Pertanyaan tentang PENGUKURAN PENILAIAN dan evaluasi

 JAWABAN

I. Evaluasi Pendidikan mempunyai fungsi yang bervariasi di dalam    proses belajar mengajar, tulislah selengkapnya.

Fungsi Tes :

1. Fungsi Untuk Kelas

Ø Mengadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar siswa. Diagnosis yang sebenarnya terhadap kesulitan belajar dilakukan dengan metode uji standar yang membandingkan tingkatan kemampuan seorang anak terhadap anak lainnya yang dianggap normal. Hasil uji tidak hanya tergantung pada kemampuan aktual anak, tetapi juga reliabilitas pengujian itu serta kemampuan sang anak untuk memerhatikan dan memahami pertanyaannya. Masing-masing tipe LD (Learning Disorder / Gangguan belajar)  didiagnosis dengan cara yang sedikit berbeda. Untuk mendiagnosis kesulitan berbicara dan berbahasa, ahli terapi wicara menguji cara pelafalan bunyi bahasa anak-anak, kosakata, dan pengetahuan tata bahasa serta membandingkannya dengan kemampuan anak sebaya mereka yang normal. Sehubungan dengan gangguan kemampuan atau perkembangan akademis yang mencakup membaca, menulis, dan matematika, maka pengujiannya dilakukan dengan metode uji standar. Kita perlu memperhatikan bahwa penanganan gangguan belajar itu sangatlah berbeda dengan upaya mengejar ketertinggalan pelajaran di sekolah.

Ø Mengevaluasi celah antara bakat dengan pencapaian.

Celah antara Bakat dan pencapaian yang dimiliki siswa akan terlihat melalui tes. Jika Hasil tes yang diperoleh tinggi, hal ini menunjukkan bahwa siswa tersebut memiliki bakat dibidang tersebut. Sehingga celah antara bakat dan pencapaian akan terlihat tipis atau kecil.

Ø Menaikkan tingkat prestasi

Dengan melakukan tes, akan meningkatkan prestasi siswa. Karena dengan adanya tes, setiap siswa  akan dituntut untuk belajar lebih dalam supaya memperoleh hasil yang bagus. Disamping itu menjadi pendorong untuk berprestasi karena bersaing dengan siswa  lain.

Ø Mengelompokkan siswa dalam kelas pada waktu metode kelompok

Tes bisa digunakan untuk mengelompokkan siswa dalam kelas pada waktu pelaksanaan pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak merasa memiliki kemampuan lebih rendah dari siswa lain yang menyebabkan rendah diri. Dalam memberikan pembelajaranpun lebih mudah karena siswa dikelompokkan sesuai dengan keseragaman kemampuan yang dilihat dari hasil tes.

Ø Merencanakan kegiatan proses belajar mengajar untuk siswa secara perorangan.

Keberagaman hasil tes yang diperoleh siswa memungkinkan untuk merencanakan kegiatan proses belajar mengajar secara perorangan. Topik atau materi yang belum dikuasai oleh siswa antara siswa yang satu dengan yang lain tidak sama, hal ini menjadikan pembelajaran secara perorangan lebih efektif.

Ø Menetukan siswa mana yang memerlukan bimbingan khusus

Bimbingan Khusus bisa dilakukan dengan melihat hasil tes yang diperoleh siswa. Siswa yang memiliki nilai dibawah KKM memerlukan bimbingan khusus agar bisa menyesuaiakn ketertinggalan dengan siswa lain di kelas. Siswa yang sudah memperoleh hasil bagus atau di atas KKM juga perlu mendapatkan bimbingan khusus dalam pembelajaran dalam bentuk pengayaan. Hal ini sangat penting agar siswa tidak hanya berhenti belajar pada pencapaian kompetensi tersebut, akan tetapi terus mengembangkan kemampuannya secara terus-menerus.

Ø Menentukan tingkat pencapaian untuk setiap anak

Tingkat pencapaian belajar pada anak diperoleh melalui proses tes. Siswa yang memperoleh hasil tes baik artinya sudah menunjukkan pencapaian dalam belajar. Namun siswa yang memperoleh hasil belajar kurang baik menunjukkan pencapaian belajarnya belum tuntas dan perlu diperbaiki untuk kebaikan diwaktu berikutnya.

