Siapa tokoh ulama mubaligh penyebar agama Islam di Brunei Darussalam

Masjid Omar Ali Saiffudien Foto:Pixabay @AdamHillTravel

Filipina merupakan salah satu Negara yang terletak di kawasan Asia Tenggara. Orang pertama yang memperkenalkan Islam di Filipina khususnya di wilayah Sulu yaitu Tuan Mashaikadan, informasi tersebut dapat diketahui melalui “Silsilah Sulu”. Tuan Mashaika sendiri berasal dari Arab selatan, ia merupakan menantu dari raja Sulu. Bukti lain mengenai kedatangan Islam di Sulu dapat diketahui melalui sebuah makam purba, dimana batu nisan pada makam tersebut bertuliskan tahun 710 H atau 1310 M.

Setelah kedatangan Tuan Mashaika kemudian menurut P.G. Gowing pada abad ke 14 datang dua orang sufi yang berasal dari Arab, kedua sufi tersebut mendatangi kepulauan Sulu untuk menyebarkan agama Islam. Mereka adalah Syarif Karim al- Makhdum dan Maksum Abdurrahman. Dengan kehadiran dua sufi tersebut maka semakin memperkuat komunitas Islam yang telah didirikan oleh Tuan Mashika. Di Sulu beliau bersama penduduk setempat mendirikan sebuah masjid, dalam perkembanganya rupanya banyak pemimpin-pemimpin lokal yang tertarik dan menerima ajarannya.

Pada abad ke 15 datang seorang Raja Baguinda yang kehadiranya ini sekaligus memperkenalkan tentang ajaran Islam khususnya di kepulauan Sulu. Diperkirakan bahwa Raja Baguinda merupakan seorang pangeran yang berasal dari Sumatra Barat. Berkat dakwah yang dilakukan akhirnya seorang Raja dari Manguindano memeluk Islam. Pada masa ini pula dianggap sebagai awal dari keberhasilan penyebaran Islam. Setelah menjadi seorang muslim Manguindano memimpin provinsi Davao, seiring berjalannya waktu akhirnya Islam berhasil disebarkan ke pulau Lanao.

Mubaligh lain yang berjasa dalam penyebaran Islam di Filipina yaitu Abu Bakar, beliau merupakan seorang ulama yang bersedia dilantik sebagai sultan, sebelumnya ia telah berhasil melakukan dakwah di Malaka, Palembang dan Brunei. Pada saat itu Syeid Abu Bakar telah menikahi putri Raja Baguinda yang bernama Paramisuli dan beliau sekaligus meresmikan Islam sebagai agama negara di Kerajaan Sulu kemudian beliau mendapat gelar “Sultan Syarif ul-Hashim”

Bersamaan dengan kedatangan Abu Bakar ke Sulu, rupanya terdapat para mubaligh yang datang kewilayah Mangindanao. Para Mubaligh inilah yang dianggap sebagai peletak dasar tatanan masyarakat Muslim di wilayah Mangindanao.

Setelah berhasil menyebarkan agama Islam di wilayah Sulu, kemudian Islam masuk ke wilayah Maguindanau. Islam telah menyebar di daerah tersebut secara meluas pada abad ke-16 M, dan penyiarnya adalah seorang keturunan Arab-Melayu, beliau Bernama Syarif Muhammad Kabungsuan bin Syarif Ali Zain al-Abidin. Akan tetapi apabila melihat silsilah Magaindanau disebutkan bahwa orang yang pertama kali menyebarkan agama Islam di daerah ini adalah Syarif Aulia dan beliau telah datang lebih dulu sebelum Muhammad Kabungsuan.

Dalam perkembanganya dakwah Islam tersebar keseluruh wilayah Filipina, walaupun pada waktu itu telah muncul gangguan dari orang-orang Spanyol. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya pendakwah lain yang berdatangan untuk mengembangkan agama di Maguindanau, diantaranta adalah pendakwah dari Brunei dan Ternate.

Menurut silsilah Maguindanau, suku Iranun yang tinggal di Maguindanau merupakan masyarakat pertama yang memuluk Islam, dimana mereka secara langsung pada saat itu mendapatkan bimbingan dari Muhammad Syarif Kabungsuan.

Sejarah Awal Masuknya Agama Islam di Brunei Darussalam

Brunei Darussalam merupakan salah satu negara yang berada di Kawasan Asia Tenggara dan mayoritas penduduknya adalah Melayu. Islam telah masuk ke wilayah ini sejak tahun 977 M melalui jalur timur Asia yang dibawa oleh pedagang-pedagang dari Cina. Teori lain mengatakan bahwa Islam masuk ke Brunei ketika Raja Awak Alak Betatar memeluk Islam pada tahun 1868

Selain itu terdapat pendapat yang mengatakan bahwa Islam pertama kali masuk ke Brunei sejak abad ke-15 yang diketahui dari adanya catatan Portugis bahwa pada tahun 1514 raja Brunei belum memeluk Islam tetapi disebutkan bahwa pedagang pada saat itu sudah menjadi muslim. Awak Alak Betatar memuluk Islam dan memperoleh gelar Sultan Muhammad Shah. Setelah kekuasaanya berakhir kekuasaanya digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Ahmad.

Brunei mencapai masa kejayaan pada masa pemerintahan sultan yang ke-5, dimana sultannya bernama Nakhoda Ragam atau Sultan Bolkiah. Keberhasilannya sebagai seorang sultan dapat diketahui dari keberhasilan memperluas wilayah hingga membentuk angkatan perang. Selain itu dengan Islam, Brunei berhasil memperkuat dan memperluas perdagangannya.

Achamd.A. 2014. Studi Kawasan Muslim Minoritas Asia Tenggara. Bandung: Pustaka Rahmat.

