Bekerja dalam tim memiliki tantangan dan tingkat kesulitan yang berbeda dengan saat kita bekerja sendirian. Jika bekerja sendirian kita bebas menentukan segala halnya sendiri. Ketika pekerjaan yang kita kerjakan ternyata tak berjalan baik, hanya kita sendiri jugalah yang akan menanggung konsekuensinya. Berbeda dengan saat kita bekerja dalam tim. Ketika ada satu orang saja yang nggak menyelesaikan tanggung jawabnya dengan baik, maka anggota tim lainnya juga akan terkena imbasnya karena pekerjaan dalam tim satu sama lain saling memiliki keterkaitan. Untuk meminimalisir kejadian semacam itu, enam sikap ini patut kamu hindari saat kamu bekerja dalam tim. Pexels/Daria ShevtsovaLayaknya sebuah tim, kamu dan anggota lain dalam timmu sudah seharusnya bisa saling bekerja sama dan saling membantu demi tercapainya hasil yang baik. Dalam sebuah tim, biasanya masing-masing anggotanya memang sudah memiliki tugasnya sendiri untuk diselesaikan. Namun, ketika tugas yang menjadi tanggung jawabmu sudah selesai misalnya, nggak ada salahnya kamu menawarkan bantuan pada teman satu timmu, yang sekiranya memang patut dibantu. Bukankah jika pekerjaannya bisa lebih cepat selesai, keuntungannya akan sama-sama kamu rasakan juga? Stocksnap.io/Startup Stock PhotosAlasan logis kenapa kamu patut menghindari sikap yang satu ini adalah, sebab pekerjaan setiap anggota timmu saling berkaitan, maka ketika kamu nggak menyelesaikan tanggung jawabmu dengan baik, pekerjaan anggota timmu yang lain juga akan terpengaruh. Misalnya, ketika kamu telambat menyelesaikan tanggung jawabmu, maka otomatis pekerjaan yang lain juga akan mengalami keterlambatan yang sama. Jadi, berusahalah untuk bisa lebih bertanggung jawab terhadap tugas yang menjadi tanggung jawabmu. Paling nggak, dengan begitu kamu juga sudah membantu timmu untuk bisa menyelesaikan tugasnya sesuai waktu yang ditentukan. Baca Juga: 5 Kegiatan Wajib Saat Kamu Memilih Bekerja Secara Nomaden Stocksnap.io/LinkedIn Sales NavigatorKeberhasilan sebuah tim adalah keberhasilan bersama. Tanpa bantuan dan peran dari semua anggota tim, keberhasilan itu mustahil akan terwujud. Untuk itu, berhentilah menganggap dirimu paling berjasa atas keberhasilan timmu. Sikap semacam itu, selain bisa memancing rasa muak dari teman-teman satu timmu, juga bisa membuat image-mu buruk di hadapan mereka. Stocksnap.io/Rawpixel.comPoin kelima ini masih terkait dengan poin keempat. Jika kamu percaya bahwa keberhasilan sebuat tim terjadi atas kerja keras bersama, maka mestinya kamu juga percaya bahwa kontribusi sekecil apa pun memiliki peran penting terhadap keberhasilan tersebut. Dalam sebuah penyajian makanan di restoran misalnya, sering kali kita hanya menganggap bahwa koki utamalah yang paling berperan besar hingga tercipta sajian yang memiliki rasa dan tampilan begitu istimewa. Lupa bahwa ada kontribusi dari para tukang pencuci piring, tukang belanja dan potong bahan makanan, dan kontribusi dari bagian lainnya yang perannya juga nggak kalah penting. Hal yang serupa juga berlaku terhadap peran teman-teman satu timmu. Meski mungkin tampak sepele, kamu mesti mengerti bahwa tanpa peran mereka, timmu nggak akan mungkin menikmati keberhasilannya. Baca Juga: 8 Kebiasaan di Akhir Minggu ini Jadi Penyebab Kamu Capek di Hari Kerja
Baca Artikel Selengkapnya IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Lihat Foto KOMPAS.com - Kerja sama atau gotong royong dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana bentuk kerja sama dalam berbagai bidang kehidupan? Bentuk kerja sama atau gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dapat terlihat dari:
