Yang mengurusi perkara sehari-hari pada masa gereja mula-mula ialah

Oleh Samson H

Gereja masa sekarang memiliki pandangan berbeda-beda tentang eksistensi jabatan rasul. Gereja-gereja di Negara Kenya misalnya, banyak mengklaim jabatan rasul terus berlanjut hingga masa sekarang ini. Para pendeta di sana tidak segan-segan menyebut dirinya sebagai “rasul” Kristus dan menempatkan titel “rasul” di depan nama mereka dan para jemaat memanggil mereka dengan julukan “rasul.” Jadi julukan “rasul” bukanlah ha lasing di negera itu.

Bukan hanya di Negara Kenya, Kekristenan di negara-negara Afrika juga mengadopsi pandangan yanga sama. Sepertinya di berbagai gereja di belahan dunia mencoba membangkitkan kembali jabatan “rasul” sebagai jabatan institusi atau organisasi dalam gereja. Meskipun tidak semasif dan agresif di Negara Kenya, julukan “rasul” juga terdengar di berbagai gereja khususnya gereja-gereja beraliran karismatik.

Pertanyaan penting yang perlu ditelaah di sini, apakah jabatan “rasul” masih berlaku (diberikan Tuhan) sekarang ini sama seperti di masa gereja mula-mula? Sepintas, mungkin banyak pembaca akan menjawab “Ya masih tetap berlaku” sekalipun belum melakukan penyelidikan Firman Tuhan untuk mengetahui apa yang disampaikan Tuhan tentang jabatan ini.

Untuk sekedar diketahui, jabatan “rasul” hanya ada di masa pelayanan Yesus dan masa gereja mula-mula. Di Perjanjian Lama jabatan “rasul” tidak dikenal umat Israel. Mereka hanya mengenal jabatan “nabi” sebgai utusan Tuhan yang dipanggil dan dikuduskan untuk mengemban tugas dan pelayanan yang diberikan Tuhan. Nabi adalah hamba-hamba Tuhan yang ditugaskan Tuhan untuk mengajar, mendidik, menegur dan menasihati umat Israel.

Para nabi berbeda dengan imam-imam yang melayani Tuhan di di Perjanjian Lama. Para imam adalah keturunan Lewi, mereka dikhususkan untuk melayani Tuhan. Mereka bertanggungjawab untuk mengurusi segala hal yang berkaitan dengan penyembahan Allah di Kemah Allah atau di Bait Allah. Namun seorang nabi bisa saja berasal dari berbagai suku Israel yang dibangkitkan Tuhan untuk mengajarkan dan mengkhotbahkan wahyu dan Firman Allah serta menyatakan rencana Tuhan kepada umat Israel.

Jabatan “nabi” di Perjanjian Lama bukanlah jabatan sembarangan yang bisa diemban siapa saja yang menginginkannya. Tidak ada pengakuan pribadi sebagai seorang nabi tetapi Allah sendiri memanggil orang-orang tertentu menjadi pemberita FirmanNya dan pengajar bagi umat Israel. Dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab sebagai nabi, Roh Allah akan memenuhinya untuk tugas itu sehingga ia memiliki kuasa dalam menuntun umat Israel kembali kepada kebenaran. Untuk memastikan seseorang sebagai nabi yang dipilih dan dinggkat Tuhan di tengah-tengah umat Israel, Allah memberikan petunjuk untuk menguji seorang nabi apakah ia datang dari Tuhan atau hanya mengklaim diri sebagai nabi. Pengujian ini dicatat di dalam Ulangan 13.

1Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia memberitahukan kepadamu suatu tanda atau mujizat, 2dan apabila tanda atau mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk: Mari kita mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal, dan mari kita berbakti kepadanya, 3maka janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu; sebab TUHAN, Allahmu, mencoba kamu untuk mengetahui, apakah kamu sungguh-sungguh mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu. 4TUHAN, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintah-Nya, suara-Nya harus kamu dengarkan, kepada-Nya harus kamu berbakti dan berpaut. 5Nabi atau pemimpi itu haruslah dihukum mati, karena ia telah mengajak murtad terhadap TUHAN, Allahmu, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir dan yang menebus engkau dari rumah perbudakan — dengan maksud untuk menyesatkan engkau dari jalan yang diperintahkan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk dijalani. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu (Ulangan 13:1-5).

Jabatan nabi di Perjanjian Lama berlanjut hingga pada masa Perjanjian Baru. Yohanes Pembaptis dikenal sebagai nabi yang berperan seperti nabi di Perjanjian Lama. Ia dengan suara lantang berkhotbah dan menegur umat Israel dan pemimpin-pemimpin agama di masa itu (Matius 3:1-12).

1Pada waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan: 2“Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” 3Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata: “Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya.” 4Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan. 5Maka datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan. 6Lalu sambil mengaku dosanya mereka dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan. 7Tetapi waktu ia melihat banyak orang Farisi dan orang Saduki datang untuk dibaptis, berkatalah ia kepada mereka: “Hai kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang? 8Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan. 9Dan janganlah mengira, bahwa kamu dapat berkata dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini! 10Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. 11Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api. 12Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan” (Matius 3:1-12).

Ia menyuarakan pertobatan kepada semua lapisan orang (Markus 1:4-8).

4Demikianlah Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan: “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu.” 5Lalu datanglah kepadanya orang-orang dari seluruh daerah Yudea dan semua penduduk Yerusalem, dan sambil mengaku dosanya mereka dibaptis di sungai Yordan. 6Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan. 7Inilah yang diberitakannya: “Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak. 8Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus” (Markus 1:4-8).

Namun setelah Yohanes Pembaptis mati (Markus 6:24-28), di masa pelayanan Yesus Alkitab tidak mencatat bahwa ada seorang nabi yang dipanggil untuk melayani Tuhan sama seperti Yohanes Pembaptis. Nabi satu-satunya pada masa itu hanyalah Yesus Kristus sendiri sebagai penggenapan dari nubuat yang disampaikan Musa,

Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan (Ulangan 18:15).

Dialah yang berkhotbah, mengajar, menegur dan memarahi umat Israel dan orang-orang Farisi serta memberitakan kebenaran dan berita kesalamatan. Tuhan Yesus pada masa pelayananNya tidak memanggil siapapun sebagai nabi. Ia memilih beberapa orang dari kumpulan orang banyak yang mengikutiNya sebagai murid-muridNya (Matius 10:1-4). Kedua belas murid Yesus ini kemudian dikenal sebagai Rasul-Rasul Yesus.

13Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul: 14Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, 15Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, 16Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat. (Lukas 6:13-16; ref. Matius 10:1-4).

Para rasul-rasul Kristus inilah yang menjadi saksi mata kehidupan dan pelayanan Yesus Kristus bahwa Ia sungguh-sungguh Anak Allah yang dikirim ke dunia untuk menyelamatkan manusia berdosa. Hal inilah yang disampikan Rasul Yohanes ketika menuliskan surat yang pertama,

1Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup — itulah yang kami tuliskan kepada kamu. 2Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami. 3Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus (1 Yohanes 1:1-3).

Setelah kenaikan Yesus ke sorga, gereja mula-mula lebih mengenal murid-murid Yesus dengan julukan “rasul.” Kebenaran dan Firman Allah yang diajarkan oleh para rasul ini dikenal sebagai “pengajaran rasul-rasul” (apostles’ doctrine) (Kisah 2:42). Karena para rasul adalah saksi mata kehidupan, pelayanan dan pengajaran Yesus Kristus serta kepada mereka diberikan kuasa khusus untuk memberitakan kebenaran Firman Tuhan kepada semua bangsa (Matius 28:18-20; Kisah 1:8), maka pengajaran para rasul menjadi standar kebenaran di masa gereja mula-mula. Merekalah pemberita kebenaran bagi gereja-gereja lokal yang berdiri di berbagai dearah. Pengajaran mreka menjadi standar karena pada masa itu gereja mula-mula belum memiliki Alkitab lengkap seperti yang dimiliki gereja-gereja di masa sekarang ini. Kitab-kitab Perjanjian Baru masih dalam proses penulisan dan keseluruhan kitab Perjanjian Baru menjadi lengkap ketika Rasul Yohanes dengan wahyu Kristus menuliskan kitab Wahyu di Pulau Patmos sekitara tahun 95 Masehi.

Bukan hanya jemaat gereja mula-mula mengenal murid-murid Yesus sebagai rasul-rasul Kristus tetapi sesame murid-murid Yesus juga mengakui bahwa mereka adalah rasul-rasul yang dipilih dan ditetapkan Yesus sendiri. Julukan dan jabatan rasul bukanlah pemberian orang-orang percay di masa gereja mula-mula tetapi pemberian dan penetapan Kristus sendiri sebagaimana disebutkan dalam Lukas 6:13-16. Mereka juga mengakui bahwa Yudas Iskariot sebagai bagian dari kedua belas rasul Kristus. Namun karena ia telah memilih jalannya sendiri dengan menghianati Tuhan Yesus Kristus dan kemudian menggantung dirinya maka maka para rasul perlu untuk memilih penggantinya sebagaimana dinubuatkan dalam Kitab Suci. Maka murid-murid Yesus bersepakat untuk memilih pengganti Yudas Iskariot menjadi bagian dari kedua belas rasul. Inilah catatan proses pemilihan penganti Yudas Iskariot.