2. Fungsi Untuk Bimbingan

Ø Menentukan arah pembicaraan dengan orang tua tentang anak mereka

Arah pembicaraan antara orang tua dengan pendidika mengenai anak mereka mengacu pada hasil tes belajar yang diperoleh siswa. Ini merupakan fungsi tes sebagai bimbingan, baik yang memiliki hasil tes  yang sudah bagus ataupun yang masih kurang bagus.

Ø Membantu siswa dalam menentukan pilihan

Pilihan siswa yang dilakukan berdasarkan hasil tes yang diperoleh. Dalam melakukan pilihan siswa mampu mengukur kemampuan diri, bukan hanya mengedepankan keinginan saja tanpa diimbangi dengan kemampuan. Hal ini dimaksudkan agar siswa mampu memperoleh pembelajaran yang lebih baik. Dan tidak salah pilih.

Ø Membantu siswa mencapai tujuan pendidikan dan jurusan

Fungsi tes sebagai bimbingan juga dapat digunakan untuk mencapai tujuan dalam pendidikan dan pemilihan jurusan yang sesuai dengan bidang yang diminat dan kemampuan yang dimiliki. Tujuan merupakan langkah awal ketika seseorang akan melakukan sesuatu. Ini menjadi sangat penting dalam proses pencapaiannya.

Ø Memberi kesempatan kepada pembimbing, guru, dan orang tua dalam memahami kesulitan anak

3. Fungsi Untuk Adminitrasi

Ø Memberi petunjuk dalam mengelompokkan siswa

Siswa dikelompokkan berdasarkan hasil pencapaian tes yang diperoleh. Sebagai penempatan dalam pembagian kelas yang memberikan petunjuk sebagai pengadministrasian.

Ø Penempatan siswa baru

Penempatan siswa baru juga berdasarkan hasil tes yang diperoleh.Merupakan salah satu  kebijakan yang diambil oleh sebuah organisasi dalam rangka mengelola sistem pengadministrasian lebih baik.

Ø Membantu siswa memilih kelompok

Stategi siswa dalam memilih kelompok, bisa dengan menggunakan hasil tes. Adapun strategi yang diterapkan bisa dengan menggabungkan antara siswa yang memiliki kemampuan lebih dengan yang kurang agar menjadi tutor sebaya. Atau bisa dengan menggunakan hasil tes yang homgen/setara.

Ø Menilai kurikulum.

Evaluasi dapat memberikan penilaian terhadap kurikulum dan memberikan informasi untuk mengembangkan program kurikulum.

Ø Memperluas hubungan masyarakat

Ø Menyediakan informasi untuk badan-badan lain

II. Jelaskan makna dari evaluasi, tes, pengukuran, dan asesmen serta apa hubungannya satu dengan yang lain.

a. Makna Evaluasi

Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation  yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983). Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai “The process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives”. Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.

Sementara evaluasi menurut Kumano (2001) merupakan penilaian terhadap data yang dikumpulkan melalui kegiatan asesmen. Sementara itu menurut Calongesi (1995) evaluasi adalah suatu keputusan tentang nilai berdasarkan hasil pengukuran. Sejalan dengan pengertian tersebut, Zainul dan Nasution (2001) menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes.

Pendapat senada tentang evaluasi dungkapkan oleh Sridadi (2007) yaitu evaluasi adalah suatu proses yang  dirancang secara sistematis dan terencana dalam rangka untuk membuat alternatif-alternatif keputusan atas dasar pengukuran dan penilaian yang telah dilakukan sebelumnya. Allen Philips (1979: 1-2) evaluation is a complex term that often is misused by both teachers and students. It involves making decicions or judgements about students based on the extent to which instructional objectives are achieved by 7 them.

