Sebutkan pewarnaan yang digunakan pada motif ragam hias daerah Siak Sri Indrapura

Sebutkan pewarnaan yang digunakan pada motif ragam hias daerah Siak Sri Indrapura
Griya Perampuan LOBAR

Dalam tulisan ini akan dijelaskan teknik   pewarnaan kain dengan menggunakan pewarna alam AKAR MENGKUDU. Akar mengkudu tidak hanya memiliki kandungan untuk obat dan sebagai bahan minuman, yang berwarna merah tanah, coklat kemerahan atau coklat susu, tetapi juga berperan penting sebagai salah satu bahan pewarnaan alami untuk  benang tenun  dan kain batik.

A.  Proses Pembuatan Zat Pewarna Alam (ZPA) Akar mengkudu

Proses pembuatan Zat Pewarna Alam (ZPA) dengan bahan baku akar mengkudu dapat dilakukan dengan salah satu dari 2 (dua) cara sebagai berikut :

–          Cara pertama, akar mengkudu yang  sudah di cincang dicampur dengan air dengan komposisi 3 kg akar mengkudu dicampur dengan 30 ltr air, kemudian dimasak/direbus menjadi 23 – 25 liter air, kemudian disaring dan dipisahkan dengan ampasnya. Air rebusan akar mengkudu tadi didinginkan dan dimasukkan ke dalam wadah/baskom. Jika ingin dipasarkan, dikemas dengan botol atau jerigen dan diberi label sesuai keinginan..

–          Cara kedua,akar mengkudu dihancurkan menjadi bubuk, kemudian dimasukkan ke dalam panci yang bersih dan dicampur air dengan perbandingan 2 liter air dicampur dengan 2 kilogram bubuk akar mengkudu, lalu kemudian direbus. Selesai direbus, saring air rebusannya dan pisahkan dari ampasnya untuk kemudian dimasukkan ke dalam botol dan diberi label sesuai dengan keinginan.

B.  Tahapan Pewarnaan Kain Dengan Zat Pewarna Alam (ZPA) Akar Mengkudu

Dalam proses pewarnaan kain dengan menggunakan zat pewarna alam berbahan baku akar mengkudu, ada beberapa tahapan yang harus dilalui, yaitu sebagai berikut :

a.    Mordanting

Mordanting merupakan langkah pertana dalam proses pewarnaan kain dengan menggunakan zat pewarna alam, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

Ø  Menyiapkan kain yang akan di-mordanting (dicelup) menjadi 3 bagian  berukuran masing-masing 25 cm untuk tiap jenis warna.

Ø  Bahan mordan (zat) yang digunakan antara lain soda abu, tawas, yang berguna untuk meningkatkan kemampuan penyerapan zat pewarna alam pada kain, baik jenis sutra, lembaran batik dan benang tenun.

Ø  Rendam bahan tekstil yang akan diwarnai dalam larutan sabun netral sebanyak 2 gram/liter, bisa berupa sabun cair atau sabun batangan. Ø  Perendaman dilakukan selama 2 jam, bisa juga direndam selama 12 jam atau semalam. Setelah direndam, bahan dicuci dan didinginkan.

b.   Proses pewarnaan

Proses pewarnaan dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Ø  Bahan tekstil atau kain yang telah menjalani proses mordanting kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang telah berisi ZPA Akar mengkudu yang telah disiapkan.

Ø  Perendaman dalam ZPA Akar mengkudu dilakukan secara berhati-hati dan perlahan selama 10 – 15 menit, kemudian  diangkat dan dianginkan.

Ø  Perendaman dilakukan secara berulang-ulang, minimal selama 6 – 8 kali celup.

Ø  Perendaman/ pencelupan dapat dilakukan semakin sering jika kita menginginkan warna yang lebih tua sesuai dengan selera.

c.    Fiksasi

Fiksasi adalah proses mengunci dan memperkuat warna/ hasil pewarnaan dengan menggunakan ZPA Secang agar tidak mudah luntur. Proses fiksasi memiliki 3 jenis unsur yaitu :

ØTawas, digunakan untuk mempertahan warna asli kain/ bahan tekstil. Caranya, sebanyak 70 gram tawas dilarutkan kedalam 1 liter air, kemudian kain direndam selama 10 menit, untuk kemudian diangkat dan dianginkan.  

ØKapur, digunakan untuk mempertahankan warna kain/ bahan tekstil yang lebih terang dari warna aslinya. Caranya, timbang 50 gram kapur tohor (gamping prongkal) ke dalam 1 liter air, kemudian kain direndam selama 10 menit, untuk kemudian diangkat dan dianginkan.

ØTunjung, digunakan untuk mempertahankan warna kain/ bahan tekstil yang lebih terang dari warna aslinya. Caranya, timbang 50 gram tunjung ke dalam 1 liter air, kemudian kain direndam selama 10 menit, untuk kemudian diangkat dan dianginkan.

