Skip to content
Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia terdapat materi tentang teks hikayat. Bagi kamu yang lagi mencari latihan soal teks hikayat, kamu berada di artikel yang tepat. Yaps, di artikel ini akan menyajikan beberapa soal beserta pembahasannya. Silakan dipelajari yaa..
Yang dimaksud dengan hikayat adalah.…
A. Salah satu jenis cerita rakyat yang disajikan dengan menggunakan bahasa Melayu modern
B. Salah satu jenis cerita rakyat yang disajikan dengan menggunakan bahasa Melayu klasik
C. Jenis karya sastra lama yang menggunakan kata-kata lampau
D. Karya sastra yang menggunakan kata-kata yang sulit dipahami
E. Cerita rakyat yang sudah lampau yang hampir punah
Pembahasan : Hikayat adalah salah satu jenis cerita rakyat yang disajikan dengan menggunakan bahasa Melayu klasik. Dengan demikian, jawaban yang tepat adalah B.
Dalam hikayat, sering kali ditemukan kata-kata arkais. Maksud kata-kata arkais adalah….
A. Kata-kata yang sudah tidak digunakan di masa sekarang
C. Kata-kata yang sulit dimengerti
Pembahasan : kata-kata arkais adalah kata-kata yang sudah tidak digunakan di masa sekarang, seperti hulu balang, buluh perindu, hatta, duli, dan sebagainya. Dengan demikian, jawaban yang tepat adalah A.
Perhatikan kutipan hikayat di bawah ini!
Maka si Miskin itupun sampailah ke penghadapan itu. Setelah dilihat oleh orang banyak, Si Miskin laki bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing rupanya. Maka orang banyak itupun ramailah ia tertawa seraya mengambil kayu dan batu.
Kata yang bercetak miring menggunakan majas.…
Pembahasan : Kutipan seperti dimamah anjing rupanya menggunakan kata seperti. Kata seperti sering digunakan majas simile karena majas simile adalah majas yang mengumpamakan sesuatu dengan sesuatu lain. Ciri khasnya menggunakan kata seperti, laksana, bagaikan, bak.
Berikut ini merupakan karakteristik hikayat, kecuali….
B. Tokoh-tokohnya mempunyai kesaktian
Pembahasan : karakteristik hikayat di antaranya berisi kisah kemustahilan, tokoh-tokohnya mempunyai kesaktian, latar belakang istanasentris, dan pengarang tidak diketahui (anonim) karena biasanya disampaikan secara lisan dari mulut ke mulut. Pilihan E tidak termasuk dalam karakteristik hikayat karena hikayat tidak hanya dalam bentuk tulisan, melainkan biasa disampaikan secara lisan baru kemudian ditulis. Dengan demikian, jawaban yang tepat adalah E.
Si Kembar menolak dengan mengatakan bahwa dia adalah hamba yang hina. Tetapi, tuan puteri menerimanya dengan senang hati.
Nilai yang terkandung dalam kutipan hikayat di atas adalah nilai.…
Pembahasan : dari kutipan di atas kita dapat melihat bahwa tidak melihat perbedaan status
Sosial antara si kembar dengsn sip uteri. Perihal perbedaan status sosial ini merupakan ajaran dari nilai sosial.
Perhatikan kutipan hikayat di bawah ini!
Adapun Raja Kabir itu takluk kepada Buraksa dan akan menyerahkan putrinya, Puteri Kemala Sari, sebagai upeti. Kalau tiada demikian, negeri itu akan dibinasakan oleh Buraksa. Ditambahkannya bahwa Raja Kabir sudah mencanangkan bahwa barang siapa yang dapat membunuh Buraksa itu akan dinikahkan dengan anak perempuannya yang terlalu elok parasnya itu. “Barang siapa yang dapat susu harimau beranak muda, ialah yang akan menjadi suami tuan puteri.”
