Roti yang tidak mengandung susu sapi

Kedua sisi orangtua harus sama-sama memiliki gen mutasi untuk dapat menurunkan kondisi ini kepada sang bayi.

Apa yang meningkatkan risiko terkena intoleransi laktosa?

Berikut berbagai faktor yang meningkatkan risiko Anda mengalami intoleransi laktosa.

  • Usia. Intoleransi laktosa bisa dialami siapa saja, tapi gejalanya cenderung lebih tampak jelas seiring bertambahnya usia.
  • Lahir prematur. Bayi yang lahir prematur dapat mengalami kekurangan enzim laktase karena usus kecilnya belum terbentuk sempurna. Usus bayi belum membentuk sel-sel yang menghasilkan laktase sampai akhir trimester ketiga.
  • Penyakit tertentu. Penyakit yang menyerang usus halus seperti penyakit Celiac atau penyakit Crohn bisa mengganggu jumlah enzim usus, termasuk laktase.
  • Pengobatan. Orang yang menjalani perawatan kanker seperti terapi radiasi atau kemoterapi yang terfokus pada bagian perut berisiko lebih tinggi.

Komplikasi intoleransi laktosa

Laktosa pada dasarnya berfungsi membantu penyerapan zat gizi lain dalam makanan. Sementara itu, semua hidangan berbahan susu umumnya mengandung magnesium, kalsium, zinc, protein, serta vitamin A, vitamin B12, dan vitamin D.

Semua mineral dan vitamin ini penting untuk menjaga kesehatan tubuh. Kalsium, magnesium, dan zinc, contohnya, penting untuk perkembangan tulang yang kuat dan sehat.

Jika tubuh tidak dapat menyerap laktosa, Anda akan berisiko lebih tinggi mengalami gangguan kesehatan akibat kekurangan zat gizi tertentu. Misalnya, Anda mungkin jadi lebih berisiko terkena osteopenia (kepadatan tulang yang rendah) atau osteoporosis.

Jika Anda intoleran terhadap laktosa dan khawatir tentang komplikasi yang mungkin ditimbulkannya, berkonsultasilah dengan ahli gizi.

Ahli gizi dapat menyesuaikan pola makan Anda atau menyarankan konsumsi suplemen guna memenuhi kebutuhan gizi.

Diagnosis intoleransi laktosa

Ada tiga tes yang paling umum digunakan untuk mendiagnosis intoleransi laktosa, yaitu tes toleransi laktosa, tes napas hidrogen dan tes keasaman tinja.

1. Tes intoleransi laktosa

Tes ini dapat digunakan untuk anak-anak dan orang dewasa. Anda biasanya akan diminta untuk puasa makan dan minum apa pun selama beberapa jam sebelum tes dimulai. Kemudian, darah Anda akan untuk dicek berapa kadar glukosa darah saat ini.

Selanjutnya, Anda akan diminta meminum cairan yang mengandung 50 gram laktosa. Sampel darah yang kedua akan diambil untuk melihat apakah ada perubahan pada kadar glukosa darah.

Jika tubuh mampu mencerna laktosa, kadar glukosa darah akan naik. Namun, jika kadar glukosa tidak naik, ini menandakan bahwa laktosa tidak dipecah karena Anda memiliki intoleransi laktosa.

2. Tes napas hidrogen

Prosedur tes ini sangat mirip dengan tes intoleransi laktosa. Setelah berpuasa selama beberapa jam, Anda akan diminta mengembuskan napas ke corong yang terhubung ke kantong foil seperti balon.

Selanjutnya, Anda akan meminum cairan yang mengandung hingga 50 gram laktosa. Proses ini kemungkinan akan diulang selama beberapa kali secara bertahap dalam kurun waktu 6 jam.

Normalnya, napas tidak mengandung hidrogen. Jika setelah diperiksa ternyata napas Anda mengandung hidrogen, kemungkinan penyebabnya adalah intoleransi laktosa. Hidrogen hadir dalam napas bila usus tidak bisa mengolah laktosa menjadi energi.

3. Tes keasaman feses

Tes ini biasanya dilakukan pada bayi dan anak kecil. Sampel feses akan dikumpulkan dan diuji dengan asam laktat, glukosa, dan asam lemak rantai pendek lainnya.

ika ada laktosa yang tidak tercerna, penyebabnya kemungkinan yaitu intoleransi.

Pemeriksaan ini terbilang cukup aman tanpa menimbulkan masalah seperti dehidrasi akibat diare. Diare merupakan efek samping yang umum terjadi pada tes lainnya. Kondisi ini biasanya disebabkan karena pasien perlu menelan laktosa dalam jumlah besar.

Pengobatan intoleransi laktosa

Intoleransi laktosa tidak bisa disembuhkan. Kondisi ini hanya bisa dikendalikan gejala dan faktor pemicunya.

