Apa yang kamu ketahui tentang Sunan Gunung Jati

Keteladanannya tercermin dalam sosoknya yang merakyat bergaul dengan semua kalangan, pemimpin yang arif dan bijakasana, menghargai nilai² kemanusiaan dan toleran dalam keberagaman suku dan etnis.

Teladan apa yang diajarkan oleh Sunan Gunung Jati?

Dakwah Sunan Gunung Jati penuh kelembutan, persuasif, bersih dan juga sangat berhati-hati. Berhati-hati, agar tak menyinggung salah satu golongan yang ada di tengah masyarakat.

Apa sikap positif yang terdapat dalam pribadi Sunan Gunung Jati?

Sikap positif dalam Pribadi Sunan Gunung Jati Pemimpin Arif dan Bijaksana Sebagai waliyyullah yang punya ketajaman batin dalam melihat persoalan dan masalah, Sunan Gunung Jati adalah sosok yang arif dan bijaksana, mendidik dan melahirkan pemimpin-pemimpin baru dari kearifannya.

Sunan Gunung Jati menyebarkan agama Islam dengan cara apa?

INILAH SOSOK Sunan Gunung Jati, Wali Penyebar Agama Islam di Cirebon Jawa Barat.

Keteladanan apa yang bisa diambil dari Sunan Drajat?

Sikap hidup yang dicontohkan Sunan Drajat adalah agar pengikutnya dapat mengambil suri tauladan yang seharusnya dilakukan oleh orang-orang muslim dengan ajaran kolektifisme yaitu ajaran untuk bergotong royong, hidup rukun, saling tolong menolong. Itulah ajaran islam yang sebenarnya.

Apa yang dapat kamu teladani dari perjuangan Sunan Giri sebutkan 3 saja?

tidak pernah memaksa untuk mengajak masyarakat pada islam.

  • mengajak dengan santun dan sabar.
  • membangun koderisasi dakwah lewat pendidikan yang berkualitas.
  • bersikap toleransi kepada siapa saja.
  • berdakwah dengan damai.
  • Apa yang kamu ketahui tentang Sunan Gunung Jati?

    1. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah salah satu dari penyiar agama Islam di Tanah Jawa bersama kesembilan wali yang dikenal dengan nama Walisongo. Sunan Gunung Jati merupakan cucu dari penguasa Tanah Sunda, Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran.

    Upaya apa yang dilakukan Sunan Gunung Jati dalam mewujudkan toleransi?

    5. Upaya apa yang dilakukan Sunan Gunung Jati dalam mewujudkan toleransi? jelaskan bukti sejarahnya ! Jawaban: Sebagai pemimpin agama sekaligus pemimpin kerajaan ia melakukan upaya-upaya untuk menghargai budaya, tradisi yang datang dari luar, dan individu-individu yang berlainan agama.

    Apakah peran Sunan Gunung Jati?

    Sunan Gunung Jati memimpin Cirebon ketika diserahi kekuasaan oleh Pangeran Cakrabuana, dalam meyebarkan agama Islam dan memimpin beliau menggunakan berbagai strategi dalam berbagai bidang. Alhasil Cirebon mampu menjadi pusat dakwah Islam kedua setelah Demak.

    Apa keberhasilan Sunan Gunung Jati dalam menyebarkan dakwah Islam?

    Dikutip dari Digilib UIN Sunan Gunung Djati, kesuksesan dakwah yang dilakukan Sunan Gunung Jati ditandai dengan tumbuh suburnya penganut Islam di wilayah Tanah Sunda. Hingga saat ini sekitar 90% penduduk pulau Jawa bagian barat telah memeluk Islam.

    Bagaimana Cara Sunan Gunung Jati memecahkan masalah?

    Sunan Gunung Jati memecahkan masalah dengan cara bermusyawarah.

    Apa teladan dan sikap Sunan Drajat yang dapat kita teladani sebutkan?

    Sunan Drajat sangat baik sekali,Berjiwa sosial besar, mengusahakan kesejahteraan sosial, kerja keras, dermawan.

