oleh status konsumen, tetapi juga mencerminkannya. Konsumen yang memiliki mobil mewah, jam tangan dan barang lainnya dianggap memiliki status yang lebih tinggi.

Yuk cari tahu informasi dan tips karir menarik lainnya di sini. Download aplikasi TopKarir sekarang atau kunjungi topkarir.com untuk mendapatkan informasi lowongan kerja ter-update.

Jurnal Ekonomi MODERNISASI

Fakultas Ekonomi-Universitas Kanjuruhan Malang

http://e-journal.ukanjuruhan.ac.id

Totok Subianto, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka Malang

e-mail : totobianto@yahoo.com

165

STUDI TENTANG PERILAKU KONSUMEN BESERTA

IMPLIKASINYA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

Totok Subianto

Abstrak: Perkembangan dunia usaha saat ini dengan diberlakukannya

perdagangan bebas memberikan dampak semakin ketatnya persaingan

usaha, hal ini menuntut para pelaku usaha untuk lebih jeli dan tajam di

dalam melihat peluang yang ada dan melihat perilaku konsumen yang

menjadi sasaran pasarnya. Manager pemasaran yang menjadi ujung

tombak pada bagian pemasaran sudah seharusnya mengetahui

bagaimana perilaku konsumen di dalam melakukan keputusan

pembelian yang akan menjadi kunci sukses di dalam kegiatan

pemasaran. Untuk itu penulis berkeinginan untuk memberikan sedikit

ulasan tentang perilaku konsumen di dalam melakukan keputusan

pembelian sebuah jasa atau produk.

Kata kunci: perilaku konsumen, keputusan pembelian

Sejalan dengan perkembangan dunia usaha informasi dan komunikasi yang

semakin pesat yang didukung oleh semakin canggihnya teknologi, maka semakin

pesat pula persaingan di antara pengusaha komunikasi dan informasi untuk

menarik konsumen dan menguasai pangsa pasar yang ada. Selajutnya maka

produsen harus dapat menghasilkan barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan

konsumen tersebut. pemahaman mengenai perilaku konsumen adalah pengetahuan

yang sangat penting agar dapat memahami kebutuhan, keinginan dan harapan

konsumen secara lebih baik. Pemahaman yang mendalam mengenai konsumen

akan mempengaruhi keputusan konsumen, sehingga mau membeli apa yang

ditawarkan pemasar. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang ada

menyebabkan masyarakat menggunakan alat komunikasi yang dinilai mempunyai

fungsi praktis dan cepat oleh karena itu sangat tidak mengherankan apabila di

dalam realita masyarakat banyak dijumpai pengguna ponsel dengan beraneka

ragam model dan Sim Card. Salah satu kelompok masyarakat yang banyak

menggunakan adalah mahasiswa hal ini dimaksudkan untuk mempermudah

komunikasi terhadap orang-orang yang berkepentingan terhadap mahasiswa

tersebut. Agar telepon selular dapat berfungsi, maka diperlukan Sim Card. Sim

Card sendiri adalah kartu chip yang berbentuk kecil dengan fasilitas-fasilitas yang

mendukungnya. Produk Sim Card merupakan salah satu produk jasa yang

dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang komunikasi dan

166 MODERNISASI, Volume 3, Nomor 3, Oktober 2007

informasi. Dengan banyaknya jenis Sim Card yang ada, maka perusahaan yang

bergerak dalam bidang komunikasi harus mampu bersaing menciptakan inovasi

dan kebijakan promosi yang baik dalam segi harga, masa aktif penggunaan,

jangkauan, sinyal, biaya roaming, tarif pulsa, kapasitas dan kualitas sehingga dapat

menarik konsumen untuk membeli dan memakainya. Diantara perusahaan yang

bergerak di bidang kartu selular adalah PT. Telekomunikasi Selular yang biasa

disingkat PT. Telkomsel, PT. Indosat, dan masih banyak lagi yang lain, dimana

mereka bersaing secara ketat untuk mendapatkan konsumen dengan melakukan

inovatif dan promosi dalam meluncurkan Sim Card perdana yang terbaru mereka.

Salah satu konsumen yang paling banyak menggunakan Sim Card adalah

mahasiswa. Dan Sim Card sudah bukan merupakan barang baru karena produk ini

sudah lama hadir dan rata-rata mahasiswa menggunakannya dalam berbagai

keperluan. Berdasarkan pengalaman untuk membeli produk Sim Card mahasiswa

tidak langsung memutuskan Sim Card apa yang harus dibeli tapi terlebih dahulu

mempertimbangkan Sim Card mana yang lebih baik dan bagus, dikatakan baik dan

bagus apabila dilihat dari segi harga, fasilitas, biaya, roaming, masa aktif

pengguna, dan kapasitas penampungan baik sms (Short Message Service), maupun

sarana telepon, sehingga mahasiswa termotivasi untuk membeli. Sehingga perlulah

kiranya kita untuk memahami sedikit banyak tentang perilaku konsumen di dalam

keputusan pembelian seperti yang dicontohkan diatas, dan pemahaman ini secara

umum juga akan bisa kita gunakan sebagai landasan berfikir tentang proses

perilaku konsumen tersebut di dalam keputusan pembelian pada jasa ataupun

produk yang lain. Berdasarkan pemahaman tersebut diatas penulis ingin mengkaji

secara teoritis tentang pemahaman perilaku konsumen di dalam pengambilan

keputusan pembelian, maka sebelum membahas lebih jauh tentang pemahaman

perilaku konsumen di dalam pengambilan keputusan pembelian, seyogyanya

penting untuk dipahami terlebih dahulu tentang pengertian dasar pemasaran dan

pemasaran jasa.

Pengertian Pemasaran

Menurut Kotler (1999) yang diterjemahkan oleh Tjiptono “Manajemen

pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi penentuan harga,

promosi, distribusi, jasa dan gagasan untuk menciptakan pertukaran dengan

kelompok sasaran yang memenuhi tujuan pelanggan.” Adapun pengertian

pemasaran menurut Kotler dan Amstrong (2001), pemasaran adalah “Fungsi bisnis

yang mengidentifikasikan kebutuhan dan keinginan pelanggan (customer),

menentukan pasar sasaran yang paling dapat dilayani dengan baik oleh perusahaan

dan merancang produk, jasa dan program yang tepat untuk melayani pasar

tersebut.”

Dari kedua definisi pemasaran tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

pandangan sempit atau kemasyarakatan lebih bertumpu pada pertukaran yang dapat

memenuhi kebutuhan dan keinginan, sedangkan pandangan luas atau bisnis

mengarah pada sistem secara keseluruhan dari perusahaan.