Nilai budaya apa yang bisa kita ambil dari kutipan hikayat di atas adalah.…
A. Mencari menantu melalui sayembara
B. Permintaan seorang raja
C. Pencarian suami untuk putri raja
D. Seorang anak raja yang cantik yang mencari suami
E. Pertarungan merebut hati sang puteri
Pembahasan : nilai budaya adalah nilai atau ajaran yang diambil dari budaya suatu daerah. Dari kutipan di atas, kita dapat melihat bahwa sang raja menggelar sayembara untuk memilih calon suami untuk putrinya. Cara ini merupakan budaya dari beberapa daerah di Indonesia pada masa lampau. Jadi, kutipan hikayat di atas terdapat nilai budaya yaitu mencari menantu melalui sayembara. Akan tetapi, Nilai budaya ini sudah tidak sesuai dengan kehidupan saat ini.
Perhatikan kutipan hikayat di bawah ini!
Sesudah tahu mengaji, mereka dititah pula mengaji kitab usul, fikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya. Setelah beberapa lamanya, mereka belajar pula ilmu senjata, ilmu hikmat, dan isyarat tipu peperangan.
Nilai didaktis yang terdapat dari kutipan di atas adalah.…
A. Kewajiban mencari ilmu
B. Kewajiban mencari ilmu dunia dan akhirat
C. Kewajiban ilmu agama dan peperangan
D. Kewajiban mencari ilmu apa saja
E. Kewajiban mengaji selagi muda
Perhatikan kutipan hikayat di bawah ini!
Maka baginda pun bimbanglah, tidak tahu siapa yang patut dirayakan dalam negeri karena anaknya kedua orang itu sama-sama gagah. Jikalau baginda pun mencari muslihat; ia menceritakan kepada kedua anaknya bahwa ia bermimpi bertemu dengan seorang pemuda yang berkata kepadanya: barang siapa yang dapat mencari buluh perindu yang dipegangnya, ialah yang patut menjadi raja di dalam negeri.
Nilai yang terkadung dalam kutipan hikayat di atas adalah nilai…
Pembahasan : Dalam teks, kita bisa melihat bahwa tahta raja diwariskan secara turun temurun. Raja ditunjuk berdasarkan keturunan dan raja yang memiliki putra lebih dari satu selalu mencari tahu siapa yang paling gagah dan pantas menjadi penggantinya. Cara ini berlaku di suatu daerah atau tempat tertentu. Dengan demikian, nilai yang terkandung dari kutipan hikayat di atas adalah nilai budaya.
Perhatikan kutipan hikayat di bawah ini!
Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Sufian. Sesudah tahu mengaji, mereka dititah pula mengaji kitab usul, fikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya.
Nilai apa yang terkandung dalam kutipan hikayat di atas …
Pembahasan : dari hikayat di atas kita dapat temukan tentang kewajiban belajar ilmu agama sejak usia kecil. Ajaran ini tentulah berasal dari nilai pendidikan. Dengan demikian, jawaban yang tepat adalah E.
Di antara kutipan hikayat di bawah ini yang mengandung kemustahilan adalah…
A. Ini hikayat cerita orang dahulu kala sekali peristiwa Allah Swt menunjukkan kekayaan-Nya kepada hamba-Nya. Maka adalah seorang miskin laki bini berjalan mencari rizkinya berkeliling negara antah berantah.
B. Syah Peri mengalahkan Garuda yang mampu merusak sebuah kerajaan.
C. Tak disangka, pukulan tersebut menyebabkan Putri Kuning meninggal.
D. Meskipun kecantikan mereka hampir sama, si bungsu Putri Kuning sedikit berbeda, ia tak terlihat manja dan nakal.
E. Hatta beberapa lamanya, Tuan Puteri Sitti Kendi pun hamillah dan bersalin dua orang putra laki-laki. Adapun yang tua keluarnya dengan panah dan yang muda dengan pedang.
Pembahasan : Salah satu karakteristik hikayat adalah kemustahilan. Kemustahilan berarti hal yang tidak logis atau tidak bisa dinalar.
– Kutipan A adalah pengantar cerita yang menceritakan sepasang suami-istri yang miskin sedang mencari rezeki di negara yang tidak dikenal namanya.
– Kutipan B merupakan kalimat yang menunjukkan tentang kesaktian Syah Peri.
– Kutipan C bukan termasuk kemustahilan karena seseorang bisa saja meninggal dengan pukulan.
