1. Sejarah Singkat Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah karena tidak mempunyai tulang belakang (invertebrata). Cacing tanah termasuk kelas Oligochaeta. Famili terpenting dari kelas ini Megascilicidae dan Lumbricidae Cacing tanah bukanlah hewan yang asing bagi masyarakat kita, terutama bagi masyarakat pedesaan. Namun hewan ini mempunyai potensi yang sangat menakjubkan bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia. 2. Sentra Peternakan 3. Filum Cacing
3.1. Filum Platyhelmintes (Cacing Pipih)
B. Klasifikasi Filum Platyhelminthes Klasifikasi didasarkan pada cara hidup dan struktur tubuh yang dimiliki: Ada 3 Kelas, yaitu :
B.1. Kelas Turbellaria / Cacing Berambut Getar
3.2. Filum Nemathelminthes (Cacing Gilig)
3. Enterobius vermicularis / Cacing Kremi
4. Wuchereria Bancrofti / Cacing Filaria 3.3. Filum Annelida (Cacing Bersegmen)
Klasifikasi Annelida
A.Hirudinae
B.Oligochaeta / Cacing tanah
4. CACING TANAH 6.4.2. Jenis Ketiga jenis cacing tanah ini menyukai bahan organik yang berasal dari pupuk kandang dan sisa-sisa tumbuhan. Cacing tanah jenis Lumbricus mempunyai bentuk tubuh pipih. Jumlah segmen yang dimiliki sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak pada segmen 27-32. Biasanya jenis ini kalah bersaing dengan jenis yang lain sehingga tubuhnya lebih kecil. Tetapi bila diternakkan besar tubuhnya bisa menyamai atau melebihi jenis lain. Cacing tanah jenis Pheretima segmennya mencapai 95-150 segmen. Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan. Cacing tanah yang termasuk jenis Pheretima antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing kalung. Cacing tanah jenis Perionyx berbentuk gilik berwarna ungu tua sampai merah kecokelatan dengan jumlah segmen 75-165 dan klitelumnya terletak pada segmen 13 dan 17. Cacing ini biasanya agak manja sehingga dalam pemeliharaannya diperlukan perhatian yang lebih serius. Cacing jenis Lumbricus Rubellus memiliki keunggulan lebih dibanding kedua jenis yang lain di atas, karena produktivitasnya tinggi (penambahan berat badan, produksi telur/anakan dan produksi bekas cacing “kascing”) serta tidak banyak bergerak 4.7. Aktivitas antimikroba Cacing tanah merupakan hewan verteberata yang hidup di tempat yang lembab dan tidak terkena matahari langsung. Kelembaban ini penting untuk mempertahankan cadangan air dalam tubuhnya. Kelembaban yang dikehendaki sekitar 50 – 70%. Selain tempat yang lembab, kondisi tanah juga mempengaruhi kehidupan cacing seperti pH tanah, temperatur, aerasi, CO2, bahan organik, jenis tanah, dan suplai makanan. Diantara ke tujuh faktor tersebut, pH dan bahan organik merupakan dua faktor yang sangat poenting. Kisaran pH yang optimal sekitar 6,5 – 7,2. Adapun suhu ideal menurut beberapa hasil penelitian berkisar antara 21-30 derajat celcius. Cacing yang dapat mempercepat proses pengomposan sebaiknya yang cepat berkembang biak, tahan hidup dalam limbah organik, dan tidak liar. Dari persyaratan tersebut, jenis cacing yang cocok yaitu Lumbricus rubellus, Eisenia foetida, dan Pheretima asiatica. Cacing ini hidup dengan menguraikan bahan organik. Bahan organik ini menjadi bahan makanan bagi cacing. Untuk memberikan kelembaban pada media bahan organik, perlu ditambahkan kotoran ternak atau pupuk kandang. Selain memberikan kelembaban, pupuk