Wahyu yang diterima oleh para Nabi dan rasul disampaikan oleh

Wahyu yang diterima oleh para Nabi dan rasul disampaikan oleh

Perbedaan nabi dan rasul - Ilustrasi kaligrafi nama Nabi Muhammad berbentuk hati. (Shutterstock)

Apa saja perbedaan Nabi dan Rasul? Apakah Nabi sama dengan rasul? Simak penjelasannya berikut ini.

Suara.com - Nabi dan Rasul merupakan suri tauladan yang menjadi contoh bagi umat Islam dalam kehidupan sehari-hari. Lalu apa perbedaan Nabi dan Rasul? Apakah Nabi sama dengan rasul? Simak penjelasannya berikut ini.

Nabi dan Rasul memiliki tugas dari Allah SWT dalam menyebarkan pesan kepada umat-umatnya. Seluruh umat muslim wajib hukumnya untuk meyakini bahwa Nabi dan Rasul benar adanya.

Meski demikian banyak yang memahami bahwa Nabi dan Rasul adalah sama. Padahal Nabi dan Rasul memiliki beberapa perbedaan. Nabi tidak berarti Rasul dan Rasul sudah pasti adalah Nabi.

Pengertian

Baca Juga: Wajib Tahu, Ini 9 Rahasia Keutamaan Sahur

Secara etimologi, kata Nabi merupakan kata yang berasal dari naba yang berarti “dari tempat yang tinggi”. Dengan demikian pengertian Nabi adalah seorang manusia dan hamba Allah SWT yang diberikan kepercayaan berupa wahyu untuk dirinya sendiri. Wahyu yang diturunkan kepada Nabi tidak disampaikan kepada umatnya dan hanya diamalkan oleh dirinya sendiri.

Sementara itu, kata Rasul berasa dari kata risala yang berarti penyampaian. Rasul adalah seorang yang diberikan wahyu dari Allah SWT yang kemudian berkewajiban untuk diamalkan dan disampaikan kepada umatnya.  

Jumlah Nabi dan Rasul dari berbagai pendapat yakni, Nabi sebanyak 124 ribu orang dan Rasul terdapat 312 orang.

Sementara itu ada 25 Nabi dan Rasul yang wajib dipercayai oleh seluruh umat muslim yakni: Adam AS, Idris AS, Nuh AS, Hud AS, Saleh AS, Ibrahim AS, Luth AS, Ismail AS, Ishak AS, Yaqub AS, Yusuf AS, Syu’aib AS, Ayyub AS, Dzulkifli AS, Musa AS, Harun AS, Daud AS, Sulaiman AS, Ilyas AS, Ilyasa’ AS, Yunus AS, Zakaria AS, Yahya AS, Isa AS, Muhammad SAW.

Perbedaan Nabi dan Rasul

Baca Juga: Doa Nabi Muhammad Sebelum Makan Sahur: Yarhamullahul Mutasahhirin

Untuk lebih lengkapnya berikut adalah perbedaan Nabi dan Rasul.

Wahyu merupakan petunjuk dari Allah SWT  kepada Rasul untuk dijadikan petunjuk bagi Umat Islam. Tetapi, bagaimana proses penyampaian wahyu tersebut?

Menurut Syekh Shafiyarrahman Al-Mubarakfuri dalam bukunya Sirah Nabawiyah (2012, Pustaka Al-Kautsar). Mengutip Ibnu Qayyim, dijelaskan bahwa ada tujuh cara Allah SWT menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW yaitu sebagai berikut:

Pertama, mimpi yang hakiki atau benar. Mimpi ini termasuk salah satu permulaan media penyampaian wahyu yang turun kepada Nabi Muhammad SAW.

Kedua, melalui bisikan dalam jiwa dan hati Nabi tanpa diihatnya. Nabi Muhammad SAW berkata:

إنَّ رُوحَ القُدُسِ نفثَ في رُوعِي ، أنَّ نفسًا لَن تموتَ حتَّى تستكمِلَ أجلَها ، وتستوعِبَ رزقَها ، فاتَّقوا اللهَ ، وأجمِلُوا في الطَّلَبِ ، ولا يَحمِلَنَّ أحدَكم استبطاءُ الرِّزقِ أن يطلُبَه بمَعصيةِ اللهِ ، فإنَّ اللهَ تعالى لا يُنالُ ما عندَه إلَّا بِطاعَتِهِ

“Sesungguhnya Ruhul-Qudus menghembuskan ke dalam diriku, bahwa suatu jiwa sama sekali tidak akan mati hingga disempurkan Rezekinya. Maka bertakwalah kepada Allah, baguskan dalam meminta, dan janganlah kalian menganggap lamban datangnya rezeki, sehingga kalian mencarinya dengan cara mendurhakai Allah, karena apa yang di sisi Allah tidak akan bisa diperoleh kecuali dengan menaati-Nya.’’

