Aku percaya akan Allah, Bapa yang mahakuasa, Pencipta langit dan bumi; dan akan Yesus Kristus, Pura-Nya yang tunggal, Tuhan kita, yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria; yang menderita sengsara dalam pemerintahan Pontius Pilatus disalibkan, wafat, dan dimakamkan; yang turun ke tempat penantian pada hati ketiga bangkit dari antara orang mati; yang naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa manusia yang mahakuasa dari situ Ia akan datang mengadili orang hidup dan yang mati. Aku percaya akan Roh Kudus, Gereja Katolik yang kudus, persekutuan para kudus, pengampunan dosa, kebangkitan badan, kehidupan kekal. Aku peraya akan satu Allah, Bapa yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi, dan segala sesuatu yang kelihatan dan tidak kelihatan; dan akan satu Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang tunggal. Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad, Allah dari Allah, Terang dari terang, Allah benar dari Allah benar. Ia dilahirkan, bukan dijadikan sehakikat dengan Bapa; segala sesuatu dijadikan oleh-Nya Ia turun dari surga untuk kita dan untuk keselamatan kita. Dilahirkan oleh Perawan Maria, dan menjadi manusia. Waktu Pontius Pilatus; Ia menderita sampai wafat dan dimakamkan. Pada hati ketiga Ia bangkit Ia naik ke surga, duduk di sisi Ia akan kembali dengan mulia, dan yang mati; Aku percaya akan Roh Kudus, Ia Tuhan yang menghidupkan Ia berasal dari Bapa dan Putra; Yang serta Bapa dan Putra, disembah dan dimuliakan; Ia bersabda dengan perantaraan para nabi. Aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik. Aku mengakui satu pembaptisan akan penghapusan dosa. Aku menantikan kebangkitan orang mati dan hidup di akherat. Kitab Suci lahir dari sebuah proses tradisi yang panjang dan Yesuspun hidup dan menjadi bagian dalam tradisi itu. Dalam pengajaran-Nya, Yesus seringkali merujuk pada hukum Taurat dan kitab para nabi yang ditafsirkan secara baru. Dalam karya dan pengajaranNya untuk mewartakan Kerajaan Allah, Yesus memulai suatu tradisi sendiri. Inilah tradisi Yesus. Ia memanggil dan mendidik para rasulNya untuk menjadi saksi atas hidup, karya dan pewartaanNya. Selanjutnya, Yesus mengutus mereka untuk menyampaikan apa yang sudah mereka terima kepada seluruh bangsa. Perutusan yang berkelanjutan ini memunculkan tradisi baru, yakni pewartaan karya penyelamatan Allah yang terwujud dalam diri, hidup dan karya Yesus. Gereja Katolik yakin bahwa Kitab Suci (Alkitab) bersama Tradisi dinyatakan oleh Gereja sebagai “Tolok ukur tertinggi iman Gereja” (DV 21). Dengan kata “iman”, yang dimaksudkan adalah baik iman objektif maupun iman subjektif. Jadi, “Kebenaran-kebenaran iman” yang mengacu kepada realitas yang diimani dan sikap hati serta penghayatannya merupakan tanggapan manusia terhadap pewahyuan Allah. Tradisi Gereja terus ada berkat kuasa Roh Kudus dalam sejarah Gereja, dan terus menerus hingga saat ini. Contoh Tradisi Gereja adalah paham Trinitas, Pribadi Kristus, Bunda Allah, Maria diangkat ke Surga, dan juga Syahadat yang selalu menjadi bagian dalam Gereja Katolik. Tradisi Yesus dilanjutkan dengan tradisi rasuli, di mana para rasul mewartakan dan meneruskan kabar gembira tentang Yesus Kristus. Mereka yang percaya pada gilirannya meneruskan apa yang mereka dengar dan mereka terima. Penerusan ini tentu disertai penambahan atau pengurangan isinya sesuai kreativitas mereka yang juga disesuaikan dengan situasi dan kondisi jemaatnya. Karena hal itu, mungkin ada hal yang sama tetapi diceritakan secara berbeda, bahkan tidak jarang dimunculkan cerita-cerita baru yang sifatnya mendukung atau melengkapi pewartaan.
