Terbentuknya budaya baru hasil dari pembauran masyarakat setempat dengan

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitet kelakuan berpola dati manusia di dalam masyarakat. 3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia

D. Beberapa Anggapan Dasar Mengenai Kebudayaan

1. Kebudayaan dapat disesuaikan Kenyataan bahwa banyak kebudayaan bertahan dan malah berkembang menunjukkan bahwa kebiasaan-kebiasaan yang dikembangkan oleh suatu mayarakat, disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan tertentu dari lingkungannya, karena kalau sifat-sifat budaya tidak disesuaikan kepada beberapa keadaan tertentu, kemungkinan masyarakat untuk bertahan akan berkurang. Tiap-tiap adat yang ketahanan suatu masyarakat dalam lingkungan tertentu merupakan adat yang dapat disesuaikan. 2. Kebudayaan merupakan suatu integrasi Kebudayaan dikatakan merupakan suatu integrasi maksudnya adalah bahwa unsur- unsur atau sifat-sifat yang terpadu menjadi suatu kebudayaan bukanlah sekumpulan kebiasaan-kebiasaan yang terkumpul secara asal-asalan saja. Satu alasan mengapa para ahli antropologi menduga bahwa kebudayaan merupakan suatu integrasi kelihatannya adalah bahwa sifat itu dianggap bersumber pada sifat adaptif dari kebudayaan. Jika kebiasaan- kebiasaan tertentu lebih adaptif dalam susunan tertentu, maka dapat diduga bahwa gumapalan unsur-unsur budaya itu akan ditemui dalam kaitan yang berhubungan bila ditempatakan dalam keadaan yang bersamaan. 3. Kebudayaan selalu berubah Walaupun benar bahwa unsur-unsur dari suatu kebudayaan tidak dapat dimasukkan ke dalam kebudayaan lain tanpa mengakibatkan sejumlah perubahan pada kebudayaan itu, kita harus mengingat, bahwa kebudayaan tidaklah bersifat statis ia selalu berubah. Dalam setiap kebudayaan selalu ada suatu kebebasan tertentu pada para individu dan kebebasan individu memperkenalkan variasi dalam cara-cara berlaku dan variasi itu yang pada akhirnya dapat menjadi milik bersama, dan dengan demikian di kemudian hari menjadi bagian dari kebudayaan.

F. Proses Terbentuknya Kebudayaan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kebudayaan: a. lingkungan geografis Contoh: iklim, tanah, air, bentuk permukaan tanah, letak. b. Saling kontak antar bangsa Contoh: perdagangan, migrasi, agama, buku, radio, majalah, dsb. c. Faktor ras induk bangsa Ciri-ciri tubuh membuat sifat dan jiwa rohaninya berbeda sehingga berpengaruh pula pada pembentukan kebudayaan. Ada dua cara kebudayaan atau unsur-unsur kebudayaan itu menyebar, yaitu dengan : Akulturasi dan Difusi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. prosesnya akulturasi terjadi dalam dua cara, yaitu: Akulturasi damai penetration pasifique Akulturasi ekstrim, terjadi dengan kekerasan, perang, penaklukkan, dsb Asimilasi adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru. Suatu asimilasi ditandai oleh usaha-usaha mengurangi perbedaan antara orang atau kelompok. Sedang difusi atau akulturasi kebudayaan dapat terjadi dengan cara : a. Perembesan secara damai b. Peperangan c. Desintegrasi

G. Perubahan Kebudayaan dan Tingkatan Kebudayaan

Berubah dari yang paling rendah menuju ketingkatan yang lebih tinggi, dalam hal ini Dr. A. Blonk dkk, membaginya menjadi tiga : 1. Bangsa Pemburu, penangkap ikan ikan dan pengembara 2. Bangsa Petani 3. Bangsa Pemelihara Ternak BAB IV MASYARAKAT

A. Proses Terbentuknya Masyarakat

Ketentuan syarat dasar bagi manusia untuk suatu masyarakat manusia antara lain : 1. Adanya kesatuan untuk tiap-tiap individu. 2. Adanya tata tertib dalam pergaulan yang satu dengan yang lain. 3. Adanya kerja sama dalam kelompok-kelompok. Struktur sosial ini baik mengenai kelompok-kelompok maupun yang mengenal lembaga- lembaga berdiri atas dasar prinsip-prinsip yang tertentu antara lain : a. Jenis kelamin b. Usia c. Daerah d. Kekeluargaan

B. Bermacam-macam Kesatuan Sosial

Jakarta -

Di sekitar kita, ada berbagai macam kebudayaan yang berasal dari dua budaya atau lebih yang berbeda. Meski sudah bercampur, ada unsur asli yang tidak dihilangkan. Hal ini disebut dengan akulturasi.