– Kutipan D merupakan penjelasan tentang sifat si bungsu Putri Kemuning.
– Kutipan E merupakan kemustahilan karena tidak mungkin seorang anak lahir bersama dengan panah dan pedang.
Dengan demikian, jawaban yang tepat adalah E.
Itu tadi beberapa soal latihan teks hikayat dan pembahasannya untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 10. Masih banyak soal latihan dan jawaban materi pelajaran sekolah kamu yang bisa kamu jadikan alternatif untuk belajar kamu di rumah.
Baca Juga: Latihan Soal Teks Eksposisi
Buat kamu yang mau lebih banyak latihan soal, langganan Ruangguru yuk. Ada ribuan latihan soal buat menemani kamu belajar lho. Sekarang lagi ada diskon gede nih. Pakai kode diskon ELIYANAUGIJJ ya buat dapetin diskonnya.
Mengidentifikasi Nilai-Nilai dalam Hikayat
Hikayat banyak memiliki nilai kehidupan. Nilai-nilai kehidupan tersebut dapat berupa nilai religius (agama), moral, budaya, sosial, edukasi (pendidikan), dan estetika (keindahan). Perhatikan contoh analisis nilai yang terdapat dalam Hikayat Indera Bangsawab berikut!
Nilai | Konsep Nilai | Kutipan Teks |
Agama | Memohon kepada Tuhan dengan berdoa dan bersedekah agar dimudahkan urusannya. | Maka pada suatu hari, ia pun menyuruh orang membaca doa qunut dan sedekah kepada fakir dan miskin. |
Pasrah kepada Tuhan setelah berusaha. | Maka ia pun menyerahkan dirinya kepada Allah Subhanahuwata’ala dan berjalan dengan sekuat-kuatnya | |
Sosial | Tidak melihat perbedaan status sosial. | Si Kembar menolak dengan mengatakan bahwa dia adalah hamba yang hina. Tetapi, tuan puteri menerimanya dengan senang hati. |
Membantu orang orang yang berada dalam posisi kesulitan | Dengan segera Syah Peri mengeluarkan dayang-dayang itu. Tatkala Garuda itu datang, Garuda itu dibunuhnya. | |
Budaya |
Raja ditunjuk berdasarkan keturunan dan Perlombaan untuk menunjukkan yang terkuat dan terhebat. | Maka baginda pun bimbanglah, tidak tahu siapa yang patut dirayakan dalam negeri karena anaknya kedua orang itu sama-sama gagah. Jikalau baginda pun mencari muslihat; ia menceritakan kepada kedua anaknya bahwa ia bermimpi bertemu dengan seorang pemuda yang berkata kepadanya: barang siapa yang dapat mencari buluh perindu yang dipegangnya, ialah yang patut menjadi raja di dalam negeri.
Adapun Raja Kabir itu takluk kepada Buraksa dan akan menyerahkan putrinya, Puteri Kemala Sari sebagai upeti. Kalau tiada demikian, negeri itu akan dibinasakan oleh Buraksa. Ditambahkannya bahwa Raja Kabir sudah mencanangkan bahwa barang siapa yang dapat membunuh Buraksa itu akan dinikahkan dengan anak perempuannya yang terlalu elok parasnya itu.“Barang siapa yang dapat susu harimau beranak muda, ialah yang akan menjadi suami tuan puteri.” |
Moral | Tidak mau bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu. | Hatta datanglah kesembilan orang anak raja meminta susu kambing yang disangkanya susu harimau beranak muda itu. |
Memperdaya orang yang tidak berusaha. | Indera Bangsawan berkata susu itu tidak akan dijual dan hanya akan diberikan kepada orang yang menyediakan pahanya diselit besi hangat. | |
Edukasi | Kewajiban belajar ilmu agama sejak usia kecil. | Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Sufan. Sesudah tahu mengaji, mereka dititah pula mengaji kitab usul, fkih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya. |
Rujukan
Kosasih, E. 2014. Jenis-Jenis Teks dalam Mata Pelajaran Bahasa Indoneisa SMA/MA/SMK. Bandung: Yrama Widya
Suherli, dkk. 2017. Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X Revisi Tahun 2017. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Suherli, dkk. 2017. Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas X Revisi Tahun 2017. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud
Hikayat Indera
Bangsawan
Tersebutlah perkataan seorang raja
yang bernama Indera Bungsu dari Negeri Kobat Syahrial. Setelah berapa lama di
atas kerajaan, tiada juga beroleh putra. Maka pada suatu hari, ia pun menyuruh
orang membaca doa qunut dan sedekah kepada fakir dan miskin. Hatta beberapa
lamanya,
Tuan Puteri Siti Kendi pun hamillah dan bersalin dua orang putra laki-laki.