Totok Subianto, Studi Tentang Perilaku Konsumen .....167

Pemasaran Jasa

Pemasaran jasa sendiri merupakan salah satu faktor yang tidak kalah

pentingnya dengan pemasaran produk berwujud. Pemasaran jasa harus dapat

menafsirkan kebutuhan-kebutuhan konsumen dan mengkombinasikan atau melihat

keadaan pasar.

Pengertian jasa menurut Lupiyoadi (2001) Jasa merupakan semua aktivitas

ekonomi yang hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk fisik atau

konstruksi, yang biasanya dikonsumsi pada saat yang sama dengan waktu yang

dihasilkan dan memberikan nilai tambah seperti misalnya kenyamanan, hiburan,

kesenangan, atau kesehatan atau memecahkan masalah yang dihadapi konsumen.

Adapun sifat-sifat khusus dari pemasaran jasa menurut Buchari (1993) adalah

sebagai berikut :

1. Menyesuaikan dengan selera konsumen, dimana para pengusaha yang bergerak

di bidang jasa harus mengetahui selera ataupun permintaan konsumen baik

mengenai kualitas jasa yang ditawarkan maupun dari segi pelayanan jasa atau

service harus bisa memuaskan konsumen.

2. Keberhasilan jasa dipengaruhi oleh jumlah pendapatan penduduk, dimana

keberhasilan pemasaran jasa ini juga dipengaruhi oleh tingkat pendapatan

penduduk. Masyarakat memang masih belum banyak memakai jasa karena

tingkat pendapat penduduk yang belum merata.

3. Mutu jasa dipengaruhi oleh benda wujud atau perlengkapannya dimana jasa

sifatnya tidak berwujud, oleh karena itu konsumen akan memperhatikan benda

berwujud yang memberi layanan, sebagai patokan terhadap kualitas jasa yang

ditawarkan.

4. Pada pemasaran jasa tidak ada pelaksanaan fungsi penyimpanan. Dimana jasa

diproduksi bersamaan dengan waktu konsumsi, jadi tidak ada yang dapat

disimpan.

5. Saluran distribusi dalam pemasaran jasa tidak begitu penting. Mengenai saluran

distribusi dalam pemasaran jasa tidak merupakan hal yang penting, tetapi ada

tipe tertentu yang menjadi agen perantara dibutuhkan seperti perdagangan

saham dan juga jasa transportasi.

Peran Pemasaran Jasa Dalam Perusahaan

Kegiatan pemasaran jasa tidak bermula pada akhir produksi, juga tidak

berakhir pada penjualan akhir. Kita harus dapat memberikan kepuasan kepada

konsumen jika kita mengharapkan usaha kita dapat berjalan terus dan konsumen

mempunyai pandangan yang baik terhadap perusahaan kita. Pemasaran jasa

merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang harus dilakukan oleh

perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidup

perusahaan, agar dapat berkembang dengan tujuan utama mendapatkan laba.

Perusahaan jasa harus dapat memberikan kebutuhan yang diinginkan

konsumen, ini merupakan kunci untuk mendapatkan daerah penjualan baru dan

pesanan berulang karena perusahaan makin berorientasi kepada pelanggan. Di sini

peran pemasaran jasa dalam perusahaan sangatlah penting terutama setelah proses

produksi, meskipun perusahaan kecil sekalipun sebab hidup matinya suatu

168 MODERNISASI, Volume 3, Nomor 3, Oktober 2007

perusahaan adalah tergantung dari pemasaran jasa di dalam melempar produknya

ke konsumen.

Pengertian Perilaku Konsumen

Kebutuhan dan keinginan konsumen sangat bervariasi dan dapat berubah-

ubah karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan

pembelian. Oleh karena itu, seorang pemasar perlu untuk memahami perilaku

konsumen supaya kegiatan pemasaran yang dilaksanakan dapat berjalan secara

efektif dan efisien.

Ada beberapa pengertian perilaku konsumen yang dikemukakan oleh para

ahli diantaranya adalah menurut Mangkunegara (2002) : “Perilaku konsumen

adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi

yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan,

menggunakan barang-barang atau jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi

lingkungan”. Menurut Winardi dalam Sumarwan (2003) definisi perilaku

konsumen adalah : “Perilaku yang ditujukan oleh orang-orang dalam

merencanakan, membeli dan menggunakan barang-barang ekonomi dan jasa”.

Pemahaman terhadap perilaku konsumen bukanlah pekerjaan yang mudah,

tetapi cukup sulit dan kompleks. Hal ini disebabkan oleh banyaknya variabel-

variabel yang mempengaruhinya dan variabel-variabel tersebut cenderung saling

berinteraksi. Meskipun demikian, apabila hal tersebut dapat dilakukan, maka suatu

perusahaan penghasil barang maupun jasa akan dapat meraih keuntungan yang

jauh lebih besar daripada perusahaan pesaingnya karena dengan memahami

perilaku konsumen maka perusahaan tersebut dapat memberikan kepuasan secara

lebih baik kepada konsumennya.

Dari beberapa definisi di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan

bahwa yang dimaksud dengan perilaku konsumen adalah sejumlah tindakan-

tindakan nyata individu (Konsumen) yang dipengaruhi oleh faktor-faktor internal

dan eksternal yang mengarahkan mereka untuk menilai, memilih, mendapatkan dan

menggunakan barang dan jasa yang diinginkannya.

Pentingnya Perilaku Konsumen

Tujuan kegiatan pemasaran adalah untuk mempengaruhi konsumen agar

bersedia membeli barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan pada saat mereka

membutuhkan. Dalam perkembangan konsep pemasaran modern, konsumen

ditempatkan sebagai sentral perhatian. Para praktisi maupun akademisi berusaha

mengkaji aspek-aspek konsumen dalam rangka mengembangkan strategi

pemasaran yang diharapkan mampu meraih pangsa pasar yang tersedia. Menurut

Amirullah (2002) studi tentang perilaku konsumen dipelajari karena dua alasan

utama :

Totok Subianto, Studi Tentang Perilaku Konsumen .....169

1. Perilaku konsumen penting dalam kehidupan setiap hari.

Kalau saja setiap konsumen memiliki perilaku yang konstan, mungkin kajian

tentang perilaku konsumen tidak begitu penting. Tetapi mengingat konsumen

selalu berinteraksi dengan lingkungannya, maka secara otomatis perilaku itu

akan berubah-ubah bahkan dalam hitungan hari. Perilaku konsumen di sini

penting untuk memahami mengapa dan apa saja yang mempengaruhi perubahan

perilaku konsumen.