(Evaluasi adalah istilah yang kompleks yang sering disalahgunakan oleh para guru dan siswa. evaluasi melibatkan pembuatan keputusan atau penilaian tentang siswa berdasarkan sejauh mana tujuan instruksional yang dicapai oleh mereka) Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Cronbach (dalam Harris, 1985) menyatakan bahwa evaluasi merupakan pemeriksaan yang sistematis terhadap segala peristiwa yang terjadi sebagai akibat dilaksanakannya suatu program. Tayibnapis (2000) dalam hal ini lebih meninjau pengertian evaluasi program dalam konteks tujuan yaitu sebagai proses menilai sampai sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai.

Berdasarkan tujuannya, terdapat pengertian evaluasi sumatif dan evaluasi formatif. Evaluasi formatif dinyatakan sebagai upaya untuk memperoleh feedback perbaikan program, sementara itu evaluasi sumatif merupakan upaya menilai manfaat program dan mengambil keputusan (Lehman, 1990).

b. Makna Tes

Tes adalah suatu pertanyaan atau tugas/seperangkat tugas yang direncanakan untuk  memperoleh informasi tentang trait/atribut pendidikan atau psikologik yang setiap butir  pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar  (Ebel dan Frisbie 1996; Sax 1980; Lehmann 1973; Zainul 1995). Menurut Riduwan  (2006: 37) tes sebagai instrumen pengumpulan data adalah serangkaian  pertanyaan/latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan,  intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu/kelompok. Menurut Allen.

Philips (1979: 1-2) “A test is commonly difined as a tool or instrument of measurement  that is used to obtain data about a specific trait or characteristic of an individual or  group”. Test biasanya diartikan sebagai alat atau instrumen dari pengukuran yang  digunakan untuk memperoleh data tentang suatu karakteristik atau ciri yang spesifik dari  individu atau kelompok.) pengertian lain tentang tes (test) adalah suatu alat penilaian  dalam bentuk tulisan untuk mencatat atau mengamati prestasi siswa yang sejalan  dengan target penilaian (Jacobs & Chase, 1992).

Jawaban yang diharapkan dalam tes menurut Sudjana dan Ibrahim (2001) dapat secara tertulis, lisan, atau perbuatan. Setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Dengan demikian apabila suatu tugas atau pertanyaan menuntut harus dikerjakan oleh seseorang, tetapi tidak ada jawaban atau cara pengerjaan yang benar dan salah maka tugas atau pertanyaan tersebut bukanlah tes. Berkaitan dengan dengan tes terdapat beberapa istilah harus dibedakan pengertiannya yaitu antara tes, testing, testee, tester.

Testing berkaitan dengan waktu pelaksanaan tes (saat pelaksanaan tes). Sementara itu Gabel (1993) menyatakan bahwa testing menunjukkan proses pelaksanaan tes. Testee adalah responden yang mengerjakan tes. Mereka inilah yang akan dinilai atau diukur kemampuannya. Sedangkan Tester adalah seseorang yang diserahi tugas untuk melaksanakan tes kepada responden. Dewasa ini tes masih merupakan alat evaluasi yang umum digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran (Subekti & Firman, 1989). Menurut Faisal (1982:219), seringkali skor tes ini dipergunakan sebagai satu-satunya indikator dalam menilai penguasaan konsep, efektivitas metode belajar serta aspek lainnya terhadap siswa di dalam praktek pembelajaran. Padahal jika merujuk pada taksonomi Bloom saja terdapat paling tidak tiga aspek yang harus diukur dalam peleksanaan pembelajaran yaitu kognitif, afektif dan psikomotor, ketiga aspek tersebut tidak mungkin dapat diukur hanya dengan tes yang pada umumnya hanya bersifat paper and pencil test.

Tes dapat dipilah-pilah ke dalam berbagai kelompok. Berdasarkan bentuknya dikenal adanya tes uraian (essay test) dan tes objektif (objective test). Tes Uraian berdasarkan tipenya dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni tes uraian terbatas (restricted essay test) dan tes uraian bebas (extended essay test). Tes objektif, berdasarkan tipenya dapat dikelompokkan menjadi 3, yakni tes benar salah (true-false test), tes menjodohkan (mathcing test), dan tes pilihan ganda (multiple choice test). Beberapa tipe tes tersebut masih dapat dikelompokkan lagi menjadi beberapa jenis tes berdasarkan ragam dan karakternya. Tes berdasarkan cara melakukannya juga dapat dipilih menjadi tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan.

