GridKids.id - Kids, apa yang kamu ketahui tentang masa Hindu-Buddha di Nusantara? Tahukah kamu bahwa masyarakat Nusantara sudah memiliki kehidupan yang cukup maju sebelum agama dan kebudayaan Hindu-Buddha masuk ke dalamnya? Keberadaan kerajaan-kerajaan lokal dengan kebudayaan-kebudayaan asli sudah ada dan berkembang dengan baik. Hal itulah yang menyebabkan ketika ada kebudayaan baru yang masuk ke wilayahnya, enggak langsung diterima begitu saja. Baca Juga: Mengenal Wayang, Salah Satu Budaya Indonesia yang Masih Bertahan sampai Sekarang Dalam buku tematik IPS Kelas VII SMP halaman 45-47, terdapat sebuah sub-bab berjudul 'Kehidupan Masyarakat Masa Hindu dan Buddha'. Masuknya pengaruh budaya asing ke Indonesia melalui berbagai jalur, salah satunya adalah jalur hubungan dagang antara masyarakat Nusantara dan India. Kebudayaan asing yang dibawa oleh para pedagang ini kemudian mengalami proses penyesuaian dengan kebudayaan asli setempat. Berikutnya akan diuraikan tentang peninggalan-peninggalan sejarah masa Hindu-Buddha dalam berbagai bidang, antara lain: 1. Bidang Keagamaan Sebelum agama dan kebudayaan Hindu-Buddha masuk ke wilayah Nusantara, masyarakat punya keyakinan untuk memuja pada arwah nenek moyang yang disebut dengan animisme dan dinamisme. Animisme adalah kepercayaan pada benda yang dianggap memiliki jiwa yang mendiaminya. Sedangkan dinamisme adalah suatu kepercayaan bahwa tiap benda memiliki tuah atau kemampuan gaib. Pihak elite di sekitar istana adalah golongan pertama yang diketahui memeluk agama Hindu-Buddha, dari situlah masyarakat luas mulai ikut memeluk agama tersebut juga. Baca Juga: Materi Sejarah Kelas 10: Peradaban Agama Hindu-Budha di Nusantara 2. Bidang Politik Sistem pemerintahan kerajaan diperkenalkan oleh orang-orang India. Sistem ini terbentuk dari kelompok-kelompok kecil masyarakat yang bersatu dengan kepemilikan wilayah yang luas. Kepala suku yang dianggap terbaik dan terkuat dianggap berhak atas tahta kerajaan. Pemimpin lalu ditentukan berdasarkan keturunan dan hak waris yang sesuai dengan hukum kasta yang berlaku. Dari situlah mulai lahir kerajaan-kerajaan seperti yang kita tahu yaitu Kutai, Tarumanegara, Mataram Hindu, Singosari, dan lain sebagainya. 3. Bidang Sosial Masuknya agama dan kebudayaan Hindu membawa aturan kasta yang menentukan kelas dalam masyarakat, yaitu: Kasta Brahmana (kaum pendeta dan cendekiawan), Kasta Ksatria (pimpinan prajurit, bangsawan, dan pejabat), Kasta Waisya (pedagang, petani, pemilik tanah, dan prajurit), kasta sudra (rakyat jelata dan pekerja kasar). Baca Juga: Peninggalan Sejarah Hindu di Indonesia Beserta Contohnya Sistem kasta yang berlaku di Indonesia berbeda dengan sistem yang berlaku di India. Hal ini bisa dilihat misalnya pada kerajaan Kutai. Raja Kudungga adalah raja nusantara pertama yang terpengaruh agama dan kebudayaan Hindu yang dibawa para pendatang dari India. Pada masa pemerintahannya, Kudungga masih melestarikan budaya asli Indonesia karena pengaruh budaya dan agama Hindu belum terlalu terasa dan mendominasi. Pengaruh tersebut baru terlihat pada masa pemerintahan putranya yaitu Aswawarman yang menggantikannya sebagai raja. d. Bidang pendidikan