Ketiga, malaikat muncul di hadapan Nabi Muhammad SAW.

Malaikat menyerupai seoarng laki-laki menemui secara langsung kepada Nabi. Lalu, ia berbicara dengan Nabi hingga bisa menangkap secara langsung apa yang dibicarakan. Bahkan, dalam hal ini terkadang para sahabat juga bisa melihat penjelmaaan malaikat.

Keempat, wahyu datang menyerupai gemerincing lonceng. Wahyu ini dianggap wahyu paling berat dan malaikat tidak dapat dilihat oleh pandangan Nabi. Dahi Nabi sampai berkerut dan mengeluarkan keringat sekalipun pada waktu yang sangat dingin. Bahkan, hewan yang ditunggangi Nabi menderum ke tanah.

Wahyu seperti ini pernah terjadi tatkala paha beliau berada di atas Zaid bin Tsabit, sehingga Zaid merasa keberatan dan hampir saja tidak kuat menyangganya.

Kelima, malaikat melihatkan rupa aslinya. Peristiwa  seperti ini pernah terjadi dua kali kepada Nabi. Malaikat mendatangi Nabi untuk menyampaikan wahyu seperti yang dikehendaki Allah kepada beliau. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Allah di dalam surat An-Najm.

Keenam, Wahyu yang disampaikan Allah kepada Nabi. Kejadian ini terjadi di lapisan-lapisan langit pada malam Mi’raj. Wahyu ini berisi kewajiban untuk melaksanakan sholat dan lain-lain.

Ketujuh, Allah berfirman langsung kepada Nabi tanpa perantara. Dalam hal ini, sebagaimana Allah telah  berfirman dengan Musa bin Imran. Wahyu semacam ini berlaku bagi Musa berdasarkan nash Alquran. Sedangkan Nabi Muhammad terjadi dalam hadist tentang Isra. (Saddam Al-Ghifari/ Nashih)

Jawaban:

WAHYU YANG PERTAMA KALI TURUN KEPADA NABI MUHAMMAD SAW ADALAH Q.S AL ALAQ 1-5.Rasulullah menerima wahyu pertama di Gua Hira. Waktunya pada 17 Ramadhan atau pada 6 Agustus 610 Masehi..

Penjelasan:

Pertamakali Rosulullah men dapatkan wahyu yaitu ketia beliau berusia 40th, Allah menurunkan wahyu saat umur rosul sudah matang dan dianggap mampu untuk mengemban amanah dan tugas yang sangat mulia ini. Saat itu ia sedang berkhalwat di Gua Hira, lalu ia didatangi oleh malaikat Jibril dan mendapatkan wahyu pertamanya. Sejak tiga tahun terakhir sebelum diturunkannya wahyu pertama untuknya yakni surat Al-Alaq ayat satu sampai lima, utusan Allah yang juga dijuluki sebagai Al-Amin tersebut memang rajin mendatangi Gua Hira untuk berkhalwat (menyendiri) dan bertafakur (merenung).

logo

HEADLINE HARI INI

JOE BIDEN SERANG DONALD TRUMP soal COVID-19 di DEBAT CAPRES AS, SIAPA UNGGUL?

HomeRamadanNgabuburit

Wahyu Pertama Rasulullah SAW Turun di Bulan Ramadan

pada 01 Jun 2018, 19:40 WIB

Alquran dari sutra. (AFP) Perbesar

Alquran dari sutra. (AFP)

Jakarta Pertamakali Rosulullah men dapatkan wahyu yaitu ketia beliau berusia 40th, Allah menurunkan wahyu saat umur rosul sudah matang dan dianggap mampu untuk mengemban amanah dan tugas yang sangat mulia ini. Saat itu ia sedang berkhalwat di Gua Hira, lalu ia didatangi oleh malaikat Jibril dan mendapatkan wahyu pertamanya. Sejak tiga tahun terakhir sebelum diturunkannya wahyu pertama untuknya yakni surat Al-Alaq ayat satu sampai lima, utusan Allah yang juga dijuluki sebagai Al-Amin tersebut memang rajin mendatangi Gua Hira untuk berkhalwat (menyendiri) dan bertafakur (merenung).

jabalnur-7-131010.jpg Perbesar

Gua bersejarah, Gua Hira, ini tidak terlalu luas ukurannya hanya cukup bisa diduduki oleh 3 orang. (Wikipedia/wwn)

Gua Hira sendiri terletak di Jabal Nur, sekitar dua mil atau setara dengan 3,2 km dari Mekkah. Rasulullah selalu pergi sendiri ke Gua Hira dari rumahnya. Tak seperti malam-malam biasanya, malam itu di suatu malam bulan Ramadan tahun 610 Masehi, malaikat Jibril mendatangi Rasulullah untuk menyampaikan wahyu pertama dari Allah.