c. Makna Pengukuran

Menurut Philips (1979: 1-2) “a measure is the score that has been assigned on the basis of a test”. ( Pengukuran adalah skor yang telah ditetapkan atas dasar suatu tes). Sejala denngan pendapat Philips tersebut, Kerlinger yang dikutip Sridadi (2007) juga mengatakan bahwapengukuransebagai pemberian angka-angka pada obyek atau kejadian-kejadian menurut suatu aturan tertentu. Sementara menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran (Measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Berkaitan dengan pengukuran prestasi belajar siswa, guru menaksir prestasi siswa dengan membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa, mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan bagaimana mereka menggunakan indera mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan  merasakan. Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran memiliki dua karakteristik  utama yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut suatu aturan atau formula tertentu.

Measurement (pengukuran) merupakan proses yang mendeskripsikan performance siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (sistem angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performance siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka (Alwasilah et al.1996). Pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat yang menyatakan bahwa pengukuran merupakan pemberian angka terhadap suatu atribut atau karakter tertentu yang dimiliki oleh seseorang, atau suatu obyek tertentu yang mengacu pada aturan dan formulasi yang jelas. Aturan atau formulasi tersebut harus disepakati secara umum oleh para ahli (Zainul & Nasution, 2001). Dengan demikian, pengukuran dalam bidang pendidikan berarti mengukur atribut atau karakteristik peserta didik tertentu. Dalam hal ini yang diukur bukan peserta didik tersebut, akan tetapi karakteristik atau atributnya. Senada dengan pendapat tersebut, Secara lebih ringkas, Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan pengertian pengukuran (measurement) sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif.  Pengukuran (measurement) dapat dilakukan dengan cara tes atau non-tes. Amalia  (2003) mengungkapkan bahwa tes terdiri atas tes tertulis (paper and pencil test) dan tes  lisan. Sementara itu alat ukur non-tes terdiri atas pengumpulan kerja siswa (portofolio),  hasil karya siswa (produk), penugasan (proyek), dan kinerja (performance).

d. Makna Asesmen

Asesmen (assessment) diartikan oleh Stiggins (1994) sebagai penilaian proses, kemajuan, dan hasil belajar siswa (outcomes). Sementara itu asesmen menurut Kumano (2001) adalah “The process of Collecting data which shows the development of learning”, asesmen adalah proses pengumpulan data untuk melihat perkembangan belajar.

Pendapat lain tentang asesmen dalam kelas dikemukakan oleh Angelo (1991: 5 17) „Classroom Assessment is a simple method faculty can use to collect feedback, early and often, on how well their students are learning what they are being taught”. (Penilaian kelas merupakan metode sederhana yang dapat digunakan fakultas untuk mengumpulkan umpan balik, sejak awal dan sering, untuk mengetahui seberapa baik siswa mereka belajar apa yang mereka diajarkan).

Gabel (1993: 388-390) mengkategorikan asesmen ke dalam kedua kelompok besar yaitu asesmen tradisional dan asesmen alternatif. Asesmen yang tergolong tradisional adalah tes benar-salah, tes pilihan ganda, tes melengkapi, dan tes jawaban terbatas. Sementara itu yang tergolong ke dalam asesmen alternatif (non- tes) adalah essay/uraian, penilaian praktek, penilaian proyek, kuesioner, inventori, daftar Cek, penilaian oleh teman sebaya/sejawat, penilaian diri (self assessment), portofolio, observasi, diskusi dan interviu (wawancara)

. Asesmen dalam pelaksanaannya dapat digunakan sebagai sarana untuk memonitor perkembangan belajar siswa, sebagainama yang ungkapkan oleh Wiggins (1984) bahwa asesmen merupakan sarana yang secara kronologis membantu guru dalam memonitor siswa. Oleh karena itu, menurut Popham (1995) asesmen sudah seharusnya merupakan bagian dari pembelajaran, bukan merupakan hal yang terpisahkan. Asesmen pada hakikatnya menitikberatkan pada penilaian proses belajar siswa (Resnick ,1985). Berkaitan dengan hal tersebut, Marzano et al. (1994) menyatakan bahwa dalam mengungkap penguasaan konsep siswa, asesmen tidak hanya mengungkap konsep yang telah dicapai, akan tetapi juga tentang proses perkembangan bagaimana suatu konsep tersebut diperoleh. Dalam hal ini asesmen tidak hanya dapat menilai hasil dan proses belajar siswa, akan tetapi juga kemajuan belajarnya.

e. Hubungan Evaluasi , tes, pengukuran dan asesmen.

