Alasan orang Jahiliyah membunuh anak perempuannya

Pada zaman jahiliyyah apabila terdengar suara tangis seorang anak perempuan kecil yang diseret bapaknya untuk dikubur hidup-hidup adalah hal yang biasa dan lumrah. Pemandangan yang sering dilihat oleh kedua mata dan di dengar oleh kedua telinga di zaman dimana manusia hidup dibawah naungan kegelapan-kegelapan jahiliyyah yang membawa hati-hati manusia menjadi keras melebihi kerasnya batu gunung. Oleh karena itu tidaklah aneh kerasnya hati seorang bapak yang mengubur anak perempuannya hidup-hidup. Entah berapa banyak anak-anak perempuan yang dikubur hidup-hidup tanpa dosa kecuali untuk menebus rasa malu dari bapak-bapak mereka yang merasa terhina di tengah-tengah kaum jahiliyyah hanya karena mereka mendapat anak perempuan!? Entah berapa banyak pula di zaman jahiliyyah itu muka-muka yang masam dan hitam bercampur kemarahan yang dalam ketika dikabarkan kepadanya bahwa istrinya telah melahirkan sorang bayi perempuan?

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

وَاِذَا الْمَوْءٗدَةُ سُىِٕلَتْۖ  ٨  بِاَيِّ ذَنْۢبٍ قُتِلَتْۚ

“Dan apabila anak-anak perempuan yang dikubur hidup-hidup itu ditanya [2] karena dosa apakah dia dibunuh?’ [At-Takwir/81: 8-9]

وَاِذَا بُشِّرَ اَحَدُهُمْ بِالْاُنْثٰى ظَلَّ وَجْهُهٗ مُسْوَدًّا وَّهُوَ كَظِيْمٌۚ  ٥٨ يَتَوٰرٰى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوْۤءِ مَا بُشِّرَ بِهٖۗ اَيُمْسِكُهٗ عَلٰى هُوْنٍ اَمْ يَدُسُّهٗ فِى التُّرَابِۗ اَلَا سَاۤءَ مَا يَحْكُمُوْنَ

Dan apabila salah seorang dari mereka diberi kabar gembira dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (marah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah, ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak disebabkan berita buruk yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah ! Alangkah buruk apa yang mereka tetapkan itu” [An-Nahl/16: 58-59]

Baca Juga  Anak Melalaikan Shalat, Bagaimana Menyikapinya?

Cukuplah seorang itu berdosa ketika dia diberi kabar gembira dengan kelahiran bayi perempuannya, kemudian dia marah dan murka atau bermasam muka yang menunjukkan ketidak ridlaanya kepada pemberian Rabbul Alamin!? Alangkah besarnya dosa orang itu disebabkan.

  • Pertama : Dia membenci dan tidak ridla kepada rizki yang Allah berikan kepadanya berupa seorang bayi perempuan.
  • Kedua : Dia telah mengikuti akhlak dan sifat kaum jahiliyyah yang sangat membenci anak-anak perempuan sehingga mereka mengubur hidup-hidup bayi-bayi perempuan dan anak-anak perempuan mereka.

Terlalu banyak bapak-bapak muslim pada zaman kita hidup sekarang ini yang berakhlak seperti akhlaknya kaum jahiliyyah. Tidak sedikit di antara mereka ketika mendapat kabar gembira bahwa istrinya telah melahirkan sang bayi perempuan mereka menyesal, kusut mukanya dan tidak tampak kegembiraan di wajahnya, marah-marah dan lain-lain dari sifat jahiliyyah. Bahkan tidak sedikit para istri menjadi sasaran kemarahan suami dan mertuanya yang sangat menginginkan anak dan cucu laki-laki hanya karena si istri dan mantu ini dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala telah melahirkan sang bayi perempuan!!?

Semua itu menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang miskin iman dan ilmu. Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Kuasa menentukan laki-laki atau perempuan dan manusia tidak mempunyai kekuasaan sedikitpun juga!.

Perhatikanlah sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di bawah ini.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَكَّلَ بِالرَّحِمِ مَلَكًا يَقُولُ يَا رَبِّ نُطْفَةٌ يَا رَبِّ عَلَقَةٌ يَا رَبِّ مُضْغَةٌ فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَقْضِيَ خَلْقَهُ قَالَ أَذَكَرٌ أَمْ أُنْثَى شَقِيٌّ أَمْ سَعِيدٌ فَمَا الرِّزْقُ وَالْأَجَلُ فَيُكْتَبُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ

Baca Juga  Hak-Hak Anak

“Dari Anas bin Malik dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mewakilkan di rahim (perempuan) seorang malaikat. Malaikat itu berkata : Ya Rabbi ! Ini nutfah (mani)! Ya Rabbi, ini ‘alaqah (darah)! Ya Rabbi ini mudlghah (daging)! Maka apabila Allah hendak menentukan menjadi makhluk (yakni manusia) Malaikat berkata ; Apakah laki-laki atau perempuan? Menjadi orang yang celaka atau berbahagia? Apa rizki dan ajalnya? Lalu ditulislah (ketentuan tersebut) di perut ibunya” [Hadits shahih riwayat Bukhari no. 318 dan Muslim 8/46]

Kenapakah kita tidak berkata seperti Imam Ahmad bin Hanbal setiap kali mendapatkan anak perempuan beliau selalu berkata.

“Para Nabi itu mereka adalah para bapak bagi anak-anak perempuan” [3]

Ketika orang-orang jahiliyyah membenci anak-anak perempuan dan ketika umumnya orang tua selalu menginginkan anak-anak laki-laki maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mendahului menyebut perempuan ketika mereka membelakanginya. Firman-Nya : “Dan Ia memberikan kepada siapa yang ia kehendaki anak-anak perempuan”.

Kemudian agama pun menetapkan betapa besarnya ganjaran orang tua yang mengurus, merawat dan mendidik anak-anak perempuannya dengan ihsan sesuai dengan syari’at Rabbul Alamin!

Apa alasan orang jahiliyah membunuh anak perempuannya?

Ia menjelaskan orang-orang Arab jahiliyah memandang bahwa anak wanita itu tidak bisa diandalkan dalam banyak hal seperti berebut air, tidak bisa mempertahankan tanah dan rumahnya saat mendapat serangan dari kabilah lain, dan tidak bisa berperang.

Apakah alasan masyarakat jahiliyah mengubur hidup

Menganggap bahwa malaikat merupakan anak perempuan tuhan, sehingga anak perempuan yang dilahirkan harus dikubur hidup-hidup untuk dikembalikan kepada tuhan.

Apakah yang menjadi alasan penduduk Arab pra Islam membunuh anak perempuan mereka?

Mereka menganggap anak perempuan hanya membawa beban saja bagi ortunya, tidak bisa diajak perang, lemah dan tidak bisa dibanggakan, berbeda halnya dengan anak laki-laki. Sehingga merekapun melakukan hal yang keji itu (mengubur hidup-hidup) anak perempuan tersebut.

Mengapa orang orang Arab zaman Jahiliyah tidak begitu menyukai anak

Pada zaman Jahiliyyah (kebodohan), para orang tua yang memiliki anak perempuan akan menguburnya hidup-hidup. ''Anak perempuan yang lahir pada masa itu, dianggap sebagai aib (hina) bagi keluarganya.