Amal usaha Muhammadiyah yang bergerak dalam bidang sosial Kemasyarakatan adalah

You're Reading a Free Preview
Pages 6 to 15 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Page 19 is not shown in this preview.

Amal Usaha Muhammadiyah yang bergerak dalam bidang sosial kemasyarakatan adalah?

  1. mendirikan sekolah dan madrasah
  2. mendirikan masjid dan memakmurkannya
  3. mengadakan pengajian anggota
  4. menyantuni anak yatim dengan mendirikan Panti Asuhan
  5. Semua jawaban benar

Jawaban yang benar adalah: D. menyantuni anak yatim dengan mendirikan Panti Asuhan.

Dilansir dari Ensiklopedia, amal usaha muhammadiyah yang bergerak dalam bidang sosial kemasyarakatan adalah menyantuni anak yatim dengan mendirikan Panti Asuhan.

Pembahasan dan Penjelasan

Menurut saya jawaban A. mendirikan sekolah dan madrasah adalah jawaban yang kurang tepat, karena sudah terlihat jelas antara pertanyaan dan jawaban tidak nyambung sama sekali.

Menurut saya jawaban B. mendirikan masjid dan memakmurkannya adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut lebih tepat kalau dipakai untuk pertanyaan lain.

Menurut saya jawaban C. mengadakan pengajian anggota adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut sudah melenceng dari apa yang ditanyakan.

Menurut saya jawaban D. menyantuni anak yatim dengan mendirikan Panti Asuhan adalah jawaban yang paling benar, bisa dibuktikan dari buku bacaan dan informasi yang ada di google.

Menurut saya jawaban E. Semua jawaban benar adalah jawaban salah, karena setelah saya coba cari di google, jawaban ini lebih cocok untuk pertanyaan lain.

Kesimpulan

Dari penjelasan dan pembahasan serta pilihan diatas, saya bisa menyimpulkan bahwa jawaban yang paling benar adalah D. menyantuni anak yatim dengan mendirikan Panti Asuhan.

Jika anda masih punya pertanyaan lain atau ingin menanyakan sesuatu bisa tulis di kolom kometar dibawah.

Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) Cabang Cileungsi Bidang Sosial:

Panti Asuhan Yatim Piatu & Dhuafa Al-maun

4,667 total views, 1 views today

Dilihat dari segi perkembangan, memang Muhammadiyah telah berkembang dengan pesat sampai tahun 1967, walaupun semula hanya bergerak di sekitar Yogyakarta. Perkembangan Muhammadiyah sejak tahun 1912 sampai masa kemerdekaan (Orde Lama/1967) sesuai dengan semangat dan cita-cita pembaharuan Muhammadiyah telah mengembangkan sayapnya ke seluruh Nusantara dengan amal-amal usahanya di bidang sosial kemasyarakatan dan pendidikan. Perkembangan Muhammadiyah tersebut tidak terlepas dari pengaruh tokoh-tokoh seperti Jamaluddin Al-Afghani (1839-1897), Muhammad Abduh pembaharuan Islam pada sebelum abad ke-20. Perkembangan tersebut didukung semakin membaiknya sarana komunikasi dan tranportasi pada masa itu. Hal ini sesuai dengan pendapat Azyumardi Azra, bahwa sangat sulit membayangkan pertumbuhan Syarikat Islam-sebagai suatu bentuk gerakan pembaharuan Islam di bidang politik-atau Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan keagamaan yang begitu cepat dalam dasawarsa-dasawarsa awal abad ini, tanpa ditunjang dengan semakin membaiknya sarana teknologi komunikasi dan transportasi sejak perempatan terakhir abad ke-19. Sebaliknya, adalah sangat sulit bagi pembaharu semacam Abd –al-Rauf atau gerakan pembaharuan yang lebih massal seperti gerakan padri untuk menyebarkan ide-ide pembaharuan, apalagi lengkap sofistifikasi organisasi dan birokrasi moderen sebagaimana ditampilkan oleh Muhammadiyah. Secara garis besar dan berurutan perkembangan Muhammadiyah sejak awal berdiri sampai akhir masa Orde Lama (1966) adalah sebagai berikut : Dari tahun 1912 sampai tahun 1917 gerak Muhammadiyah hanya terbatas pada daerah kauman Yogyakarta saja. Kegiatan Ahmad Dahlan hanya sebatas bertabligh, mengajar di sekolah Muhammadiyah, aktif dalam memberikan bimbingan kepada masyarakat untuk melakukan kegiatan seperti shalat, dan memberikan bantuan kepada fakir miskin dengan megumpulkan dana dan pakaian untuk mereka serta kebersihan lingkungan..Kemudian, pembaharuan yang mula-mula dilakukan yaitu membetulkan arah kiblat. Meskipun pekerjaan ini mendapat tantangan yang cukup besar di kalangan masyarakat, namun Ahmad Dahlan tetap melaksanakannya di samping juga memberikan pengertian-pengertian kepada masyarakat. Selanjutnya, menurut Zuhairini dkk, sampai tahun 1925 Muhammadiyah telah mempunyai 29 Cabang dengan 4.000 orang anggota. Amal usaha bidang sosial yaitu membangun dua buah klinik dengan 12.000 pasien. Pada Kongres tahun 1929 tercatat 19.000 oanggota Muhammadiyah. Pada Kongres 1930 yang bertempat di Bukittinggi tercatat 112 Cabang dengan jumlah anggota 24.000 orang. Pada tahun 1935 meningkat menjadi 43.000 dengan 710 Cabang, dan pada tahun 1938 jumlah Cabang menjadi 852 dengan 250.000 anggota. Jumlah mesjid dan langgar 834, perpustakaan Jumlah muballigh atau propagandis 5.516 laki-laki dan 2.114 wanita. Dari data di atas dapat dipahami bahwa, meskipun Muhammadiyah dan bangsa Indonesia berada pada masa penjajahan dengan segala tekanan-tekanan pihak penjajah dan kaum tradisional , namun karena missi Muhammadiyah merupakan kebutuhan masyarakat dan ditambah lagi dengan kegesitan para pemimpin dan anggotanya mengembangkan Muhammadiyah, Muhammadiyah tetap juga eksis dan berperan pada masa ini. Selanjutnya, sampai tahun 1967 yaitu akhir masa Orde Lama amal usaha Muhammadiyah bidang sosial kemasyarakatan, melalui Majelis Pembina Kesejahteraan Umat (PKU) telah mendirikan rumah sakit, poliklinik, Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak, Rumah Sakit 9 buah, BKIA dan Poliklinik 50 buah, Panti Asuhan dan rumah miskin 200 buah, jumlah 259 buah. Dari data di atas, dapat disimpulkan, walaupun Muhammadiyah dan bangsa Indonesia berada dalam penjajahan Belanda, Jepang dan awal kemerdekaan dengan segala tantangannya, namun Muhamadiyah tetap berperan dan berkiprah membangun bangsa dan umat Islam. Pada masa penjajahan kolonial Belanda, gerakan Muhammadiyah tidak senantiasa berjalan mulus, Muhammadiyah dicurigai, muballigh-muballigh Muhammadiyah ada yang dilarang memberikan pengajian. Di zaman Jepang, pimpinan Muhammadiyah dan warganya bergumul dengan kebijakan Jepang yang mengerahkan bangsa Indonesia untuk membela kepentingan Jepang dan turut bersama Jepang melawan sekutu. Pada awal masa kemerdekaan sampai tahun 1955, Muhammadiyah beserta bangsa Indonesia terkosentrasi dengan perbaikan sosial dan ekonomi yang sudah morat marit. Demikian pula pada masa demokrasi terpimpin dengan segala tekanan pemerintah orde lama agaknya amat sulit menggambarkan kenapa Muhamadiyah masih tetap hidup dan berjuang menyampaikan