Lembaga-lembaga pendidikan berupa asrama pada masa itu menjadi bukti bahwa kebudayaan Hindu-Buddha memengaruhi masyarakat nusantara kala itu. Lembaga pendidikan yang ada mengajarkan tentang agama. Baca Juga: Sejarah Terbentuknya Kerajaan Sriwijaya, Belajar dari Rumah TVRI 15 September 2020 e. Bidang Sastra dan Bahasa Pengaruh budaya Hindu-Buddha dalam bidang bahasa terlihat dari penggunaan bahasa sansekerta dan aksara Pallawa. Pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha, bidang seni dan sastra berkembang pesat khususnya pada masa kejayaan kerajaan Kediri. f. Bidang arsitektur Salah satu peninggalan bidang masa megalitikum di nusantara adalah punden berundak. Peninggalan ini berpadu dengan budaya Hindu yang terlihat pada proses pembuatan candi. Contohnya pada candi borobudur yang mencoba membuat bangunan punden berundak untuk umat penganut Buddha Mahayana. Baca Juga: Peninggalan Budha di Indonesia: Candi, Prasasti, Arca dan Karya Sastra Sedangkan pada candi-candi di lereng pegunungan, seperti Candi Sukuh, Candi Gedong Songo, pengaruh unsur budaya Hindu enggak terlalu kuat karena candinya hanya berupa punden berundak. Fungsi candi di nusantara juga berbeda dengan yang dikenal di India, candi bagi masyarakat nusantara bukan sebagai tempat memuja dewa-dewa, namun sebagai tempat pertemuan rakyat dengan nenek moyangnya. Baca Juga: 5 Candi Terbesar di Indonesia, Salah Satunya Masuk Daftar UNESCO sebagai Salah Satu Keajaiban Dunia Arca-arca yang terdapat pada candi merupakan perwujudan raja yang telah meninggal, fungsi ini mirip dengan menhir pada punden berundak. Nah, Kids, itulah tadi beberapa penjelasan tentang pengaruh agama dan kebudayaan Hindu-Buddha bagi masyarakat Nusantara. ---- Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Perkembangan Masyarakat di Masa Hindu-Budha Di Indonesia (Pelajaran IPS SMP/ MTs Kelas VII) ✓ Sebenarnya bangsa Indonesia telah memiliki kepercayaan dan juga adat istiadat yang dilakukan secara turun menurun sebelum datang pengaruh hindu-budha masuk. Masyarakatnya hidup dalam kelompok kecil maupun besar, namun tersentuh budaya apapun selain dari nenek moyangnya sendiri. Awalnya komunikasi dilakukan dlam kelompoknya sendiri namun seiring waktu terjadi interaksi antar kelompok sehingga dengan alasan tuntutan kebutuhan, maka masyarakat melakukan perdagangan dan bahkan terjadi pelayaran antarpulau dan juga antarbenua.
1. Perkembangan Agama Hindu Dan Budha
2. Proses Masuknya Pengaruh Hindu-Budha Di Indonesia 4. Peninggalan-Peninggalan Sejarah Yang Bercorak Hindu-Budha Semula bangsa India dihuni oleh bangsa Dravida yang selanjutnya pada perkembangannya muncul di India penduduk dari Asia Tengah yang selanjutnya kita kenal sebagai bangsa Arya yaitu kurang lebih pada tahun 1.500 SM. Kemudian bangsa Arya berhasil mendesak bangsa Dravida, sehingga secara otomatis membawa perubahan pada tata kehidupan di masyarakat India. Untuk selanjutnya bangsa Arya secara bergelombang memasuki lembah Indus, bergerak menuju ke arah tenggara dan memasuki daerah lembah sungai Gangga dan juga Yamuna. Di wilayah lembah sungai Indus (Punjab), bangsa Arya bisa mempertahankan kemurnian keturunannya. Sedangkan yang menempati daerah lembah Gangga dan Yamuna menyatu dengan bangsa Dravida. Dengan adanya penyatuan (integrasi) tersebut maka terjadi percampuran perkawinan antara bangsa Arya dan bangsa Dravida. Integrasi juga masuk ke wilayah agama atau kepercayaannya, sehingga akan lahir agama dan kebudayaan Hindu. Sehingga dapat dikatakan bahwa agama Hindu adalah merupakan percampuran (sinkretisme) antara kepercayaan dari bangsa Arya dan kepercayaan dari bangsa Dravida.
Dewa-dewa utama di dalam agama Hindu adalah Trimurti (kesatuan dari tiga dewa) yang memiliki arti tiga berbadan satu atau satu berbadan tiga yaitu:
Masayakat dalam memuja dewa tri murti memiliki bobot yang berbeda-beda. Untuk masyarakat yang lebih menekankan pemujaan terhadap dewa Brahma, maka masyarakat tersebut menganut aliran Brahmanisme, jika masyarakat tersebut menekankan pemujaan terhadap dewa Wisnu, maka masyarakat tersebut menganut Vaisnawa, sedang yang menekankan pemujaannya pada dewa Syiwa dinamakan aliran Syiwaisme.