20Sebab ada tertulis dalam kitab Mazmur: Biarlah perkemahannya menjadi sunyi, dan biarlah tidak ada penghuni di dalamnya: dan: Biarlah jabatannya diambil orang lain. 21Jadi harus ditambahkan kepada kami seorang dari mereka yang senantiasa datang berkumpul dengan kami selama Tuhan Yesus bersama-sama dengan kami, 22yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga meninggalkan kami, untuk menjadi saksi dengan kami tentang kebangkitan-Nya.” 23Lalu mereka mengusulkan dua orang: Yusuf yang disebut Barsabas dan yang juga bernama Yustus, dan Matias. 24Mereka semua berdoa dan berkata: “Ya Tuhan, Engkaulah yang mengenal hati semua orang, tunjukkanlah kiranya siapa yang Engkau pilih dari kedua orang ini, 25untuk menerima jabatan pelayanan, yaitu kerasulan yang ditinggalkan Yudas yang telah jatuh ke tempat yang wajar baginya.” 26Lalu mereka membuang undi bagi kedua orang itu dan yang kena undi adalah Matias dan dengan demikian ia ditambahkan kepada bilangan kesebelas rasul itu (Kisah 1:20-26).

Jika memperhatikan ayat-ayat di atas, Petrus mengungkapkan kriteria dan syarat untuk menjadi seorang rasul. Dalam ayat 22 disampaikan (1) Ia harus sudah bersama-sama dengan Kristus sejak dari awal pelayananNya yaitu masa pembaptisan yang dilakukan Yohanes Pembaptis; (2) Ia juga merupakan saksi kenaikan Yesus ke sorga, yang berarti ia hadir di sana pada saat Ia terangkat ke sorga; dan (3) Ia juga merupakan saksi kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati dimana ia bersama murid-murid Yesus lainnya menyaksikan hal itu. Tiga syarat inilah yang diungkapkan Petrus untuk menjadi penentu layak tidaknya seseorang menjadi calon rasul yang diusulkan orang-orang percaya sebagai pengganti Yudas Iskariot.

Dengan menerapkan kriteria dan syarat di atas, maka murid-murid Yesus berkesimpulan bahwa ada dua orang murid yang memenuhi syarat untuk mengambil posisi kandidat rasul yaitu (1) Yusuf yang disebut Barsabas atau dikenal juga sebagai Yustus dan (2) Matias. Dengan suara bulat Rasul-Rasul menyetujui kedua orang ini sebagai kandidat pengganti Yudas Iskrait. Namun untuk menentukan dan mengambil keputusan siapa di antara kedua murid ini yang pantas dan berkenan kepada Tuhan sebagia Rasul, para murid harus menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan. Kehendak Tuhan harus menjadi yang paling utama dan menentukan dalam segala keputusan yang diambil. Maka murid-murid Yesus berdoa dan meminta Tuhan menyatakan kehendakNya dinyatakan tentang siapa dari antara kedua kandidat itu yang layak dan pantas sebagai Rasul. Mereka membuang undi dengan maksud biarlah Allah sendiri yang menyatakan kehendakNya pada siapa yang dipilih Tuhan. Ayat 26 memberitahukan bahwa Allah memilih Matias sebagai pengganti Yudas Iskariot dan ia ditambahkan kepada “bilangan kesebelas rasul itu.”

Syarat-syrat dan kriteria yang ditentukan para rasul untuk menjadi kandidat rasul sebagai pengganti Yudas Iskariot memberikan implikasi di masa gereja sekaran ini bahwa setelah kematian para rasul yang merupakan saksi mata kematian, kebangkitan dan kenaikan Yesus ke sorga, tidak ada lagi orang yang bisa mengklaim diri sebagai orang yang pantas menjabat sebagai “rasul” Kritus. Persyaratan yang disebutkan di atas membatasi semua orang di masa gereja untuk mengklaim diri sebagai “rasul.” Para pendeta dan pelayan gereja di masa gereja sekarang tidak memenuhi syarat dan kriteria yang ditetapkan para rasul sebagai kandidat-kandidat rasul. Tak seorangpun di antara pelayan-pelayan gereja saat ini yang pantas mengemban julukan seorang rasul. Jika ada yang masih ngotot mengenakan jabatan itu pada dirinya, ia sendiri tahu bahwa ia tidak layak dan tidak pantas untuk itu. Ia melakukan itu hanya untuk kemuliaannya sendiril. Ia ingin meninggikan dirinya sendiri dan melakukan apa yang tidak diajarakan dan diperintahkan Firman Tuhan. Seorang pelayan Kristus harus memiliki Moto seperti yang disampaikan Yohanes Pembaptis demikian,

Ia [Yesus] harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil (Yohanes 3:30).

He must increase, but I must decrease (John 3:30).

Paulus Adalah Rasul Kristus

Sebagian orang ingin membenarkan julukan “rasul” tetap berlaku di masa gereja sekarang ini. Mereka memakai kasus kerasulan Paulus sebagai fondasi alasan dan argumentasi. Mereka berargumentasi bahwa Paulus juga bukanlah murid Yesus semasa pelayananNya, dengan demikian ia tidak memenuhi kriteria dan syarat yang ditetapkan para Rasul dalam Kisah Para Rasul 1:20-26. Namun fakta membuktikan bahwa Paulus adalah seorang rasul. Ia sendiri mengklaim diri sebagai rasul. Dengan pendekatan ini, maka orang-orang yang ingin dijuluki sebagai “rasul” membenarkan sikapnya dengan mengklaim diri sebagai “rasul” sama seperti Paulus yang melangkahi kriteria dan syarat yang ditetapkan para rasul.

Apakah pendekatan seperti itu pantas dilakukan para pelayan gereja dengan menyamakan diri sebagai “rasul” sama seperti Paulus? Saya ingin mengatakan bahwa cara pikir seperti itu sangat berbahaya. Sekalipun ada orang mengklaim diri menerima panggilan sebagai “rasul” sama seperti yang dialami Paulus, klaim itu tidak bisa dibuktikan oleh siapapun. Itu hanyalah halusinasi atau mimpi orang itu menjadi seorang rasul karaena tidak ada pembenaran terhadap klaim itu.

Berbeda dengan klaim yang sampaikan Paulus, ia adalah seorang Rasul yang dibuktikan dengan pelayanannya sebagai pendiri gereja-gereja dan penulis kitab-kitab Perjanjian Baru. Dengan apakah orang-orang yang mengklaim diri sebagai rasul membuktikan kerasalunnya? Tentu sekali tidak, karena apa yang dilakukannya hanyalah sekedar menyombongkan dan mengangungkan diri serta ingin mencari kemuliaan bagi dirinya seniri. Ia ingin dikenal sebagai orang hebat melebihi dari para gembala dan pemberita-pemberita Injil di gerejanya. Betapa liciknya hati manusia!

Paulus tentu berbeda dengan orang-orang yang mengklaim diri sebagai rasul. Ia membuktikan kerasulannya. Satu hal yang dilakukan Paulus ketika sekelompok orang meragukan kerasulannya di gereja Galatia, ia menanggapinya dengan sangat seritu. Dalam merespon kritikan dan keraguan tentang jabatannya sebagai “Rasul Kristus,” ia dengan tegas berkata demikian,

Dari Paulus, seorang rasul, bukan karena manusia, juga bukan oleh seorang manusia, melainkan oleh Yesus Kristus dan Allah, Bapa, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati (Galatia 1:1).

Dalam Alkitab bahasa Inggris ditulis seperti ini,

Paul, an apostle, (not of men, neither by man, but by Jesus Christ, and God the Father, who raised him from the dead) (Galatians 1:1 – KJV).

Ia dengan tegas menyampaikan bahwa kerasulannya bukan dari manusia, bukan juga oleh manusia tetapi diberikan oleh Yesus Kristus. Ia tidak mendapatkan kerasaulannya melalui penumpangan tangan orang lain atau tangan-tangan para Rasul yang mendahuluinya. Pernyataan yang penuh kenyakinan itu membuktikan bahwa ia sungguh-sungguh rasul Yesus Kristus. Dengan keyakinan itulah ia memiliki keberanian luar biasa untuk menegur dan memarahi jemaat Galatia yang berpaling meninggalkan Injil Kristus dan merangkul Injil lain yang sebenarnya bukan Injil. Ia menegaskan bahwa apa yang ia beritakan sebagai Rasul Kristus adalah sungguh-sungguh kebenaran dari Yesus Kristus.

8Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. 9Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia. 10Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus (Galatia 1:8-10).

Jika Paulus menerima kerasaulannya daria orang lain atau melalui orang lain, ia tidak mungkin menyampaikan pernyataan seperti di atas. Ia dengan tegas memberitahukan bahwa ia tidak takut kepada manusia dan ia memberitakan Injil bukan untuk menyenangkan mansia tetapi untuk menyenangkan hati Tuhan karena ia adalh hamba Kristus.

