Unsur-unsur penting yang harus dipahami dalam sebuah naskah atau lakon adalah

INIRUMAHPINTAR - Sebutkan Unsur-Unsur Lakon Teater dan Penjelasannya? Teater  sebagai seni ialah  salah  satu  jenis seni pementasan dengan medium utamanya insan yang dibangun oleh beberapa unsur pembentuknya, salah satunya unsur  lakon.Sastra lakon dalam konteks seni pementasan lebih terkenal disebut dengan lakon (yang punya peranan dan diperankan oleh tokoh utama yakni boga lalakon). Lakon sebagai karya sastra sanggup diartikan sebagai ungkapan pribadi insan yang berupa pengalaman, pemikiran, ide, perasaan, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk citra kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat (media) bahasa. Pesona atau daya tarik (keindahan) di dalam sastra, setidaknya sanggup dipahami melalui : bentuk,  isi, ekspresi, dan bahasa ungkap seorang sastrawan dengan persyaratan unsur-unsur di dalamnya, yaitu adanya;  Alur, tema, tokoh, karakter, setting, dan sudut pandang pengarang. Unsur-unsur tersebut, hendaknya mengandung muatan;

(1) Keutuhan (unity)

artinya setiap bagian  atau unsur yang ada menunjang kepada perjuangan pengungkapan isi hati sastrawan. melaluiataubersamaini kata lain tidak adanya unsur kebetulan, tiruananya direncanakan dan dipertimbangkan secara seksama.

(2) Keselarasan (harmony)

artinya berkenaan dengan kekerabatan satu unsur dengan unsur lain, harus saling menunjang dan mengisi bukan mengganggu  atau mengaburkan unsur yang lain.

(3) Keseimbangan (balance)

ialah bahwa unsur-unsur  atau bagian-bagian karya sastra, baik dalam ukuran maupun bobotnya harus sesuai  atau seimbang dengan fungsinya. Sebagai contoh, adegan yang kurang penting dalam naskah drama akan lebih pendek daripada adegan yang penting. Demikian juga halnya di dalam puisi bahwa yang dianggap penting akan terjadi pengulangan kata atau kalimat dalam baris lain.

(4) Fokus atau sentra pementingan sesuatu unsur (right emphasis)

