Apa yang tuhan kehendaki dalam hidupku

Kalau kita mempelajari kebenaran Firman Tuhan dengan hati yang benar-benar terbuka dan bersedia melakukan apa pun yang diajarkan kepada kita—khususnya di dalam kitab Perjanjian Baru—maka kita akan menemukan betapa jauh kehidupan kekristenan yang dijalani oleh banyak orang Kristen hari ini, juga kehidupan kekristenan kita. Betapa jauh standar yang sebenarnya harus dikenakan oleh kita orang percaya ini. Di sini kita baru bisa menghayati atau lebih menghayati apa yang dikatakan Tuhan Yesusdalam Wahyu 2:5, “Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.” Ayat ini ditujukan kepada jemaat di Efesus. Dan hari ini kita melihat Efesus merupakan salah satu tempat di wilayah Turki yang nyaris tidak ada orang Kristen lagi. Tentu hal ini sangat menyedihkan! 

Kalau kita memperhatikan tindakan Tuhan atas orang-orang percaya yang tidak bertobat, sangat mengerikan. Kota Istambul yang dulu Bizantium menjadi pusat kekristenan, sekarang sudah menjadi kota yang tidak menyemarakkan Injil sama sekali. Gereja yang dipandang termegah di dunia Hagia Sophia berubah menjadi mesjid. Ingat! Kalau Tuhan bertindak, tidak main-main.Makanya kita mestinya takut dan berusaha untuk mengerti kekristenan yang sejati, yang murni yang Tuhan ingin kita kenakan. Dan kekristenan yang murni yang Tuhan kehendaki untuk kita kenakan, tak lain dan tak bukan adalah kehidupan Yesus sendiri. Kehidupan Yesus yang hidup sepenuhnya hanya untuk kepentingan Allah Bapa. Kehidupan Yesus yang tidak bercacat, tidak bercela sama sekali. Kehidupan Yesus yang dikurbankan untuk kepentingan orang lain. Kehidupan Yesus yang tidak melukai, tidak menyakiti apa pun. 

Kalau kita melihat hidup kita hari ini, betapa jauhnya dari kehidupan yang dikenakan Tuhan Yesus. Oleh sebab itu, selagi kita masih memiliki kesempatan, kita harus berjuang dengan segenap tenaga, segenap jiwa, segenap hati, segenap kekuatan untuk menyelenggarakan hidup sesuai dengan kehidupan yang Allah Bapa kehendaki. Dan itu harus kita usahakan lebih dari kita mengusahakan apa pun. Jika kita fokus dengan usaha ini di tengah-tengah berbagai kesulitan hidup yang kita alami, maka kita akan melihat bagaimana setiap keadaan yang kita alami menjadi alat di dalam tangan Allah untuk mengangkat kita dari kehidupan wajar anak dunia menjadi anak-anak Allah dengan kehidupan yang bergaya Yesus Putra Tunggal-Nya. Itulah sebabnya dikatakan di dalam kitab Kolose 3:3, “Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.” Dengan cara itu, kita baru dapat memfokuskan diri sepenuhnya untuk menjadi anak-anak Allah yang berkenan di hadapan Allah, yang bergaya hidup Yesus. Hidup kita telah mati dan hidup kita tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. 

Memang ini tidak mudah, ini berat. Kita seperti sudah mati sebelum kita dikubur dan dimasukkan peti mati. Tetapi inilah kekristenan sejati yang karenanya prinsip hidup yang harus kita kenakan adalah “hidupku bukan aku lagi, tapi Kristus yang hidup di dalam aku.” Inilah standar hidup kekristenan yang harus kita kenakan. Tetapi kenyatannya, betapa banyak hidup orang Kristen yang telah jatuh. Betapa dalamnya kita telah jatuh. Dan apabila kita tidak bertobat, maka Tuhan akan mengangkat kaki dian-Nya. Jadi kalau Tuhan sampai mengangkat kaki dian dari Efesus, dari Konstantinopel yang sekarang menjadi Istanbul, itu menunjukkan ketegasan Allah. Jadi jangan hanya memahami Allah itu baik, sabar dan penuh kasih menurut versi kita; Allah itu juga memiliki ketegasan! Ini yang mestinya membuat kita menjadi takut akan Allah, gentar akan Allah.

Kita harus menghayati Allah itu hidup, Allah itu berperasaan dan Ia berdaulat sebagai Bapa yang berwibawa, sebagai Raja yang berkuasa. Peringatan ini hendaknya kita perhatikan dengan sangat serius. Kita tidak main-main. Maka saya mengajak Saudara-saudara untuk mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh. Ini pilihan. Kita tidak boleh terbawa lagi dengan dunia di sekitar kita. Mari kita mengambil keputusan sesuai dengan Kolose 3:3 ini, berani mati bagi dunia dan hidup kita tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. 