Hal yan sama ia sampaikan kepada jemaat Korintus. Ia memberitahukan bahwa sekalipun ia tidak dianggap oleh orang lain sebagaa Rasul Kristus tetapi kepada jemaat Korintus ia menegaskan bahwa ia adalah rasul Kristus bagi mereka karena Tuhan sendiri telah memakainya untuk mengenal Kristus dan untuk melayani jemaat Korintus. Mereka adalah buah pelayanan dan kerasulan Paulus,

1Bukankah aku rasul? Bukankah aku orang bebas? Bukankah aku telah melihat Yesus, Tuhan kita? Bukankah kamu adalah buah pekerjaanku dalam Tuhan? 2Sekalipun bagi orang lain aku bukanlah rasul, tetapi bagi kamu aku adalah rasul. Sebab hidupmu dalam Tuhan adalah meterai dari kerasulanku. 3Inilah pembelaanku terhadap mereka yang mengeritik aku (1 Korintus 9:1-3).

Paulus tidak memiliki keraguan bahwa jemaat Korintus menyadari sepenuh hati bahwa ia adalah Rasul Kristus. Ia tidak memperdulikan apa yang orang lain sampaikan terhadap dirinya tetapi jemaat Korintus yang ia gembalakan dan ajar tahu dan tanpa keraguan bahwa mereka mengetahui Paulus sebagai Rasul.

Ia memberitahukan bahwa sekalipun ia tidak hadir pada saat pelayanan Yesus Kristus, ia juga menjadi saksi kebangkitan Yesus Krisus. Dalam suratnya kepada jemaat Korintus ia menuliskan deretan saksi-saksi mata kebangkitan Yesus Kristus dimana Yesus sendiri bertemu dengan banyak orang setelah kebangkitanNya termasuk dengan dirinya. Ia berkata dengan tegas bahwa ia seorang rasul.

8Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya. 9Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah. 10Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku. 11Sebab itu, baik aku, maupun mereka, demikianlah kami mengajar dan demikianlah kamu menjadi percaya (1 Korintus 15:8-11).

Meskipun ia adalah seorang rasul yang paling banyak mendirikan gereja dan menulis banyak kitab-kitab Perjanjian Baru, ia berkata bahwa ia adalah rasul yang paling hina dari semua rasul bahkan ia merasa tidak layak sebagai rasul. Jabatan “rasul” bukanlah jabatan yang diidam-idamkannya, bukan juga karena usaha dan kerja keras dalam mencapai tujuannya sebagai rasul. Ia tidak pernah merencanakan apapun tentang kerasulannya. Justru sebaliknya, Allah yang telah memilihnya menjadi seorang rasul. Keinginannya sebelum percaya kepada Kristus adalah menghancurkan kekristenan dan memenjarakan pengikut Kristus (Kisah 8:1-3). Tetapi semua rencananya diputarbalikkan Allah dengan memilihnya menjadi rasul Kristus. Tuhan berkata kepada Ananias yang diutus Tuhan untuk berdoa bagi Saulus (Paulus) demikian,

14. . . “Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. 9Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku” (Kisah 9:14-15).

Paulus menyadari panggilannya sebagai Rasul yang dikhususkan Tuhan untuk bangsa-bangsa bukan Yahudi. Hal itu dinyatakannya kepada jemaat Roma ketika ia berkata,

Aku berkata kepada kamu, hai bangsa-bangsa bukan Yahudi. Justru karena aku adalah rasul untuk bangsa-bangsa bukan Yahudi, aku menganggap hal itu kemuliaan pelayananku (Roma 11:13).

Hal itu terbukti dari pelayanannya di berbagai daerah. Ia tidak secara khusus menjangkau orang-orang Yahudi meskipun dalam pelayanan dan gereja yang didirikannya terdapat juga orang-orang Yahudi yang percaya kepada Yesus Kristus. Gereja Galatia misalnya menjadi gereja campuran orang Yahudi dan non-Yahudi. Tuhan memakainya untuk menyampaikan kebenaran dan memenangkan jiwa-jiwa yang dalam kegelapan kepada terang yang ada di dalam Kristus Yesus.

Paulus Sebagai Pengganti “rasul” Yudas Iskariot?

Di antara para teolog ada perdebatan tentang status Paulus sebagai rasul bukan karena mereka meragukan dan mempertanyakan jabatannya sebagai rasul tetapi lebih pada posisinya di antara Rasul-Rasul Kristus lain. Banyak teolog beranggapan, Paulus merupakan rasul pangganti Yudas Isrkariot. Mereka mengganggap langkah para rasul yang melakukan undian pemiliha rasul sebagai pengganti Yudas Iskariot sebagai kekeliruan dan kesalahan. Mereka dianggap sebagai orang-orang yang tidak sabar menunggu waktu yang tepat sampai Tuhan menyatakan kehendakNya dalam menentukan pengganti Yudas Iskariot.

Jika Paulus adalah pengganti Yudas Iskariot, bagaimana dengan Matias yang Allah sendiri pilih melalui proses pemilihan yang dilakukan para Rasul? Apakah Matias sungguh-sungguh mengemban jabatan seorang Rasul Kristus? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dibutuhkan pembelajaran Firman Tuhan dan menemukan apa yang dikatakan Firman Tuhan tentang Matias.

Nama Matias hanya ditemukan dalam perikop di saat pemilihan “rasul” pengganti Yudas Iskariot (Kisah 1:23, 26). Selain dari itu, tidak ditemukan satu ayat pun yang secara khusus menyinggung tentang pelayanan Matias sebagai rasul atau pribadi. Namun demikian, apakah fakta ini secara keseluruhan membatalkan jabatannya sebagai rasul atau membuktikan ketidakabsahannya sebagai “rasul” Kristus? Saya ingin memberitahukan bahwa ketidakadaan catatan tentang nama Matias dalam ayat-ayat Firman Allah setelah pemilihannya sebagai rasul tidak membatalkan jabatannya sebagai rasul. Jika memperhatikan catatan Firman Tuhan, nama rasul-rasul lain juga tidak ditemukan dalam Alkitab setelah Kisah Para Rasul 1:13. Andrew dan Thomas misalnya, nama mereka tidak pernah disinggung Rasul-Rasul lain dalam tulisannya. Tetapi sekalipun mereka tidak disebut secara eksplisit, para rasul termasuk Matias aktif dalam pelayanan gereja mula-mula. Hal ini dinyatakan Lukas dalam tulisannya dalam Kisah 6.

Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: “Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja (Kisah 6:2).

Jikalau memperhatikan ayat di atas terdapat satu frasa penting yang merangkum semua individu para rasul yaitu “kedua belas rasul itu.” Kronologis kejadian yang melatarbelakangi pernyataan ini bahwa jumlah jemaat gereja mula-mula bertambah dengan sangat pesat sehingga para janda orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terabaikan dalam pelayanan sehari-hari. Mengetahui keadaan itu, para rasul merespon dengan memanggil semua murid berkumpul dan meminta mereka untuk memilih dari antara mereka orang-orang yang dipenuhi Roh Kudus, terkenal baik dan berhikmat untuk diangkat mengemban tugas pelayanan khusus (Kisah 6:3).

Namun yang perlu diperhatikan di sini bahwa frase “kedua belas rasul itu” menunjuk pada kesebelas murid Yesus ditambah dengan Matias. Mereka itulah yang dikenal dengan kedua belas rasul. Perlu diketahui bahwa pada saat kejadian yang dicatat dalam Kisah 6:2, Saulus atau Paulus belum menjadi seorang Rasul (ia masih seorang Farisi yang berniat menganiaya pengikut Kristus). Fakta ini juga membuktikan bahwa hingga pada kejadian khusus ini, semua murid-murid Yesus bersama dengan Matias giat melayani Tuhan sekalipun nama-nama mereka tidak disebut atau disinggung dalam surat-surat yang ditulis oleh para Rasul.

Apa implikasi yang bisa diambil dari fakta di atas? Itu membuktikan bahwa Matias adalah sungguh-sungguh seorang rasul yang menggantikan Yudas Iskariot. Paulus dalam hal ini tidak dikategorikan sebagai “kedua belas rasul” karena ia belum menjadi seorang Rasul pada saat itu. Oleh karena itu jika kedua belas rasul yang dimaksud di sini termasuk Matias, itu berarti bahwa rasul-rasul Yesus bukanlah dua belas orang tetapi tiga belas orang karena Paulus dipilih dan dipanggil Tuhan secara khusus sebagai Rasul untuk melayani bangsa-bangas bukan Yahudi.

Apakah Jabatan Rasul Ada Di Gereja Masa Kini?

Jika perpijak dari apa yang sudah dipaparkan di atas, dengan mudah bisa dijawab bahwa Tuhan hanya menetapkan dua belas rasul Kristus ditambah dengan Paulus sebagai Rasul yang dipilih secara khusus untuk melayani bangas-bangsa bukan Yahudi. Namun jika dilihat dari tulisan Paulus kepada jemaat Efesus yang dicatat dalam Efesus 4:11-12 seakan memberikan kesan bahwa jabatan “rasul” merupakan jabatan yang diberikan Tuhan kepada gereja hingga sekarang ini. Cobalah perhatikan ayat-ayat dibawah ini,

11Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, 12untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus (Efesus 4:11-12).

