Bagaimana cara memilih pemimpin yang baik menurut Islam?

Jakarta -

Rasulullah SAW berpesan pada muslim untuk mengangkat seorang pemimpinsekalipun dalam suatu kelompok kecil perjalanan. Signifikansi seorang pemimpin dalam masyarakat membuat muslim perlu memahami sikap yang tepat ketika memilih pemimpin.

Ditambah lagi, seorang pemimpin di suatu wilayah tertentu nantinya akan menjadi seorang ulil amri sebagaimana dijelaskan dalam surat An Nisa ayat 59. Dalam ayat tersebut dijelaskan, muslim berkewajiban untuk menaati aturan yang dibuat oleh ulil amri.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."

Perkara sikap muslim dalam memilih pemimpin ini dijelaskan Imam al-Ghazali dalam Fadhaih al-Bathiniyah. Menurutnya, setidaknya muslim harus memilih pemimpin dengan 4 kriteria utama.

Empat kriteria utama yang dimaksud adalah najdat atau memiliki cukup kekuatan dan berwibawa, kifayah atau mampu menyelesaikan segala persoalan, wara' atau sikap hidupnya apik, dan terakhir, ilmu yang bermakna memiliki ilmu pengetahuan.

Dalam haditsnya, Rasulullah SAW juga mewanti-wanti agar muslim tidak memilih pemimin yang lemah. Dari Abu Dzar yang mengutip sabda Rasulullah SAW,

يَا أَبَا ذَرٍّ إِنَّكَ ضَعِيفٌ وَإِنَّهَا أَمَانَةُ وَإِنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ إِلَّا مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ فِيهَا

Artinya: "Wahai Abu Dzar, kamu ini lemah (untuk memegang jabatan) padahal jabatan merupakan amanah. Pada hari kiamat ia adalah kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi siapa yang mengambilnya dengan benar dan melaksanakan tugas dengan baik." (HR Muslim).

Di samping itu, Ketua MUI Kota Bandung Prof. Dr. KH. Miftah Faridl berpesan, sikap lain yang perlu dimiliki muslim ketika memilih pemimpin adalah menuruti kesadaran batin. Dengan kata lain, pilihan dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab kepada Allah SWT, bukan pengaruh ancaman atau suap.

"Walaupun adanya perbedaan, keikhlasan harus selalu dimiliki karena yang terbaik merupakan tanggung jawab dihadapan Allah. Jangan juga memilih melalui jalur suap karena ancamannya neraka," kata Miftah, seperti dikutip dari laman Unisba.

Terakhir, sikap muslim ketika memilih pemimpin adalah menerima lapang dada siapapun yang ditakdirkan menjadi pemimpin. Dengan kata lain, menyerahkan segalanya kepada Allah SWT sebagaimana difirmankan dalam surat Ali Imran ayat 26,

قُلِ اللّٰهُمَّ مٰلِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِى الْمُلْكَ مَنْ تَشَاۤءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاۤءُۖ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاۤءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاۤءُ ۗ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۗ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Artinya: "Katakanlah (Nabi Muhammad), "Wahai Allah, Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tanganMulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu."

Di samping sikap yang harus dimiliki oleh pemilih, pemimpinjuga perlu memiliki sikap yan ditanamkan dirinya sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an dan hadits.

5 Sikap yang Perlu Ditanamkan bagi Pemimpin

Melansir laman UIN Sunan Gunung Djati, ada lima sikap yang harus ditanamkan dalam diri seorang pemimpin. Pertama adalah sikap ikhlas menjalankan amanah kepemimpinan, dengan mengharap keridhaan Allah SWT semata sesuai dengan surat An Nisa ayat 125.

Kedua, sikap kesabaran dalam memimpin sesuai dengan surat As Sajdah ayat 24. Allah SWT berfirman,

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ اَىِٕمَّةً يَّهْدُوْنَ بِاَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوْاۗ وَكَانُوْا بِاٰيٰتِنَا يُوْقِنُوْنَ

Artinya: "Kami menjadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka bersabar. Mereka selalu meyakini ayat-ayat Kami."

Kemudian, istiqamah yang berkaitan dengan perkataan, perbuatan, keadaan, dan niat seperti perkataan Umar bin Khattab, "Istiqamah artinya engkau teguh hati pada perintah dan larangan serta tidak menyimpang seperti jalannya rubah."

Sikap keempat yang perlu ditanamkan pemimpin adalah ikhtiar yakni berusaha dalam memberikan pelayanan dan pengabdian terbaik dengan cara-cara yang diridhai Allah SWT. Hingga terakhir, sikap bertawakal kepada Allah SWT juga perlu ditanamkan oleh seorang pemimpinsesuai dengan firman surat Ali Imran ayat 159.

Simak Video "Asa Menjadi Penghapal Al-Qur'an"
[Gambas:Video 20detik]
(rah/lus)