artinya unsur  atau potongan yang dianggap penting harus menerima pementingan yang lebih daripada unsur  atau potongan yang kurang penting. Unsur yang dianggap penting akan dikerjakan sastrawan lebih seksama, sedang yang kurang penting mungkin spesialuntuk garis besar dan bersifat skematik saja.
Unsur-unsur penting yang harus dipahami dalam sebuah naskah atau lakon adalah
Unsur-Unsur LAKON Teater dan Penjelasannya
Unsur bahasa ialah faktor penting dalam berkomunikasi antara pemeran dan penonton, terutama dalam memberikan isi pesan yang dilontarkan melalui para pemerannya. Maksud bahasa di sini ialah bahasa secara penyampaian verbal. Hal ini untuk membedakan dengan bahasa gerak, tari atau pun mime. melaluiataubersamaini alasan ciri dari teater rakyat, termasuk di dalamnya yang bersifat spontan, maka dalam membawakan banyolan maupun dalam lakon kisah dikatakan Soemardjo, (2004:19)  yakni nilai dan laris dramatik dilakukan secara spontanitas. Hal ini, terperinci dalam menyikapi laris dramatik yang dibangun secara spontanitas para pemainnya sebagaimana dijelaskan Sembung, (1992:32) bahwa lakon teater rakyat, Topeng Banjet yang ada di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Biasanya memakai lakon yang sudah digunakan dan kadangkala diulang-ulang dan sangat dikenal oleh pemain dan masyarakat setempat sehingga kerja penyiapan materi seninya tidak terlalu bergantung pada tes khusus. Naskah lakon teater, khususnya teater tradisional ditangan sang koordinator dan biasanya merangkap pimpinan grup, atau orang yang dituakan dalam kelompok seninya. Lakon yang akan dibawakan baik diminta atau tidak yang empunya hajat (penanggap seni) ialah materi lakon yang perlu dipahami, dan diperankan secara saksama. Adapun materi lakon tersebut yakni dari teks verbal dalam bentuk garis besar lakon (bedrip lakon, cerita) disampaikan koordinator kepada para pemain yang ditindak lanjuti menjadi wujud pementasan. Dalam pementasan teater kedudukan lakon menjadi unsur penting. Lakon yang sudah ditentukan sebagai materi pementasan teater, terlebih lampau dianalisis bagian-bagiannya, antara lain ; alur (plotting), tema (thought), tokoh (dramatic person), huruf (character), Tempat insiden insiden (Setting), dan Sudut  pandang pengarang (point of view). Unsur tokoh dan huruf atau perwatakan sebagai unsur seni peran, sudah dibahas pada pertemuan potongan sebelumnya. Selanjutnya, untuk mempelajari naskah lakon  teater, engkau harus memulainya dengan memahami beberapa unsur, antara lain sebagai diberikut. Alur dalam bahasa Inggris disebut plot. Alur sanggup diartikan  sebagai jalan cerita, susunan cerita, garis kisah atau rangkaian kisah yang dihubungkan dengan alasannya ialah akhir (hukum  kausalitas). Artinya, tidak akan terjadi akhir atau dampak, jikalau tidak ada alasannya ialah atau insiden sebelumnya. Berbicara alur sanggup dikemukakan pula tentang alur maju dan alur mundur. Alur maju, artinya rangkaian kisah mengalir dari A hingga Z. Adapun Alur mundur, kisah berjalan, yaitu, penggambaran kisah yang mengakhirkan potongan awal, sanggup juga kisah di dalam kisah atau disebut dengan flashback. a) Introduksi= Pengenalan tokoh (misalnya Arif, Tuti, Ayah,  Ibu, Paman dan Orang Tua Arif ) b) Reasing Action = tokoh utama memiliki  itikad (Tokoh Arif ) c) Konflik = tokoh utama mengalami perperihalan (Itikad Arif dihambat oleh orang bau tanah Tuti) d) Klimaks = terselesaikannya masalah tokoh utama (kedua orang bau tanah Tuti merestui Arif dalam kekerabatan cinta) e) Resolusi = penurunan titikpuncak atau disebut anti titikpuncak (Kedua orang bau tanah Arif melamar Tuti) f) Kongklusi = kesimpulan kisah atau kisah (Arif dan Tuti bersanding dipelaminan) Faktor pertama dan utama dalam menentukan naskah lakon terletak pada kekuatan menentukan tema. Masalah yang diangkat, gagasan kisah yang digulirkan melalui alur, dan pesan moral bersifat faktual atau tidak. Pesan moral yang dimaksud harus mengangkat nilai-nilai kemanusiaan biar tercipta keseimbangan hidup, harmonis, dan bermakna. Tema ialah pokok pikiran. Di dalam tema terkandung tiga unsur pokok, yaitu (1) masalah yang diangkat, (2) gagasan yang ditawarkan, dan (3) pesan yang disampaikan pengarang.  Masalah yang diangkat di dalam tema kisah meliputi persoalan-persoalan tentang kehidupan, berupa Ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan keamanan, pada suatu masyarakat tertentu dalam lingkup luas atau terbatas. Gagasan yang ditawarkan dalam tema ialah jalan pikiran pengarang untuk mempersembahkan citra kisah dari awal hingga akhir. Pesan di dalam tema sebuah lakon berupa kesimpulan ungkapan pokok kisah dari pengarang. Tema-tema yang ada pada lakon drama atau teater, biasanya perihal; kepahlawanan (heroic), pendidikan (educatif), sosial (social), kejiwaan (pscykologi), keagamaan (religius). Tema lakon di dalam teater remaja, biasanya lebih didasarkan pada muatan pendidikan untuk menumbuh-kembangkan mental, moral, dan pikir. misal, dalam memahami tema, kawanya pendidikan; masalahnya ialah “narkoba“, gagasan atau idenya ialah “menghilangkan nyawa”, pesan moral atau nilainya ialah “jauhi narkoba” alasannya ialah menghilangkan nyawa. Penokohan di dalam teater sanggup dibagi dalam beberapa peran, antara lain protagonis, antagoni, deutragonis, foil, tetragoni, confident, raisonneur dan utility. Secara rinci pesan tersebut sanggup dijelaskan diberikut.