Akulturasi kebudayaan adalah perpaduan antara dua kebudayaan atau lebih yang berbeda. Hal ini terjadi akibat adanya interaksi antara kelompok masyarakat yang mempunyai kebudayaan tertentu dengan kelompok masyarakat lainnya.

Proses akulturasi tidak menyebabkan hilangnya unsur-unsur kebudayaan dari dua atau lebih kelompok masyarakat tadi. Kebudayaan asli masih bisa dilihat ciri-cirinya, serta dapat dibedakan dan dianalisis jika dibandingkan dengan kebudayaan dari luar.

Pengertian Akulturasi

Istilah akulturasi berasal dari bahasa latin Acculturate yang artinya "tumbuh dan berkembang bersama".

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ada tiga pengertian akulturasi. Ketiganya bisa dilihat secara umum, antropologi, dan linguistik.

Secara umum, akulturasi adalah percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi.

Lalu, secara antropologi, akulturasi adalah proses masuknya pengaruh kebudayaan asing dalam suatu masyarakat, sebagian menyerap secara selektif sedikit atau banyak unsur kebudayaan asing itu, dan sebagian berusaha menolak pengaruh itu.

Sementara dari segi linguistik, akulturasi adalah proses atau hasil pertemuan kebudayaan atau bahasa di antara anggota dua masyarakat bahasa, ditandai oleh peminjaman atau bilingualisme.

Ada juga beberapa ahli yang menyampaikan definisi dari akulturasi budaya.

Menurut antropolog Indonesia, Koentjaraningrat, akulturasi adalah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tersebut lambat laun diterima dan diolah kembali tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian budaya itu sendiri.

Sementara sosiolog Amerika, Arnold M. Rose mendefinisikan akulturasi sebagai "the adoption by a person or group of the culture of another social group." Artinya adalah "adopsi oleh seseorang atau kelompok budaya dari kelompok sosial yang lain".

Maka, dapat disimpulkan bahwa akulturasi adalah perpaduan antarbudaya yang kemudian menghasilkan budaya baru tanpa menghilangkan unsur-unsur asli dalam budaya tersebut.

Biasanya, akulturasi kebudayaan terjadi karena unsur budaya yang baru dinilai memberikan manfaat bagi kehidupan suatu masyarakat. Proses ini dapat mencakup berbagai aspek kehidupan seperti bahasa, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.

Akulturasi bisa terjadi melalui kontak budaya yang bentuknya bermacam-macam, misalnya pada seluruh lapisan masyarakat, sebagian, atau bahkan antar individu dari dua kelompok berbeda.

Ada sejumlah faktor pendorong terjadinya akulturasi. Diantaranya sistem pendidikan formal yang maju, sikap menghargai, toleransi terhadap kebudayaan lain, sistem terbuka di masyarakat, penduduk yang heterogen, adanya orientasi ke depan, dan masih banyak lagi.

Namun ada juga faktor-faktor yang menghambat akulturasi. Seperti perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat, sikap tradisional masyarakat, kurang hubungan dengan kelompok lain, adat atau kebiasaan, dan lain-lain.

Contoh Akulturasi Budaya

Ada beragam contoh akulturasi yang bisa ditemukan di Indonesia. Misalnya seni wayang yang merupakan perpaduan kesenian Jawa dengan cerita dari India, seperti Mahabharata. Atau budaya campuran adat Betawi dan Cina yang menjadi kesenian seperti tari Cokek atau Lenong. Contoh selanjutnya yaitu Masjid menara Kudus yang memiliki arsitektur kebudayaan Hindu dan Jawa, atau berbagai bangunan peribadatan lainnya. Setelah mengetahui pengertian akulturasi, apakah detikers bisa menyebutkan contoh kebudayaan campuran lainnya?

Simak Video "Kemeriahan Kirab Budaya dengan Mengusung Ikon Relief Candi Borobudur"


[Gambas:Video 20detik]
(lus/lus)

tirto.id - Asimilasi adalah proses adaptasi dua kebudayaan yang melahirkan budaya baru, sedangkan akulturasi adalah proses adaptasi dengan tetap mempertahankan kebudayaan lama.