kandang juga menambah karbohidrat, terutama selulosa, dan merangsang kehadiran mikroba yang menjadi makanan cacing tanah. Cacing tanah merupakan makhluk yang telah hidup dengan bantuan sistem pertahanan mereka sejak fase awal evolusi, oleh sebab itu mereka selalu dapat menghadapi invasi mikroorganisme patogen di lingkungan mereka. Penelitian yang telah berlangsung selama sekitar 50 tahun menunjukkan bahwa cacing tanah memiliki kekebalan humoral dan selular mekanisme. Selain itu telah ditemukan bahwa cairan selom cacing tanah mengandung lebih dari 40 protein dan pameran beberapa aktivitas biologis sebagai berikut: cytolytic, proteolitik, antimikroba, hemolitik, hemagglutinating, tumorolytic, dan kegiatan mitogenic. Cairan dari selom foetida Eisenia Andrei telah diteliti memiliki sebuah aktivitas antimikroba terhadap Aeromonas hydrophila dan Bacillus megaterium yang dikenal sebagai patogen cacing tanah. Setelah itu diperoleh dua protein, bernama Fetidins, dari cairan selom cacing tanah dan menegaskan bahwa aktivitas antibakteri ini disebabkan karena fetidins. Lumbricus rubellus juga memiliki dua agen antibakteri bernama Lumbricin 1 dan Lumbricin 2. Baru-baru ini, dua jenis faktor antibakteri yang mempunyai aktivitas seperti lisozim dengan aktivitas hemolitik serta pengenalan pola protein bernama selom cytolytic faktor (CCF) telah diidentifikasi dalam foetida Eisenia cacing tanah.Lysenin protein yang berbeda dan Eisenia foetida lysenin-seperti protein memiliki beberapa kegiatan yang diberikan cytolytic hemolitik, antibakteri dan membran-permeabilizing properti. Protein yang dimiliki oleh cacing tanah memiliki mekanisme antimikroba yang berbeda dengan mekanisme antibiotik. Antibiotik membunuh mikrorganisme tanpa merusak jaringan tubuh. Antibiotik membunuh mikroganisme biasanya dengan dua cara, yaitu dengan menghentikan jalur metabolik yang dapat menghasilkan nutrient yang dibutuhkan oleh mikroorganisme atau menghambat enzim spesifik yang dibutuhkan untuk mmbantu menyusun dinding sel bakteri. Sedangkan, mekanisme yang dilakukan oleh protein yang dimiliki oleh cacing tanah adalah dengan membuat pori di dinding sel bakteri. Hal ini menyebakan sitoplasma sel bakteri menjadi terpapar dengan lingkungan luar yang dapat mengganggu aktivitas dalam sel bakteri dan menyebabkan kematian. Dengan cara ini, bakteri menjadi lebih susah untuk menjadi resisten karena yang dirusak adalah struktur sel milik bakteri itu sendiri. 5. Manfaat Selain itu juga cacing tanah dapat digunakan sebagai: a). Bahan Pakan Ternak Berkat kandungan protein, lemak dan mineralnya yang tinggi, cacing tanah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti unggas, ikan, udang dan kodok. b). Bahan Baku Obat dan bahan ramuan untuk penyembuhan penyakit. Secara tradisional cacing tanah dipercaya dapat meredakan demam, menurunkan tekanan darah, menyembuhkan bronchitis, reumatik sendi, sakit gigi dan tipus. c). Bahan Baku Kosmetik d). Cacing dapat diolah untuk digunakan sebagai pelembab kulit dan bahan baku pembuatan lipstik. e). Makanan Manusia Cacing merupakan sumber protein yang berpotensi untuk dimasukkan sebagai bahan makanan manusia seperti halnya daging sapi atau Ayam. 6. PEDOMAN TEKNIK BUDIDAYA