a.  Protagonis ialah tokoh utama, pelaku utama atau pemeran utama (boga lalakon) disebut sebagai tokoh putih. Kedudukan tokoh utama ialah menggerakkan kisah hingga kisah mempunyai insiden dramatik (konflik)

b.  Antagonis ialah lawan tokoh utama, penghambat pelaku utama  disebut sebagai tokoh hitam. Kedudukan tokoh antagonis ialah yang mengahalangi, menghambat itikad atau maksud tokoh utama dalam menjalankan tugasnya atau mencapai tujuannya. tokoh antagonis dan protagonis biasanya mempunyai kekuatan yang sama, artinya sebanding berdasarkan kacamata kelogisan kisah di dalam membangun keutuhan cerita.

c.  Deutragonis ialah tokoh yang berpihak kepada tokoh utama. Biasanya tokoh ini memmenolong tokoh utama dalam menjalankan itikadnya. Kadangkala, tokoh ini menjadi kawasan pengaduan atau mempersembahkan pesan yang tersirat kepada tokoh utama.

d.  Foil  ialah tokoh yang berpihak kepada lawan tokoh utama. Biasanya tokoh ini memmenolong tokoh antagonis dalam menghambat  itikad tokoh utama. Kadangkala, tokoh ini menjadi kawasan pengaduan atau mempersembahkan pesan yang tersirat untuk memperburuk kondisi kepada tokoh antagonis.

e.  Tetragonis ialah tokoh yang tidak memihak kepada salah satu tokoh lain,  lebih bersifat netral. Tokoh ini memdiberi masukan-masukan positif kedua belah pihak untuk mencari jalan yang terbaik. 

f.  Confident ialah tokoh yang menjadi kawasan penyampaian tokoh utama. Pendapat-pendapat tokoh utama tersebut pada umumnya dilarang di-ketahui oleh tokoh-tokoh lain selain tokoh tersebut dan penonton.

g.  Raisonneur, ialah tokoh yang menjadi corong bicara pengarang  kepada penonton.

h.  Utility ialah tokoh pemmenolong baik dari kelompok hitam atau putih. Tokoh ini dalam dunia pewayangan disebut goro-goro (punakawan). Kedudukan tokoh utilitty, kadangkala ditempatkan sebagai penghibur, penggembira atau spesialuntuk sebatas aksesori saja,