Iman & Ajaran Kristen Ajaran Kristen
5D dalam Gereja Katolik Ajaran Gereja Katolik, baik lisan maupun tertulis, dapat dibagi dalam 5 kategori (5D) menurut tingkat kepastian yg mengikat sebagai Firman, yaitu: [ol]- Deposit Iman:
Di thread ini akan khusus dibahas mengenai deposit iman yg dimiliki oleh Gereja (i.e. Gereja Katolik Roma), terutama yg berkaitan dengan Tradisi Suci, karena banyak orang memiliki pemahaman yg salah akan Tradisi Suci ini. Bahkan di kalangan katolikers sendiri byk yg kebingungan dalam mendefinisikan Tradisi Suci ini.
DEPOSIT IMAN: HUBUNGAN TRADISI SUCI DAN KITAB SUCI Konsili Vatican II mengajarkan: “Tradisi Suci dan Kitab Suci membentuk satu Deposit Firman Allah, yang dipercayakan kepada GEREJA” (Dei Verbum, 10) Firman Allah mengacu pada Wahyu Ilahi. Wahyu Ilahi adalah Deposit Iman yg utuh, bukan hanya yg tertulis dalam kitab suci saja. Dan semua kebenaran2 yg ditemukan dalam Wahyu Ilahi ini, selengkap apapun kebenaran yg ditemukan, hanyalah suatu gambaran yg terbatas dari kebenaran yg sesungguhnya, yaitu Allah itu sendiri. Allah tidak mungkin termuat dalam Wahyu Ilahi yg dimiliki oleh Gereja, apalagi Wahyu Ilahi dalam bentuk tulisan (i.e. kitab suci) saja. Wahyu Ilahi adalah Tradisi Suci dan Kitab Suci. Kitab Suci adalah tulisan suci yg infalible tentang Allah, Kebenaran Sejati dalam bentuk tulisan. Tradisi suci adalah kebenaran akan iman dan moral yg tidak tertulis dalam Kitab Suci. Wahyu Ilahi hanya terdiri dari, tidak lebih dan tidak kurang, Tradisi Suci dan Kitab Suci. Jika kita dapat menarik dari Wahyu Ilahi: Tradisi Suci dan Kitab Suci, tidak akan ada lagi yg tersisa dari Wahyu Ilahi. Wahyu Ilahi ini adalah infalible karena merupakan kebenaran tertulis dan tidak tertulis yg diungkapkan oleh Allah sendiri melalui GerejaNya. Tradisi Suci adalah Wahyu Ilahi yg tidak tertulis dalam Kitab Suci. Sebelum kitab2 dalam Kitab Suci ditulis, Wahyu Ilahi dalam bentuk tidak tertulis (i.e. Tradisi Suci) sudah ada terlebih dahulu. Wahyu Ilahi diawali dengan kebenaran2 yg diterima oleh para nabi dan diajarkan oleh Allah sendiri. Ketika Firman berinkarnasi menjadi manusia, Wahyu Ilahi diajarkan oleh YESUS kepada para rasul, yg diteruskan oleh para rasul kepada Gereja. Setelah kenaikan YESUS, Wahyu Ilahi tetap diajarkan oleh ROH KUDUS kepada para rasul dan penerus2nya, diteruskan kepada Gereja. Akhirnya Wahyu Ilahi ini dituliskan dalam kitab2, dan kitab2 yg dikenali oleh Gereja sebagai tulisan terinspirasi dan infallible itulah yg kita kenal sebagai Kitab Suci. Kitab Suci dilahirkan dari, dan berasal dari Tradisi Suci. TETAPI keberadaan Kitab Suci tidak pernah menggantikan maupun menghapuskan keberadaan Tradisi Suci, melainkan meneguhkan kebenaran yg terdapat dalam Tradisi Suci tersebut Sama seperti YESUS dilahirkan (begoten) oleh Bapa, maupun ROH KUDUS berasal (proceed) dari Bapa, Kitab Suci berasal (proceed) pula dari Tradisi Suci.