    Keteladanan apakah yg diajarkan oleh Sunan Bonang?

    Keteladanan yang diajarkan oleh sunan bonang adalah cara berdakwahnya yang bijak. Sunan Bonang sering menggunakan kesenian rakyat untuk menarik simpati mereka. Ia memasukkan alat musik bonang pada seperangkat alat musik gamelan.

    Apa saja dan perjuangan Sunan Giri?

    Perjuangan Sunan Giri dalam menyebarkan agama Islam adalah dengan menggunakan media kesenian, yaitu tembang dan kawih. Beberapa Lagu Jawa dan juga beberapa lagu untuk permainan anak-anak diciptakan oleh Sunan Giri dengan banyak mengandung ajaran Islam. Seperti contoh tembang Macapat, Pucung, dan Asmarandana.

    Bagaimana perjuangan Sunan Giri dalam berdakwah?

    Dalam dakwahnya, Sunan Giri menggunakan pendekatan kultural, seperti menciptakan beberapa tembang dan permainan untuk anak-anak. Salah satu yang cukup dikenal adalah cublak-cublak suweng. Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

    Apa yang kamu ketahui tentang Sunan Gunung Jati

    Apa yang kamu ketahui tentang Sunan Gunung Jati
    Lihat Foto

    Sunan Gunung Jati

    KOMPAS.com - Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah merupakan salah satu wali songo yang menyebarkan agama Islam di daerah Banten, Jawa Barat. Sunan Gunung Jati termasuk salah satu tokoh dari berdirinya Kasultanan Banten dan turut berjuang melawan penjajah. 

    Dalam buku Ziarah dan Wali di Dunia Islam (2007), Sunan Gunung Jati lahir di Pasai, Aceh pada 1490 dari Nyai Rara Santang dan Syarif Abdullah Umdatuddin bin Ali Nurul Alim.

    Pasai termasuk daerah yang paling awal memeluk agama Islam di Nusantara dan salah satu Kasultanan Melayu yang pertama pada kahir abad ke-13.

    Pada 1520, Sunan Gunung Jati berangkat ke Mekkah dengan menumpang sebuah kapal niaga yang mengangkut rempah-rempah dari Sumatera ke Laut Merah.

    Di Tanah Suci, ia bermukim beberapa tahun sambil melanjutkan pelajaran agama.

    Sekembalinya dari Mekkah pada 1525, Sunan Gunung Jati tidak pulang ke kampung halamannya di Pasai.

    Tapi pergi ke Demak, ibu kota Kerajaan Islam yang masih pada taraf awal ekspansinya dalam proses menguasai Tanah Jawa sambik mengikis kemunduran Kerajaan Majapahit.

    Baca juga: Sunan Kudus, Menghormati Ajaran Hindu

    Berjuang

    Bersama dengan putranya Hasanuddin, Sunan Gunung Jati melakukan ekspedisi militer Demak melawan Banten Girang yang menguasai Selat Sunda hingga menguasari seluruh kawasan Jawa Barat. 

    Selanjutnya Sunan Gunung Jati memilih pelabuhan di Cirebon. Di mana suatu pelabuhan yang menempati posisi perbatasan di antara kedua satuan politik kultural Pulau Jawa, yakni
    kawasan Jawa dan Sunda.

    Di sana Sunan Gunung Jati mendirikan Kasultanan Banten dan menjadikan Cirebon sebagai pusat pengislaman.

    Sunan Gunung Jati dianggap sebagai wali pelindung Tanah Pasundan. Karena telah mengislamkan daerah itu, dari dialah berasal kedua dinasti Islam yang
    kemudian menguasai Jawa Barat.

    Dikutip Historia, Sunan Gunung Jati dengan cepat diterima masyarakat saat mengajarkan agama Islam, padahal saat itu masih dianggap orang asing (Arab).

    Tapi, ia mampu mengislamkan masyarakat yang mayoritas beragama Hindu. 

    Syarif Hidayatullah menggunakan pendekatan sosial budaya untuk dakwahnya, sehingga ajarannya dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat.