Dalam Alkitab bahasa Inggris ditulis seperti ini,

11And he gave some, apostles; and some, prophets; and some, evangelists; and some, pastors and teachers; 12For the perfecting of the saints, for the work of the ministry, for the edifying of the body of Christ (Ephesians 4:11-12).

Ayat di atas memberitahukan bahwa Tuhan memberikan pelayan-pelayan di gereja sebagai (1) Rasul, (2) Nabi, (3) Penginjil dan (4) Gembala dan Pengajar. (Saya di sini menyatukan Gembala dan pengajar karena memang penulisanya demikian. Seorang gembala harus cakap mengajar karena tugasnya adalah mengajar jemaat. Namun saya juga menyadari bahwa ada banyak teolog memisahkan Gembala dan Pengajar menunjuk pada orang yang berbeda. Mereka mengklaim, ada orang-orang tertentu yang hanya dipanggil Tuhan sebagai pengajar di Sekolah Teologi sebagai Profesor. Bagi saya pandangan itu tidak benar karena Paulus menulis surat Efesus untuk gereja atau jemaat sebagai institusi yang didirikan Tuhan Yesus. Sementara Sekolah Teologi bukanlah institusi yang didirikan Kristus. Tidak ada perintah di dalam Alkitab untuk mendirikan Sekolah Teologi. Lagi pula bagi mereka yang merasa hanya dipanggil Tuhan sebagai pengajar di Sekolah Teologi, sangatlah tidak relevan sebagai orang-orang yang akan mempersiapkan gembala-gembala jemaat sementara mereka sendiri tidak memiliki beban untuk penggembalaan jemaat (gereja) Kristus).

Ketika mempelajari Efesus 4:11-12, sangatlah perlu untuk mempertimbangkan kronologis dan waktu ketika tulisan itu diberikan kepada jemaat Efesus. Pada saat Paulus menuliskan surat Efesus, memang pada masa itu masih ada jabatan “rasul” dimana Paulus sendiri masih hidup dan rasul-rasul lain juga masih melayani di berbagai daerah. Ayat-ayat ini tidak mengabsahkan bahwa jabatan “rasul” masih tetap berlaku di masa gereja setelah para rasul meninggal dunia. Ia memberitahukan jabatan pelayan-pelayan Tuhan di gereja pada masa itu.

Di samping itu, Efesus 2:19-20 juga menegaskan peranan dan fungsi para Rasul Yesus Kristus dan para Nabi. Mereka dikenal sebagai fondasi dari gereja.

19Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, 20yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru (Efesus 2:19-20).

Dalam Alkitab bahasa Inggris ditulis demkian,

19Now therefore ye are no more strangers and foreigners, but fellowcitizens with the saints, and of the household of God; 20And are built upon the foundation of the apostles and prophets, Jesus Christ himself being the chief corner stone (Ephesians 2:19-20 – KJV).

Frasa “kawan sewarga dari orang-orang Kudus dan anggota-anggota keluarga Allah” menunjuk pada gereja. Gereja “dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.” Secara spesifik Paulus memberitahukan bahwa rasul-rasul dan para nabi merupakan fondasi dari gereja. Para gembala dan penginjil tidak termasuk di dalamnya walaupun jabatan-jabatan itu sudah ada pada masa pelayanan para rasul.

Pertanyaan penting di sini, apakah fondasi gereja sudah ada sekarang? Jawabannya tentu sudah ada! Jika fondasi gereja sudah ada yaitu para rasul dan para nabi, maka tidak ada lagi yang namanya rasul dan nabi di masa sekarang ini. Tugas dan pelayanan rasul dan nabi sudah digenapi (terpenuhi). Dengan terpenuhinya fondasi gereja, maka gereja tidak membutuhkan rasul-rasul lagi di masa gereja sekarang ini. Gereja hanya membutuhkan gembala dan penginjil dibantu oleh para penatua dan diaken sebagaimana dicatat dalam 1 Timotius 3 dan Titus 3.

Sehubungan dengan fondasi gereja yang sibicarakan di atas, siapakah “para nabi” yang disebut dalam Efesus 2:20? Apakah “para nabi” di sini menunjuk pada para nabi di Perjanjian Lama? Ada berbagai pandangan tentang penjelasan “para nabi” di sini. Namun saya pribadi berpendapat bahwa “para nabi” di sini tidak menunjuk pada nabi-nabi di Perjanjian Lama. Jika Paulus bermaksud menunjuk kepada mereka, seharusnya ia akan menuliskan para nabi terlebih dahulu sebelum para rasul. Kenyataannya ia tidak menulis demikian.

Perlu digarisbawahi bahwa Paulus juga menuliskan kepada jemaat Efesus dalam Efesus 4:11-12 dimana ia menyampaikan para nabi sebagai orang-orang yang turut “memperlengkapi orang-orang Kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembagungan tubuh Kristus.”

11Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, 12untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus (Efesus 4:11-12).

Sekali lagi Paulus kengurukan “nabi-nabi” setelah ia menyebutkan “rasul-rasul.” Hal ini mengindikasikan bahwa “nabi-nabi” di sini tidak menunjuk pada nabi-nabi Perjanjian Lama tetapi nabi-nabi yang dipakai Tuhan di gereja-gereja Perjanjian Baru di masa itu. Mereka adalah nabi-nabi yang menerima wahyu Tuhan untuk bernubuat, menyatakan Firman Allah. Roh Allah memberikan karunia bernubuat kepada orang-orang tertentu di masa gereja mula-mula karena mereka belum memiliki kitab-kitab Perjanjian Baru seperti yang dimiliki gereja sekarang ini.

Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu (1 Korintus 12:10).

Setelah penulisan Firman Tuhan sudah lengkap (Perjanian Lama dan Perjanjian Baru) peranan pelayanan nabi-nabi sudah berakhir. Gereja tidak membutuhkan nabi-nabi lagi dalam menyatakan kehendak dan Firman Allah. Jemaat bisa membaca dan mempelajari Firman Tuhan untuk diri mereka. Oleh karena itu dengan lengkapnya Firman Tuhan di tangaan umat percaya, jabatan rasul dan nabi berakhir dengan sendirinya. Maka tinggallah jabatan gembala dan penginjil di dalam gereja sekarang ini.

Penumpangan tangan terhadap gembala (1 Timotius 4:14) di masa sekarang ini tidak menunjuk pada pentahbisan gembala menjadi rasul. Jika ada yang mengganggap dirinya layak menjadi seorang rasul di masa gereja sekarang ini, ia harus bertobat. Jangan mencoba mencari kemuliaan bagi dirinya sendiri.

Para Rasul Adalah Hamba-Hamba Tuhan Yang Khusus

Para rasul memiliki pelayanan khusus. Mereka tidak sama dengan para gembala dan penginjil yang menjabat sebagai pemimpin di dalam gereja masa sekarang ini. Jika masih ada orang yang mengklaim bahwa jabaan rasul masih berlaku bagi gereja sekarang ini, maka pertimbangkanlah kelebihan dari para Rasul Kristus yang dirangkum di bawah ini:

Pertama, Gereja Didirikan Di Atas Para Rasul

Sudah dijelaskan di atas bahwa para rasul adalah pendiri dan fondasi gereja. Tak seorang pun manusia di masa sekarang ini boleh mengklaim diri bahwa ia merupakan fondasi gereja Kristus. Allah telah menentukan para rasul dan para nabi menjadi fondasi gereja. Perhatikanlah ayat-ayat di bawah ini.

19Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, 20yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru (Efesus 2:19-20).

Lalu dimanakah letak posisi para gembala dan penginjil dalam gereja? Sama seperti para rasul dan para nabi, para gembala dan penginjil adalah pelyan-pelayan Tuhan yang menerima panggilan khusus dari Tuhan. Mereka melayani bukan karena keinginan pribadi tetapi karena Tuhan memanggilnya untuk menjadi pelayan-pelayanNya. Menjadi gembala dan penginjil bukan profesi yang direncanakan dan desain pribadi, tetapi panggilan khusus yang tidak bisa dielakkan dan diabaikan (ref. Yunus 1). Apapun yang terjadi dalam pelayanan, ia tidak akan berhenti untuk melayani. Uang tidak menjadi ukuran dalam pelayanan karena ia tahu melayani adalah panggilannya. Dengan melayani Tuhan ia menemukan sukacita dan damai sejahtera. Ia siap mati untuk melayani Tuhan. Itulah panggilan dan bukan profesi.

Namun demikian, jangan pernah berpikir bahwa mereka yang melayani gereja sekarang ini memiliki posisi sama seperti para rasul dan nabi. Para gembala dan penginjil gereja tidak membangun fondasi gereja. Mereka membangun di atas fondasi yang sudah dibangun para rasul dan para nabi. Itulah tugas dan pelayanan para hamba-hamba Tuhan di gereja sekarang ini.