Masih ada kelompok/ kasta yang paling rendah lagi, yaitu Paria yaitu yang terdiri dari para gelandangan, petugas pemukul “bedug” di kuil. Di bangsa India juga muncul agama Budha, yang mana kelahiran dari agama Budha tersebut adalah merupakan reaksi terhadap agama Hindu yang melakukan ritual melalui kurban. Karena dengan menggunakan kurban maka berarti telah terjadi pembunuhan terhadap binatang yang dijadikan sebagai kurban dalam upacara. Sidharta Gautama merupakan pelopor dari kelompok masyarakat yang tidak setuju dengan adanya kurban tersebut. Mereka justru menentang terhadap adanya kurban dengan sebutan ahimsa (dilarang membunuh). Sidharta Gautama lahir di tahun 563 SM, dan merupakan putra dari Raja Sudodana yang berasal dari kerajaan Kosala di Kapilawastu. Mereka adalah termasuk kasta Ksatria yang berasal dari suku Suku Sakya. Sidharta diramal oleh seorang Brahmana yang menyatakan bahwa Sidharta kelak akan menjadi pendeta besar dan juga termasyhur. Dari ramalan tersebut membuat cemas istana, karena ayah Sidharta menginginkan supaya dia menjadi raja. Kehidupan Sidharta kecil penuh dengan kemwahan isatana, namun tanpa sepengetahuan keluarga istana dia keluar untuk melihat kenyataan hidup manusia. Banyak anak-anak yang sakit, orang tua sakit dan meninggal. Hal tersebut membuat kecemasan Sidharta, apakah semua orang mengalami seperti iti? Jadi hidup adalah merupakan penderitaan. Kemudian Sidharta bertekad menjadi pertapa supaya menemukan jawaban dari segala sesuatunya. Selanjutnya dia meninggalkan istana dalam rangka mencari kebahagiaan batinnya, dan menuju ke dalam hutan di Bodh Gaya. Dia melakukan pertapaan di bawah pohon dan memperoleh bodhi, yaitu semacam penerangan atau kesadaran yang sempurna. Sehingga pohon tersebut dikenal sebagai pohon Bodhi. Semenjak tahun 531 SM, Sidharta Gautama dikenal sebagai Sang Budha (artinya yang disinari) pada usianya 35 tahun . Di dalam ajaran Budha, manusia akan mengalami reinkarnasi, hidup adalah samsara, yang mana samsara dikarenakan oleh adanya hasrat/ nafsu akan kehidupan. Cara untuk menghentikan penderitaan adalah dengan menindas hawa nafsu melalui 8 jalan (astavidha) antara lain :
Proses dari masuk dan berkembangnya pengaruh India di Indonesia dinamakan sebagai proses penghinduan atau Hinduisasi. Teori yang berkaitan dengan proses penyebaran Hindu-Budha:
- Berita-berita Cina, contohnya kitab Ying Yai Sheng Lan karangan Ma Huan dan juga catatan-catatan dalam tambo dinasti Ming. Sesudah kerajaan Singasari hancur, kemudian Raden Wijaya dengan bersama-sama para pengikutnya lari sebab dikejar oleh tentara Kediri. Sampai di desa Kudadu memperoleh bantuan dari kepala desa Kudadu, lalu Raden Wijaya melanjutkan perjalanannya menuju ke Madura dan meminta perlindungan kepada Aria Wiraraja. Raden Wijaya disuruh untuk berpura-pura menyatakan tunduk dan takluk, kemudian setelah dipercaya oleh Jayakatwang agar minta daerah di hutan Tarik. Kemudian di Tarik itulah Raden Wijaya mendirikan suatu kerajaan yang kemudian dikenal dengan sebutan Kerajaan Majapahit - Raja yang pertama adalah Raden Wijaya. Beliau bergelar Kertarajasa Jaya Wardana (1293-1309 M). Raden wijaya menikah dengan ke empat puteri dari Kertanegara yaitu bernama 1). Dyah Dewi Tribuwaneswari (permaisuri), 2). Dyah Dewi Narendraduhita, 3). Dyah Dewi Prajnaparamita, dan 4). Dyah Dewi Gayatri. Diduga Raden Wijaya mengawini putri Kertanegara adalah berlatar belakang politik, supaya tidak terjadi perebutan kekuasaan.