Adapun yang tua keluarnya dengan panah dan yang muda dengan pedang. Maka
baginda pun terlalu amat sukacita dan menamai anaknya yang tua Syah Peri dan
anaknya yang muda Indera Bangsawan.
Maka
anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan
dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Sufian. Sesudah tahu mengaji, mereka
dititah pula mengaji kitab usul, fikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya.
Setelah beberapa lamanya, mereka belajar pula ilmu senjata, ilmu hikmat, dan
isyarat tipu peperangan. Maka baginda pun bimbanglah, tidak tahu siapa yang
patut dirayakan dalam negeri karena anaknya kedua orang itu sama-sama gagah.
Jikalau baginda pun mencari muslihat; ia menceritakan kepada kedua anaknya
bahwa ia bermimpi bertemu dengan seorang pemuda yang berkata kepadanya: barang
siapa yang dapat mencari buluh perindu yang dipegangnya, ialah yang patut
menjadi raja di dalam negeri.
Setelah
mendengar kata-kata baginda, Syah Peri dan Indera Bangsawan pun bermohon pergi
mencari buluh perindu itu. Mereka masuk hutan keluar hutan, naik gunung turun
gunung, masuk rimba keluar rimba, menuju ke arah matahari hidup.
Maka
datang pada suatu hari, hujan pun turunlah dengan angin ribut, taufan, kelam
kabut, gelap gulita dan tiada kelihatan barang suatu pun. Maka Syah Peri dan
Indera Bangsawan pun bercerailah. Setelah teduh hujan ribut, mereka pun pergi
saling cari mencari.Tersebut pula perkataan Syah Peri yang sudah bercerai
dengan saudaranya Indera Bangsawan. Maka ia pun menyerahkan dirinya kepada
Allah Subhanahuwata’ala dan berjalan dengan sekuat-kuatnya.
Beberapa
lama di jalan, sampailah ia kepada suatu taman, dan bertemu sebuah mahligai. Ia
naik ke atas mahligai itu dan melihat sebuah gendang tergantung. Gendang itu
dibukanya dan dipukulnya. Tiba-tiba ia terdengar orang yang melarangnya memukul
gendang itu. Lalu diambilnya pisau dan ditorehnya gendang itu, maka Puteri
Ratna Sari pun keluarlah dari gendang
itu.
Puteri Ratna Sari menerangkan bahwa negerinya telah dikalahkan oleh Garuda.
Itulah sebabnya ia ditaruh orangtuanya dalam gendang itu dengan suatu cembul.
Di dalam cembul yang lain ialah perkakas dan dayangdayangnya. Dengan segera Syah Peri mengeluarkan dayang-dayang itu.
Tatkala Garuda itu datang, Garuda itu dibunuhnya. Maka Syah Peri pun duduklah
berkasih-kasihan dengan Puteri Ratna Sari sebagai suami istri dihadap oleh
segala dayang-dayang dan inang pengasuhnya.
Tersebut
pula perkataan Indera Bangsawan pergi mencari saudaranya. Ia sampai di suatu
padang yang terlalu luas. Ia masuk di sebuah gua yang ada di padang itu dan
bertemu dengan seorang raksasa. Raksasa itu menjadi neneknya dan menceritakan
bahwa Indera Bangsawan sedang berada di negeri Antah Berantah yang diperintah
oleh Raja Kabir.