Kebanyakan orang dapat meredakan gejalanya dengan cara mengubah pola makan dan membatasi jumlah laktosa yang mereka konsumsi.

Beberapa orang bahkan mencegahnya lebih baik dengan mengurangi asupan laktosa dari diet mereka sama sekali. Berikut beberapa langkah yang bisa Anda lakukan.

1. Makan makanan yang bergizi seimbang

Dengan membatasi konsumsi produk yang terbuat dari susu, tidak berarti Anda pasti kekurangan asupan kalsium. Ada beragam makanan bebas laktosa yang mengandung kalsium, seperti:

  • brokoli,
  • produk yang diperkaya kalsium seperti roti dan jus,
  • ikan salmon,
  • alternatif susu lain seperti susu kedelai dan susu beras,
  • jeruk, serta
  • bayam.

Pastikan juga Anda mendapat cukup vitamin D yang biasanya ada dalam susu. Anda bisa mengonsumsi, telur, hati, dan yogurt yang mengandung vitamin D.

Tubuh secara alami juga dapat menghasilkan vitamin D saat Anda terkena sinar matahari.

Selain lewat makanan, Anda juga bisa berkonsultasi kepada dokter terkait konsumsi suplemen kalsium atau vitamin D. Suplemen dapat membantu memenuhi kebutuhan zat gizi yang tidak Anda peroleh dari makanan.

2. Membatasi produk susu

Mencegah munculnya gejala sekaligus keparahan intoleransi laktosa mengharuskan Anda membatasi konsumsi produk susu seperti berikut.

  • Susu, milkshake, dan smoothies yang dibuat dengan susu atau yogurt, atau minuman berbahan dasar susu hewani lainnya.
  • Whipped cream (krim kocok) dan krimer dairy.
  • Es krim, es susu, gelato, yogurt, puding susu, atau camilan dingin apa pun yang mengandung susu.
  • Keju atau mentega.
  • Sup krim atau saus dan krim dari susu (misalnya saus pasta carbonara).
  • Makanan-makanan lainnya yang dibuat dari susu.

Makanan lain non-susu yang mungkin mengandung laktosa dalam jumlah sedikit di antaranya:

  • roti dan kue-kue kering,
  • permen cokelat,
  • salad dressing dan saus,
  • sereal dan produk kreasinya,
  • daging,
  • permen dan makanan ringan,
  • adonan pancake dan biskuit,
  • margarin,
  • jeroan (seperti hati),
  • gula bit,
  • kacang polong, serta
  • kacang lima.

Anda bisa membatasi mengonsumsi produk susu berlebih saat mengalami intoleransi laktosa dengan langkah berikut ini.

  • Batasi minum susu, maksimum 118 ml atau setara dengan satu cangkir kecil. Semakin sedikit susu yang dikonsumsi, semakin kecil risiko timbulnya gejala.
  • Cobalah minum susu dengan makanan lain. Ini dapat memperlambat proses pencernaan dan mengurangi gejala intoleransi laktosa.
  • Pilihlah produk susu bebas laktosa atau rendah laktosa, misalnya keju cheddar dan yogurt.
  • Belilah produk atau bahan makanan yang kandungan laktosanya sedikit atau bahkan bebas laktosa.
  • Mengonsumsi tablet dengan kandungan enzim laktase untuk membantu proses pencernaan susu. Namun, pastikan Anda sudah berkonsultasi dengan dokter terlebih dulu.

3. Mengonsumsi probiotik

Probiotik adalah bakteri baik yang membantu menjaga kesehatan sistem pencernaan. Probiotik dapat meningkatkan jumlah bakteri baik dalam usus untuk membantu meredakan gejala intoleransi.

Probiotik biasanya identik dengan yogurt. Namun, orang dengan intoleransi laktosa juga bisa mengonsumsi versi yang lebih aman berupa tempe atau suplemen probiotik.

Pengobatan di rumah

Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi sekaligus mencegah penyakit bertambah parah.

  • Konsumsi cukup kalsium dan vitamin D dari makanan atau suplemen.
  • Beri tahu dokter tentang semua obat-obatan yang Anda konsumsi.
  • Pertimbangkan lagi apabila ingin menyusui bayi dengan susu formula, terutama jika Anda memiliki riwayat keluarga yang mengalami intoleransi laktosa.
  • Konsumsi susu formula berbahan dasar kedelai atau susu bebas laktosa.
  • Hubungi dokter jika diet bebas susu tidak membantu menghilangkan gejala.
  • Hubungi dokter jika berat badan anak Anda tidak bertambah atau anak Anda menolak makanan atau susu formula.

Intoleransi laktosa merupakan kondisi yang membuat Anda tidak bisa mencerna gula dalam susu dengan baik. Kondisi ini dapat diatasi dengan penyesuaian pola makan.