Apa balasan Allah terhadap orang yang bersikap kasih sayang

Kasih sayang merupakan salah satu sifat terpuji yang sangat dicintai oleh Allah SWT. Hal ini karena kasih sayang dapat mendorong manusia untuk membantu meringankan penderitaan yang dialami oleh manusia lain.

Dengan adanya kasih sayang, tercipta kepedulian, kedamaian, dan rasa empati kepada orang lain. Nah, berikut ini beberapa pandangan Islam terhadap kasih sayang yang diriwayatkan dalam hadis. Yuk, simak!

Apa balasan Allah terhadap orang yang bersikap kasih sayang
Apa balasan Allah terhadap orang yang bersikap kasih sayang
unsplash.com/Antonio Visalli

مَنْ لا يَرحم لا يُرحم

Man laa yarham walaa yurham

Artinya:

"Barang siapa tidak menyayangi maka tidak akan disayangi." (HR Bukhari dan Muslim)

Apa balasan Allah terhadap orang yang bersikap kasih sayang
Apa balasan Allah terhadap orang yang bersikap kasih sayang
pexels.com/Helena Lopes

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabada:

إِنَّمَا يَرْحَمُ اللهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ

Artinya:

Sesungguhnya Allah hanya menyayangi hamba-hambaNya yang penyayang (HR Ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabiir, dan dihasankan oleh Syekh Albani dalam sahih Al-Jaami’ no 2377)

Baca Juga: 5 Hadis Nabi Muhammad Ini Jadi Pegangan dan Motivasi Jalani Hidup

Apa balasan Allah terhadap orang yang bersikap kasih sayang
Apa balasan Allah terhadap orang yang bersikap kasih sayang
unsplash.com/melissa askew

Seruan untuk menebarkan kasih sayang kepada sesama muslim juga terdapat dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi. Berikut bunyi hadis tersebut:

"Orang-orang yang memiliki sifat kasih sayang akan disayang oleh Allah yang Maha Penyayang, sayangilah semua yang ada di bumi maka semua yang ada di langit akan menyayangimu. Kasih sayang itu bagian dari rahmat Allah, barang siapa menyayangi, Allah akan menyayanginya. Siapa yang memutuskannya, Allah juga akan memutuskannya." (Hadis riwayat Tirmidzi)

Baca Juga: 5 Hadis tentang Kejujuran, Kebaikan yang Bisa Mengantarmu ke Surga

Baca Artikel Selengkapnya

Sesama Muslimin hendaknya saling menebar kepedulian dan kasih sayang

Shalat Berjamaah/Ilustrasi

Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Kusrini Ambarwati     

Allah SWT berfirman, ''Berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.'' (QS Al-Hijr: 88). Rasulullah saw diutus oleh Allah SWT ke muka bumi ini sebagai rahmat atau kasih sayang Allah kepada seluruh alam. Beliau adalah contoh manusia sempurna yang layak menjadi teladan bagi seluruh umat manusia, khususnya bagi mereka yang mengharapkan rahmat Allah dan kesuksesan akhirat, di samping kesuksesan dunia.

Baca Juga

Tentu saja kehadiran beliau sebagai utusan Allah SWT kepada umat manusia adalah tidak sekadar sebagai pribadi Muhammad saw, melainkan sebagai rasul pembawa risalah Islam yang penerapannya adalah pasti mewujudkan rahmat bagi seluruh umat manusia, bahkan seluruh alam. Salah satu di antara syariat pembawa rahmat itu adalah ajaran tentang sifat rahmat atau kasih sayang itu sendiri yang merupakan bagian dari akhlak yang baik menurut syariat Islam.