Kedua, Para Rasul Merupakan Saksi-Saksi Mata Dari Kebangkitan Kristus

Ketika murid-murid Yesus berkumpul dan mendiskusikan pengganti Yudas Iskariot, mereka tidak menunjuk penggantinya dengan sembarangan. Mereka terlebih dahulu menentukan syarat-syarat sebagai pengganti. Satu hal yang dibicarakan sebagai syarat bahwa ia merupakan saksi mata kebangkitan Yesus Kristus (Kisah 1:22). Persyaratan ini tentu membatasi semua orang menjadi pengganti Yudas Iskariot karena tidak semua orang menjadi saksi kebangkitan Kristus. Termasuk orang-orang di masa gereja modern sekarang ini, mereka tidak memiliki hak untuk mengklaim diri sebagai “rasul” Kristus Yesus.

Namun status seseorang sebagai saksi kebangkitan Yesus tidak serta merta melayakkannya menjadi calon pengganti Yudas Iskariot. Para rasul masih memiliki syarat lain yang sama pentingnya dengan syarat yang sudah disampaikan bahwa ia sudah bersama-sama dengan para rasul yang lain sejak dari masa pembaptisan Yohanes hingga pada hari Yesus terangkat ke sorga. Tentu murid-murid Yesus mengetahui mereka yang sudah bersama-sama mereka sejak masa itu ketika Yesus baru pertama sekali memasuki masa pelayananNya. Ia belum dikenal banyak orang sebagai Nabi dan Tuhan yang dapat melakukan berbagai mujizat.

Oleh karena itu menjadi rasul pengganti Yudas Iskariot harus sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan para rasul. Perhatikan ayat-ayat di bawah ini.

“21Jadi harus ditambahkan kepada kami seorang dari mereka yang senantiasa datang berkumpul dengan kami selama Tuhan Yesus bersama-sama dengan kami, 22yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga meninggalkan kami, untuk menjadi saksi dengan kami tentang kebangkitan-Nya.” 23Lalu mereka mengusulkan dua orang: Yusuf yang disebut Barsabas dan yang juga bernama Yustus, dan Matias. 24Mereka semua berdoa dan berkata: “Ya Tuhan, Engkaulah yang mengenal hati semua orang, tunjukkanlah kiranya siapa yang Engkau pilih dari kedua orang ini, 25untuk menerima jabatan pelayanan, yaitu kerasulan yang ditinggalkan Yudas yang telah jatuh ke tempat yang wajar baginya.” 26Lalu mereka membuang undi bagi kedua orang itu dan yang kena undi adalah Matias dan dengan demikian ia ditambahkan kepada bilangan kesebelas rasul itu” (Kisah 1:21-26).

Mungkin tidak banyak orang memperdebatkan syarat yang sudah ditetapkan di atas. Tetapi perdebatan mulai timbul ketika memperbandingkan Paulus sebagai Rasul Kristus yang dipanggil Tuhan setelah bertahun-tahun sejak kenaikan Yesus Kristus. Banyak orang dengan kebodohannya mengganggap Paulus tidak memenuhi syarat yang ditetapkan sebagai Rasul Kristus. Mereka berkata bahwa ia tidak bersama-sama para rasul lainnya pada saat pembaptisan Yohanes hinggi kenaikan Yesus Kristus ke sorga. Paulus juga tidak melihat langsung kebangkitan Yesus Kristus. Dengan demikian sekelompok orang berasumsi bahwa status Paulus sebagai rasul Kristus merupakan pola berbeda dan yang juga berlaku hingga masa gereja sekarang ini. Sebagai akibatnya, sekelompok gereja berasumsi bahwa jabatan rasul masih tetap berlaku hingga sekarang ini sama seperti Paulus dipanggil Tuhan sebagai rasul.

Masuk akalkah klaim sedemikian? Bisakah orang yang mengklaim diri sebagai rasul sekarang ini membuktikan keabsahan kerasulannya sama seperti yang dilakukan Paulus? Catatan panggilan dan pemilihan Paulus yang dilakukan Tuhan dicatat dalam Alkitab, bagaimana ia hidup, berjuang, melayani dan teraniaya sebagai rasul Kristus. Bukan hanya itu, ia juga menuliskan paling banyak kitab-kitab Perjanjian Baru dan mendirikan berbagai gereja seperti dicatat dalam Alkitab. Semua ini membuktikan kerasulan Paulus.

Pernyataan Paulus yang dicatat dalam 1 Korintus 9:1 merupakan suatu fakta yang dialami Paulus sendiri.

Bukankah aku rasul? Bukankah aku orang bebas? Bukankah aku telah melihat Yesus, Tuhan kita? Bukankah kamu adalah buah pekerjaanku dalam Tuhan? (1 Korintus 9:1).

Kapankah Paulus dipanggil Tuhan sebagai rasul? Kapankah Paulus melihat Yesus? Untuk menjawab kedua pertanyaan ini tentu dibutuhkan penyelidikan Firman Tuhan untuk mengetahui dengan pasti kronologis kejadian itu. Paulus di sini bukan berhayal tetapi menyatakan suatu fakta nyata dan pengalamannya sebagai rasul.

Dalam 1 Korintus 9:1 tersebut terdapat empat pertanyaan retorik yang menuntut jawaban, Ya! Dengan kata lain jemaat Korintus yang menerima surat itu mengetahui dengan pasti bahwa apa yang ditanyakan Paulus kepada mereka, mereka tahu dengan pasti bahwa Paulus tidak bertanya karena keraguaannya tetapi bertanya untuk mengokohkannya karena jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu pasti, Ya! Jemaat Korintus mengetahui hal itu dengan pasti, karena mereka sendiri adalah buah pelayanan Paulus.

Kapankah Paulus dipanggil Tuhan sebagai Rasul? Jika melihat kronologis pertobatan Saulus (Paulus) dalam perjalanannya menuju Damsyik, Tuhan tidak spesifik memberitahukan bahwa ia akan menjadi seorang rasul. Tuhan hanya memberitahukan bahwa ia akan menjadi seorang alat Tuhan dalam memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa lain. Mungkinkah kejadian itu sebagai dasar panggilan Paulus sebagai rasul? Sepertinya tidak sepenuhnya kejadian itu sebagai fondasi panggilannya sebagai rasul tetapi kejadian itu merupakan awal persiapannya menjadi rasul Kristus.

Lalu, kapankah Paulus melihat Yesus yang sudah bangkit? Secara spesifik dan eksplisit tidak catat di dalam Alkitab dimana Tuhan Yesus menyatakan dan berbicara kepada Paulus dan menetapkannya sebagai Rasul. Namun pernyataan Paulus kepada jemaat Galatia yang mempertanyakan keabsahan kerasulannya menyatakan bahwa setelah ia menerima keselamatan di dalam Kristus ia tidak bertemu dengan para rasul lainnya untuk mendapatkan pengajaran dan bimbingan dari mereka, tetapi ia dituntun Roh Allah ke gurun pasir Arab dan menghabiskan waktu selama tiga tahun di sana bersama Tuhan. Perhatikan ayat-ayat berikut,

13Sebab kamu telah mendengar tentang hidupku dahulu dalam agama Yahudi: tanpa batas aku menganiaya jemaat Allah dan berusaha membinasakannya. 14Dan di dalam agama Yahudi aku jauh lebih maju dari banyak teman yang sebaya dengan aku di antara bangsaku, sebagai orang yang sangat rajin memelihara adat istiadat nenek moyangku. 15Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-Nya, 16berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaatpun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia; 17juga aku tidak pergi ke Yerusalem mendapatkan mereka yang telah menjadi rasul sebelum aku, tetapi aku berangkat ke tanah Arab dan dari situ kembali lagi ke Damsyik. 18Lalu, tiga tahun kemudian, aku pergi ke Yerusalem untuk mengunjungi Kefas, dan aku menumpang lima belas hari di rumahnya (Galatia 1:13-18).

Apa yang dilakukan Paulus selama tiga tahun di tanah Arab? Paulus tidak memberitahukan apapun tentang hal itu. Para teolog berasumsi bahwa masa selama tiga tahun itulah masa yang ia habiskan bersekutu dengan Tuhan dan Tuhan memberikan wahyu dan FirmanNya. Pada masa itulah Tuhan Yesus memanggilnya menjadi rasulNya.

Setelah waktu khusus itu bersama Tuhan, ia kembali ke daerah Damsyik. Gereja Antiokhia adalah gereja yang menerimanya sebagai pelayan dan gereja ini menjadi basis pelayanan Paulus dan mengutusnya sebagai misionaris ke berbagai daerah. Namun pemimpin gereja di Antiokhia tidak menahbiskannya menjadi Rasul Kristus dan tidak pernah ada penumpangan tangan atas Paulus dari jajaran pemimpin gereja Antiokhia. Kerasulannya diterima ketika ia ada di daerah Arab, menghabiskan waktu selama tiga tahun bersama Tuhan. Inilah yang tersirat ketika Paulus pergi ke Yerusalem dan menyatakan hal ini,

7Tetapi sebaliknya, setelah mereka melihat bahwa kepadaku telah dipercayakan pemberitaan Injil untuk orang-orang tak bersunat, sama seperti kepada Petrus untuk orang-orang bersunat 8— karena Ia yang telah memberikan kekuatan kepada Petrus untuk menjadi rasul bagi orang-orang bersunat, Ia juga yang telah memberikan kekuatan kepadaku untuk orang-orang yang tidak bersunat (Galatia 2:7-8).