6.2. Penyiapan Sarana dan Peralatan Pembuatan kandang sebaiknya menggunakan bahan-bahan yang murah dan mudah didapat seperti bambu, rumbia, papan bekas, ijuk dan genteng tanah liat. Salah satu contoh kandang permanen untuk peternakan skala besar adalah yang berukuran 1,5 x 18 m dengan tinggi 0,45 m. Didalamnya dibuat rak-rak bertingkat sebagai tempat wadah-wadah pemeliharaan. Bangunan kandang dapat pula tanpa dinding (bangunan terbuka). Model-model sistem budidaya, antara lain rak berbaki, kotak bertumpuk, pancing bertingkat atau pancing berjajar
Kotak untuk memelihara cacing dapat memakai papan kayu atau bahan dari plastik maupun dari kaca. Jangan lupa untuk melubangi bagian bawah kotak sehingga dapat menampung ‘pupuk cair’ yang keluar. ‘Pupuk cair’ adalah cairan yang dihasilkan oleh cacing, bagus untuk tanaman! Dapat dengan mudah ditampung dalam nampan yang diletakkan dibawah kotak cacing anda. Makin basah makanan untuk cacing makin banyak pupuk cair yang akan didapat. Perhatian! Pastikan anda memasang mangkuk berisi oli dikaki-kaki kotak untuk menghindari serangan semut. 6.3.Pembibitan Dalam pembuatan casting, penyediaan bibit cacing merupakan hal yang utama. Bibit ini dapat diperoleh di peternak cacing. Dengan membeli di peternak, cacing yang diperoleh telah jelas jenis, umur dan beratnya. Di peternak, bibit cacing dijual per kilogram. Dalam membeli cacing tersebut, perlu disediakan wadah untuk membawanya. Wadah ini dapat berupa wadah plastik yang biasanya juga untuk budidaya cacing. Wadah ini kemudian diisi media (biasanya dari peternak) lalu diisi cacing yang telah ditimbang. Untuk mengurangi sinar matahari, wadah ditutup dengan potongan batang pisang. Persiapan yang diperlukan dalam pembudidayaan cacing tanah adalah meramu media tumbuh, menyediakan bibit unggul, mempersiapkan kandang cacing dan kandang pelindung. a) Pemilihan Bibit Calon Induk b) Pemeliharaan Bibit Calon Induk
c) Sistem Pemuliabiakan d) Reproduksi, Perkawinan Cacing tanah termasuk hewan hermaprodit, yaitu memiliki alat kelamin jantan dan betina pada bagian ventral atau ventro lateral dalam satu tubuh. Cacing dewasa kelamin ditandai dengan adanya klitelum ( seperti cincin atau pelana berwarna muda mencolok melingkari tubuh sepanjang segmen tertentu) pada umur 2,5 bulan. Klitelum terkait dengan produksi kokon. Klitelum pada spesies L. rubellus dimulai pada segmen 22 memanjang 4 sampai 10 segmen ke posterior. Alat kelamin jantan dan betina terdapat mulai segmen 9 sampai 15 menurut spesies. Namun demikian, untuk pembuahan, tidak dapat dilakukannya sendiri. Untuk menghasilkan telur fertil, cacing harus mencari pasangan dan saling menukar sperma yang akan membuahi sel telur. Pembuahan akan terjadi dalam masing-masing lubang kelamin betina. Setelah pembuahan, sepanjang permukaan klitelum akan mengeluarkan lendir yang akan mengeras dan bergerak ke belakang terdorong oleh gerak maju cacing. Pada saat melewati lubang kelamin betina, telur-telur yang sudah dibuahi akan masuk ke dalam selubung kokon tersebut. Dari perkawinan sepasang cacing tanah, masing-masing akan dihasilkan satu kokon yang berisi telur-telur. Kokon berbentuk lonjong dan berukuran sekitar 1/3 besar kepala korek api. Kokon ini diletakkan di tempat yang lembab. Dalam waktu 14-21 hari kokon akan menetas. Setiap kokon akan menghasilkan 2-20 ekor, rata-rata 4 ekor. Diperkirakan 100 ekor cacing dapat menghasilkan 100.000 cacing dalam waktu 1 tahun. Cacing tanah mulai dewasa setelah berumur 2-3 bulan yang ditandai dengan adanya gelang (klitelum) pada tubuh bagian depan. Selama 7-10 hari setelah perkawinan cacing dewasa akan dihasilkan 1 kokon. 6.4.Pemeliharaan