Syariat memotivasi dan memerintahkan kita umat Islam untuk memiliki akhlak itu. Bahkan syariah Islam memberikan berbagai gambaran tentang rahmat atau kasih sayang itu dalam berbagai bentuk. Di antaranya adalah kita diminta untuk bersikap rendah hati kepada sesama orang beriman, sesama muslim. Apa pun kedudukan sosial ekonomi dan politiknya; apa pun suku bangsa, ras, dan bahasanya; seorang muslim harus kita hormati dan tidak kita hadapi dengan sikap arogan. Sebab, pada hakikatnya seorang muslim yang satu dengan muslim yang lain adalah laksana satu tubuh. Mereka bagaikan kepala dengan kaki, bagaikan mulut dengan perut.

Di dalam sahih Al-Bukhari diriwayatkan dari Nukman bin Basyir yang mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, ''Engkau lihat orang-orang Mukmin di dalam saling kasih sayang, hubungan yang hangat, dan merasakan, di antara mereka, seperti tubuh. Jika salah satu anggota tubuh mengeluh, maka seluruh tubuh itu akan merasakan demam dan tidak bisa tidur.'' Wajarlah sesama muslim saling hormat dan saling merendah, bukan saling merendahkan dan menghinakan. Lebih dari itu, mereka saling menyayangi dan bergaul dengan penuh kehangatan dan kekompakan.

Laksana satu tubuh. Bahkan sikap ramah ini juga ditunjukkan kepada non-Muslim yang menghargai integritas kaum muslimin dan mengakui kedaulatan syariat Islam, sekalipun mereka tidak mengimani Islam. Dalam Sunan Al-Baihaqi diriwayatkan suatu hadis dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash RA bahwa Rasulullah saw bersabda, ''Orang-orang yang bersifat pengasih akan dikasihi oleh Allah Ar-Rahman, kasihilah siapa saja di muka bumi niscaya kalian akan dikasihi para penghuni langit.'' Tentu saja, bagi orang-orang kafir yang memusuhi kaum muslim, tidak pada tempatnya kaum muslimin menyayangi mereka.

Sebagaimana Allah SWT berfirman, ''Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.'' (QS Al-Fath: 29). Oleh karena itu, marilah kita kembangkan kasih sayang ini sebagaimana tuntunan Yang Paling Penyayang di antara para penyayang. Siapa lagi yang menyayangi saudara kita sesama muslim kalau bukan kita sendiri yang muslim karena tidak mungkin orang kafir memberikan kasih sayangnya kepada kaum muslim tanpa ada udang di balik batu.

  • hikmah
  • nasihat
  • muslim
  • ukhuwah

Apa balasan Allah terhadap orang yang bersikap kasih sayang

sumber : Pusat Data Republika

Perumpamaan umat Islam dalam persatuan dan persaudaraan adalah seperti satu tubuh. Bila ada bagian anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan dampaknya, selalu memiliki merasakan yang sama. Sebagaimana diibaratkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika ada saudaranya tertimpa musibah atau terzalimi, maka pada hakikatnya seluruh umat Islam juga ikut merasakan sakit.

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

“Perumpamaan orang beriman dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” (HR. Muslim)

Saat ini kita sedang diuji oleh Allah Ta’ala tentang seberapa kuatkah ikatan iman yang ada dalam hati kita saat saudara-saudara kita di beberapa tempat ditimpa musibah dan bencana. Seberapa sakitkah rasa yang kita alami ketika saudara-saudara kita mengalami kesulitan hidup di tempat-tempat pengungsian? Bukankah mereka juga bagian dari tubuh kita? Lalu apa yang telah kita lakukan untuk mereka?

Menolong saudara muslim yang sedang tertimpa musibah memiliki pahala yang cukup besar dalam ajaran Islam. Bahkan menjadi salah satu amalan yang dicintai oleh Allah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ, أَوْ تَكَشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً, أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا, أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا

Apa balasan Allah terhadap orang yang bersikap kasih sayang

“Amalan yang paling dicintai Allah ta’ala adalah engkau menyenangkan seorang muslim, atau engkau mengatasi kesulitannya, atau engkau menghilangkan laparnya, atau engkau membayarkan hutangnya.” (HR. Thabrani)

Dalam riwayat lain disebutkan, Allah Ta’ala menjadikan rasa kasih sayang yang diberikan seseorang terhadap saudaranya, menjadi ukuran sebab turunnya kasih sayang dari-Nya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَإِنَّـمَـا يَرْحَمُ اللهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ

“Sesungguhnya hanya Allah menyayangi hamba-hamba-Nya yang penyayang,” (HR. Bukhari-Muslim).