    Penyebaran ajaran Islam semakin kuat dilakukan Sunan Gunung Jati setelah menikahi gadis-gadis lokal.

    Ketika diberi takhtah kekuasaan Cirebon oleh Pangeran Cakrabuwan, Gunung Gunung
    Jati yang diberi gelar Tumenggung Syarif Hidayatullah bin Maulana Sultan Muhammad Syarif Abdullah segera memutuskan untuk melepaskan diri dari Kerajaan Sunda.

    Baca juga: Sunan Drajat, Mengajarkan Catur Piwulang

    Ia menolak memberikan kewajiban upeti, berupa garam dan terasi kepada Kerajaan Sunda.

    Kondisi itu membuat murka raja Sunda dan mengutus Tumenggung Jagabaya beserta pasukan untuk mendesak Cirebon.

    Namun, Tumenggung Jagaba tiba di Cirebon justruh masuk Islam. Sunan Gunung Jati berulang kali meminta raja Sunda untuk masuk Islam.

    Cirebon akhirnya menjadi Kerajaa Islam yang merdeka dan otonom. Berdirinya kasultanan tercata pada 1404 saka atau 1482 masehi.

    Sebagai kepala negara, Sunan Gunung Jati berperan penting dalam perluasan kekuasaan politik dan agama Islam di Cirebon.

    Selama memerintah, Sunan Gunung Jati membangun sarana dan prasarana, seperti pembangunan sarana ibadah di seluruh wilayah kekuasaannya atau transportasi sebagai penunjang pelabuhan dan sungai. 

    Itu dilakukan untuk memudahkan penyebaran agama Islam.

    Sunan Gunung Jati mempelopori Masjid Agung Sang Cipta Rasa pada 1489 sebagai pusat dakwah.

    Baca juga: Sunan Giri, Menyebarkan Islam Lewat Permainan Kanak-kanak

    Meninggal

    Sunan Gunung Jati meninggal diperkirakan pada pertengahan abad ke-16. Sunan Gunung Jati dimakamkan di puncak Bukit Sembung yang khusus didirikan di pinggirian kota Cirebon. 

    Makam tersebut banyak diziarahi masyarakat dan menjadi salah satu tujuan wisata religi di Pulau Jawa.

    Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

    Apa yang kamu ketahui tentang Sunan Gunung Jati
    Komplek makam Sunan Gunungjati di Cirebon ditutup sementara dua pekan untuk mencegah penyebaran virus korona. (Foto: iNews/Toiskandar)

    Kastolani Kamis, 30 April 2020 - 03:33:00 WIB

    JAKARTA, iNews.id - Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah satu-satunya wali yang menyebarkan agama Islam di Jawa barat. Sunan Gunung Jati dilahirkan Tahun 1448 Masehi.

    Ayahnya adalah Syarif Abdullah bin Nur Alam bin Jamaluddin Akbar, seorang Mubaligh dan Musafir besar dari Gujarat, India yang sangat dikenal sebagai Syekh Maulana Akbar bagi kaum Sufi di Tanah Air.

    BACA JUGA:
    Kisah Sunan Giri, Sukses Sebarkan Islam dengan Kesenian

    Syekh Maulana Akbar adalah putra Ahmad Jalal Syah putra Abdullah Khan putra Abdul Malik putra Alwi putra Syekh Muhammad Shahib Mirbath, ulama besar di Hadramaut, Yaman yang silsilahnya sampai kepada Rasulullah melalui cucunya Imam Husain.

    Sedangkan Ibu Sunan Gunung Jati adalah Nyai Rara Santang (Syarifah Muda'im) yaitu putri dari Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dari Nyai Subang Larang, dan merupakan adik dari Kian Santang atau Pangeran Walangsungsang yang bergelar Cakrabuwana / Cakrabumi atau Mbah Kuwu Cirebon Girang yang berguru kepada Syekh Datuk Kahfi, seorang Muballigh asal Baghdad bernama asli Idhafi Mahdi bin Ahmad. 