Paulus di sini menegaskan bahwa Petrus dipanggil untuk menjadi rasul bagi orang-orang yang bersunat yaitu Yahudi, dan ia sendiri dipanggil sebagai rasul untuk orang-orang tidak bersunat. Kalimat “Ia juga yang telah memberikan kekuatan kepadaku untuk orang-orang yang tidak bersunat” mengukuhkan kerasulan Paulus.

Status Paulus sebagai Rasul Kristus inilah yang dinyatakannya kepada jemaat Korintus bahwa Kristus sungguh-sungguh menampakkan diri kepadanya.

7Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul. 8Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya (1 Korintus 15:7-8).

Ketiga, Para Rasul Dipilih Secara Pribadi Oleh Kristus Sendiri

Di awal pelayanan Yesus, Ia sendiri memilih dua belas murid dimana mereka hidup dan tinggal bersama-sama serta melihat semua pelayanan dan mendengar semua khotbah Yesus. Ada begitu banyak orang yang selalu mengerumuni Yesus terutama ketika melakukan mujizat tetapi Ia hanya memilih dua belas orang yang menjadi murid. Injil Matius, Markus dan Lukas mencatat pemilihan murid-murid Yesus dan mencantumkan nama-nama mereka. Di sini saya melampirkan apa yang catat Matius.

1Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan. 2Inilah nama kedua belas rasul itu: Pertama Simon yang disebut Petrus dan Andreas saudaranya, dan Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, 3Filipus dan Bartolomeus, Tomas dan Matius pemungut cukai, Yakobus anak Alfeus, dan Tadeus, 4Simon orang Zelot dan Yudas Iskariot yang mengkhianati Dia (Matius 10:1-4).

Pemilihan kedua belas murid di atas merupakan hak prerogatif Yesus sendiri. Murid-murid inilah kemudian menjadi rasul-rasul Yesus. Tidak ada intervensi siapapun dalam pemilihan kedua belas murid ini. Dalam catatan Firman Allah tidak pernah dicatat bahwa ada orang tertentu memilih murid-murid dan kemudian menamakan mereka sebagai rasul.

Yohanes Pembaptis melakukan pelayanan enam bulan lebih awal dari Yesus Kristus karena ia mempersiapkan jalan bagi pelayanan Kristus (Maleakhi 3:1; Markus 1:2). Ia juga memiliki murid-murid yang selalu bersama-sama dengannya (ref. Matius 14:12, Markus 2:18; 6:29; Lukas 5:33). Meskipun ia memiliki murid-murid yang setia mengikutinya, ia tidak pernah menamakan atau mengangkat mereka sebagai rasul. Ia dengan senang hati memberitahukan kepada murid-muridnya bahwa Yesus adalah Anak Domba Allah dan mengarahkan kepada Yesus yang adalah Mesias Israel.

Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. 30Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku. 31Dan aku sendiripun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel” (Yohanes 1:29-31).

Roh Allah memberitahukan kepada Yohanes Pembaptis bahwa Yesus adalah Anak Domba Allah yang akan menghapus dosa manusia. Yohanes bahkan merasa tidak layak untuk melepaskan kasut Yesus (Matius 3:11). Ia tahu siapa dirinya dan tugas yang harus ia selesaikan sebagaimana Tuhan perintahkan.

Tentang Paulus, sangat jelas bahwa ia bukanlah salah satu murid dari dua belas murid Yesus. Ia adalah seorang Rasul yang khusus dipilih langsung oleh Yesus. Ia tidak pernah menunjukkan suatu keraguan atas jabatannya sebagai Rasul Kristus Yesus sekalipun ada orang-orang dan kelompok tertentu yang meragukan dan mempertanyakan hal itu. Tetapi dengan tegas ia menyampaikan demikian,

Dari Paulus, seorang rasul, bukan karena manusia, juga bukan oleh seorang manusia, melainkan oleh Yesus Kristus dan Allah, Bapa, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati (Galatia 1:1).

Karena pengaruh orang-orang Yahudi yang mempercayai Yudaisme, sekelompok orang di gereja Galatia terpengaruh dan mempertanyakan kerasulan Paulus. Ayat di atas merupakan tanggapan Paulus terhadap keraguan yang dilontarkan orang-orang tertentu untuk merendahkan Injil yang diberitakan Paulus dan kerasulannya. Ayat itu juga mengukuhkan bahwa Paulus bukanlah seorang Rasul yang bisa diremehkan karena jabatan kerasulannya diberikan langsung oleh Kristus. Panggilan kerasulannya tidak menyalahi aturan yang dibuat oleh para Rasul dalam Kisah 1:21-26.

Oleh karena itu janganlah pernah ada orang mengklaim diri sebagai seorang rasul Kristus karena jabatan rasul karena maksud dan tujuan pemilihan dan pemanggilan Rasul sudah digenapi sebagai fondasi gereja dan standar kebenaran Firman Allah di masa dulu.

Keempat, Para Rasul Memiliki Otoritas Mutlak Atas Perkara-Perkara Gereja

Para rasul memiliki hikmat istimewa dalam mengatasi berbagai perkara-perkara yang dihadapi gereja. Keistimewaan dan kemampuan sedemikian tidak dimiliki para pelayan-pelayan gereja di masa sekarang. Begitu sering keputusan yang diambil para pemimpin gereja masa kini mengakibatkan perpecahan dan kehancuran gereja. Berdirinya berbagai denominasi di berbagai Negara dan daerah tidak terlepas dari ketidakarifan dan ketidakbijaksanaan para pemimpin dalam menyelesaikan masalah dan kesulitan sehingga terjadi perpecahan dan berdirinya denominasi-denominasi baru. Keegoisan dan kesombongan sering sekali mendominasi dalam keputusan-keputusan sidang gereja. Namun hal sedemikian tidak terjadi ketika para Rasaul mengambil keputusan atas perkara-perkara gereja.

Refleksi kemampuan para Rasul dalam mengambil keputusan untuk menyelesaikan berbagai masalah di gereja terlihat dalam tulisan dan pengajaran mereka kepada gereja-gereja yang menghadapi kesulitan dan masalah sebagaimana ajaran dan tulisan itu menjadi bagian dari kitab-kitab Perjanjian Baru. Petrus misalnya, gereja di Yerusalem menghadapi berbagai masalah tetapi ia dengan hikmat dan kebijaksanaan dari Tuhan mampu menyelesaikannya. Sebagai Rasul Kristus ia menunjukkan bahwa ia memiliki otoritas mutlak atas perkara-perkara yang dihadapi gereja. Cobalah perhatikan otoritas yang dimiliki Rasul Petrus dalam catatan Firman Tuhan di bawah ini.

1Ada seorang lain yang bernama Ananias. Ia beserta isterinya Safira menjual sebidang tanah. 2Dengan setahu isterinya ia menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lain dibawa dan diletakkannya di depan kaki rasul-rasul. 3Tetapi Petrus berkata: “Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? 4Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah.” 5Ketika mendengar perkataan itu rebahlah Ananias dan putuslah nyawanya. Maka sangatlah ketakutan semua orang yang mendengar hal itu. 6Lalu datanglah beberapa orang muda; mereka mengapani mayat itu, mengusungnya ke luar dan pergi menguburnya. 7Kira-kira tiga jam kemudian masuklah isteri Ananias, tetapi ia tidak tahu apa yang telah terjadi. 8Kata Petrus kepadanya: “Katakanlah kepadaku, dengan harga sekiankah tanah itu kamu jual?” Jawab perempuan itu: “Betul sekian.” 9Kata Petrus: “Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan? Lihatlah, orang-orang yang baru mengubur suamimu berdiri di depan pintu dan mereka akan mengusung engkau juga ke luar.” 10Lalu rebahlah perempuan itu seketika itu juga di depan kaki Petrus dan putuslah nyawanya. Ketika orang-orang muda itu masuk, mereka mendapati dia sudah mati, lalu mereka mengusungnya ke luar dan menguburnya di samping suaminya. 11Maka sangat ketakutanlah seluruh jemaat dan semua orang yang mendengar hal itu (Kisah 5:1-11).

Kejadian di atas menunjukkan bagaimana Tuhan menunjukkan kebesaran dan keagunganNya melalui Rasul yang sudah Ia panggil dan pilih. Perkataan mereka memiliki kuasa. Mereka adalah jurubicara Tuhan dalam menyampaikan kebenaran dan Firman Tuhan bagi gereja Kristus.

Hal yang sama trjadi ketika Paulus melayanai di Efesus. Ia menunjukkan bahwa ia adalah seorang Rasul Kristus yang memiliki otoritas atas masalah yang dihadapi gereja. Perhatikanlah catatan kejadian di bawah ini.