DEFINISI TRADISI SUCI Konsili Vatican II mendefinisikan Wahyu Ilahi (Deposit Iman) sebagai berikut: Deposit iman, yg diterima dari para rasul, hanya terdiri dari Tradisi Suci dan Kitab Suci. Konsili Vatican II juga mengajarkan hubungan antara Tradisi Suci (karya Allah) dan Kitab Suci (perkataan2) sebagai berikut:
Dari definisi dalam Dei Verbum nomor 2 itu, perwahyuan mengacu kepada Wahyu Ilahi atau Deposit Iman, sedangkan Perbuatan / karya (yg dilakukan oleh Allah)" mengacu pada Tradisi Suci, dan Perkataan / Kata mengacu pada kata2 dalam Kitab Suci. Sekali lagi, Wahyu Ilahi, atau Deposit Iman, hanya terdiri dari Tradisi Suci dan Kitab suci, jadi “Karya Allah” pastilah mengacu pada Tradisi Suci. Jadi, konsili Vatican mengajarkan bahwa Tradisi Suci adalah “segala karya yg dilakukan oleh Allah dalam sejarah keselamatan” Dari definisi2 yg telah dijelaskan di atas tentang Tradisi Suci, dapat disimpulkan bahwa Tradisi Suci mencakup karya Allah DAN maknanya. Karya2 Allah, dan terutama karya2 Kristus, mengajarkan kita akan jalan keselamatan menuju kekudusan, yang sebagian telah diungkapkan melalui karya2 Allah di Perjanjian Lama dan diungkapkan sepenuhnya melalui pengurbanan Kristus di kayu Salib. Makna dari karya2 Allah mencakup kasih, iman, harapan, pengampunan, doa, pengurbanan, dan lain sebagainya, sebagaimana yg telah dicontohkan oleh Kristus melalui hidupNya di bumi, kematianNya di kayu salib, kebangkitanNya, dan perutusan Roh Kudus dalam peristiwa pentakosta.
CONTOH-CONTOH TRADISI SUCI Berikut adalah contoh2 Tradisi Suci. Karya keselamatan yg dilakukan oleh Allah di masa Perjanjian Lama diantaranya adalah (NAMUN TIDAK TERBATAS PADA) sebagai berikut:
Hal2 ini tercatat dalam Kitab Suci Perjanjian Lama. Sekalipun karya keselamatan Allah tidak tertulis dalam Kitab Suci, selama karya keselamatan Allah ini “mengarahkan kepada kekudusan hidup dan menumbuhkan iman yg dimiliki oleh umat Allah”, karya Allah ini tetap dilestarikan sebagai Tradisi Suci. Salah satu contoh Tradisi Suci dalam Perjanjian Lama yg tidak tercatat dalam alkitab adalah tentang imam Melkizedek. Di mana tidak tertulis bahwa Melkizedek bukan berasal dari suku Lewi. Tapi dari Tradisi Suci yg tetap dijaga, meskipun tidak dituliskan dalam Kitab Suci, para rasul dapat mengetahui bahwa Melkizedek bukan seorang keturunan suku Lewi, tapi meskipun demikian Melkizedek tetaplah seorang imam Agung, sehingga YESUS pun layak disebut sebagai imam agung menurut aturan Melkizedek (Ibr 7 : 3; Ibr 8 : 4) Kisah2 Karya Ilahi memiliki manfaat rohani melebihi deskripsinya yg tertulis dalam Kitab Suci, karena Tradisi Suci ini mencakup Tindakan Allah sendiri dan arti dari tindakan2 tersebut, di mana kita tidak mungkin melihatnya hanya dari Kitab Suci itu saja melainkan juga harus melalui manfaat rohani yg tiada hentinya dan kenangan yg dimiliki oleh umat beriman (e.g. kembali mengacu pada contoh Melkizedek). Dari sini, dapat pula kita sajikan contoh2 Karya Keselamatan Allah di jaman Perjanjian Baru, seperti diantaranya adalah (NAMUN TIDAK TERBATAS PADA) sebagai berikut