2. Perilaku konsumen penting untuk pengambilan keputusan.

Setiap keputusan yang diambil oleh konsumen pasti didasarkan pada alasan-

alasan tertentu, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Proses

pengambilan keputusan konsumen sangat terkait dengan masalah kejiwaan dan

faktor eksternal. Dengan memahami perilaku konsumen, pemasar akan mudah

untuk menggambarkan bagaimana proses keputusan itu dibuat.

Sedangkan menurut Setiadi (2003) “Studi tentang konsumen menjadi dasar

yang amat penting dalam manajemen pemasaran untuk merancang dan

mengembangkan riset pemasarannya serta menetapkan segmentasi pasar”.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan pentingnya bagi pemasar untuk

mempelajari perilaku konsumen yaitu dengan meletakkan konsumen sebagai titik

sentral perhatian pemasaran sehingga dengan memahami konsumen akan

menuntun pemasar pada kebijaksanaan pemasaran yang tepat dan efisien. Dengan

kata lain mempelajari perilaku konsumen bertujuan untuk mengetahui dan

memahami berbagai aspek yang ada pada konsumen yang akan digunakan dalam

menyusun kebijaksanaan pemasaran yang berhasil.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Tujuan kegiatan pemasaran adalah mempengaruhi konsumen agar bersedia

membeli barang dan jasa perusahaan pada saat mereka membutuhkan. Sebelum

kegiatan pemasaran dilakukan, manajer harus memahami perilaku konsumen,

manajer akan mengetahui pemasaran yang tepat ataupun kesempatan baru yang

berasal dari belum terpenuhinya kebutuhan serta kemudian mengidentifikasikan

untuk mengadakan segmentasi pasar.

Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membuat

keputusan pembelian. Faktor-faktor tersebut sebagian besar tidak dapat

dikendalikan oleh pemasaran, tetapi harus diperhatikan, namun secara garis besar

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dibagi menjadi dua bagian

yaitu eksternal dan faktor internal.

Menurut Setiadi (2003) faktor-faktor internal individual yang

mempengaruhi perilaku konsumen seperti : 1) motivasi, 2) kepribadian, 3)

pembelanjaan, 4) sikap, 5) persepsi konsumen. Selain faktor-faktor lingkungan

internal, faktor-faktor eksternal individu juga sangat berpengaruh terhadap perilaku

pembelian konsumen. Menurut Setiadi (2003) faktor-faktor lingkungan ekstern

yang mempengaruhi perilaku konsumen meliputi : 1) kelompok rujukan, 2) kelas

sosial, 3) budaya, 4) komunikasi. Sedangkan menurut Swastha dan Handoko

(2000) menyatakan bahwa : “Faktor-faktor lingkungan ekstern yang

170 MODERNISASI, Volume 3, Nomor 3, Oktober 2007

mempengaruhi perilaku konsumen yaitu : 1) kebudayaan (culture) dan kebudayaan

khusus (subculture), 2) kelas sosial (social class), 3) kelompok-kelompok sosial

(social group), kelompok referensi (referensi group), dan 4) keluarga (family)”.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka dalam melakukan pengambilan keputusan

pembelian, perilaku konsumen dipengaruhi oleh : Selain faktor-faktor lingkungan

ekstern, faktor-faktor psikologis yang berasal dari proses intern individu sangat

berpengaruh terhadap perilaku pembelian konsumen. Menurut Swastha dan

Handoko (2000) : “Faktor-faktor psikologis yang menjadi faktor dasar dalam

perilaku konsumen adalah : (1) motivasi, (2) pengamatan, (3) belajar, (4)

kepribadian dan konsep diri, dan (5) sikap.” Dari definisi tersebut dapat dikatakan

bahwa faktor-faktor lingkungan intern atau variabel intra personal dapat diuraikan

sebagai berikut :

1. Motivasi

Motivasi merupakan suatu keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong

keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai

suatu tujuan.

Menurut Setiadi (2003) motivasi didefinisikan sebagai : “Ketersediaan untuk

mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi ke arah tujuan-tujuan yang hendak

dicapainya, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya untuk memenuhi suatu

kebutuhan individual.” Sedangkan menurut Swastha dan Handoko (2000)

motivasi manusia dalam melakukan pembelian dibedakan menjadi :

a. Motif pembelian primer dan selektif

1) Motif pembelian primer

Adalah motivasi yang menimbulkan perilaku pembelian terhadap kategori-

kategori umum pada suatu produk.

2) Motif pembelian selektif

Adalah motif yang mempengaruhi konsumen tentang model, merk dan

kelas-kelas produk.

b. Motif rasional dan emosional

1) Motif rasional

Adalah motif yang didasarkan pada kenyataan-kenyataan seperti yang

ditunjukkan oleh suatu produk kepada konsumen. Faktor yang menjadi

perhitungan dalam pembelian rasional ini adalah faktor ekonomi, seperti :

faktor penawaran permintaan, harga dan kualitas, pelayanan, ketersediaan

barang, ukuran efisien, keawetan.

2) Motif emosional

Merupakan motif pembelian yang berkaitan dengan perasaan atau emosi

individu, seperti pengungkapan rasa cinta, kebanggaan, kenyamanan,

kesehatan, keamanan. Motivasi pembelian emosional bersifat subyektif,

sehingga sulit untuk menentukan hubungan antara pembelian dengan produk

yang dibeli.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sangat penting

sekali mengetahui apa yang menjadi motif pembelian seseorang terhadap suatu

produk (produk motif) sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Bagi

manajer pemasaran penting sekali mengetahui apa yang menjadi motif

Totok Subianto, Studi Tentang Perilaku Konsumen .....171

pembelian seseorang terhadap suatu produk (product motive) atau pada penjual

tertentu (patronage motive), sebab hal ini dapat mempengaruhi program

pemasaran perusahaan.

2. Persepsi

Menurut Amirullah (2002) : “Persepsi dapat diartikan sebagai proses

dimana individu memilih, mengelola, dan menginterpretasikan stimulus ke

dalam bentuk arti dan gambar atau dapat juga dikatakan bahwa persepsi adalah

bagaimana orang memandang lingkungan di sekelilingnya.” Sedangkan

menurut Setiadi (2003) persepsi didefinisikan sebagai “Proses dimana

seseorang memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk

menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini.”