Diposting pada: Rabu, 05 Mei 2010

Siapa tokoh ulama mubaligh penyebar agama Islam di Brunei Darussalam

Hingga saat ini, Indonesia dikenal sebagai suatu negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia. Jumlahnya sekitar 90 persen dari total populasi yang berjumlah 230 juta jiwa. Agama Islam dianut oleh masyarakat Indonesia, mulai dari barat sampai timur dan dari utara sampai selatan. Dari wilayah Sabang di Aceh sampai Merauke di Papua, dari Pulau Miangas sampai Rote.Menurut sejumlah data, agama Islam masuk ke wilayah nusantara ini sejak abad ke-13 dan ke-14 Masehi. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya peninggalan berupa kuburan Fatimah Maimun di Gresik. Sumber lain menyebutkan, agama Islam telah masuk ke bumi nusantara ini sejak abad ke-7 Masehi. Hal ini diungkapkan oleh seorang peneliti Muslim asal Cina, Ibrahim Tien Ying Ma, dalam bukunya Muslim in Cina.Penyebar agama Islam di Indonesia, jelas Ibrahim, dibawa oleh utusan dari sahabat Saad bin Abi Waqqash RA. Ditambahkan oleh Sumanto Al-Qurtuby, dalam bukunya Arus Cina-Islam-Jawa: Bongkar Sejarah atas Peranan Tionghoa dalam Penyebaran Agama Islam di Nusantara Abad XV dan XVI, agama Islam masuk ke Indonesia tak hanya dibawa oleh pedagang Gujarat dan Arab, tapi juga oleh pedagang Cina. Oleh karena itu, ia menyebutkan, Islam masuk ke Indonesia ini melalui tiga jalur, yakni Arab, Gujarat, dan Cina.Dengan penyebaran Islam yang gencar itu, tak heran bila Islam berkembang pesat di nusantara. Penyebaran berikutnya dilanjutkan oleh tokoh masyarakat, ulama, dan para mubaligh. Mereka inilah yang memiliki peran besar dalam menyebarkan dan mengembangkan Islam di Indonesia. Sebagian besar, nama-nama mereka telah melegenda.Sebut saja nama Walisongo atau Sembilan Wali yang menyebarkan Islam di wilayah Jawa. Sedangkan di daerah lain, juga dikembangkan oleh tokoh ulama setempat. Para ulama yang ada di daerah, seperti Lombok, Mataram (NTB), Makasar (Sulawesi Selatan), Ternate (Maluku), Padang (Sumatra), Banjar (Kalimantan Selatan), menyebarkan Islam di wilayah setempat. Mereka mengajarkan agama Islam menurut bahasa dan adat istiadat setempat.Pendekatan yang baik, membuat Islam begitu mudah diterima masyarakat. Tak hanya melalui ceramah dan pidato, para ulama daerah ini juga menyampaikan pesan-pesan Islam melalui karya-karyanya. Buku-buku itu ditulis dengan tangan di atas lembaran kertas yang ada saat itu. Misalnya, ada karya berjudul Hikayat Banjar, Sirah Nabawiyah, Fiqh al-Islam, dan lain sebagainya. Walaupun tak dikenal luas, peranan ulama daerah tersebut sangat penting bagi masyarakat."Ada ribuan karya ulama nusantara," kata Dasrizal MA, kepala Bidang Bina Program Penelitian, Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, kepada Republika. Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, karya-karya ulama daerah itu banyak terlupakan. Naskah-naskah yang mereka tulis hanya sebagian yang berhasil dibukukan. Sisanya, tak sempat disusun menjadi sebuah buku.Karena minimnya perhatian terhadap karya-karya klasik ulama tersebut, sebagian besar hilang dan tak jelas rimbanya. Sebagian lagi, naskah mereka ada yang berada di luar negeri, seperti Belanda, Prancis, Inggris, Jerman, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.Beberapa yang tersisa di Indonesia, tercecer ke mana-mana. Ada yang masih dimiliki ahli waris, ada yang terpendam, dan ada pula yang diperjualbelikan. "Yang baru berhasil diselamatkan hanya sekitar 600 naskah Islam klasik karya ulama nusantara," lanjut Dasrizal.

Karya-karya itu berisi tentang ilmu pengetahuan, ajaran, dan syair. Di antaranya berisi tentang ketuhanan, ajaran budi pekerti, sejarah, cerita rakyat (dongeng, legenda), teknologi tradisional, mantra, silsilah, jimat, syair, politik, pemerintahan, undang-undang, hukum adat, pengobatan tradisional, dan hikayat. Kini, naskah-naskah itu telah dijilid dengan baik dan didigitalisasi oleh Puslitbang Lektur Keagamaan, Balitbang Depag. Sebagian tersimpan di perpustakaan nasional dan beberapa ahli waris. (Republika Online)

Unduh Info Penting

  1. Surat Segera Perihal Penyelesaian Laporan Elektronik Monitoring Tahun Anggaran Tahun 2022 (11 hari yang lalu) >>> Unduh
  2. Bantuan Operasional Ormas Islam, Lembaga Keagamaan Islam, dan Majelis Taklim Tahun 2022 (11 hari yang lalu) >>> Unduh
  3. Surat Tentang Rapat Evaluasi dan Percepatan Anggaran (13 hari yang lalu) >>> Unduh
  4. Pengumuman Hasil Seleksi Petugas Haji Daerah Provinsi Jambi Tahun 1443H/2022M (17 hari yang lalu) >>> Unduh
  5. Pengumuman Hasil Seleksi Administrasi Petugas Haji Daerah Provinsi Jambi Tahun 1443H/2022M (18 hari yang lalu) >>> Unduh