- Setelah Raden Wijaya meninggal, kemudian digantikan oleh Jayanegara atau Kala Gemet di tahun 1309. Pada masa pemerintahannya banyak terjadi pemberontakan karena beliau merupakan raja yang lemah. Adapun pemberontaan yang terjadi antara lain:
- Tribuwanatunggadewi (1328-1350 M). Dikarenakan Jayanegara tidak memiliki putra, tahta seharusnya jatuh ke Gayatri. Namun Gayatri memilih menjadi Biksuni, maka Tribuwanatunggadewi putrinya ditunjuk sebagai wakil dan diangkatlah menjadi raja yang mempunyai gelar Tribuwanatunggadewi Jayawisnuwardani. Pada masa pemerintahannya terjadi pemberontakan Sadeng dan pemberontakan Keta, namun semuanya bisa diatasi oleh Gajah Mada yang telah diangkat sebagai patih Majapahit. Pada waktu upacara pelantikan dari Gajah Mada sebagai Patih dari kerajaan Majapahit tahun 1331, Gajah Mada mengucapkan sumpah yang kita kenal sebagai Sumpah Palapa yaitu bahwa Patih Gajah Mada tidak akan makan Palapa, tidak akan bersenang-senang/ istirahat sebelum seluruh Nusantara dapat bersatu dibawah kekuasaan Majapahit. Karena di tahun 1350 Gayatri telah wafat, maka Tribuwanatunggadewi yang merupakan wakil dari ibunya segera turun tahta, kemudian beliau menyerahkan tahtanya kepada putranya yang bernama Hayam Wuruk.
- Hayam Wuruk (1350-1389 M) Majapahit adalah sebagai pusat perniagaan di Asia Tenggara pada saat itu. Terdapat hubungan dengan negara lain misalnya Siam, Ligor, Birma, Kamboja dan Annam. Hasil sastra pada jaman Majapahit yaitu:
Terdapat Kitab “Kutaramanawa” yang di dalamnya mengenai aturan hukum yang ada di Majapahit. Sepeninggal dari Prabu Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada, Kerajaan Majapahit mengalami kemunduran. sebagai penggantinya adalah puterinya yang bernama Kusumawardhani.
- Ratu Kusumawardhani (1389-1429 M) 1). Dewi Suhita (1429-1447 Masehi) 2). Bhre Tumapel (1447-1451 Masehi) 3). Bhre Kahuripan (1451-1453 Masehi) 4). Purwawisesa (1457-1467 Masehi) 5). Pandanalas (1467-1478 Masehi)
a. Faktor Politik. DSetelah Gajah Mada meninggal daerah yang luas tidak bisa dipertahankan. b. Faktor Ekonomi Majapahit bisa menyatukan daerah pertanian dengan bandar, kemudian setelah ada ekspedisi dari Cina, maka para bandar lebih suka langsung berhubungan dengan luar negeri. Bandar lebih demokratis, berusaha untuk melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Majapahit. c. Faktor Agama Penyebaran Islam di wilayah Asia Tenggara lewat jalur perdagangan mempengaruhi para bandar, mereka beragama Islam, sedangkan Majapahit masih Hindu. Para bandar menentang Majapahit. Ada pula pendapat yang menyatakan bahwa adanya serangan dari Kerajaan Demak. Di dalam serat Kondo dan Babad Tanah Jawi runtuhnya Majapahit ditengarai dengan candra sangkala: Sirna Ilang Kertaning Bumi : 1400 C = 1478 M. Seni bangunAdapun peninggalan-peninggalan dari sejarah banyak jenisnya, misalnya saja komplek percandian, pemandian, keraton, makam. Candi merupakan peninggalan yang berwujud komplek bangunan yang memiliki sifat Hindu, sedangkan untuk yang memiliki sifat Budhis dinamakan Stupa, Stupika. Contoh candi Hindu yang terdapat di Jawa Tengah adalah Candi Prambanan. Fungsi candi prambanan adalah merupakan sebagai tempat pemujaan (kuil). Candi ini terdiri atas Candi Siwa, Candi Brahma dan Candi Wisnu. Bangunan candi prambanan yang tertinggi terletak di tengah yang bersifat Siwa. Pada ruangan candi kita menemukan arca Durga Mahisasuramardini dan dikenal dengan nama Roro Jongrang. Cerita ramayana terdapat di relief dari candi prambanan. Contoh candi hindu di Jawa Tengah yang lainnya adalah candi Gedong Sango, Ratu Baka, Candi Kalasan, percandian Dieng dan lain-lain. Sedangkan di wilayah Jawa Timur misalnya candi Kidal, Candi Panataran, candi Singasari, dan juga kompleks percandian di Trowulan Mojokerto.