Bagaimana proses pembentukan persepsi itu terjadi, Solomon dalam Amirullah

(2003) menggambarkannya dalam suatu pola seperti yang nampak pada gambar

berikut : Gambar 1

Proses Pembentukan Persepsi

Sumber : Solomon dalam Amirullah (2003)

Persepsi setiap orang terhadap suatu obyek akan berbeda, oleh karena itu

persepsi mempunyai sifat yang subyektif. Secara lebih lengkap, mekanisme

kerja dari proses pengamatan/ persepsi itu dapat dilihat pada gambar berikut ini

menunjukkan kerangka proses pengamatan individu beserta kegiatan-kegiatan

Stimuli

Penglihatan, Suara, Bau,

Rasa dan Teksture

Sensasi

Pemberian arti

Indra Penerima

Perhatian

Interprestasi

Tanggapan

Persepsi

172 MODERNISASI, Volume 3, Nomor 3, Oktober 2007

atau faktor-faktor pokok yang terlibat didalamnya. Selain itu proses pengamatan

meliputi seluruh variabel-variabel pemasaran perusahaan. konsumen akan

mempunyai persepsi produk, persepsi harga, persepsi periklanan dan persepsi

penjual dari kegiatan pemasaran perusahaan. Misal : persepsi bahwa harga yang

tinggi dari suatu produk perusahaan adalah cerminan dari kualitas produk yang

tinggi.

3. Belajar

Menurut Swastha dan Handoko (2000) : “Belajar adalah perubahan-

perubahan yang terjadi sebagai hasil akibat adanya. Perubahan tersebut bersifat

tetap/permanen yang bersifat fleksibel.” Sedangkan menurut Setiadi

(2003) : “Belajar adalah penjelasan perubahan dalam perilaku seseorang yang

timbul dari pengalaman”.

Definisi-definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan-

perubahan perilaku tersebut bersifat tetap atau permanen dan bersifat lebih

fleksibel. Hasil belajar ini akan memberikan tanggapan tertentu yang cocok

dengan rangsangan-rangsangan dan yang mempunyai tujuan tertentu. Proses

pembelian yang dilakukan oleh konsumen merupakan sebuah proses belajar,

dimana hal tersebut sebagai bagian dari hidup konsumen. Proses belajar pada

suatu pembelian terjadi apabila konsumen ingin menanggapi dan memperoleh

suatu kepuasan atau sebaliknya, tidak terjadi apabila konsumen merasa

dikecewakan oleh produk yang kurang baik.

Tanggapan konsumen sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu.

Apabila konsumen merasa puas, maka tanggapannya akan diperkuat, dan ada

kecenderungan bahwa tanggapan yang sama akan terulang. Jadi, konsumen

dalam proses pembeliannya selalu mempelajari sesuatu.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mangkunegara (2002) “Perilaku konsumen

dapat dipelajari karena sangat dipengaruhi oleh pengalaman belajarnya.

Pengalaman belajar konsumen akan menentukan tindakan dan pengambilan

keputusan membeli.”

Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara manusia yang

dasarnya bersifat individual dengan lingkungan khusus tertentu. Perilaku

konsumen dapat dipelajari karena sangat dipengaruhi oleh pengalaman

belajarnya. Pengalaman belajar konsumen akan menentukan tindakan dan

pengambilan keputusan membeli.

4. Kepribadian dan Konsep Diri

Menurut Mangkunegara (2002) : “Kepribadian dapat didefinisikan

sebagai suatu bentuk dari sifat-sifat yang ada pada diri individu yang sangat

menentukan perilakunya.” Kepribadian konsumen sangat ditentukan oleh

faktor internal dirinya (motif, IQ, emosi, cara berpikir, persepsi) dan faktor

eksternal dirinya (lingkungan fisik, keluarga, masyarakat, sekolah, lingkungan

alami). Kepribadian konsumen akan mempengaruhi persepsi dan pengambilan

keputusan dalam membeli.

Totok Subianto, Studi Tentang Perilaku Konsumen .....173

Sedangkan menurut Swastha dan Handoko (2000) ada 3 unsur pokok dalam

kepribadian individu yaitu :

a. Pengetahuan, yaitu unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seorang

manusia yang sadar, secara nyata terkandung dalam otaknya. Hal ini akan

menimbulkan suatu gambaran, pengamatan (persepsi), apersepsi, konsep

dan fantasi terhadap segala hal yang diterima dari lingkungan melalui

pancainderanya.

b. Perasaan, yaitu suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena

pengaruh pengetahuannya dinilainya sebagai keadaan positif dan negatif.

Sebagai contoh, bila orang pada suatu hari yang panas melihat papan

gambar reklame coca-cola, yang tampak segar dan nikmat, maka persepsi

ini menyebabkan timbulnya suatu “perasaan” (sebagai hasil

penggambaran-penggambaran dalam menikmati segelas coca-cola) yang

positif, yaitu perasaan nikmat, dan kadang-kadang perasaan nikmat itu

sampai menjadi nyata dengan mengeluarkan air liur.

c. Dorongan naluri, yaitu kemajuan yang sudah merupakan naluri pada tiap

manusia yang sering disebut “drive”. Macam-macam dorongan naluri,

antara lain dorongan untuk mempertahankan hidup, dorongan seks,

dorongan untuk mencari makan, dorongan untuk berinteraksi dengan

sesama, dorongan untuk meniru perilaku sesamanya dan sebagainya.

Faktor lain yang ikut menentukan perilaku konsumen menurut

Mangkunegara (2000) adalah konsep diri. “Konsep diri dapat didefinisikan

sebagai cara kita melihat diri sendiri dan dalam waktu tertentu sebagai

gambaran tentang apa yang kita pikirkan”

Keuntungan mempelajari perilaku konsumen dengan mempergunakan

teori konsep diri adalah bahwa kita dapat membandingkan antara deskripsi

konsep diri konsumen yang ditunjukkan sendiri dengan konsep diri konsumen

tersebut tentang dirinya sendiri, dibandingkan dengan test kepribadian yang

dapat dipakai untuk melihat tanggapan konsumen sesungguhnya tentang takdir

dirinya.

5. Sikap

Nickels dalam Swastha dan Handoko (2000) memberikan definisi dari

sikap yang diterapkan pada pemasaran sebagai berikut : “Sikap adalah suatu

kecenderungan yang dipelajari untuk bereaksi terhadap penawaran produk

dalam masalah-masalah yang baik ataupun kurang baik secara konsekuen.”