Selain itu, Allah Ta’ala juga menjanjikan bahwa pertolongan-Nya akan senantiasa menyertai orang mukmin yang menolong saudaranya. Tidak hanya di dunia, bahkan di hari kiamat kelak, ketika semua manusia terhimpit dengan kesusahan yang begitu dahsyat, Allah Ta’ala akan datang menolongnya. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَنْ نَـفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُـرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا ، نَـفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُـرْبَةً مِنْ كُـرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَـى مُـعْسِرٍ ، يَسَّـرَ اللهُ عَلَيْهِ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

“Barangsiapa yang menghilangkan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan, maka Allah Azza wa Jalla memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat.” (HR Muslim)

Arti dari al-kurbah atau kesempitan ialah beban berat yang mengakibatkan seseorang sangat menderita dan sedih. Sedangkan maksud meringankan di sini adalah usaha untuk meringankan beban tersebut dari penderita.

Kemudian at-tafriij artinya adalah usaha untuk menghilangkan beban penderitaan dari penderita sehingga kesedihan dan kesusahannya hilang. Balasan bagi yang meringankan beban orang lain, ialah Allah akan meringankan kesulitannya. Kemudian balasan menghilangkan kesulitan adalah Allah akan menghilangkan kesulitannya.

Berdasarkan hadis tetsebut para ulama menuliskan sebuah kaidah yaitu, al-jaza’ min jinsil ‘amal, maknanya; balasan itu sesuai dengan jenis amal yang dilakukan. Tapi perlu dipahami, bahwa kesamaan di sini adalah dari sisi jenisnya saja, bukan dari kadar jumlahnya. Karena dari sisi kadar, kesulitan di dunia tentu tidak ada apa-apanya bila dibandingkan kesulitan akhirat.

Oleh sebab itu, seorang Muslim hendaknya berupaya untuk membantu meringankan atau menghilangkan kesulitan muslim lainnya. Banyak jenis kesulitan yang dialami manusia, maka banyak pula cara untuk menolongnya.

Jika saudara kita mengalami kesulitan untuk memenuhi hajat hidupnya, seperti makan, minum dan pakaian, maka cara menghilangkan kesusahannya adalah dengan memenuhi kebutuhan mereka.

Pada dasarnya, ketika kita menolong mereka, sesungguhnya kita sedang menolong diri kita sendiri. Nanti di akhirat, alangkah butuhnya kita akan pertolongan Allah agar terlepas dari kehausan, kelaparan maupun panasnya terik yang menyengat badan.

Bukankah tak ada lagi harta dunia kita yang bisa dibawa untuk memenuhi kebutuhan di akhirat, selain harta yang telah kita sedekahkan? Kemana lagi kita akan mencari makan, mendapatkan minuman, menikmati buah-buahan, pakaian dan tempat tinggal? Tak ada lagi yang bisa memberi pinjaman atau mengirimkan bantuan selain Allah.

Pertolongan Allah itu akan datang jika di dunia kita sudi membantu saudara kita yang kesulitan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَاللهُ فِـي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ

“Dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selagi hamba itu sudi menolong saudaranya.” (HR Muslim)

Marilah kita terus berupaya agar senantiasa berada dalam pertolongan Allah dengan menolong saudara kita yang sedang dirundung kesedihan dan dihimpit oleh kesulitan serta kesusahan. (A/B04/P1)

Dinukil dan diedit dari beberapa sumber.

Mi’raj News Agency (MINA)