13Juga beberapa tukang jampi Yahudi, yang berjalan keliling di negeri itu, mencoba menyebut nama Tuhan Yesus atas mereka yang kerasukan roh jahat dengan berseru, katanya: “Aku menyumpahi kamu demi nama Yesus yang diberitakan oleh Paulus.” 14Mereka yang melakukan hal itu ialah tujuh orang anak dari seorang imam kepala Yahudi yang bernama Skewa. 15Tetapi roh jahat itu menjawab: “Yesus aku kenal, dan Paulus aku ketahui, tetapi kamu, siapakah kamu?” 16Dan orang yang dirasuk roh jahat itu menerpa mereka dan menggagahi mereka semua dan mengalahkannya, sehingga mereka lari dari rumah orang itu dengan telanjang dan luka-luka. 17Hal itu diketahui oleh seluruh penduduk Efesus, baik orang Yahudi maupun orang Yunani, maka ketakutanlah mereka semua dan makin masyhurlah nama Tuhan Yesus (Kisah 19:13-17).

Paulus tidak pernah merasa takut untuk berhadapan langsung dengan orang-orang yang melakukan dosa. Ia dengan berani dan dengan kuasa Tuhan ia berhadapan langsung dengan orang-orang yang mengajarkan kesesatan dan pelaku-pelaku dosa. Para Rasul bukanlah seperti banyak para pelayan-pelayan gereja sekarang ini yang tidak berani menegur dan memarahi orang-orang yang hidup tidak teratur, pelaku-pelaku dosa dan pembuat kekacauan dan keributan di dalam gereja. Mereka sering memakai mimbar untuk menyinggung dan menyindir orang-orang itu, tetapi tidak punya nyali berhadapan muka dengan muka dengan para pelaku dosa dan menerapkan disiplin gereja. Para Rasul Kristus tidaklah demikian, mereka berani berhadapan langsung dengan jemaat yang melakuka dosa dan kejahatan karena para Rasul memiliki otoritas mutlak atas perkara-perkara gereja. Salah satu contoh seperti itu diungkapkan Paulus ketika ia menuliskan surat kepada jemaat Korintus.

2Kepada mereka, yang di masa yang lampau berbuat dosa, dan kepada semua orang lain, telah kukatakan terlebih dahulu dan aku akan mengatakannya sekali lagi — sekarang pada waktu aku berjauhan dengan kamu tepat seperti pada waktu kedatanganku kedua kalinya — bahwa aku tidak akan menyayangkan mereka pada waktu aku datang lagi. 3Karena kamu ingin suatu bukti, bahwa Kristus berkata-kata dengan perantaraan aku, dan Ia tidak lemah terhadap kamu, melainkan berkuasa di tengah-tengah kamu (2 Korintus 13:2-3).

Keberanian dan otoritas para Rasul atas perkara-perkara gereja tidak bisa dipertanyakan lagi karena mereka memiliki keyakinan penuh sebagai Rasul dan pemberita Injil Kristus. Paulus misalnya, tidak pernah ragu atas Injil yang ia beritakan. Ia memberitahukan kepada jemaat Roma bahwa Injil adalah kekuatan Allah untuk menyelematkan manusia berdosa dari berbagai suku dan bangsa (Roma 1:16). Injil yang sama ia ajarkan kepada jemaat Galatia, yaitu mereka bertobat melalui pelayanannya di Galatia. Namun dalam waktu yang cukup singkat, mereka berpaling dan meninggalkan Injil Kristus dan merangkul injil lain yang bukan berasal dari Kristus (Galatia 1:6). Injil lain ini adalah ajaran kelompok Yudaisme yang mengajarkan bahwa percaya pada Yesus Kristus tidak cukup tetapi juga harus melakukan hukum Taurat khusus ajaran sunat yang diajarkan Musa. Hal ini juga mempertanyakan

Merespon situasi yang terjadi di gereja Galatia, ia tidak segan-segan menyerahkan para pengajar injil lain selain Injil Kristus kepada Tuhan untuk dihukum. Ia tidak pandang bulu, siapapun orangnya patut mendapatka hukuman dari Tuhan. Inilah yang disampaikan Paulus kepada jemat Galatia.

Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia (Galatia 1:8).

Perhatikan kata “kami” dalam ayat di atas. Itu menunjuk pada Paulus dan tim sepelayanannya. Tentu ia tidak akan memberitakan injil lain selain dari Injil Kristus dan ia pasti juga memastikan bahwa tim sepelayanannya tidak melakukan kesalahan. Karena ia merasa pemberitaan injil selain Injil Kristus merupakan hal sangat serius, ia bahkan menyebutkan “seorang malaikat dari sorga” yang datang memberitakan injil lain juga dinyatakan “terkutuklah dia.” Tentu pernyataan ini tidak berarti bahwa aka nada malaikat dari sorga turun ke bumi memberitakan injil lain karena tidak akan pernah ada malaikat yang akan melakukan hal itu. Semua malaikat yang tidak taat kepada Tuhan sudah dihukum bersama-sama dengan Lucifer menjadi roh-roh jahat (demons) di dunia ini. Saatnya akan tiba mereka akan di buang ke lautan api neraka.

Namun penyebutan “seorang malaikat datang dari sorga” di sini menunjukan keseriusan Paulus terhadap pengajar-pengajar sesat. Seandainya (tetapi tidak mungkin lagi) ada seorang malaikat turn dari sorga untuk mengajarkan hal yang sesat ia juga terkutuk. Oleh arena itu, Paulus sekali lagi menegaskan hal itu demikian,

Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus (Galatia 1:10).

Paulus memberitahukan bahwa ia tidak takut kepada manusia dan juga tidak mencari muka dari manusia dengan berkompromi atau membiarkan begitu saja segala perbuatan jahat dan dosa jemaat. Ia memiliki otoritas untuk membela kebenaran dan menyatakan hal yang salah adalah salah, dan hal yang benar adalah benar. Ia menyatakan bahwa jikalau ia mencoba berkenan kepada manusia maka ia bukanlah hamba Kristus. Seorang hamba Kristus harus melakukan perintah dari Tuannya yang memberikan tugas, tanggungjawab dan perintah.

Rasul Yudas juga mengingatkan gereja yang disusupi oleh pengajar-pengajar sesat (Yudas 1:4) yaitu mereka yang berpura-pura sebagai bagian dari gereja tetapi sesungguhnya mereka adalah srigala berbuluh domba, yang berusaha menghancurkan iman dan keyakinan jemaat, untuk kembali mengingat apa yang sudah diajarkan para Rasul-Rasul lain selain dirinya. Ia ingin agar jemaat juga membaca dan mempelajari kitab-kitab Firman Tuhan yang ditulis para Rasul sehingga mereka mengetahui bagaimana menghadapi para pengajar sesat dan akhirnya hidup berkemenangan.

Tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, ingatlah akan apa yang dahulu telah dikatakan kepada kamu oleh rasul-rasul Tuhan kita, Yesus Kristus (Judas 1:17).

Kelima, Para Rasul Tidak Keliru Di Dalam Pemberitaan Mereka Dan Di Dalam Tulisan Mereka

Rasul-Rasul memang manusia sama seperti orang-orang yang ada di dalam gereja sekarang ini, tetapi mereka merupakan pilihan Tuhan dalam menulis, mengajar dan memberitakan kebenaran Firman Tuhan. Mereka dipanggil Tuhan untuk tugas khusus dan mulai ini. Kesungguhan dan keseriusan panggilan mereka sebagai Rasul dan pelayan Kristus, mereka siap menderita dan mati bagi Kristus. Tujuan utama hidup mereka bukan menjadi orang kaya dan memiliki segala kemewahan tetapi untuk memberitakan Injil Kristus dan membawa jiwa-jiwa sesat kepada Kristus dan percaya pada Yesus.

Sebagai Rasul yang dianggil dan dipilih oleh Kristus sendiri, mereka tidak melakukan kesalahan dalam pengajaran dan pemberitaan Firman Tuhan. Roh Allah menuntun mereka dalam setiap pemberitaan dan pengajaran Firman Tuhan. Paulus sendiri memberitahukan hal itu kepada jemaat Tesalonika bahwa Firman yang ia sampaikan kepada jemaat setempat bukanlah semata-mata perkataannya sendiri tetapi Firman Allah.

Dan karena itulah kami tidak putus-putusnya mengucap syukur juga kepada Allah, sebab kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi — dan memang sungguh-sungguh demikian — sebagai firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu yang percaya (1 Tesalonika 2:13).

Tentu apa yang disampaikan Paulus di atas menunjukkan panggilannya sebagai Rasul Kritsus. Tak seorangpun dari para pelayan-pelayan gereja sekarang ini bisa mengklaim hal seperti yang disampaikan Paulus. Tulisan dan khotbah para pendeta dan penginjil memang memberitakan kebenaran Injil tetapi jika dianalisa begitu sering khotbah dan ajaran para pendeta dan penginjil mengandung kesalahan dan kekeliruan dan tidak jarang apa yang diberitakan dari mimbar bertentangan dengan apa yang dicatat di dalam Firman Tuhan. Hal ini menunjukan bahwa tingkat keakurasian dan kesempurnaan pengajaran dan pemberitaan berita kebenaran yang disampaikan para hamba-hamba Tuhan sekarang ini sangat berbeda dengan apa yang diajarkan, dan diberitakan oleh para Rarul. Pemberitaan dan pengajaran Injil yang disampaikan para Rasul keseluruhannnya sempurna dan tidak mengandung kesalahan.