Menurut Mangkunegara (2002) : “Sikap dapat didefinisikan sebagai suatu

penilaian kognitif seseorang terhadap suka atau tidak suka, perasaan emosional

yang tindakannya cenderung ke arah obyek atau ide”

Sikap ini dilakukan konsumen berdasarkan pandangannya terhadap

produk dan proses belajar dari pengalaman ataupun dari yang lain. “Sikap

konsumen bisa merupakan sikap positif atau negatif terhadap produk-produk

tertentu. Dengan mempelajari keadaan jiwa dan keadaan pikir dari sikap

seseorang diharapkan dapat menentukan perilaku seseorang. Sikap konsumen

174 MODERNISASI, Volume 3, Nomor 3, Oktober 2007

terhadap suatu produk atau merek dapat diubah melalui komunikasi yang

persuasive dan pemberian informasi yang efektif kepada konsumen. Dengan

demikian konsumen dapat membeli produk atau merek baru, atau produk yang

ada pada tokoh itu sendiri. Sedangkan faktor-faktor lingkungan ekstern atau

disebut juga variabel interpersonal dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Kebudayaan

Pengertian kebudayaan yang dikemukakan oleh Stanton dalam Swastha dan

Handoko (2000) sebagai berikut : “Kebudayaan adalah symbol dan fakta

yang komplek, yang diciptakan oleh manusia, diturunkan dari generasi ke

generasi sebagai penentu dan pengatur manusia dalam masyarakat yang

ada.”

Menurut Sutisna (2002) : “Budaya yang ada dalam sekelompok masyarakat

merupakan seperangkat aturan dan cara-cara hidup. Dengan adanya aturan

dan cara hidup, anggota dituntun untuk menjalani kehidupan yang serasi.”

Perusahaan dituntut untuk mengerti akan implikasi dari kebudayaan dimana

perusahaan beroperasi. Barang-barang atau produk, penentuan harga,

promosi, pembungkusan warna, merek dan lambang-lambang yang

semuanya harus dipilih dan dirancang secara teliti untuk menjadikan suatu

barang dapat diterima dalam kebudayaan konsumennya. Hal ini penting,

karena perilaku konsumen itu ditata, dikendalikan dan dimantapkan pola-

polanya oleh berbagai sistem nilai dan norma budaya yang seolah-olah

berada diatasnya.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa keluargalah yang banyak

melakukan pembelian. Peranan setiap anggota dalam membeli berbeda-beda

menurut macam barang tertentu yang dibelinya dimana setiap anggota

memiliki selera dan keinginan yang berbeda. Oleh karena itu manajer

pemasaran perlu mengetahui sebenarnya siapa anggota keluarga yang

bertindak sebagai pengambil inisiatif, penentu, pembeli atau siapa yang

bertindak sebagai pengambil inisiatif, penentu, pembeli, atau siapa yang

mempengaruhi suatu keputusan dalam membeli. Keluarga bisa memberikan

pengaruh yang sangat kuat terhadap perilaku konsumen, meskipun setiap

anggota keluarga mempunyai keinginan dan selera yang berbeda.

b. Kelas sosial

Hampir setiap masyarakat memiliki beberapa bentuk struktur kelas

sosial. Menurut Alma (2000) : “Kelas sosial merupakan kelompok

masyarakat tingkat tertentu yang memiliki nilai dan sikap yang berbeda dari

kelompok tingkatan lain.”

Pengertian kelas sosial dalam hal ini adalah sama dengan istilah lapisan

sosial, tanpa membedakan apakah dasar pembagian kelas itu uang, tanah,

kekuasaan atau dasar lainnya. Dalam hubungannya dengan perilaku

konsumen menurut Mangkunegara (2002) dapat dikarakteristik antara lain :

Totok Subianto, Studi Tentang Perilaku Konsumen .....175

1) Kelas sosial golongan atas memiliki kecenderungan membeli barang-

barang yang mahal, membeli pada toko yang berkualitas dan lengkap

(toko serba ada, supermarket), konservatif dalam konsumsinya, barang-

barang yang dibeli cenderung untuk dapat menjadi warisan bagi keluarga.

2) Kelas sosial golongan menengah cenderung membeli barang untuk

menampakkan kekayaannya, membeli barang dengan jumlah yang

banyak dan kualitasnya cukup memadai. Mereka berkeinginan membeli

barang yang mahal dengan sistem kredit, misalnya membeli kendaraan,

rumah mewah, perabot rumah tangga.

3) Kelas sosial golongan rendah cenderung membeli barang dengan

mementingkan kuantitas daripada kualitas. Pada umumnya mereka

membeli barang untuk kebutuhan sehari-hari, memanfaatkan penjualan

barang-barang yang diobral atau penjualan dengan harga promosi.

Dalam masyarakat yang berbudaya terdapat adanya lapisan sosial yang

menunjukkan kelas sosial yang merupakan ciri tetap dan teratur dari

masyarakat. Pemasar perlu mencurahkan perhatiannya pada kelas sosial

karena orang-orang dalam sebuah status sosial tertentu cenderung

memperlihatkan perilaku yang sama termasuk perilaku konsumen.

Perilaku konsumen antara kelas sosial yang satu akan sangat berbeda dengan

kelas lain, karena golongan sosial ini menyangkut aspek-aspek sikap yang

berbeda-beda. Oleh sebab itu pembagian kelas sosial dapat digunakan

sebagai variabel yang bebas (independent) untuk mensegmentasikan pasar

dan meramalkan tanggapan konsumen terhadap kegiatan pemasaran

perusahaan. Antara berbagai kelas sosial dapat diamati adanya perbedaan-

perbedaan yang cukup mencolok dalam hal kebiasaan, hobi, mengisi waktu

luang, kesediaan menerima inovasi baru dan lain sebagainya.

c. Kelompok panutan atau kelompok referensi

Kelompok acuan (reference group) berfugnsi sebagai titik banding/referensi

langsung (tatap muka) atau tidak langsung yang membentuk sikap maupun

perilaku seseorang.

Menurut Amirullah (2002): “Kelompok referensi adalah sejumlah

orang/kelompok yang bertindak sebagai pembanding (or reference) terhadap

individu dalam setiap bentuk nilai, sikap/penuntun ke arah perilaku.”

Sedangkan menurut Alma (2000) kelompok referensi adalah : Reference

group ini bisa merupakan grup primer, sekunder atau pemberi aspirasi. Grup

primer adalah para anggota yang saling berkomunikasi satu sama lain. Grup

sekunder adalah organisasi yang tidak terlalu banyak berinteraksi tatap muka

dengan individu, seperti organisasi serikat pekerja, organisasi keagamaan,

organisasi profesi dan sebagainya yang membuat aturan-aturan, kebiasaan-

kebiasaan tertentu. Grup aspirasi adalah seseorang yang memberi aspirasi

pada individu untuk memiliki sesuatu.

