Apakah gangguan jiwa bisa disembuhkan

Jakarta - Dahulu ada stigma yang berkembang, apabila seseorang didiagnosa menderita gangguan jiwa, maka seumur hidupnya ia dipersepsikan sebagai penyandang gangguan jiwa. Hal ini dibantah keras oleh pakar kesehatan jiwa Danardi Sosrosumihardjo.

"Dengan pengobatan yang tepat, penderita ganguan jiwa yang parah sekali pun bisa disembuhkan. Bahkan ada pasien saya yang sudah 20 tahun dipasung karena mengalami gangguan jiwa, setelah diterapi dia bisa kembali hidup normal," kata Danardi Sosrosumihardjo dalam acara Pfizer Press Circle (PPC) di Jakarta, Rabu (26/11).

Namun menurut Danardi, kriteria sembuh bagi penderita gangguang jiwa memiliki beberapa tingkatan. Seperti "sembuh total" atau kembali pulih 100 persen tanpa perlu mengonsumsi obat lagi, lalu ada juga "sembuh klinis" atau mendekati 100 persen dan bisa kembali beraktifitas. "Orang yang sembuh klinis masih perlu minum obat dengan dosis yang diatur," jelasnya.

Lalu ada "sembuh sosial", di mana gejala penyakitnya sudah mereda, masih terdapat gejala sisa namun masih bisa ditoleransi. "Sembuh sosial masih tetap perlu minum obat dengan dosis minimal atau sedang. Tapi mereka sudah dapat berfungsi kembali secara sosial," tambanya lagi.

Dikatakan Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) tersebut, orang yang sakit bisa dikatakan sehat mental apabila yang bersangkutan merasa sehat, bahagia, bisa menerima diri sendiri apa adanya dan bisa menerima orang lain dan kondisi di sekitarnya seperti apa adanya. "Dia juga bersikap optimis dan selalu berusaha untuk menjadi lebih baik," sambuhnya.

Sebaliknya, apabila dia mulai sering mengeluh, merasa tertekan, sering protes dan mengalami penurunan fungsi kognitif atau emosi, orang tersebut bisa dikatakan sakit secara kejiwaan.

Saksikan live streaming program-program BTV di sini

Kesembuhan tentunya menjadi idaman semua pasien. Masalah medis apapun rasanya pasien tidak ada yang ingin tidak sembuh. Di satu sisi lainnya dokter tidak pernah menjanjikan kesembuhan. Dokter hanya akan mengatakan kalau dirinya akan berusaha semampunya untuk kesembuhan pasien.

Dalam ilmu kedokteran jiwa istilah sembuh pasien kadang bisa punya makna yang berbeda dengan psikiaternya. Inilah mengapa dalam praktek sehari-hari jika ada pasien yang menanyakan apakah gangguan jiwa yang dialaminya bisa sembuh maka saya biasanya akan bertanya, apa makna sembuh yang dimaksud pasien. Sering kali perbedaan persepsi ini yang sering terjadi di praktek sehari-hari.

Masalah gangguan jiwa secara umum jaman dahulu dibagi menjadi dua, yaitu gangguan jiwa psikotik dan gangguan jiwa neurotik (neurosis atau dulu disebut neurosa). Sebenarnya pembagian ini untuk menunjukkan adanya perbedaan dalam penilaian realita yang terganggu di antara kedua jenis pasien tersebut.

Gangguan jiwa psikotik yang termasuk skizofrenia dan gangguan waham adalah gangguan jiwa yang pasiennya mengalami gangguan dalam menilai realitas. Gangguan penilaian realitas ini maksudnya adalah gangguan dalam membedakan mana yang nyata dan mana yang fantasi. Adanya halusinasi dan delusi (waham) adalah pertanda adanya gangguan dalam penilain realitas. Lebih jauh pembahasan ini pernah ditulis di beberapa artikel saya sebelumnya.

Sedangkan gangguan jiwa neurosis adalah gangguan jiwa yang tidak mengalami masalah dalam penilaian realitas. Walaupun tidak sepenuhnya tepat, maka yang termasuk di dalamnya adalah gangguan depresi, gangguan bipolar, gangguan kecemasan, gangguan kepribadian dan gangguan somatoform.

Mengapa saya katakan tidak sepenuhnya tepat, karena pada gangguan depresi dan gangguan bipolar bisa juga ditemukan adanya masalah penilaian realita. Misalnya pada gangguan depresi berat dengan adanya halusinasi yang menyuruh orang itu untuk bunuh diri. Begitu juga pada gangguan bipolar. Pembagian ini sekarang sudah jarang disebutkan lagi karena masing-masing gangguan jiwa dikatakan langsung dengan diagnosis yang sesuai dengan pedoman diagnosis yang berlaku (DSM atau ICD-10).

Apakah Gangguan Jiwa Bisa Sembuh?

Pertanyaan seputar kesembuhan gangguan jiwa memang biasanya mengundang dilema. Apalagi dengan persepsi awam yang mengatakan yang dimaksud dengan sembuh itu adalah tidak menggunakan terapi lagi baik obat maupun non obat. Ini sama saja dengan mengatakan apakah pasien yang mengalami darah tinggi bisa dikatakan sembuh jika masih makan obat setiap hari dan seumur hidup?. Sekiranya apa yang dialami oleh pasien gangguan jiwa seperti itu.