misi Islam, dan masih tetapj bertambah jumlah amal usahanya. Pada masa Orde Baru dan Reformasi, Muhammadiyah menjalani kehidupan yang amat sulit, karena Muhammadiyah terombang ambing oleh suasana politik yang direkayasa oleh pemerintah seperti kebebasan berpolitik dibatasi, penyatuan Parmusi yang didirikan oleh Muhammadiyah menjadi Partai Persatuan Pembangunan (P3), kemudeian harus menerima Pancasila sebagai satu-satunya azas, maka pimpinan Muhammadiyah pada seluruh jajaran Muhammadiyah terfokus pemikirannya kepada masalah politik. Namun, pada tingkat Nasional, Wilayah, Daerah, Cabang dan Ranting Muhammadiyah tetap bergerak, berperan dan berkiprah melaksanakan misinya yaitu membangun kehidupan beragama berbangsa dan bernegara dengan mengembangkan amal usaha di bidang sosial kemasyarakatan dan pendidikan. Perkembangan Muhammadiyah pada masa ini terlihat sebagai berikut : 1. Jaringan Kepemimpinan/Struktural Muhammadiyah. Jaringan kepemimpinan/Struktural Muhammadiyah pada era Orde Baru dapat dilihat data laporan Muktamar tahun 2000, Pimpinan Wilayah 26 Propinsi, Pimpinan Daerah 295, Pimpinan Cabang 2461, dan Pimpinan Ranting 6098. Dan pada tahun 2005 Pimpinan Wilayah, 30 propinsi , Pimpinan Daerah 375 kabupaten dan Kota, Pimpinan Cabang 2648 dan Pimpinan Ranting 6721. Struktur Kepemimpinan Muhammadiyah untuk Pusat pada era Orde Baru terdiri, Ketua, dan beberapa Wakil Ketua, Sekretaris dan beberapa Wakil Sekretaris, Bendahara dan Wakil Bendahara. Pada Muktamar Muhammadiyah ke-45 di Malang jabatan Ketua berganti nama dengan Ketua Umum. Struktur Pimpinan ini dilengkapi dengan Badan Pembantu Pimpinan yang disebut dengan Majelis, Badan dan Lembaga yaitu; Majelis Tarjih, Majelis Tabligh, Mejelis Pendidikan dan Kebudayaan, Majelis Pembina Kesejahteraan Umat (PKU) sekarang Majelis Pembina Kesejahteraan sosial (MPKS), Majelis Ekonomi, Majelis Wakaf dan Kehartabendaan, Majelis Pustaka, Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembang (Diktilitbang). Dalam perkembangan selanjutnya, pada Muktamar Muhammadiyah ke-42 di Yogyakarta 1993, Majelis-Majelis tersebut dikembangkan menjadi, Majelis Pemdidikan dan Kebudayaan dibagi menjadi dua; Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Majelis Kebudayaan. Majelis Pembina Kesejahteraan Umat (PKU) dibagi menjadi dua, Majelis Pembina kesejahteraan Sosial dan Majelis Pembina Kesehatan, Majelis Diktilitbang dibagi menjadi Majelis Pendidikan Tinggi dan Lembaga Pengkajian dan Pengembangan (LPP). Lembaga yang bersifat penyempurnaan, baik dengan nama Lembaga ataupun dengan nama Badan antara lain; Badan Pembina Kader (BPK), Badan Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri, Badan Perencanaan dan Evaluasi (BPE), Lembaga Dakwah Khusus (LDK), Lembaga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (LIPTEK), Lembaga Pengembangan Masyarakat dan Sumber Daya Manusia (LPMSM) dan Lembaga Hikmah dan Studi Kemasyarakatan. Tugas Majelis, Badan dan Lembaga adalah sebagai pembantu Pimpinan dalam mengatur dan mengkoordinasikan kegiatan sesuai dengan bidang kewenangannya. Adapun struktur organisasi pada tingkat Wilayah, Daerah, Cabang dan Ranting, mengikuti pola struktur Pimpinan Pusat tetapi disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan wilayah dan daerah setempat. Di samping Majelis, Badan dan Lembaga, terdapat organisasi Otonom, yaitu organisasi yang bernaung di bawah organisasi induk yang diberi kewenangan untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Organisasi Otonom tersebut adalah, ’Aisyiyah, Nasyiatul ’Aisyiah, Pemuda Muhammadiyah, Ikatan Remaja Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dan Tapat Suci Putra Muhammadiyah. Keempat organisasi otonom Muhammadiyah yaitu NA, Pemuda Muhammadiyah, IRM dan IMM termasuk kelompok Angkatan Muda Muhammdiyah (AMM). Amal usaha Muhammadiyah bidang sosial dan ekonomi terlihat melalui data berikut : 1. Rumah Sakit, Balai Kesehatan, Poliklinik 312 buah 2. Panti Asuhan dan Santunan 240 buah 3. Bank Perkreditan Rakyat 19 buah 4. Baitut Tamwil Muhammadiyah (BMT) 190 buah 5. Koperasi Warga Muhammadiyah 808.buah BUMM berupa PT 19 buah

– Jumlah 1579 buah

Dari data di atas agak sulit juga membayangkan, begitu hebatnya tantangan yang dihadapi oleh Muhammadiyah, namun dia masih tetap melaksanakan missinya. Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh data kuantitatif, berupa amal usaha Muhammadiyah seperti mendirikan panti asuhan, rumah sakit, balai kesehatan dan poliklinik, bank perkreditan rakyat, Baituttamwil Muhammadiyah, koperasi dan dan perusahan-perusahan terbatas (PT) yang bernaung di bawah Badan Usaha Milik Muhammadiyah (BUMM).