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kelompok

referensi dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam melakukan

pembeliannya. Dalam hal ini, manajer pemasaran perlu mengetahui siapa

176 MODERNISASI, Volume 3, Nomor 3, Oktober 2007

yang menjadi opini dari kelompok bersangkutan. Seorang kelompok

referensi dari suatu kelompok bersangkutan. Seorang kelompok referensi

dari suatu kelompok dapat menjadi pengikut opini dalam kelompok yang

lain. Juga bila tidak terjadi interaksi langsung antara kelompok referensi

dengan individu, pihak pemasaran perusahaan dapat memanfaatkan

kelompok referensi untuk mempengaruhi konsumen, misalnya melalui

periklanan dengan menggunakan penyanyi terkenal dan lain sebagainya.

d. Keluarga (family)

Dewasa ini peran keluarga dalam mempengaruhi individu dalam pembelian

atau konsumsi sudah mulai bergeser, bukan sebagai salah satu jenis dari

kelompok kecil, tetapi lebih pada pengaruhnya yang sangat penting terhadap

perilaku konsumen dan sekaligus sebagai sebuah kelompok referensi

(dengan anggota keluarga yang menunjukkan nilai-nilai, norma-norma, dan

standar keluarga dalam perilakunya).

Menurut Alma (2000) : “Keluarga adalah lingkungan terdekat dengan

individu dan sangat mempengaruhi nilai-nilai serta perilaku seseorang dalam

mengkonsumsi barang tertentu.”

Keluarga dapat berbentuk keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak,

dan dapat pula berbentuk keluarga besar yang meliputi keluarga inti

ditambah dengan orang-orang yang mempunyai ikatan saudara dengan

keluarga tersebut, seperti kakek, nenek, paman, menantu dan lain-lain.

Menurut Mangkunegara (2002) dalam menganalisis perilaku konsumen,

faktor keluarga dapat berperan sebagai berikut :

1) Siapa pengambil inisiatif, yaitu siapa yang mempunyai inisiatif membeli,

tetapi tidak melakukan proses pembelian. Apakah tokoh ayah, ibu, atau

kakek dan nenek ?

2) Siapa pemberi pengaruh, yaitu siapa yang mempengaruhi keputusan

membeli. Apakah tokoh ayah, ibu, anak, kakek dan nenek ?

3) Siapa pengambil keputusan, yaitu siapa yang menentukan keputusan apa

yang dibeli, bagaimana cara membelinya, kapan dan dimana tempat

membeli. Apakah tokoh ayah, ibu ?

4) Siapa yang melakukan pembelian, yaitu siapa diantara keluarga yang

akan melakukan proses pembelian. Apakah tokoh ibu, anak ?

5) Pemakai, yaitu siapa yang akan menggunakan produk yang dibeli, apakah

ayah, ibu, anak, kakek, nenek ?

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa keluargalah yang banyak

melakukan pembelian. Peranan setiap anggota dalam membeli berbeda-beda

menurut macam barang tertentu yang dibelinya dimana setiap anggota

memiliki selera dan keinginan yang berbeda. Oleh karena itu manajer

pemasaran perlu mengetahui sebenarnya siapa anggota keluarga yang

bertindak sebagai pengambil inisiatif, penentu, pembeli atau siapa yang

bertindak sebagai pengambil inisiatif, penentu, pembeli, atau siapa yang

mempengaruhi suatu keputusan dalam membeli. Keluarga bisa memberikan

Totok Subianto, Studi Tentang Perilaku Konsumen .....177

pengaruh yang sangat kuat terhadap perilaku konsumen, meskipun setiap

anggota keluarga mempunyai keinginan dan selera yang berbeda.

Keputusan Pembelian

Semua kegiatan yang dilakukan perusahaan melalui pemasaran diharapkan

dapat mempengaruhi konsumen sehingga sampai pada keputusan pembelian.

Sedangkan keputusan pembelian dapat diartikan sebagai keputusan konsumen

untuk membeli produk dengan didasari oleh adanya niat untuk melakukan

pembelian dengan melalui beberapa tahap.

Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam

pembelian mereka. Keputusan merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh

setiap orang, dalam setiap waktu dan di segala tempat, keputusan tersebut termasuk

keputusan yang menyangkut kegiatan individu. Mempengaruhi keputusan

konsumen yang dilakukan secara efektif akan mempengaruhi pengambilan

keputusan. Ini berarti meningkat pula tingkat keuntungan yang kita peroleh.

Keputusan konsumen atau organisasi adalah aktivitas yang dilakukan secara sadar,

rasional dan terencana. Keputusan konsumen merupakan analisis mengatasi

permasalahan.

Berdasarkan pengertian dari Lupiyoadi (2001) : “Keputusan konsumen itu

sendiri diartikan sebagai suatu keputusan konsumen untuk membeli atau

menggunakan jasa tertentu yang ditawarkan dengan didasari adanya niat untuk

melakukan pembelian/menggunakan jasa.” Sedangkan pengertian lain

dikemukakan Sadeli dan Ukas (2000) bahwa : Keputusan merupakan dorongan

serta keinginan yang merupakan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri

seseorang. Jadi keputusan adalah pembangkit daya gerak untuk berbuat sesuatu

dalam rangka mencapai kepuasan dan tujuan. Keputusan merupakan kunci untuk

mengerti tingkah laku pembeli atau langganan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keputusan pembelian yang

dilakukan konsumen dimulai jauh sebelum terjadinya kegiatan pembelian dan

mempunyai kelanjutan yang panjang setelah pembelian dilakukan. Pemasar harus

meneliti konsumen untuk mengetahui jenis masalah atau keinginan dan kebutuhan

yang timbul, apa yang menyebabkan rasa kebutuhan itu dan bagaimana rasa

kebutuhan itu mengarah pada obyek tertentu.

Sutisna (2002) menjelaskan mengenai keputusan pembelian sebagai

berikut : “Pengambilan keputusan oleh konsumen untuk melakukan pembedaan

suatu produk diawali oleh adanya kesadaran atas pemenuhan kebutuhan dan

keinginan”. Pengertian keputusan pembelian termasuk keputusan untuk membeli

dan menggunakan produk/jasa merupakan perumusan beraneka alterantif tindakan

dalam menggarap situasi yang dihadapi serta penetapan pilihan yang tepat antara

beberapa alternatif yang tersedia. Setelah diadakan pengevaluasian mengenai

keefektifan masing-masing untuk mencapai sasaran para pengambil keputusan.

178 MODERNISASI, Volume 3, Nomor 3, Oktober 2007

Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen

Pengambilan keputusan untuk menggunakan produk/jasa yang dilakukan

masyarakat merupakan salah satu bentuk keputusan pembelian. Proses

pengambilan keputusan menggunakan produk/jasa ditentukan oleh perilaku

konsumen. Proses keputusan menggunakan produk/jasa tersebut dimulai dengan

pengenalan masalah atau kebutuhan yang didasari sebagai perbedaan antara

keadaan sebenarnya dan keadaan yang diinginkan. Berdasarkan pengalamannya,

seseorang belajar untuk mengatasi dorongan yang terjadi dan didorong ke arah satu

jenis obyek yang diketahuinya akan dapat memuaskan dorongan yang timbul.

Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa keputusan pembelian yang

dilakukan konsumen merupakan suatu proses. Keputusan pembelian yang tampak

hanyalah satu tahap dari keseluruhan proses pengambilan keputusan pembelian

konsumen. Untuk lebih jelasnya proses keputusan pembelian konsumen dapat

dilihat pada gambar 2 berikut ini :

Gambar 2

Proses Pengambilan Keputusan Konsumen

Sumber : Sutisna, (2002)

Pengambilan keputusan oleh konsumen untuk melakukan pembelian

suatu produk diawali oleh adanya kesadaran atas pemenuhan kebutuhan dan

keinginan. Selanjutnya jika sudah disadari adanya kebutuhan dan keinginan, maka

konsumen akan mencari informasi mengenai keberadaan produk yang

diinginkannya. Proses pencarian informasi ini akan dilakukan dengan

mengumpulkan semua informasi yang berhubungan dengan produk yang

diinginkan. Dari berbagai informasi yang diperoleh konsumen melakukan seleksi

atas alternatif-alternatif yang tersedia. Proses seleksi inilah yang disebut sebagai

tahap evaluasi informasi. Dengan menggunakan berbagai kriteria yang ada dalam

benak konsumen, salah satu merek produk dipilih untuk dibeli. Bagi konsumen

Pengenalan M asalah/Kebutuhan

dan Keinginan

Pencarian Berbagai Inform asi

Evaluasi Berbagai Alternatif

M erek Produk

Pilihan atas M erek

Produk untuk D ibeli

Evaluasi Pasca Pem belian

U m pan Balik

Totok Subianto, Studi Tentang Perilaku Konsumen .....179

yang mempunyai keterlibatan tinggi terhadap produk yang diinginkannya, proses

pengambilan keputusan akan mempertimbangkan berbagai hal.

Dengan dibelinya merek produk tertentu, proses evaluasi belum berakhir

karena konsumen akan melakukan evaluasi pasca pembelian (post purchase

evaluation). Proses evaluasi ini akan menentukan apakah konsumen merasa puas

atau tidak atas keputusan pembeliannya. Seandainya konsumen merasa puas, maka

kemungkinan untuk melakukan pembelian kembali pada masa depan akan terjadi,

sementara itu jika konsumen tidak puas atas keputusan pembeliannya, dia akan

mencari kembali berbagai informasi produk yang dibutuhkannya. Proses itu akan

terus berulang sampai konsumen merasa terpuaskan atas keputusan pembelian

produknya.

Penjelasan di atas sesuai dengan pendapat Swastha dan Handoko (2000)

yang menjelaskan bahwa sehubungan dengan keputusan untuk membeli, perilaku

konsumen melalui beberapa proses yaitu : Perilaku konsumen akan menentukan

proses pengambilan keputusan dalam pembelian. Proses tersebut merupakan

sebuah pendekatan penyelesaian masalah yang terdiri atas lima tahap, yaitu : (1)

menganalisa kebutuhan dan keinginan, (2) pencarian informasi dan penilaian

sumber-sumber, (3) penilaian dan seleksi terhadap alternatif pembelian, (4)

keputusan untuk membeli, dan (5) perilaku sesudah pembelian.

Menurut Setiadi (2003) : “Perilaku konsumen merupakan sebuah

pemecahan masalah konsumen yang terdiri dari (1) pemahaman adanya masalah,

(2) pencarian alternatif pemecahan, (3) evaluasi alternatif, (4) pembelian, (5)

penggunaan pasca pembelian dan evaluasi ulang alternatif yang dipilih.”

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pengambilan keputusan adalah proses yang dimulai dari pemikiran tentang suatu

masalah, merumuskan berbagai alternatif tindakan guna menjatuhkan pilihan pada

salah satu alternatif tertentu untuk mencapai sasaran. Pengambilan keputusan

pembelian dipengaruhi oleh perilaku konsumen, dimana aktivitas tersebut

dilakukan secara sadar, rasional, obyektif, dan terencana. Pengambilan keputusan

untuk pembelian merupakan analisis mengatasi permasalahan.

Dan dapat dikatakan bahwa proses keputusan pembelian dimulai jauh sebelum

terjadinya kegiatan pembelian dan mempunyai kelanjutan yang panjang setelah

pembelian dilakukan. Pemasar harus meneliti konsumen untuk mengetahui jenis

masalah atau keinginan dan kebutuhan yang timbul, apa yang menyebabkan rasa

kebutuhan itu dan bagaimana rasa kebutuhan itu mengarah pada obyek tertentu.

Pengaruh Perilaku Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Jasa

Dalam perkembangannya konsep pemasaran mutakhir, konsumen

ditempatkan sebagai titik utama perhatian. Para praktisi maupun akademisi

berusaha mengkaji aspek-aspek konsumen dalam rangka mengembangkan strategi

pemasaran yang diharapkan mampu meraih pangsa pasar yang tersedia. Setidaknya

ada dua alasan mengapa perilaku konsumen mempunyai pengaruh terhadap

keputusan pembelian. Pertama, seperti sudah dikatakan di atas, konsumen sebagai

titik sentral perhatian pemasaran. Mempelajari apa yang dibutuhkan dan diinginkan

180 MODERNISASI, Volume 3, Nomor 3, Oktober 2007

oleh konsumen pada saat itu merupakan hal yang sangat penting. Memahami

konsumen akan menuntun pemasar pada kebijakan pemasaran yang tepat dan

efisien. Misalnya saja ketika pemasar mengetahui bahwa konsumen yang

menginginkan produknya hanya sebagian kecil saja dari suatu populasi, dan

dengan karakteristik yang khusus, maka upaya-upaya pemasaran produk bisa

diarahkan dan difokuskan pada kelompok tersebut. Untuk mengetahui keinginan

dan kebutuhan konsumen secara individu seperti kelompok referensi, kelurga,

persepsi, motivasi, belajar perlu dianalisis untuk mengetahui faktor mana saja yang

dapat mempengaruhi konsumen untuk membeli suatu produk. Kedua, setiap

perilaku konsumen yang diambil untuk melakukan pembelian pasti didasarkan

pada alasan- alasan tertentu, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Proses

pengambilan keputusan konsumen sangat berhubungan pada keputusan pembelian

oleh karena itu sangatlah penting memahami perilaku konsumen agar pemasar

dapat mennggambarkan bagaimana proses keputusan pembelian itu dibuat.`

Berdasarkan faktor-faktor diatas maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa

perilaku konsumen menjadi dasar untuk melakukan kebijakan pemasaran yang

didasarkan pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga

perusahaan dapat memiliki customer loyalty.