“Ya Bapa, tolong.. Jika kau mengizinkan aku untuk menjadi seorang copywriter di sana, aku akan menulis kesaksian tentang kebaikan-Mu dalam hidupku.”

Itulah permintaanku pada Tuhan, alias aku menantang-Nya dengan sebuah jaminan. Menulis untuk Tuhan. Itulah intinya. Sesuatu yang sekarang ini menjadi tujuan hidupku.

Sudah hampir setahun aku berusaha keras mencari pekerjaan. Ratusan CV yang kutebarkan via email atau website tak kunjung mendapatkan jawaban. Segala harapan yang tertulis di dalam CV tersebut biasanya hanya diakhiri dengan balasan rejection letter. Seketika aku menyetujui ungkapan dunia yang mengatakan bahwa hidup itu keras. Boleh dibilang, aku berada di posisi terendah dalam hidup, alias depresi.

Saat itu, aku berdoa pada Tuhan untuk mengabulkan permintaanku agar dapat diterima kerja di salah satu perusahaan digital agency. Mengapa aku memohon pada Bapaku seperti itu? Karena aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa lagi. Aku menyerahkan tubuh, jiwa, raga, dan impianku ke dalam tangan-Nya. Aku tidak sanggup mengerjakan semua ini seorang diri. Saat aku berserah pada-Nya, Ia mendengar keluh kesahku. Sang Bapa berbisik lewat pikiranku, dan tiba-tiba aku mengingat ayat emas dari Alkitab, yang menjadi pedomanku saat katekisasi.

“Karena itu Aku berkata kepadamu: Apa saja yang kau minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu” (Markus 11 : 24).

Iman! Itulah yang menjadi permasalahanku selama ini. Sebelum Markus 11:24 menegurku, jujur saja, aku ragu akan karya Bapa yang akan digenapkan dalam hidupku. Aku sering mengatur Tuhan agar Ia memberikan pekerjaan sesuai dengan apa yang aku inginkan, tanpa mempercayai dan mengimani kalau Tuhan akan memberikannya padaku di saat yang tepat, di waktu yang tepat. Saat itu, aku tidak ingat kalau keimananku pupus ditelan kebisingan dunia, karena terlalu banyak menghabiskan waktu di sosial media. Aku dibutakan oleh Iblis lewat quotes di media sosial, kalau hidup ini adalah milikku sendiri dan akulah yang harus mengatur hidupku akan berjalan ke arah mana. Aku tidak sadar kalau Tuhan yang rela mati di kayu salib untuk menebus dosaku adalah pemilik kehidupanku selama ini. Ia pun tidak akan meninggalkan anak-Nya berjalan sendirian.

Ada sebuah gambar yang kutemukan di explore Instagram, di mana ada seorang anak kecil yang sedang melukis sebuah tulisan PLAN bersama dengan Tuhan di sampingnya. Gambar itu memberikan kesadaran dalam diriku, kalau selama ini Tuhan bekerja dalam hidupku, dan aku sendiri memiliki tugas untuk membangun masa depanku bersama dengan-Nya. Selama ini, aku tidak melibatkan Tuhan dalam setiap rencana yang kubuat untukku dan masa depanku. Aku sungguh egois dan berpikiran sempit kala itu. Saat aku sadar akan kesalahanku selama ini, aku meminta pengampunan dari Tuhan, lalu Ia menjawabnya lewat sebuah ingatan dari kalimat yang pernah kubaca dalam sebuah buku, sebagai berikut. “Saat pertama kali main sepeda, kita pasti pernah terjatuh sehingga pengalaman saat terjatuh itulah yang membuat kita ingin terus mencoba mengayuh sepeda sampai berhasil mengendarainya.”

Tuhan mengampuni aku yang tidak beriman pada-Nya, dengan memberikan pemahaman bahwa tak apa jika kita terjatuh, sebab Ia sendiri yang akan menolong. Saat jatuh pun, Tuhan akan selalu mengulurkan tangan-Nya untuk kita. Kadang manusia memang harus terjatuh, agar ia bisa menyadari kalau tangan Tuhan senantiasa terulur untuk orang yang meminta pertolongan-Nya.