Adapun
Raja Kabir itu takluk kepada Buraksa dan akan menyerahkan putrinya, Puteri
Kemala Sari sebagai upeti. Kalau tiada demikian, negeri itu akan dibinasakan
oleh Buraksa. Ditambahkannya bahwa Raja Kabir sudah mencanangkan bahwa barang
siapa yang dapat membunuh Buraksa itu akan dinikahkan dengan anak perempuannya
yang terlalu elok parasnya
itu.
Hatta berapa lamanya Puteri Kemala Sari pun sakit mata, terlalu sangat. Para
ahli nujum mengatakan hanya air susu harimau yang beranak mudalah yang dapat
menyembuhkan penyakit itu. Baginda bertitah lagi. “Barang siapa yang dapat susu
harimau beranak muda, ialah yang akan
menjadi
suami tuan puteri.”
Setelah
mendengar kata-kata baginda, si Hutan pun pergi mengambil seruas buluh yang
berisi susu kambing serta menyangkutkannya pada pohon kayu. Maka ia pun duduk
menunggui pohon itu. Sarung kesaktiannya dikeluarkannya, dan rupanya pun
kembali seperti dahulu kala.
Hatta datanglah kesembilan orang
anak raja meminta susu kambing yang disangkanya susu harimau beranak muda itu.
Indera Bangsawan berkata susu itu tidak akan dijual dan hanya akan diberikan
kepada orang yang menyediakan pahanya diselit besi hangat. Maka anak raja yang
Sembilan orang itu pun menyingsingkan kainnya untuk diselit Indera Bangsawan
dengan besi panas. Dengan hati yang gembira, mereka mempersembahkan susu kepada
raja, tetapi tabib berkata bahwa susu itu bukan susu harimau melainkan susu
kambing. Sementara itu, Indera Bangsawan sudah mendapat susu harimau dari
raksasa (neneknya) dan menunjukkannya kepada raja.
Tabib
berkata itulah susu harimau yang sebenarnya. Diperaskannya susu harimau ke mata
Tuan Puteri. Setelah genap tiga kali diperaskan oleh tabib, maka Tuan Puteripun
sembuhlah. Adapun setelah Tuan Puteri sembuh, baginda tetap bersedih. Baginda
harus menyerahkan tuan puteri
kepada
Buraksa, raksasa laki-laki apabila ingin seluruh rakyat selamat dari amarahnya.
Baginda sudah kehilangan daya upaya.
Hatta
sampailah masa menyerahkan Tuan Puteri kepada Buraksa. Baginda berkata kepada
sembilan anak raja bahwa yang mendapat jubbah Buraksa akan menjadi suami
Puteri. Untuk itu, nenek Raksasa mengajari Indera Bangsawan. Indera Bangsawan
diberi kuda hijau dan diajari cara mengambil jubah Buraksa yaitu dengan memasukkan
ramuan daun-daunan ke dalam gentong minum Buraksa. Saat Buraksa datang hendak
mengambil Puteri, Puteri menyuguhkan makanan, buah-buahan, dan minuman pada
Buraksa. Tergoda sajian yang lezat itu tanpa pikir panjang Buraksa menghabiskan
semuanya lalu meneguk habis air minum dalam gentong.
Tak
lama kemudian Buraksa tertidur. Indera Bangsawan segera membawa lari Puteri dan
mengambil jubah Buraksa. Hatta Buraksa terbangun, Buraksa menjadi lumpuh akibat
ramuan daun-daunan dalam air minumnya.
Kemudian
sembilan anak raja datang. Melihat Buraksa tak berdaya, mereka mengambil
selimut Buraksa dan segera menghadap Raja. Mereka hendak mengatakan kepada Raja
bahwa selimut Buraksa sebagai jubah Buraksa.
Sesampainya
di istana, Indera Bangsawan segera menyerahkan Puteri dan jubah Buraksa. Hata
Raja mengumumkan hari pernikahan Indera Bangsawan dan Puteri. Saat itu sembilan
anak raja datang. Mendengar pengumuman itu akhirnya mereka memilih untuk pergi.
Mereka malu
kalau
sampai niat buruknya berbohong diketahui raja dan rakyatnya.
Sumber:
Buku Kesusastraan
Melayu Klasik
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook
Posted in PEMBELAJARAN on November 07, 2018 by MuhZuhri | Leave a comment