Atas kedatangan malaikat Jibril, Rasulullah pun sangat terkejut. "Iqra (bacalah)" kata Jibril tegas kepada Muhammad. "Aku tidak bisa baca" ujar putra Abdullah bin Abdul Munthalib tersebut dengan perasaan takut hingga tubuhnya menggigil. Tapi Jibril terus mendesak Muhammad dengan terus berkata, "Bacalah."Muhammad masih menggigil hebat karena ketakutan. Malaikat Jibril pun memeluk Muhammad sembari memberikan selimut kepadanya. Jibril lalu menyampaikan wahyu Allah, "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling Pemurah, Yang mengajar manusia dengan pena, Dia mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya." (QS. Al Alaq 1-5).

Turunnya wahyu Allah yang pertama ini menjadikan Muhammad harus memulai babak baru di hidupnya sebagai Nabi dan Rasul. Banyak ulama yang mengatakan bahwa inilah awal kerasulan bagi Muhammad SAW. Di wahyu-wahyu yang diturunkan berikutnya, Allah berfirman, "Hai orang yang berkemul (berselimut), Bangunlah, lalu berilah peringatan!,Dan Tuhanmu agungkanlah!, Dan pakaianmu bersihkanlah, Dan perbuatan dosa tinggalkanlah. (QS. Al-Muddatsir:1-5).

Wahyu yang diterima oleh para Nabi dan rasul disampaikan oleh
Ilustrasi Gurun Sahara. ©2014 Merdeka.com/Shutterstock/takepicsforfun

Merdeka.com - Seringkali dianggap sama, namun terdapat perbedaan Nabi dan Rasul. Perbedaan Nabi dan Rasul bisa ditinjau dari wahyu dan tugasnya. Nabi dan Rasul merupakan tokoh penting yang ada agama Islam. Nabi dan Rasuladalah orang-orang pilihan Allah yang diutus untuk menyebarkan agama Islam. Baik Nabi maupun Rasul merupakan orang-orang mulia yang mendapatkan keistimewaan tersendiri di mata Allah.

Selain menyebarkan agama Islam, Nabi dan Rasul juga memberikan teladan yang baik bagi masyarakat sebagai panutan atau contoh. Hal ini pun mencakup berbagai macam hal. Baik teladan dalam hal ibadah, hubungan sosial sesama manusia, bidang ekonomi, kepemimpinan, hingga sikap terhadap lingkungan dan makhluk hidup lain.

Sikap baik dan bijak dari para Nabi dan Rasul pun menjadi acuan bagi umat muslim dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Meskipun sama-sama merupakan orang pilihan Allah, terdapat perbedaan Nabi dan Rasul.Dalam hal ini, seorang Nabi belum tentu mendapatkan gelar Rasul, namun Rasul sudah pasti adalah seorang Nabi.

Dari pemahaman tersebut, terlihat jelas perbedaan status dan tingkat antara Nabi dan Rasul. Selain itu, perbedaan Nabi dan Rasul juga dapat dilihat dari wahyu yang diterima serta tugas dan tanggung jawab yang diberikan Allah. Ini menjadi salah satu pengetahuan dasar yang penting untuk dipahami bagi seluruh umat muslim.

Dilansir dari beberapa sumber, berikut kami merangkum beberapa perbedaan Nabi dan Rasul dalam Islam yang perlu Anda ketahui.

2 dari 5 halaman

Wahyu yang diterima oleh para Nabi dan rasul disampaikan oleh

©2018 Rexshare.com

Seperti disebutkan sebelumnya, perbedaan Nabi dan Rasul yang mendasar yaitu bahwa tidak semua Nabi mendapatkan gelar Rasul, namun Rasul sudah pasti seorang Nabi. Ini menunjukkan adanya perbedaan status atau gelar dan tingkat antara Nabi dan Rasul.

Selain itu, terdapat beberapa perbedaan Nabi dan Rasul lain yang perlu Anda ketahui, yaitu sebagai berikut :

  • Rasul adalah orang yang mendapatkan wahyu dari Allah berupa syariat dan diperintahkan untuk menyampaikan kepada umat manusia. Sedangkan Nabi merupakan orang yang mendapatkan wahyu berupa syariat namun tidak diperintahkan untuk menyampaikan kepada manusia.
  • Wahyu yang didapatkan oleh seorang Rasul berupa syariat baru. Sedangkan Nabi hanya diutus untuk membawa atau menyeru syariat Rasul sebelumnya.
  • Rasul mendapat keistimewaan dari Allah yaitu berupa kitab atau syariat khusus (baru). Sementara Nabi tidak mendapatkan wahyu berupa kitab, hanya menyeru pada syariat Rasul sebelumnya.
  • Nabi menerima wahyu Allah melalui mimpi. Rasul menerima wahyu melalui mimpi, serta disampaikan melalui malaikat, dengan kemampuannya yang mampu melihat dan komunikasi secara langsung dengan malaikat.