Rustaman (2003) mengungkapkan bahwa asesmen lebih ditekankan pada penilaian proses. Sementara itu evaluasi lebih ditekankan pada hasil belajar. Apabila dilihat dari keberpihakannya, menurut Stiggins (1993) asesmen lebih berpihak kepada kepentingan siswa. Siswa dalam hal ini menggunakan hasil asesmen untuk merefleksikan kekuatan, kelemahan, dan perbaikan belajar.

Sementara itu evaluasi menurut Rustaman (2003) lebih berpihak kepada kepentingan evaluator. Yulaelawati (2004) mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan antara evaluasi dengan asesmen. Evaluasi (evaluation) merupakan penilaian program pendidikan secara menyeluruh. Evaluasi pendidikan lebih bersifat makro, meluas, dan menyeluruh. Evaluasi program menelaah komponen-komponen yang saling berkaitan tentang perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan.

Sementara itu asesmen merupakan penilaian dalam scope yang lebih sempit (lebih mikro) bila dibandingkan dengan evaluasi. Seperti dikemukakan oleh Kumano (2001) asesmen hanya menyangkut kompetensi siswa dan perbaikan program pembelajaran.8 Harlen (1982) mengungkapkan perbedaan antara asesmen dan evaluasi dalam hal metode. Evaluasi dinyatakan menggunakan kriteria dan metode yang bervariasi. Asesmen dalam hal ini hanya merupakan salah satu dari metode yang dipilih untuk evaluasi tersebut. Selain dari itu, subyek untuk asesmen hanya siswa, sementara itu subyek evaluasi lebih luas dan beragam seperti siswa, guru, materi, organisasi, dll.

Pengukuran, Tes, dan evaluasi dalam pendidikan berperan dalam seleksi, penempatan, diagnosa, remedial, umpan balik, memotivasi dan membimbing. Baik tes maupun pengukuran keduanya terkait dan menjadi bagian istilah evaluasi. Meski begitu, terdapat perbedaan makna antara mengukur dan mengevaluasi. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran tertentu. Dengan demikian pengukuran bersifat kuantitatif.

Sementara itu evaluasi adalah pengambilan suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik-buruk Dengan demikian pengambilan keputusan tersebut lebih bersifat kualitatif (Arikunto,2003; Zainul & Nasution, 2001). Setiap butir pertanyaan atau tugas dalam tes harus selalu direncanakan dan mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar (Jacobs & Chase, 1992). Sementara itu tugas ataupun pertanyaan dalam kegiatan pengukuran (measurement) tidak selalu memiliki jawaban atau cara pengerjaan yang benar atau salah karena measurement dapat dilakukan melalui alat ukur non-tes. Maka tugas atau pertanyaan tersebut bukanlah tes. Selain dari itu, tes mengharuskan subyek untuk menjawab atau mengerjakan tugas, sementara itu pengukuran (measurement) tidak selalu menuntut jawaban atau pengerjaan tugas.

Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes.

Pengukuran adalah membandingkan hasil tes dengan standar yang ditetapkan. Pengukuran bersifat kuantitatif. Sedangkan menilai adalah kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan. Penilaian bersifat kualitatif. Yulaelawati (2004) menekankan kembali bahwa scope asesmen hanya mencakup kompetensi lulusan dan perbaikan cara belajar siswa. Jadi hubungannya lebih pada peserta didik.