TRADISI SUCI - KITAB SUCI - MAGISTERIUM Yand dimaksud dengan magisterium adalah kearifan dan otoritas untuk mengajar yg dimiliki oleh Gereja Katolik Roma di bumi. Magisterium terdiri dari paus (penerus jabatan Kephas) dan dewan uskup (penerus jabatan rasul) di bawah naungan paus. YESUS sendiri yg memberikan otoritas bagi Petrus (Mat 16 : 18) dan sidang rasul / dewan uskup (Mat 18 : 18) untuk mengajar dan mengikat ajaran2 ttg iman dan moral. YESUS sendiri juga yang menjanjikan bahwa Ia akan menyertai para rasul sampai akhir jaman dalam mewartakan ajaran2 YESUS (Mat 28 : 20). Karena para rasul tidak hidup sampai akhir jaman, sementara janji YESUS adalah abadi, maka pastilah janji YESUS ini juga berlaku bagi para penerus rasul, yang artinya YESUS tetap menyertai magisterium yg mengajar sampai saat ini. ROH KUDUS juga dijanjikan oleh YESUS akan selalu mengajarkan kebenaran kepada Gereja (Yoh 14 : 26), jadi ajaran magisterium adalah infalible karena ajaran magisterium ini tidak lain adalah ajaran dari ROH KUDUS sendiri. Magisterium yang infalible adalah kearifan dan otoritas paus dan dewan uskup di bawah pimpinan paus, ketika mengajarkan kebenaran iman dan moral yg ditemukan dalam Deposit Iman, terbatas melalui ajaran ex-cathedra (untuk paus sesuai Mat 16 : 18) dan ajaran dari konsili (untuk sidang rasul sesuai Mat 18 : 18), ketika magisterium menyatakan secara tegas suatu Dogma mengenai suatu ajaran dari Tradisi Suci(silakan dilihat lagi postingan pertama thread ini utk melihat definisi Deposit Iman dan Dogma). Magisterium hanya dapat mengajar pengajaran yg berasal dari Tradisi Suci dan Kitab Suci. Magisterium tidak dapat menambah ajaran2 baru dalam ajaran2nya karena magisterium hanya mengajarkan apa yg sudah diajarkan, baik yg explicit maupun implisit, dalam Deposit Iman. Magisterium adalah ibarat tabut perjanjian dalam Perjanjian Lama. Kedua loh batu yg berisi 10 Perintah Allah adalah ibarat Tradisi Suci dan Kitab Suci. Tabut perjanjian bukanlah kedua loh batu tersebut, tetapi tabut perjanjian berisi dan melindungi kedua loh tersebut. Dengan cara yg sama, magisterium bukanlah bagian dari Wahyu Ilahi, tetapi magisterium berisi dan melindungi Wahyu tersebut. Penjelasan singkat tentang ex-cathedra:
TRADISI SUCI, BUKAN ESTAFET PENGAJARAN (TRANSMISSION) Tradisi Suci diteruskan / disampaikan kepada umat melalui estafet pengajaran, mula2 pengajaran dari Allah kepada para rasul dan penerus2nya, dan disampaikan kepada umat. Tapi pengajaran ini tidak menjadi Tradisi Suci itu sendiri. Ibarat listrik yg keluar dari generator diesel, disalurkan melalui kabel2, atau ditampung di baterai2 untuk kemudian disalurkan lagi. [ol]- Generator diesel adalah ibarat Allah yang berkarya / mengeluarkan Tradisi Suci.