    BACA JUGA:
    Kisah Sunan Kalijaga, Berdakwah dengan Metode Wayang

    Pada masa remajanya Sunan Gunung jati berguru kepada Syekh Tajudin al-Kubri dan Syekh Ataullahi Sadzili di Mesir, kemudian ia ke Baghdad untuk belajar Tasawuf.

    Pada usia 20 tahun, Syarif Hidayatullah pergi ke Mekah untuk menuntut Ilmu. Setelah selesai menuntut ilmu pada tahun 1470 dia berangkat ke Tanah Jawa untuk mengamalkan ilmunya.

    Di sana, Syarif Hidayatullah muda bersam  ibunya disambut  gembira oleh pangeran Cakra Buana. Syarif Hidayatullah dan ibunya Syarifah Muda’im datang di Negeri Caruban Larang Jawa Barat pada tahun 1475 sesudah mampir terlebih dulu di Gujarat dan Pasai untuk menambah pengalaman. Kedua orang itu disambut gembira oleh Pangeran Cakra Buana dan keluarganya. 

    Syarifah Mada’in minta agar diizinkan tinggal dipasumbangan Gunung Jati dan disana mereka membangun pesantren untuk meneruskan usahanya Syeh Datuk Latif  gurunya pangeran Cakra Buana.

    Oleh karena itu Syarif Hidayatullah dipanggil Sunan Gunung Jati. Lalu ia dinikahkan dengan putri Cakra Buana Nyi Pakung Wati kemudian ia diangkat menjadi pangeran Cakra Buana yaitu pada tahun 1479 dengan diangkatnya ia sebagai pangeran dakwah islam dilakukannya melalui diplomasi dengan kerajaan lain.

    Selanjutnya yaitu pada tahun 1479, karena usianya sudah lanjut Pangeran Cakrabuana menyerahkan kekuasaan Negeri Caruban kepada Syarif Hidayatullah dengan gelar Susuhunan artinya orang yang dijunjung tinggi.

    Disebutkan, pada tahun pertama pemerintahannya Syarif Hidayatullah berkunjung ke Pajajaran untuk mengunjungi kakeknya yaitu Prabu Siliwangi. Sang Prabu diajak masuk Islam kembali tapi tidak mau.

    Meski Prabu Siliwangi tidak mau masuk Islam, dia tidak menghalangi cucunya menyiarkan agama Islam di wilayah Pajajaran. Syarif Hidayatullah kemudian melanjutkan perjalanan keSerang. Penduduk Serang sudah ada yang masuk Islam dikarenakan banyaknya saudagar dari Arab dan Gujarat yang sering singgah ketempat itu. Kedatangan Syarif Hidayatullah disambut baik oleh adipati Banten.

    Bahkan Syarif Hidayatullah dijodohkan dengan putrid Adipati Banten yang bernama Nyi Kawungten. Dari perkawinan inilah kemudian Syarif Hidayatullah di karuniai orang putranya itu Nyi RatuWinaondan Pangeran Sebakingking.

    Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati mundur dari jabatannya untuk hanya menekuni dakwah. Kekuasaan itu diserahkannya kepada Pangeran Pasarean. Pada tahun 1568 M, Sunan Gunung Jati wafat dalam usia 120 tahun, di Cirebon (dulu Carbon). Ia dimakamkan di daerah Gunung Sembung, Gunung Jati, sekitar 15 kilometer sebelum kota Cirebon dari arah barat.

    Cara Penyebaran Islam Sunan Gunung Jati

    Dalam menyebarkan agama islam di Tanah Jawa, Sunan Gunung Jati tidak bekerja sendirian. Sunan Gunung Jati sering ikut bermusyawarah dengan anggota wali lainnya di Masjid Demak. Bahkan disebutkan beliau juga membantu berdrinya Masjid Demak.

    Dari pergaulannya dengan Sultan Demak dan para Wali lainnya ini akhirnya Syarif Hidayatullah mendirikan Kesultanan Pakungwati di Cirebon dan ia memproklamirkan diri sebagai Raja yang pertama dengan gelar Sultan.