6.5. Pemberian Pakan 1) Beri makan paling tiga hari sekali. 3) Dalam Bentuk Bubuk atau Bubur o pakan yang diberikan harus dijadikan bubuk atau bubur dengan cara diblender. o bubur pakan ditaburkan rata di atas media, tetapi tidak menutupi seluruh permukaan media, sekitar 2-3 dari peti wadah tidak ditaburi pakan. o pakan ditutup dengan plastik, karung , atau bahan lain yang tidak tembus cahaya. pemberian pakan berikutnya, apabila masih tersisa pakan terdahulu, harus diaduk dan jumlah pakan yang diberikan dikurangi. bubur pakan yang akan diberikan pada cacing tanah mempunyai perbandingan air 1:1. 4) INGATLAH – Hal-hal yang Harus Diperhatikan : o Kelembaban: Terlalu Basah,Tambahkan kompos dan aduk-aduk, jaga jangan sampai media menjadi padat. o Kelembaban : Terlalu Kering. Jika terlihat kering tambahkan makanan yangbanyak mengandung air.o Worm Eaters! Tikus semut ayam kadal bebek katak. 6.6. Penggantian Media Banyak media yang bisa digunakan untuk beternak cacing dan juga harus memiliki syarat-syarat yang memadai Syarat untuk layak menjadi media diantaranya adalah :
Beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai media antara lain :
Bahan-bahan ini bisa dipakai sendiri-sendiri atau dikombinasikan, sebagai contoh menggunakan bubur kertas tanpa dicampur apapun, campuran sekam dan kotoran sapi, campuran kotoran sapi dengan kompos dengan hasil yang relatif sama. Jadi kita tidak perlu terpaku pada satu bahan atau campuran tertentu untuk dijadikan media. Di Lembang, misalnya, karena mudah mendapatkan batang pisang dan kotoran sapi maka beberapa peternak cacing menggunakan campuran keduanya sebagai media dan sekaligus makanannya. Kalau Anda dekat dengan pasar atau perkebunan/pabrik teh sampah daun-daunan dapat dimanfaatkan. http://www.mail-archive.com/kebunku@indo Media yang sudah menjadi tanah/kascing atau yang telah banyak telur (kokon) harus diganti. Supaya cacing cepat berkembang, maka telur, anak dan induk dipisahkan dan ditumbuhkan pada media baru. Rata rata penggantian media dilakukan dalam jangka waktu 2 Minggu. 6.7. Hama dan penyakit 6.8. Panen a. Tepung Cacing b. Obat dari cacing Hasil utama berupa cacing dapat dibuat obat dari cacing. Adapun Cara Membuat Obat dari Cacing adalah sebagai berikut : Bahan : 1 kg cacing segar (bisa digunakan untuk membuat sekitar 2000 kapsul) Cara membuatnya :
Cara Pemakaiannya :
c.Pupuk Organik Kascing atau vermikompos Hasil dari proses vermikomposting ini berupa kascing. Ada juga orang mengatakan bahwa cascing merupakan kotoran cacing yang dapat berguna untuk pupuk. Cascing ini mengandung partikel-partikel kecil dari bahan organik yang dimakan cacing dan kemudian dikeluarkan lagi. Kandungan cascing tergantung pada bahan organik dan jenis cacingnya. Namun umumnya cascing mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen, fosfor, mineral, vitamin. Karena mengandung unsur hara yang lengkap, apalagi nilai C/N nya kurang dari 20 maka cascing dapat digunakan sebagai pupuk. Cara Pembuatan Ada dua cara pembuatan cascing. 1. Cara pertama, Dalam cara ini perlu dipersiapkan mengenai cacingnya, bahan yang dikomposkan, dan lokasi pengomposan. Setelah semuanya disiapkan, tinggal proses pengomposan.Sedangkan langkah-langkah pengomposannya adalah sebagai berikut : a. Pengadaan cacing tanah b. Bahan c.Wadah d. Proses Pengomposan