Di samping ke-2 bangunan yang bersejarah tersebut, berikut beberapa peninggalan sejarah dari masa Hindu dan Budha yang sudah pernah ditemukan seperti yang tertera dalam tabel berikut: Prasasti Canggal adalah merupakan salah satu prasasti yang berhubungan dengan pendirian kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah. Pengaruh dari India membawa perkembangan di bidang seni rupa dan bidang seni ukir/ pahat karena adanya proses akulturasi. Sebagai contoh adalah relief yang terdapat di dinding candi Borobudur yang merupakan relief tentang riwayat dari Budha, relief ini dikenal dengan nama Karma Wibangga. Sistem kasta adalah penggolongan dari masyarakat yang didasarkan pada tingkat atau derajad orang yang bersangkutan. Setiap orang telah ditentukan kastanya. Terdapat 4 kasta yaitu kasta Brahmana, kasta Ksatria, kasta Weisya dan kasta Sudra. Filsafat dan Sistem Kepercayaan.Kepercayaan asli dari bangsa Indonesia adalah animisme dan dinamisme. Percaya adanya kehidupan setelah mati, yaitu sebagai roh halus. Karena kehidupan roh halus tersebut mempunyai kekuatan maka roh nenek moyang dipuja. Walaupun telah masuk pengaruh dari India tidak menyebabkan pemujaan terhadap roh nenek moyang hilang yang dapat terlihat pada fungsi candi. Fungsi candi di India adalah sebagai tempat pemujaan, tetapi di Indonesia fungsi dari candi selain sebagai tempat pemujaan, juga mempunyai fungsi sebagai makam raja dan untuk menyimpan abu jenazah raja yang sudah wafat. Bisa terlihat adanya pripih tempat untuk menyimpan abu jenazah, dan di atasnya didirikan patung raja yang berbentuk mirip dewa. Hal ini adalah merupakan perpaduan antara fungsi candi di India dengan pemujaan roh nenek moyang yang ada di Indonesia. Sesudah pengaruh dari India masuk ke Indonesia, kedudukan dari pemimpin diubah menjadi raja dan wilayahnya dinamakan kerajaan. Rajanya dinobatkan dengan melalui upacara Abhiseka, dan biasanya namanya akan ditambah “warman”. Untuk contohnya adalah di Kerajaan Kutai, Taruma dan lain-lain. Bukti adanya akulturasi di bidang pemerintahan, contohnya adalah raja harus memiliki wibawa dan dipandang memiliki kesaktian (kekuatan gaib), seperti para Raja disembah menunjukkan adanya pemujaan Dewa Raja. Hasil sastra yang mempunyai bentuk prosa atau puisi isinya antara lain mengenai tutur (pitutur : kitab keagamaan), kitab Hukum (Undang-Undang), dan wiracarita (kepahlawanan). Wiracarita yang cukup terkenal adalah Kitab Ramayana dan Mahabarata. Muncul wiracarita gubahan dari pujangga Indonesia contohnya adalah Kitab Baratayuda yang digubah oleh Mpu Sedah dan juga Mpu Panuluh. Dengan perkembangan huruf Pallawa dari India ke Indonesia, menyebabkan berkembangnya karya-karya sastra. Contohnya adalah karya-karya sastra Jawa kuno. Huruf Nagari (dari India) yang disertai huruf Bali kuno (dari Indonesia). Baca juga : Gejala-Gejala di Atmosfer dan Hidrosfer dan Kondisi Geografis dan Penduduk Di Indonesia (Pelajaran IPS SMP/ MTs Kelas VII)*) Semua Materi IPS SMP dapat dilihat di : Rangkuman Materi Pelajaran IPS SMP/ MTs Kelas VII Demikianlah artikel IPS di blog Aanwijzing.com tentang Perkembangan Masyarakat Pada Masa Hindu-Budha Di Indonesia yang semoga bermanfaat. |