Listrik itu ada dan listrik itu infalible (tidak dapat rusak) namun tidak dapat diungkapkan dengan wujud nyata, sedangkan containernya yg tidak infalible (dapat rusak) itulah yg dapat kita lihat wujud nyatanya. Analogi yg sama, listrik adalah ibarat Tradisi Suci, dan kabel & baterai adalah ibarat ajaran2 lisan dan tulisan utk menyampaikan Tradisi Suci itu. Baterai2 yg infalible, diidentifikasi oleh Gereja dan dikumpulkan dalam satu daftar kanon, diibaratkan sebagai Kitab Suci. Tradisi Suci bukanlah ajaran lisan Banyak orang salah memahami Tradisi Suci sebagai ajaran lisan. Tradisi Suci itu ada, tapi bukan berupa ajaran2 lisan. Jika Tradisi Suci ada dalam rupa ajaran2 lisan, tentunya ajaran2 tersebut dapat dihapalkan dan direkam. Sedangknya kenyataannya, para rasul tidak pernah mengajarkan penerus2nya utk menghapalkan Tradisi Suci itu. Paulus menuliskan surat2nya berdasarkan Tradisi Suci. Jika Tradisi Suci adalah ajaran lisan, bukankah ini berarti surat2 Paulus itu dahulunya dihapalkan dan diedarkan dalam wujud hapalan dan tidak dituliskan dalam surat2nya? Injil dituliskan berdasarkan Tradisi Suci. Jika Tradisi Suci adalah ajaran lisan, bukankah injil itu dahulunya dihapalkan dan diedarkan dalam bentuk hapalan dari mulut ke mulut sebelum dituliskan oleh Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes? Jawaban dari pertanyaan itu adalah: TIDAK. Para penulis Kitab Suci Perjanjian Baru menuliskan kitab2 itu dengan mengacu pada berbagai sumber, baik tertulis maupun lisan. Kisah2 yg beredar di kalangan Gereja mula2 tentang karya keselamatan yang dilakukan oleh Allah, terutama yg digenapi oleh YESUS Sang Allah yg berinkarnasi, bukanlah Tradisi Suci itu. Kisah2 dan tulisan2 ini tentu saja tidak infalible. Tapi pengungkapan dalam bentuk kata2 ini adalah bentuk penyaluran utk meneruskan Tradisi Suci. Banyak kisah2 yg dituliskan ini merupakan karya tulisan manusia, yg kita kenal sebagai kitab apokripa. Tulisan2 yg tidak infalible ini adalah bukti bahwa kisah2 dan ajaran2 lisan itu bukanlah Tradisi Suci. Namun demikian, Tradisi Suci tidak pernah hilang atau musnah, meskipun berabad2 telah berlalu. Tradisi Suci adalah karya keselamatan yg dilakukan oleh Allah di sepanjang sejarah keselamatan, yg mengarahkan pada kekudusan dan menumbuhkan iman. Tradisi Suci bukanlah ajaran lisan yg diteruskan oleh KRISTUS kepada para rasul dan penerus2 para rasul. Tapi Tradisi Suci diteruskan dalam berbagai cara, termasuk dalam pengajaran lisan dan tulisan2 yg tidak infalible. Tradisi Suci bukanlah tulisan2 dan ajaran2 Bapa2 Gereja Banyak orang salah memahami Tradisi Suci sebagai tulisan bapa2 dan doktor2 gereja, ataupun tulisan2 para santo/santa. Tulisan2 ini adalah tidak infalible, sedangkan Tradisi Suci adalah infalible. Jadi tulisan2 tersebut bukanlah Tradisi Suci itu, melainkan hanya merupakan salah satu cara untuk meneruskan Tradisi Suci. Banyak orang mengira bahwa Tradisi Suci adalah ajaran lisan yg disampai oleh YESUS kepada para rasul, dan oleh para rasul diteruskan kepada penerus2 mereka, dan pada akhirnya dituliskan oleh para bapa gereja. Padahal, seperti yg sudah dituliskan di atas, Tradisi Suci tidak dapat diteruskan secara lisan dan kemudian dituliskan, karena Tradisi Suci bukanlah Kitab Suci kedua, ataupun kitab2 infalible lainnya. Bahkan ajaran2 para rasul tidak pernah menjadi Tradisi Suci itu sendiri, tapi hanya merupakan salah satu cara untuk meneruskan Tradisi Suci itu. Kitab didache adalah contohnya. Kitab ini dituliskan oleh para rasul generasi pertama dan mencerminkan secara akurat ajaran kedua belas rasul, tapi tulisan ini adalah tidak infalible, sehingga tulisan ini tidak menjadi Tradisi Suci itu sendiri. Atau jika ajaran2 para rasul di tempat2 ibadah, seperti yg dikisahkan dalam Kisah Para Rasul, dituliskan kata per kata, tulisan itu tidak akan pernah menjadi Tradisi Suci. Ajaran2 tersebut, hanyalah merupakan salah satu cara untuk meneruskan Tradisi Suci.