Dalam Matius 14:22-33, diceritakan bahwa Petrus yang adalah salah satu dari ke-12 murid Yesus, pernah menantang-Nya agar ia bisa berjalan di atas air, saat para murid mengira bahwa Ia adalah hantu. Pada ayat 28 tertulis, “Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia : Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air.” Tak disangka-sangka, Tuhan Yesus malah menyuruh Petrus untuk berjalan di atas air, walaupun pada akhirnya sang murid menjadi takut dan mulai tenggelam, hingga akhirnya Tuhan Yesus mengulurkan tangan-Nya untuk menolong Petrus. Kisah ini mengingatkan aku pada diriku sendiri, saat aku menantang Tuhan untuk memberikan pekerjaan sebagai copywriter itu padaku.

Saat aku mengerti apa yang diinginkan Tuhan dalam hidupku, segalanya terasa lebih mudah. Aku jadi banyak mengucap syukur atas berkat yang Ia berikan, dan saat aku mempertaruhkan masa depan pekerjaanku kepada-Nya dengan jaminan akan menulis kesaksian tentang kebaikan-Nya, Ia memberikan pekerjaan itu padaku. Tuhan mengizinkan aku untuk melayani-Nya lewat tulisanku.

Aku masih harus banyak belajar, khususnya dalam menulis, tapi aku sudah sadar kalau pekerjaan yang kulakukan bersama dengan Tuhan akan berjalan secara maksimal, saat aku melibatkan-Nya dalam tiap tulisanku.

“Allah sanggup melakukan segala perkara. Dulu, sekarang, dan selamanya kuasa-Nya tidak berubah.”

Ya Tuhan, ajar aku memiliki kepekaan untuk mengerti apa yang Kau kehendaki dalam hidupku. Tetaplah bimbing anak-Mu ini untuk terus menjalani hidup ini sampai menuju kekekalan bersama dengan Engkau, ya Bapa.

Bagikan Konten Ini

Tags: berkat, Gabrielle Meiscova, Iman, Karier, Masa Depan, Panggilan Hidup, Pekerjaan, Petrus

Bagikan konten ini
  • Share on Facebook
  • Share on Twitter
  • Share on WhatsApp

https://www.warungsatekamu.org/wp-content/uploads/2022/06/2022-06-08-menantang.jpg 613 1024 WarungSateKamu https://www.warungsatekamu.org/wp-content/uploads/2021/09/logo-wsk-300x88.png WarungSateKamu2022-06-08 10:00:082022-06-08 10:03:56Apa yang Tuhan Lakukan Saat Aku Menantang-Nya?

9 replies

  1. Sonia Dewi Kusumastuti says:

    8 June 2022 at 12:55 PM

    Amin, terima kasih atas sharingnya. Sangat memberkati sekali😇🙏

  2. Khaterina Vonbora Situmeang says:

    8 June 2022 at 10:00 PM

    Amin

  3. beezzyy chuwing says:

    11 June 2022 at 5:59 AM

    terima kasih untuk sharing-nya yang sangat memberkati kami semua.. God bless you 😉🙌

  4. Jeys Febriangelin Mengkopi says:

    11 June 2022 at 11:40 PM

    Amin

  5. Evi Yuni Sintia Sinaga says:

    12 June 2022 at 5:59 AM

    Allah sanggup melakukan segala perkara🤍

  6. Hendrık Alva says:

    12 June 2022 at 9:24 PM

    kita harus mengerti dan memahami kehendak Tuhan dalam hidup kita dan terusla bersyukur apa yang Tuhan buat dalam hidupmu haleluya Amin.

    Apa kehendak Tuhan dalam hidup kita?

    kehendak Allah” adalah “hidup berkenan dihadapan Allah”. salah satu kehendak Allah agar berkenan kepada-Nya ialah dengan kehidupan yang tidak dipenuhi dengan kekuatiran (Mat 6:25-34).

    Apa yang dikehendaki Tuhan yang dapat kamu lakukan?

    5 perbuatan yang di kehendaki Allah:.
    Dengar dengaran kepada orang tua atau orang yang lebih tua..
    Tidak berkata kasar atau makian kepada sesama..
    Menolong orang yang sedang susah..
    Berkata jujur..
    Rendah hati dan tidak sombong..

    Apa yang dimaksud dengan kehendak Tuhan?

    Kehendak Allah atau Iradah Allah adalah salah satu sifat dari sifat-sifat Allah di dalam akidah Islam dan termasuk Rububiyah-Nya (Lordship). Allah berkehendak akan terjadinya (atau tidak terjadinya) sesuatu terhadap makhluknya.

    Sebutkan apa saja kehendak Allah itu?

    Penjelasan:.
    Saling mengasihi sesama manusia..
    Mengasihi Tuhan Allah..
    Saling memberi kepada yang membutuhkan..
    Mengampuni atas kesalahan orang lain..
    Menjauhi segala hal yang bersifat keduniawian serta tidak melakukan keinginan daging..
    Hidup suci dan kudus..
    Melakukan keinginan roh..