    Pada era Syarif Hidayatullah atau lebih dikenal dengan gelar Sunan Gunung Jati dapat dikatakan sebagai era keemasan (Golden Age) perkembangan Islam di Cirebon. Sebelum Syarif Hidayatullah, Cirebon dipimpin oleh Pangeran Cakrabuana (1447-1479) merupakan rintisan pemerintahan berdasarkan asas Islam, dan setelah Syarif Hidayatullah, pengaruh para penguasa Cirebon masih berlindung di balik kebesaran nama Syarif Hidayatullah.


    Dengan berdirinya Kesultanan tersebut Cirebon tidak lagi mengirim upeti kepada Pajajaran yang biasanya disalurkan lewat Kadipaten Galuh. Tindakan ini dianggap sebagai pembangkangan oleh Raja Pajajaran. Raja Pajajaran tak peduli siapa yang berdiri di balik Kesultanan Cirebon itu maka dikirimkannya pasukan prajurit pilihan yang dipimpin oleh Ki Jagabaya.

    Tugas mereka adalah menangkap Sunan Gunung Jati yang dianggap lancang mengangkat diri sebagai raja tandingan Pajajaran. Tapi usaha ini tidak berhasil, Ki Jagabaya dan anak buahnya malah tidak kembali ke Pajajaran, mereka masuk Islam dan menjadi pengikut Sunan Gunung Jati.

    Dengan bergabungnya prajurit dan perwira pilihan ke Cirebon maka makin bertambah besarlah pengaruh Kesultanan Pakungwati. Daerah-daerah lain seperti Surantaka, Japura, Wana Giri, Telaga dan lain-lain menyatakan diri menjadi wilayah Kesultanan Cirebon. Lebih-lebih dengan diperluasnya Pelabuhan Muara Jati, makin bertambah besarlah pengaruh Kasultanan Cirebon.

    Sebagai anggota Wali Songo dalam berdakwahnya Sunan Gunung Jati menerapkan berbagai metode dalam proses islamisasi di tanah Jawa. Adapun ragam metode dakwahnya yakni menggunakan metode “maw’izhatul hasanah wa mujadalah billati hiya ahsan”.

    Selain itu, metode “Al-Hikmah” sebagai sistem dan cara berdakwah para wali yang merupakan jalan kebijaksanaan yang diselanggarakan secara populer, atraktif, dan sensasional.

    Cara ini mereka pergunakan dalam menghadapi masyarakat awam. Dengan tata cara yang amat bijaksana, masyarakat awam itu mereka hadapi secara masal, kadang-kadang terlihat sensasional bahkan ganjil dan unik sehingga menarik perhatian umum.

    Ketiga, yakni metode “Tadarruj”atau“Tarbiyatul Ummah”, dipergunakan sebagai proses klasifikasi yang disesuaikan dengan tahap pendidikan umat, agar ajaran islam dengan mudah dimengerti oleh umat dan akhirnya dijalankan oleh masyarakat secara merata. Metode ini diperhatikan setiap jenjang, tingkat, bakat. Materi dan kurikulumnya, tradisi ini masih tetap dipraktekan dilingkungan pesantren.


    Sunan Gunung Jati di lingkungan masyarakatnya selain sebagai pendakwah, juga berperan sebagai politikus, pemimpin dan juga berperan sebagai budayawan.

    Pemilihan Cirebon sebagai pusat aktivitas dakwahnya Sunan Gunung Jati, tidak dapat dilepaskan hubungannya dengan jalur perdagangan, demikian juga telah dipertimbangkan dari aspek sosial, politik, ekonomi, nilai geostrategis, geopolitik dan geoekonomi yang menentukan keberhasilan penyebaran Islam selanjutnya

    (Sumber: Makalah Sunan Gunungpati, IAIN Syekh Nurjati Cirebon.


    Editor : Kastolani Marzuki

    TAG : cirebon sunan gunung jati makam sunan gunung jati sejarah islam

    Apa yang kamu ketahui tentang Sunan Gunung Jati