KANON KITAB SUCI DAN KANON TRADISI SUCI Kanon Kitab Suci Wahyu Ilahi di dalam Kitab Suci terdiri dari dua bagian, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Kanon alkitab ini bisa dikatakan telah ditutup, dalam artian Gereja tidak menemukan lagi tulisan2 inspirasi ROH KUDUS selain kitab2 tersebut. Kanon Tradisi Suci Sekali lagi, definisi dari Tradisi Suci adalah “segala karya yg dilakukan oleh Allah sepanjang sejarah keselamatan”. KRISTUS adalah Allah, yang artinya Tradisi Suci adalah juga merupakan karya2 yg dilakukan oleh KRISTUS sepanjang sejarah keselamatan. ROH KUDUS adalah Allah, yang juga berarti bahwa Tradisi Suci adalah merupakan karya2 yg dilakukan oleh ROH KUDUS di sepanjang sejarah keselamatan. Allah Tritunggal Maha Kudus tidak henti2nya berkarya dan akan tetap berkarya sampai akhir jaman, untuk membawa umatNya menuju keselamatan. Tradisi Suci dan Kitab Suci menyatakan Wahyu Ilahi yang sama. Oleh karena itu, nubuat2 yg belum tergenapi di dalam Kitab Suci, seperti nubuat ttg akhir jaman dan penglihatan2 dalam Kitab Wahyu, juga akan menjadi bagian dari Tradisi Suci, karena karya2 Allah seperti dalam nubuatan2 itu juga merupakan karya keselamatan Allah. Referensi:
tradisi jelas tdk infallible. sdh terbukti tahun 33 - 300M grj berada pd jaman kegelapan / dark age, krn tdk ada alkitab yg tertulis lengkap.
Dark age itu siapa yg kasi istilah pak breng? Para reformator atau para sejarawan sekuler? Di Timur tidak ada istilah Dark Age tuh… Hehehe…
@roderick Dari beberapa diskusi kadang ada yang menyimpulkan bahwa tanpa Alkitab akan terjadi kesalahan pengajaran, jaman kegelapan, dsb. Pada jaman Yesus sampai kanonisasi Perjanjian Baru, orang kristen tidak memiliki perjanjian baru tertulis yang lengkap... Amen???
Tradsi Suci dalam pengertian di atas berarti : STILL OPEN UNTIL TODAY and NEXT FUTURE??? berdasarkan historis, karena gereja penganut tradisi masih terus mengeluarkan “tradisi-tradisi baru”, maka dapat dikatakan di masa mendatang “tradisi-tradisi baru” akan atau mungkin bermunculan. pertanyaannya : WAH OTORITAS SIAPAKAH INI ??? so pasti jawabnya otoritas gereja tradisi dan dikatakan infalible??? bukankah ini TIDAK KONSISTEN DENGAN KRITERIA KANONISASI DI MASA LALU ??? tradisi ini bersifat kreatif dan dinamiskah, tepatkah ??? jika di tangan Para Rasul, saya percaya YA, tetapi di tangan manusia-manusia, saya meragukan otoritasnya, sejarah sudah membuktikan? apakah pertanyaan ini akan ada jawabannya? semoga salam - Petra9
jangan khawatir ada kok bro…
Jawabannya gampang aja, anda menuduh dengan mengatakan “manusia-manusia”, jadi maksud anda Para Rasul itu TUHAN ALLAH atau apa?