Persinggungan dari berbagai perbedaan yang ada menjadikan suatu ketertarikan untuk bisa melakukan proses adaptasi ke dalam berbagai bentuk kebudayaan. Hal tersebut didasarkan oleh kemajuan zaman dan juga kebutuhan dari masing-masing kelompok untuk bisa bertahan dan juga dapat terus berkembang.

Perbedaan Akulturasi dan Asimilasi

Proses akulturasi dan asimilasi merupakan suatu cara untuk tiap kelompok dapat mengembangkan dan juga mempertahankan kebudayaannya. Hal tersebut dilakukan dengan melakukan pengembangan maupun pembaruan sistem dengan kelompok sosial lain.

Proses ini menurut Dr. Trina Harlow juga dianggap sebagai cara untuk mempertahankan budaya sendiri sekaligus belajar memahami keberadaan budaya lain. Namun, dari kedua proses tersebut terdapat berbagai perbedaan antara akulturasi dan asimilasi.

Akulturasi

Menurut sosiolog Gillin dan Raimy akulturasi adalah proses budaya dalam suatu masyarakat yang dimodifikasi dengan budaya lain. Terjadinya proses ini diakibatkan dari aktivitas kontak sosial dengan budaya lain yang berdampak pada munculnya proses akulturasi.

Secara lebih luas, akulturasi adalah proses adaptasi kebudayaan dengan tetap mempertahankan kebudayaan lama. Sehingga proses ini tidak berjalan secara tunggal, melainkan terjadi secara dinamis.

Baca juga: Contoh Asimilasi dan Akulturasi di Indonesia Beserta Penjelasannya

Sedangkan sosiolog Dr. Trina Harlow mencontohkan proses akulturasi seperti sebuah mangkuk salad. Ibaratnya di dalam mangkuk itu berisikan berbagai jenis bahan makanan yang masing-masing tetap independen tetapi bercampur dan meningkatkan posisi satu sama lain.

Terkait dengan prosesnya, terdapat berbagai perdebatan teori apakah proses ini dilakukan oleh individu ataupun kelompok. Menurut Devereux dan Loeb, akulturasi merupakan proses kelompok tanpa mengacu pada peran individu. Hal tersebut karena kelompok dijadikan sebagai kepentingan konstituen dalam suatu budaya.

Sedangkan menurut Dohrewen dan Smith mengatakan bahwa meskipun kelompok sebagai elemen penting dalam akulturasi, tetapi memiliki pengaruh terhadap peluang akulturasi individu.

Keseluruhan perdebatan tersebut ditegaskan kembali oleh Gillin dan Raimy, dan Eaton bahwa pada akhirnya akulturasi dapat terjadi pada keduanya, baik individu maupun kelompok.

Dalam analisis tingkat kelompok, akulturasi mungkin menunjukkan perubahan orientasi nilai dan juga adopsi nilai-nilai kelompok lain. Akan tetapi hal tersebut bukanlah kondisi utama yang diperlukan agar akulturasi bisa diciptakan. Melainkan hal tersebut diciptakan melalui nilai dan sikap yang dilakukan tanpa paksaan.

Contoh alkuturasi dalam bidang arsitektur atau bangunan antara lain, bangunan keraton yang merupakan perpaduan antara gaya arsitektur Jawa, Eropa, Arab, dan China.

Asimilasi

Sedangkan menurut Raymond H. C. Teske, Jr.dan Bardin H. Nelson, akulturasi dan asimilasi merupakan suatu proses terpisah. Menurut mereka, asimilasi adalah suatu proses penggabungan dua kebudayaan berbeda menjadi suatu kebudayaan baru. Proses ini juga dapat diartikan sebagai suatu peleburan budaya dengan menghilangkan budaya asli menjadi suatu budaya baru yang lebih dominan.

Jika kita melihat perbedayaannya, akulturasi tidak membutuhkan penerimaan dari luar kelompok, sedangkan asimilasi memerlukan penerimaan karena merupakan suatu budaya baru atas peleburan dari dua kebudayaan lama. Kemudian, asimilasi juga membutuhkan orientasi positif terhadap luar kelompok. Secara lebih lanjut, juga membutuhkan adanya identifikasi dengan kelompok luar.

Contoh asimilasi dapat dilihat dalam penggunaan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari, misalnya anak muda yang kerap menggunakan kata "sorry" daripada "maaf".

Baca juga: Apa Itu Stratifikasi Sosial: Definisi, Penyebab, Teori di Sosiologi

Baca juga artikel terkait Sosiologi atau tulisan menarik lainnya Muhammad Ibnu Azzulfa
(tirto.id - mia/mia)

Penulis : Muhammad Ibnu Azzulfa
Editor : Agung DH