Dalam hal penulisan Injil dan kebenaran, para Rasul adalah standar kebenaran. Tulisan mereka tidak mengandung kesalahan dan kekeliruan. Mereka menuliskan Firman Tuhan bukan atas dasar kehendak dan keinginan mereka sendiri. Hal inilah yang sampaikan dan dirangkum Petrus ketika ia menuliskan demikian,

20Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, 21sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah (2 Petrus 1:20-21).

Oleh karena pemberitaan dan penulisan Firman Tuhan yang disampaikan para Rasul maka gereja memiliki Firman Tuhan yang sempurna dan tidak mengandung kesalahan. Firman Tuhan bisa dipercaya penuh dan tanpa keraguan serta menerima kebenaran itu sebagai penuntun dalam hidup dan iman. Firman Tuhan menuntun orang-orang berdosa untuk mengenal Tuhan dan Juruselamat manusia yaitu Yesus Kristus yang adalah jalan keselamatan.

19Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, 20Yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru (Efesus 2:19-20).

Adakah pelayan-pelayan gereja sekarang ini bisa mengganggap setara dengan para Rasul Kristus Yesus dengan menyebut dirinya sebagai “rasul”? Jika masih ada yang berpikir demikian ia harus mempelajari Firman Tuhan dan dengan rendah hati tunduk kepada ajaran kebenaran Firman Tuhan sehingga ia bisa melihat kesalahan dan kekeliruannya serta melihat siapa dirinya di hadapan Tuhan.

Keenam, Para Rasul Dibuktikan Oleh Tanda-Tanda Dan Mujizat-Mujizat

Sebagai Rasul-Rasul yang dipilih langsung oleh Yesus Kristus, mereka memiliki keistimewaan khusus dengan dikarunia kemampuan melakukan berbagai tanda dan mujizat. Mereka berbeda dengan para pelayan Tuhan seperti gembala dan penginjil. Mereka dikaruniai kuasa khusus untuk mengabsahkan pelayanan dan pemberitaan Firman yang mereka lakukan. Tuhan membuat mereka berbeda. Markus mencatat keistimewaan para Rasul seperti di bawah ini,

17Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, 18mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.” 19Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. 20Merekapun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya (Markus 16:17-20).

Dalam Alkitab bahasa Inggris ditulis demikian,

17And these signs shall follow them that believe; In my name shall they cast out devils; they shall speak with new tongues; 18They shall take up serpents; and if they drink any deadly thing, it shall not hurt them; they shall lay hands on the sick, and they shall recover. 19So then after the Lord had spoken unto them, he was received up into heaven, and sat on the right hand of God. 20And they went forth, and preached every where, the Lord working with them, and confirming the word with signs following. Amen. (Mark 16:17-20 – KJV).

Kata “mereka” atau “they” di sini menunjuk pada rasul-rasul Kristus yang telah menerima karunia khusus. Mereka diberitahukan akan “mengusir setan-setan” dan “berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru” tanpa mempelajarinya terlebih dahulu. Ayat 18 juga memberitahukan, “mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.” Inilah bukti keistimewaan yang diberikan Tuhan khusus buat mereka.

Jika ada orang-orang yang merasa memiliki kesetaraan sebagai “rasul” Kristus, biarlah mereka mencoba meminum racun dan kemudian melihat apa yang akan terjadi pada diri mereka. Atau membiarkan diri mereka digigit ular berbisa, dan kemudian melihat apa yang akan terjadi. Paulus sendiri pernah mengalami hal itu tetapi racun ular itu tidak membuatnya sakit dan mati (Kisah 28:3-5).

Kisah 2:43 mengukuhkan apa yang dicatat dalam Markus 16:17-20 dimana murid-murid Yesus “mengadakan banyak mujizat dan tanda” di awal berdirinya gereja mula-mula. Bahkan diberitahukan bahwa banyak orang ketakutan karena apa yang diperbuat oleh para rasul.

Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda (Kisah 2:43).

Dalam kesempatan lain, Lukas juga mencatat bahwa para rasul mengadakan “banyak tanda dan mujizat di antara banyak orang.”

Dan oleh rasul-rasul diadakan banyak tanda dan mujizat di antara orang banyak. Semua orang percaya selalu berkumpul di Serambi Salomo dalam persekutuan yang erat (Kisah 5:12).

Paulus meskipun tidak merupakan bagian dari kedua belas murid Yesus yang dipilih pada masa pelayananNya, Ia juga memiliki kuasa dan karunia yang sama seperti murid-murid Yesus lainnya. Ia tidak memiliki kuasa dan karunia yang lebih rendah dari rasul-rasul lain. Ia juga mengadalan banyak tanda dan mujizat untuk mengabsahkan kerasulannya dan pemberitaan Firman Allah. Lukas mencatat dalam Kisah 14:3 bahwa Paulus melakukan “tanda-tanda dan mujizat-mujizat” sama seperti Rasul-Rasul Kristus lainnya.

Paulus dan Barnabas tinggal beberapa waktu lamanya di situ. Mereka mengajar dengan berani, karena mereka percaya kepada Tuhan. Dan Tuhan menguatkan berita tentang kasih karunia-Nya dengan mengaruniakan kepada mereka kuasa untuk mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat (Kisah 14:3).

Maka diamlah seluruh umat itu, lalu mereka mendengarkan Paulus dan Barnabas menceriterakan segala tanda dan mujizat yang dilakukan Allah dengan perantaraan mereka di tengah-tengah bangsa-bangsa lain (Kisah 15:12).

11Oleh Paulus Allah mengadakan mujizat-mujizat yang luar biasa, 12bahkan orang membawa saputangan atau kain yang pernah dipakai oleh Paulus dan meletakkannya atas orang-orang sakit, maka lenyaplah penyakit mereka dan keluarlah roh-roh jahat (Kisah 19:11-12).

Ayat-ayat di atas tidak memberikan sedikitpun keraguan bahwa Paulus sungguh seorang Rasul Kristus dan memiliki kuasa dan karunia yang sama seperti Rasul-Rasul yang lain.

Ketujuh, Para Rasul Memiliki Tempat Kehormatan Yang Kekal Dan Unik Di Dalam Kerajaan Allah

Para rasul berbeda dengan para pelayan Tuhan lainnya, mereka memiliki keistimewaan khusus di hadapan Tuhan. Hal itu disampaikan Yohanes dalam penglihatan yang dituliskannya dalam kitab Wahyu. Mereka mendapatkan kehormatan kekal dimana diberitahukan dalam tembok kota Yerusalem baru nama-nama kedua belas rasul Kristus dituliskan.

Dan tembok kota itu mempunyai dua belas batu dasar dan di atasnya tertulis kedua belas nama kedua belas rasul Anak Domba itu (Wahyu 21:14).

Dengan membaca pernyataan ini, mungkin pembaca bertanya, jikalau Matias adalah pengganti Yudas Iskariot, bukankah rasul-rasul Kristus terdiri dari tiga belas rasul (termasuk Paulus)? Lalu kenapa hanya dua belas dari nama mereka tercatat dalam kedua belas tembok kota Yerusalem baru? Saya hanya bisa memberitahukan bahwa ini merupakan rahasia Tuhan dan saya tidak mengetahuinya. Jika memang ingin mengetahui dengan pasti kenapa hanya dua belas rasul yang tercatat di sana, maka pastikanlah bahwa engkau ada di Yerusalem baru itu sehingga engkau bisa melihat dan mencari jawabannya di sana.

Ringkasan

Apakah ada orang di zaman ini yang memenuhi semua persyaratan di atas? Tentu sekali! Dengan ketidakadaan seorangpun memenuhi syarat tersebut, maka bisa dipastikan bahwa jabatan rasul sudah tidak ada lagi dan tidak akan pernah ada lagi.

Lalu bagaimana dengan orang-orang yang mengklaim diri sebagai rasul di berbagai gereja di belahan bumi ini? Mereka harus bertobat dan mempelajari Firman Tuhan dengan penuh kerendahan diri sehingga mereka bisa melihat diri mereka di hadapan tuhan. Jika tidak demikian, mereka akan mengklaim yang bukan haknya hanya agar orang-orang di sekitarnya mengganggapnya hebat dan berkuasa. Semuanya ini hanya untuk mencari kemuliaan diri mereka sendiri. Mereka ingin dikenal sebagai orang hebat dengan menyamakan dirinya sama seperti rasul-rasul Kristus pada hal dalam kenyataannya hidup dan prilaku mereka jauh dari karakter seorang rasul. Mereka adalah orang-orang yang ingin ditinggikan dan diagungkan tetapi tidak ingin menderita bagi Kristus. Mereka hanya ingin mendapatkan hormat dan kemuliaan dari orang-orang yang mengerumuninya.

Berhati-hatilah dengan orang-orang sedemikian. Ingatlah selalu, penyesatan akan semakin dasyat menjelang hari kedatangan Kristus. Janganlah tertipu oleh kelicikan dan kepicikan orang-orang yang mengklaim diri sebagai “rasul”. Selidikilah Firman Tuhan dan ujilah setiap pengajaran dalam terang Firman Tuhan (1 Tesalonika 5:21).