Ketika seorang mengalami masalah kejiwaan yang berkaitan dengan gangguan pada pikiran, perasaan dan perilakunya maka sebenarnya tidak semua memerlukan pengobatan. Pada beberapa kasus masalah kejiwaan bisa sembuh sendiri tanpa bekas. Hal ini disebabkan karena daya adaptasi manusia itu sendiri dalam menghadapi masalah.

Selain itu juga karena sifatnya yang multifactorial, pemicu masalah kejiwaan sering kali tidak sama setiap orangnya walaupun diagnosis akhirnya sama. Sehingga tidak bisa dibandingkan antara satu pasien dengan pasien yang lainnya walaupun diagnosis sama. Seorang pasien dengan gangguan depresi bisa tanpa obat dalam terapinya tapi pasien yang lain harus makan obat bahkan sampai seumur hidup.

Selain itu juga persepsi awam kalau mengobati gangguan jiwa itu sama dengan mengobati gangguan medis lainnya harus diperjelas. Apa yang diberikan pada pasien gangguan kejiwaan dalam pengobatan sering kali berbeda maknanya dengan penanganan kasus medis lainnya.

Misalnya pemberian antidepresan golongan serotonin (SSRI) pada kasus depresi. Apa yang diberikan kepada pasien depresi tersebut sebenarnya bukan suplemen atau sejenis “antibiotic” untuk membunuh kuman bernama “depresi” di otak. Tetapi lebih kepada bahwa obat antidepresan itu diberikan dalam upaya mengaktifkan kembali sistem pembuatan serotonin di otak dan menjamin kesediaan serotonin yang cukup di otak.

Ini artinya obat “hanya” berusaha mengaktifkan kembali sistem yang terganggu dan bukan memberikan yang kurang atau mematikan yang lebih. Sedikit berbeda dengan obat antipsikotik golongan antidopamin yang memang diberikan untuk mengurangi aktifitas kelebihan dopamine di otak yang mengakibatkan gejala-gejala psikotik seperti halusinasi dan delusi pada pasien skizofrenia.

Sayangnya ternyata tidak semua pasien ketika diaktifkan kembali sistem otaknya tersebut mampu akhirnya bisa dilepas dari pengobatan. Ada yang ternyata jika tidak dibantu obat, maka sistem otaknya itu tidak aktif kembali. Tidak heran bahwa banyak kasus depresi berulang dan masalah skizofrenia yang kambuhan terutama bila tidak berobat teratur.

Bahkan penelitian sendiri mengatakan bahwa pada kasus gangguan depresi walaupun sudah diterapi optimal, maka angka kekambuhannya masih bisa lebih dari 50%. Tentunya seperti diuraikan di atas tidak semua kasus demikian namun bisa menjadi informasi kepada kita bahwa pengobatan masalah kejiwaan memang unik dan individual sekali. Yang penting kualitas hidup dan fungsi pasien kembali normal.

Gaya Hidup Sehat Cegah Kekambuhan

Walaupun keliatannya apa yang saya tuliskan di atas berkaitan dengan pengobatan dengan obat-obatan. Saya tidak mengatakan bahwa itu adalah satu-satunya cara untuk “sembuh” dari masalah kejiwaan. Banyak penelitian telah mengatakan bahwa cara-cara seperti olahraga, relaksasi, konseling, psikoterapi, meditasi, yoga, penambahan supleman makanan telah banyak membantu proses kesembuhan.

Hal ini tentunya lebih baik lagi jika didukung datanya oleh penelitian yang sahih dan besar. Satu terapi alternatif untuk kasus tertentu belum tentu akan berhasil buat yang lainnya. Itulah mengapa kita tidak bisa membandingkan langsung masalah pasien satu dengan yang lainnya karena bersifat individual.

Semoga sedikit pembahasan tentang proses kesembuhan ini bisa bermanfaat buat pembaca sekalian. Salam sehat jiwa.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Apakah orang yang memiliki gangguan jiwa bisa sembuh?

Gangguan mental tidak dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tetap perlu untuk mendatangi tenaga kesehatan yang ahli (dokter spesialis jiwa, juga dikenal dengan istilah psikiater) untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Bagaimana cara mengobati orang sakit jiwa?

Begini Cara Menangani Orang dengan Gangguan Kejiwaan.
Perkenalkan diri dengan tenang dan jelas..
Jelaskan mengapa kamu berada di situasi tersebut..
Tetap bersikap sopan dan tidak mengancam, tetapi juga jujur ​​dan terus terang..
Dengarkan apa yang ingin mereka katakan dengan cara yang tidak menghakimi..
Hindari konfrontasi..

Kenapa orang bisa terkena gangguan jiwa?

Beberapa bukti menunjukkan bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh kombinasi dari beberapa faktor yaitu: biologi, psikologis dan sosial. Faktor biologi antara lain adalah keturunan/genetik, masa dalam kandungan, proses persalinan, nutrisi, riwayat trauma kepala dan adanya gangguan anatomi dan fisiologi saraf.

Apa yang dirasakan orang yang sakit jiwa?

Ciri-Ciri Orang yang Mengalami Sakit Jiwa Mengalami perubahan mood yang sangat drastis, misalnya dari sangat sedih menjadi sangat gembira atau sebaliknya dalam waktu singkat. Memiliki rasa takut yang berlebihan. Menarik diri dari kehidupan sosial. Merasa emosional, amarahnya tidak terkendali, dan suka melakukan ...