Selain dua alasan di atas, mempelajari perilaku konsumen dan proses konsumsi

yang dilakukan oleh konsumen memberikan beberapa manfaat. Sutisna (2002)

mengemukakan manfaat yang bisa diperoleh sebagai berikut :

1. Membantu para manajer dalam pengambilan keputusannya.

2. Memberikan pengetahuan kepada para peneliti pemasaran dengan dasar

pengetahuan analisis konsumen.

3. Membantu legislator dan regulator dalam menciptakan hukum dan peraturan

yang berkaitan dengan pembelian dan penjualan barang dan jasa.

4. Membantu konsumen dalam pembuatan keputusan pembelian yang lebih baik.

Di samping itu pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen terhadap

keputusan konsumen untuk melakukan pembelian diperjelas oleh Amirullah

(2002) : Setiap keputusan yang diambil oleh konsumen pasti didasarkan pada

alasan-alasn tertentu, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Proses

pengambilan keputusan konsumen sangat terkait dengan masalah kejiwaan dan

faktor eksternal. Dengan memahami perilaku konsumen, pemasar akan mudah

untuk menggambarkan bagaimana proses keputusan itu dibuat.

Kerangka Pikir Konseptual

Dari landasan teoritis di atas, dapatlah digambarkan kerangka pikir

konseptual sebagai berikut :

Totok Subianto, Studi Tentang Perilaku Konsumen .....181

Gambar 3

Kerangka Pikir Konseptual

Penutup

Perilaku konsumen adalah sejumlah tindakan-tindakan nyata individu

(Konsumen) yang dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal yang

mengarahkan mereka untuk menilai, memilih, mendapatkan dan menggunakan

barang dan jasa yang diinginkannya. Tujuan kegiatan pemasaran adalah untuk

mempengaruhi konsumen agar bersedia membeli barang dan jasa yang dihasilkan

perusahaan pada saat mereka membutuhkan. Dalam perkembangan konsep

pemasaran modern, konsumen ditempatkan sebagai sentral perhatian. Pentingnya

bagi pemasar untuk mempelajari perilaku konsumen yaitu dengan meletakkan

konsumen sebagai titik sentral perhatian pemasaran sehingga dengan memahami

konsumen akan menuntun pemasar pada kebijaksanaan pemasaran yang tepat dan

efisien. Dengan kata lain mempelajari perilaku konsumen bertujuan untuk

mengetahui dan memahami berbagai aspek yang ada pada konsumen yang akan

digunakan dalam menyusun kebijaksanaan pemasaran yang berhasil.

Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membuat

keputusan pembelian. Faktor-faktor tersebut sebagian besar tidak dapat

dikendalikan oleh pemasaran, tetapi harus diperhatikan, namun secara garis besar

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dibagi menjadi dua bagian

yaitu eksternal dan faktor internal. Menurut Setiadi (2003) faktor-faktor internal

individual yang mempengaruhi perilaku konsumen seperti : 1) motivasi, 2)

kepribadian, 3) pembelanjaan, 4) sikap, 5) persepsi konsumen. Selain faktor-faktor

lingkungan internal, faktor-faktor eksternal individu juga sangat berpengaruh

terhadap perilaku pembelian konsumen. Menurut Setiadi (2003) faktor-faktor

lingkungan ekstern yang mempengaruhi perilaku konsumen meliputi : 1) kelompok

rujukan, 2) kelas sosial, 3) budaya, 4) komunikasi. Sedangkan menurut Swastha

dan Handoko (2000) menyatakan bahwa : “Faktor-faktor lingkungan ekstern yang

mempengaruhi perilaku konsumen yaitu : 1) kebudayaan (culture) dan kebudayaan

khusus (subculture), 2) kelas sosial (social class), 3) kelompok-kelompok sosial

(social group), kelompok referensi (referensi group), dan 4) keluarga (family)”.

Perilaku konsumen menjadi dasar untuk melakukan kebijakan pemasaran

yang didasarkan pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga

perusahaan dapat memiliki customer loyalty.

FAKTOR LINGKUNGAN

EKSTERN

FAKTOR

PSIKOLOGIS/INTERN

FAKTOR-FAKTOR

YANG MEMPENGARUHI

PERILAKU KONSUMEN

KEPUTUSAN

PEMBELIANI

182 MODERNISASI, Volume 3, Nomor 3, Oktober 2007

Setiap keputusan yang diambil oleh konsumen pasti didasarkan pada

alasan-alasn tertentu, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Proses

pengambilan keputusan konsumen sangat terkait dengan masalah kejiwaan dan

faktor eksternal. Dengan memahami perilaku konsumen, pemasar akan mudah

untuk menggambarkan bagaimana proses keputusan itu dibuat.

DAFTAR PUSTAKA

Amirullah. 2002. Perilaku Konsumen. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Penerbit

Graha Ilmu Jakarta.

Alma, Buchori. 2000. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Edisi

Revisi. Cetakan Keempat. Alfabeta. Bandung.

Hadi, Sutrisno. 2001. Statistik. Jilid I. Cetakan Kedelapan Belas. Penerbit Andy

Offset. Yogyakarta.

Kotler dan Amstrong. 2001. Manajemen Pemasaran. Penerbit PT. Prehalindo.

Yogyakarta.

Lupiyoadi, Rambat. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa : Teori dan Praktek.

Edisi Pertama. Salemba Empat Jakarta.

Mangkunegara, Prabu Anwar. 2002. Perilaku Konsumen. Edisi Revisi. Cetakan

Kedua. PT. Refika .Aditama Bandung.

Nugroho J. Setiadi. 2003. Perilaku Konsumen. Edisi Pertama. Penerbit Prenada

Media. Jakarta.

Schiftman dan Kanuk. 2000. Perilaku Konsumen. Penerbit PT. Bumi Aksara.

Jakarta.

Sutisna. 2002. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Cetakan

Kedua. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Swastha, Basu Dharmesta dan Handoko T. Hani. 2000. Manajemen Pemasaran,

Analisa Perilaku Konsumen. Edisi Pertama. Cetakan Ketiga. Penerbit

BPFE. Yogyakarta.

Tjiptono, Fandy. (Trans). Philip Kotler. 1999. Manajemen Pemasaran Perspektif

Asia. Jilid Satu. Edisi Pertama. Penerbit Andy Offset. Yogyakarta.

Winardi dan Suparwarman. 2003. Perilaku Konsumen. Penerbit PT. Bumi

Aksara. Jakarta.