Perbedaan Nabi dan Rasul dari Tugasnya

Dari beberapa perbedaan Nabi dan Rasul di atas, dapat dipahami bahwa Nabi merupakan orang yang mendapatkan wahyu syariat dari Allah namun tidak diperintahkan untuk menyampaikan syariat tersebut kepada manusia.

Sedangkan Rasul adalah orang pilihan Allah yang mendapatkan wahyu berupa kitab dan syariat, serta diberi tugas dan tanggung jawab untuk menyebarkan syariat tersebut pada umat manusia.

Nabi mendapat tugas atau diutus kepada yang sudah beriman. Rasul diutus pada kaum yang masih kafir atau belum beriman.

3 dari 5 halaman

Setelah memahami beberapa perbedaan Nabi dan Rasul secara mendasar, berikutnya perlu diketahui bahwa Nabi dan Rasul sama-sama seorang laki-laki yang merdeka. Dalam hal ini dijelaskan bahwa baik Nabi maupun Rasul merupakan orang pilihan Allah, yaitu laki-laki yang merdeka dan bukan budak.

Tidak ada Rasul maupun Nabi seorang wanita. Ini pun diperjelas dengan dalil yang terdapat dalam QS. Al Anbiya ayat 7 dan QS. Yusuf ayat 109, yaitu sebagai berikut :

“Kami tiada mengutus Rasul-Rasul sebelum kamu (Muhammad) melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu jika kamu tiada mengetahui.” (al-Anbiya: 7)

“Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri.” (Yusuf: 109)

4 dari 5 halaman

Wahyu yang diterima oleh para Nabi dan rasul disampaikan oleh
©2016 istimewa

Setelah mengetahui perbedaan Nabi dan Rasul dan ciri utamanya, tentu Anda ingin tahu siapa Rasul pertama dalam sejarah Islam yang menjadi utusan Allah. Berdasarkan QS. An Nisa ayat 163, dijelaskan bahwa Nabi Nuh Alaihissalam merupakan Nabi sekaligus Rasul pertama yang diutus oleh Allah.

“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan Nabi-Nabi yang setelahnya.” (an-Nisa: 163)

Selain itu, hal ini juga dipertegas dengan dalil hadist dalam Shahih Muslim, yang menyatakan bahwa di hari akhir, ketika manusia berkumpul di padang Mahsyar, manusia akan berkata kepada Nabi Nuh Alaihissalam, “Wahai Nuh, engkau adalah Rasul pertama.”

Setelah Nabi Nuh, Allah pun menurunkan wahyu kepada Nabi-Nabi generasi selanjutnya. Beberapa di antaranya mendapatkan gelar Rasul yang bertugas untuk menyampaikan ajaran syariat yang diturunkan Allah kepada umat manusia.

5 dari 5 halaman

Setelah mengetahui beberapa perbedaan Nabi dan Rasul, terakhir terdapat 25 Nabi dan Rasul yang tercatat dalam Al Quran dan Hadist. Beberapa Nabi dan Rasul ini wajib diimani oleh setiap umat muslim sebagai salah satu rukun iman. Berikut 25 nama Nabi dan Rasul yang perlu Anda ketahui :

  • Adam AS
  • Idris AS
  • Nuh AS
  • Hud AS
  • Saleh AS
  • Ibrahim AS
  • Luth AS
  • Ismail AS
  • Ishak (Ishaq) AS
  • Yaqub AS
  • Yusuf AS
  • Syu’aib AS
  • Ayyub AS
  • Dzulkifli AS
  • Musa AS
  • Harun AS
  • Daud AS
  • Sulaiman AS
  • Ilyas AS
  • Ilyasa’ AS
  • Yunus AS
  • Zakaria AS
  • Yahya AS
  • Isa AS
  • Muhammad SAW

Dari ke-25 Nabi dan Rasul tersebut, terdapat lima Rasul yang mendapat julukan Ulul Azmi. Julukan ini diberikan kepada Nabi yang memiliki keteguhan hati yang sangat mulai dan mengagumkan.

Selain itu, Nabi yang termasuk dalam Ulul Azmi juga memiliki kesabaran tidak terbatas, hal ini terlihat dari berbagai macam ujian yang diberikan Allah semasa hidupnya. Nabi Ulu Azmi ini tidak lain adalah Nabi Nuh AS, Nabi Ibrahim AS, Nabi Musa AS, Nabi Isa AS, dan Nabi Muhammad SAW.

[ayi]