Artinya, kehadiran tokoh ini tidak terlalu penting. Ada  atau tidaknya tokoh ini, tidak akan mensugesti keutuhan lakon secara tematik. Kalau pun dihadirkan, lakon akan menjadi panjang atau menambah kejelasan adegan insiden yang dibangun. Dalam kaitan penokohan di dalam teater rakyat atau teater tradisional cenderung bersifat flat. Artinya, setiap pemain atau pemeran yang akan membawakan penokohan kisah tidak berubah atau jarang berubah orang sesuai dengan huruf atau kebiasaan tokoh yang dibawakan dalam membawakan peranannya. Oleh lantaran itu, di dalam teater rakyat, mengenal pertolongan casting berdasarkan kebiasaan tokoh yang dibawakan. Apakah itu tokoh pejabat, penjahat, goro-goro atau kiprah utama dengan paras yang ganteng.  melaluiataubersamaini tipe casting inilah, teater rakyat akan lebih simpel untuk menyebarkan kisah dengan tingkat improvisasi dan spontanitas tinggi tanpa naskah. Karakter ialah tabiat atau perwatakan  yang dimiliki tokoh atau pemeran di dalam lakon. Watak atau perwatakan yang dihadirkan pengarang dengan ciri-ciri secara khusus, contohnya berupa; status sosial, fisik, psikis, intelektual, dan religi. Status sosial sebagai ciri dari perwatakan ialah menerangkan kedudukan atau jabatan yang diemban tokoh dalam hidup bermasyarakat pada lingkup lakon, antara lain; orang kaya, orang miskin, rakyat biasa atau jelata, penggangguran, gelandangan, tukang becak, kusir, guru, mantri, kepala desa, ulama, ustad, camat, bupati, gubernur, eksekutif atau presiden, dan lain-lain. Fisik sebagai ciri dari perwatakan, menerangkan ciri-ciri khusus tentang jenis kelabuin (laki-laki wanita atau waria), kelengkapan pancaindra atau keadaan kondisi tubuh  (cantik-jelek, tinggi-pendek, kurus-buncit, kekar-lembek, rambut hitam atau putih, buta, pincang, lengan patah, berpenyakit atau sehat,  dan lain-lain. Psikis sebagai ciri dari perwatakan menerangkan ciri-ciri khusus terkena hal kejiwaan yang dialami tokoh, seperti; sakit ingatan atau normal, depresi, traumatic, simpel lupa, pemarah, pemurah, penyantun, pedit, pelit, dermawan, dan lain-lain. Intektual sebagai ciri dari perwatakan menerangkan ciri-ciri khusus terkena hal sosok tokoh dalam bersikap dan berbuat, terutama dalam mengambil sebuah keputusan atau menjalankan tanggung jawaban. Misalnya, kecerdasan (pandai atau bodoh, cepat tanggap atau apatis, tegas atau kaku, lambat atau cepat berpikir), kharismatik (gambaran sikap sesuai dengan kedudukan jabatan), tanggung balasan (berani berbuat berani menanggung resiko, asalkan dalam koridor yang benar). Karakter tokoh akan lebih simpel dicerna, lantaran kekhasan tokoh dan penyesuaian membawakan tokoh menjadi landasan dalam membangun huruf kiprah di dalam penyajian lakon teater. Biasanya pemeran yang berperawakan tinggi besar, berperilaku kasar, handal menampilkan silat akan cenderung membawakan tokoh dengan huruf Jawara atau tokoh jahat. Adapun pemain yang berperawakan tinggi besar dengan paras ganteng akan mendapatkan tokoh dengan huruf tokoh baik. Begitu pula dengan pendukung yang bertubuh kecil dan buruk tetapi bisa mengocek perut akan hadir sebagai tokoh utility atau detragonis atau foil. Setting dalam sebuah lakon  ialah unsur yang menunjukan; kawasan dan waktu insiden insiden dalam sebuah babak. Berubahnya setting berarti terjadi perubahan babak, begitu pula dengan sebaliknya. Perubahan babak berarti terjadi perubahan setting. Tempat sebagai penunjuk dari unsur setting di dalam lakon, mengandung pengertian yang menunjuk pada kawasan berlangsungnya kejadian. Misalnya di rumah, di hotel, di stasiun, di sekolah, di kantor, di jalan, di hutan, di gang jalan, di taman, di kawasan kumuh, di lorong , di kereta api, di dalam Bus, dan seterusnya. Waktu sebagai potongan unsur setting di dalam lakon, menerangkan tentang terjadinya putaran waktu, yakni siang-malam, pagi-sore, petang-terang, mendung, cerah, pukul lima, waktu Ashar, waktu Subuh, zaman kemerdekaan, zaman orde baru, zaman reformasi Setiap lakon, termasuk lakon teater anak-anak, remaja, remaja atau pun untuk tiruana umur niscaya melibatkan sudut pandang pengarang atau penulis. Sudut pandang pengarang atau penulis ini disebut   point of view.  Sebagai citra intelektualitas dan kepekaan pengarang atau  creator dalam menangkap dan memaknai fenomena yang terjadi. Memahami dan menangkap tanda-tanda  tentang sudut pandang pengarang ialah hal penting bagi seorang  creator panggung atau pembaca biar terjadi kesepahaman, kesejalanan atau tidak baiklah dengan apa yang ditawarkan dan dikehendaki pengarang. Apabila seorang creator dalam proses kreatifnya mengalami kesusahan menemukan pandangan inti pengarang, secara budpekerti creator sanggup melaksanakan konsultasi atau wawancara dengan penulis tentang maksud dan tujuan dari lakon yang ditulis. Nah, sehabis engkau berguru perihal  unsur-unsur lakon,  jawabanlah beberapa pertanyaan di bawah ini! 1. Apa saja yang engkau ketahui tentang unsur lakon dalam teater? 2. Jelaskan pengertian lakon teater? 3. Jelaskan unsur-unsur pementasan teater?

4. Apa perbedaan pemakaian unsur bahasa yang digunakan dalam lakon teater tradisional rakyat dan teater tradisional istana?