2. Cara kedua Cara ini dilakukan dengan cara: cacing yang berperan dalam proses ini sangat spesifik karena hanya menguraikan kotoran kerbau dan tidak dapat menguraikan jenis bahan organik lain, seperti kotoran sapi, kambing, jerami, sayuran maupun dedaunan. Apabila berada dalam bahan organik selain kotoran kerbau, cacing jenis ini akan mati. Jenis cacing yang berasal dari taiwan ini belum diketahui sifat pastinya yang jelas, cacing ini mempunyai ukuran yang relatif kecil dibandingkan jenis cacing pada umumnya, rata-rata sepanjang korek api, tubuhnya berwarna merah. Karena cacing ini hanya menguraikan kotoran kerbau, maka bahan utama untuk cascing ini adalah kotoran kerbau. Kotoran yang baik untuk dikomposkan kira-kira telah dibiarkan seminggu. Apabila kurang dari seminggu, kotoran terlalu lembab. Namun apa bila terlalu lama maka kotoran terlalu kering (kelembabannya kurang). Tempat pengomposan sebaiknya beralas semen dan ternaungi dari sinar matahari maupun air hujan. Ingat cacing tidak tahan sinar matahari langsung. Tahap-tahap pengomposan sebagai berikut:
1.6. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA 1. Modal tetap Sewa tanah seluas 200 m 2 /tahun Kandang pelindung:bahan bambu & atap rumbia Kandang ternak uk 1,5X18 m 2 , Tg 50 Cm :11 bh Media : ∞ Bahan media 6 Ton, ∞ Plastik 200 m, ∞ Pelepah Pisang Jumlah Modal Tetap 2. Biaya Penyusutan Tanah Kandang Pelindung Kandang Ternak Media Bahan Media Plastik Pelepah Pisang Jumlah Biaya Penyusutan 3. Modal Kerja Bibit sebanyak 40 Kg Pakan dalam bentuk limbah sayur(petsai, Mentimun) 5 Ton Tenaga Kerja 4 orang Jumlah 4. Jumlah modal yang dibutuhkan : Modal tetap Modal kerja Total Modal 5. Produksi/4 bulan 6. Biaya produksi/4 bulan Biaya penyusutan Modal kerja Jumlah Biaya produksi/4 bulan 7. Keuntungan/4 bulan Produksi/4 bulan Biaya produksi/4 bulan Jumlah Selisih Produksi – Biaya Produksi 8. Break Even Point Keuntungan/4 bulan Biaya Produksi/4 bulan Jumlah selisih Keuntungan selama 4 bulan Untung bersih Produksi BEP = Biaya Tetap [ 1 – (Biaya Penyusutan : Keuntungan)] Artinya tingkat hasil penjualan sebesar ………………/ 4 bulan 9. Tingkat Pengembalian Modal 1.7. Gambaran Peluang Agribisnis 6.9. DAFTAR PUSTAKA Asep, Wawancara dengan Peternak Cacing Tanah ( Bandung : Jum’ at, 2 Juli 1999). Budiarti, Asiani, Palungkun, Roni, Cacing Tanah (Jakarta : Penebar Swadaya, 1992). Endang, Wawancara dengan Peternak Cacing Tanah (Bogor : Jum’ at, 8 Juli 1999). Hamzah, Wawancara dengan Peternak Cacing Tanah (Bogor : Jum’ at, 8 Juli 1999). Hud, Wawancara dengan Peternak Cacing Tanah (Bogor : Jum’ at, 8 Juli 1999). Rudi, Wawancara dengan Peternak Cacing Tanah ( Bandung : Jum’ at, 2 Juli 1999). Sayuti, Fahri, Pedoman Praktis Budidaya Cacing Tanah (Bandung : Pusat Latihan Dan Pengembangan, 1999). Syaeful, Wawancara dengan Peternak Cacing Tanah (Bogor : Jum’ at, 8 Juli 1999). Waluyo,Neno, Wawancara dengan Mahasiswa Peternak Cacing Tanah (Bogor : Kamis, 24 Juni l999). Sumber lain dari internet. |