Dikutip dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, berikut ini penjelasannya:
Landasan kehidupan sosial politik masyarakat Indonesia adalah Pancasila sila ke-4 yang berbunyi "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan". Pancasila sila ke-4 menegaskan bahwa bangsa Indonesia akan:
Pangkal tolak pelaksanaan kehidupan sosial politik bangsa Indonesia adalah gotong royong. Tercermin dalam proses pengambilan keputusan di lembaga-lembaga negara dan organisasi kemasyarakatan dengan cara musyawarah untuk mufakat. Baca juga: Musyawarah Mufakat Bagian dari Kehidupan Berdemokrasi
Dalam kehidupan ekonomi kerja sama digambarkan pada UUD 1945 pasal 23A yang berbunyi "Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan perundang-undangan". Pembangunan nasional untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat dibiayai dari pajak. Setiap wajib pajak gotong royong membiayai pembangunan nasional melalui pembayaran pajak. Landasan lain adalah UUD 1945 pasal 33 ayat 1 yang berbunyi "Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan". Menurut Moh. Hatta, UUD 1945 Pasal 33 ayat 1 merupakan soko guru sistem perekonomian di Indonesia. Artinya kegiatan usaha ekonomi menggunakan prinsip kerja sama, saling membantu dalam suasana demokrasi ekonomi untuk mencapai kesejahteraan bersama secara adil.
Wujud badan usaha yang dimaksud pasal itu adalah koperasi yang berlandaskan prinsip kerja sama dan kekeluargaan. Salah satu asas koperasi adalah gotong royong dan kekeluargaan. Keunggulan koperasi dibandingkan badan usaha lainnya adalah:
Baca juga: Modernisasi Koperasi, Pemerintah Perlu Gandeng Milenial
Pasal 30 ayat 1 UUD 1945 menyebutkan "Tiap-tiap negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara". Selain itu, pasal 27 ayat 3 UUD 1945 menyebutkan "Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara". Kerja sama warga negara untuk mewujudkan pertahanan dan keamanan negara merupakan contoh sikap bela negara. Bela negara adalah sikap mental seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta dalam usaha melindungi dan mempertahankan keberadaan bangsa dan negara. Bagi bangsa Indonesia, bela negara adalah hak dan kehormatan sebagai warga negara sekaligus kewajiban hukum yang harus dijalani oleh setiap warga negara. Kesadaran bela negara mengembangkan nilai kenegaraan yang diperuntukkan pada pembangunan Sistem Pertahanan Negara terdiri dari lima nilai dasar bela negara yaitu:
Keamanan dan pertahanan negara menjadi tanggung jawab seluruh komponen negara. Sesuai doktrin pertahanan negara Indonesia yang menganut sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta (sishankamrata). Artinya menjadikan rakyat sebagai komponen pendukung bersama-sama TNI dan POLRI berperan penting dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, keselamatan bangsa dari ancaman dan gangguan. Baca juga: Indahnya Toleransi Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral
Pasal 29 ayat 2 UUD 1945 berbunyi "Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu". Kerja sama antarumat beragama dalam berbagai bidang kehidupan dilakukan untuk mewujudkan kerukunan hidup. Kerja sama ini bukan dalam hal keyakinan agama tetapi pada upaya menciptakan kerukunan hidup antarpemeluk agama melalui sikap saling menghormati dan toleransi. Kerja sama antarumat beragama ditandai dengan sikap-sikap sebagai berikut:
Untuk mengembangkan sikap kerja sama antarumat beragama, setiap warga negara harus menghindari sikap tidak terpuji seperti:
|