Semoga bermanfaat ya Sobat industri informasi mengenai cara membuat pewarna alam dari bahan akar mengkudu.

Oleh: Dra Hafsah ( Fungsional Penyuluh Dinas Perindustrian Provinsi NTB)

Indonesia adalah negara yang luasnya berbeda dengan Sabang dari Merauke. Oleh karena itu, Indonesia memiliki keragaman budaya yang berbeda dari setiap daerah. Seperti yang kita ketahui, Indonesia identik dengan batik. Tapi tidak hanya batik yang terkenal di luar negeri. Ada banyak jenis pola kain tradisional yang berbeda dari satu daerah ke daerah lainnya.

Penasaran kain tradisional apa saja yang berasal dari Indonesia? Simak ulasannya di bawah ini!

1. Ulos

Sebutkan pewarnaan yang digunakan pada motif ragam hias daerah Siak Sri Indrapura

Sumber: detikTravel

Jenis kain tradisional Indonesia yang paling terkenal adalah Ulos. Ulos adalah kain yang dibuat secara turun temurun oleh masyarakat Batak Sumatera Utara. Ulos dibuat oleh penenun masyarakat setempat. Warna dominan kain ulos adalah hitam, putih dan merah yang kemudian dipadukan dengan jalinan benang emas atau perak. Kain ulos biasanya hanya digunakan pada acara-acara tertentu seperti upacara pernikahan, pemakaman. Namun seiring berjalannya waktu, Ulos tidak hanya digunakan untuk acara-acara tertentu saja. Ada banyak variasi kain ulos yang bisa Anda temukan di tas, pakaian atau bahkan aksesoris rumah seperti gorden dan taplak meja.

2. Tenun Siak

Sebutkan pewarnaan yang digunakan pada motif ragam hias daerah Siak Sri Indrapura

Sumber: Lampiran Siak

Kain Siak adalah kain tradisional Indonesia yang berasal dari Siak, Riau. Awalnya, tenun Siak hanya digunakan di kerajaan Siak Sri Indrapura. Tenun Siak memiliki warna cerah yang berasal dari pewarna alami. Ada 3 jenis subjek terkenal, yaitu subjek tumbuhan, hewan, dan pemandangan langit seperti langit dan awan. Dulu, kain ini hanya digunakan dalam upacara adat. Namun, tenun siak mudah didapatkan seiring berjalannya waktu jika Anda berkunjung ke daerah siak, riau.

  • Corak Batik Indonesia Terkenal di Dunia
  • Kopi Indonesia di Seluruh Dunia

Sebutkan pewarnaan yang digunakan pada motif ragam hias daerah Siak Sri Indrapura

Sumber: BahanKain.com

Lurik adalah kain tradisional Indonesia yang berasal dari pulau Jawa, lebih spesifiknya dari Yogyakarta. Motif linier menjadi ciri khas kain Lurik, yang dianggap kesederhanaan dalam hidup. Tahukah Anda bahwa Lurik penting dalam kaitannya dengan kelas dan kasta seseorang? Biasanya warna yang dominan adalah hitam dan putih. Namun saat ini kain lurik telah berkembang dan kita dapat menemukan banyak kain lurik dengan corak dan warna yang berbeda-beda.

4. Gringsing

Sebutkan pewarnaan yang digunakan pada motif ragam hias daerah Siak Sri Indrapura

Sumber: Lukisan Bali

Gringsing adalah kain asli desa Tenganan di Bali. Zat ini cukup langka karena proses pembuatannya memakan waktu lama, yaitu sekitar 2-5 tahun dengan metode ikatan rangkap. Orang Bali percaya bahwa zat ini memiliki kekuatan magis. Banyak dari mereka yang menggunakan kain ini untuk melindungi diri dari berbagai penyakit. Oleh karena itu, kain ini merupakan kain yang sangat sakral di Bali, khususnya di desa Tenganan. Arti dari kain tradisional ini adalah penolak jasmani dan rohani. Biasanya warna pada kain Gringsing Tridatu adalah kuning, merah bahkan hitam.

5. Songket Lombok

Sebutkan pewarnaan yang digunakan pada motif ragam hias daerah Siak Sri Indrapura

Sumber: Viva

Seperti namanya, Songket Lombok berasal dari pulau Lombok, Nusa Tenggara Timur. Ciri khas kain ini adalah kombinasi pola kain dengan koleksi benang emas yang terlihat indah dan berkilau. Warna-warna yang digunakan untuk kain ini umumnya warna-warna terang. Biasanya songket Lombok dipasangkan dengan atasan kebaya yang dikenakan pada acara pernikahan atau acara formal lainnya. Itulah beberapa jenis kain tradisional Indonesia yang menarik untuk dimiliki. Tidak hanya 5 jenis tersebut, masih banyak jenis kain tradisional lainnya yang bisa Anda miliki. Manakah dari zat di atas yang Anda miliki? Tulis ya di kolom komentar! (fn)