menuduh? apa maksudnya bro. Penulis ALkitab PB adalah para Rasul2, meskipun manusia biasa mereka SPESIAL karena hanya merekalah tulisan2nya diakui sebagai DIVINELY INSPIRED. jika ada yg mengajukan pendeta saya, atau pimpinan tertinggi gereja saya sebagai DIVINELY INSPIRED maka terus terang saya tidak sanggup menerimanya. mereka hanyalah manusia biasa. tetapi para Rasul, mereka SO SPESIAL. MEREKA PERNAH HIDUP BERSAMA TUHAN YANG MENJADI MANUSIA. Itu sangat spesial. Jika bunda Maria menulis sebuah surat pengajaran Kristen, saya yakin surat beliau akan masuk menjadi Kitab Suci. Jangankan surat, syair dan harapan-harapan beliau mengenai Tuhan ALlah yang akan menurunkan orang kaya congkak, dan akan meninggikan orang miskin, sudah direkam oleh Tabib Lukas dan itu masuk ke dalam Kitab Suci. jadi jika sebuah konsili okumenis menyepakati kanon Kitab Suci, lalu siapakah orang2 berani yang mengajarkan ADA AJARAN LAIN yang datang dari TIANG KEBENARAN terdiri dari manusia-manusia hidup pada masa setelah rasul dan bukan Para Rasul sendiri??? jika ada yang menchalenge: tunjukin mana AJARAN DARI TIANG KEBENARAN LAIN itu, maka lebih baik saya diam aja, ntar dikira OOT. salam - Petra9
Karena Apostolik
Sebagaimana Katolik suka meminta daftar kanon Kitab Suci di dalam Kitab Suci, permintaan yg sama juga utk Tradisi Suci,
Anda lupa kami mempunyai 3 PILAR: Alkitab Tradisi Suci Magisterium Gereja Kanon Kitab Suci berdasarkan OTORITAS Apostolik, maka hal ini berlaku juga untuk Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Dengan cara anda meminta Kanon Tradisi Suci, mencerminkan anda sudah tidak tahu harus bicara apalagi Karena baik Alkitab maupun Tradisi Suci DISUSUN & DIJAGA oleh Wibawa Magisterium Gereja
Seingat saya penulis injil itu tidak seluruhnya rasul. Markus dan Lukas bukan termasuk 12 rasul dan ternyata menulis injil juga. Tuhan bisa memakai siapa saja untuk jadi alatnya. Manusia bukan dewa jadi devosi harus ke Tuhan saja. Ini nama 12 Rasul
Kitab2 perjanjian baru baru muncul di “jaman kegelapan” yg Anda sebut2 itu.
Sudah aku tuliskan di reply nomer #6: [i]Sekali lagi, definisi dari Tradisi Suci adalah “segala karya yg dilakukan oleh Allah sepanjang sejarah keselamatan”. KRISTUS adalah Allah, yang artinya Tradisi Suci adalah juga merupakan karya2 yg dilakukan oleh KRISTUS sepanjang sejarah keselamatan. ROH KUDUS adalah Allah, yang juga berarti bahwa Tradisi Suci adalah merupakan karya2 yg dilakukan oleh ROH KUDUS di sepanjang sejarah keselamatan. Allah Tritunggal Maha Kudus sedang dan akan tetap berkarya sampai akhir jaman, untuk membawa umatNya menuju keselamatan. Selama Allah tidak berhenti berkarya dalam sejarang penyelamatan umat manusia, Tradisi Suci tidak akan ditutup dalam suatu kanon. Menutup kanon Tradisi Suci, berarti mengakui bahwa Allah sudah tidak berkarya lagi.[/i]
Sayangnya, thread ini aku buka untuk membahas secara khusus Gereja Katolik, dan Gereja Katolik bukanlah gereja penganut tradisi yg terus mengeluarkan tradisi2 baru. Sudah aku jelaskan di posting nomer #4: Magisterium hanya dapat mengajar pengajaran yg berasal dari Tradisi Suci dan Kitab Suci. Magisterium tidak dapat menambah ajaran2 baru dalam ajaran2nya karena magisterium hanya mengajarkan apa yg sudah diajarkan, baik yg explicit maupun implisit, dalam Deposit Iman.
Jika kita berbicara tentang Gereja Katolik, maka otoritas ini berasal dari YESUS sendiri, seperti yg sudah aku jelaskan di postingan nomer #4: Magisterium terdiri dari paus (penerus jabatan Kephas) dan dewan uskup (penerus jabatan rasul) di bawah naungan paus.
Tidak konsisten di mananya?
Sekali lagi, silakan dibaca penjelasan ttg Tradisi Suci dan ajaran magisterium (i.e. Gereja Katolik) tidak dapat menambahkan ajaran apapun di luar Deposit Iman (i.e. Tradisi Suci dan Kitab Suci).
Mengapa Anda bisa percaya pada para rasul tetapi tidak percaya pada jabatan rasul? Apa bedanya otoritas jabatan rasul yg dimiliki Petrus, sang generasi pertama rasul, dengan otoritas jabatan rasul yg dimiliki Paulus, sang generasi kedua rasul? Jika otoritas Petrus, Paulus, maupun Lukas tidak berkurang sedikitpun oleh karena estafet kerasulan itu, apa yg membuat Anda meragukan penerus rasul2 itu di masa sekarang?
Jawabnya: ADA!! next page → |