Ruang lingkup evaluasi yang lebih luas ditunjukkan dengan cakupannya yang meliputi isi atau substansi, proses pelaksanaan9 program pendidikan, kompetensi lulusan, pengadaan dan peningkatan tenaga kependidikan, manajemen pendidikan, sarana dan prasarana, dan pembiayaan. Kumano (2001) mengungkapkan bahwa meskipun terdapat perbedaan makna/pengertian, asesmen dan evaluasi memiliki hubungan. Hubungan antara asesmen dan evaluasi tersebut digambarkan sebagai berikut. Evaluation “to evaluate the data which was collected through assessment” Assessmen “the process of collecting data which shows the development of learning” (Aikenhead, Kumano: 2001).

Menurut Zainul & Nasution (2001) Hubungan antara tes, pengukuran, dan evaluasi adalah sebagai berikut. Evaluasi belajar baru dapat dilakukan dengan baik dan benar apabila menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran yang  menggunakan tes sebagai alat ukurnya. Akan tetapi tentu saja tes hanya merupakan salah satu alat ukur yang dapat digunakan karena informasi tentang hasil belajar tersebut dapat pula diperoleh tidak melalui tes, misalnya menggunakan alat ukur non tes seperti observasi, skala rating, dan lain-lain. Zainul dan Nasution (2001) menyatakan bahwa guru mengukur berbagai kemampuan siswa. Apabila guru melangkah lebih jauh dalam menginterpretasikan skor sebagai hasil pengukuran tersebut dengan menggunakan standar tertentu untuk menentukan nilai atas dasar pertimbangan tertentu, maka kegiatan guru tersebut telah melangkah lebih jauh menjadi evaluasi.

III. Bagaimana memberikan pengertian tentang Obyek Penilaian Pendidikan dan unsur apa yang terdapat didalamnya.

A.   Pengertian Objek Penilaian

Objek penilaian (evaluasi) Yaitu segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilai menginginkan informasi tentang sesuatu. Biasa disebut juga dengan sasaran evaluasi.

Objek Penilaian Pendidikan

1. Aspek Kognitif

Misalnya, kemampuan calon peserta didik yang akan mengikuti program pendidikan sebagai taruna Akademi Angkatan Laut tentu harus dibedakan dengan kemampuan calon peserta didik yang akan mengikuti program pendidikan pada sebuah perguruan tinggi agama islam.

2. Aspek Afektif

Sikap, pada dasarnya adalah merupakan bagian dari tingkah laku manusia, sebagai gejala atau gambaran kepribadian yang memencar keluar

3. Aspek Psikomotor

Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri seseorang, yang menampakkan bentuknya dari tingkah lakunya.

B. Unsur-unsur Objek Penilaian Pendidikan

1) Input

Calon siswa sebagai pribadi yang utuh, dapat ditinjau dari beberapa segi yang menghasilkan bermacam-macam bentuk tes yang digunakan sebagai alat untuk mengukur.

2) Kemampuan

Untuk dapat mengikuti program dalam suatu lembaga/sekolah/institusi maka calon siswa harus memiliki kemampuan yang sepadan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan ini disebut tes kemampuan atau attitude test.

3) Kepribadian

Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri manusia dan menampakkan bentuknya dalam tingkah laku. Dalam hal-hal tertentu, informasi tentang kepribadian sangat diperlukan. Alat untuk mengetahui kepribadian seseorang disebut tes kepribadian atau pesonality test.

4) Sikap

Sikap ini merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai gejala atau gambaran kepribadian yang memancar keluar. Sikapi merupakan sesuatu yang paling menonjol dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan maka banyak orang yang menginginkan informasi khusus tentangnya. Alat untuk mengukur keadaan sikap seseorang dinamakan tes sikap atau attitude test. Oleh karena tes ini berupa skala, maka lalu disebut skala sikap atau attitude scale.

5) Intelegensi

Untuk mengetahui tingkat inteligensi digunakan tes inteligensi di kenal dengan nama tes Binet-Simon. Tes-tes yang lain misalnya SPM, Tintum, dan sebagainya. Dari hasil tes akan diketahui IQ (Intelligence Quotient), tingkat intelektual siswa yang terkait.

6) Unsur-unsur dalam transformasi yang menjadi objek penilaian antara lain:

a) Kurikulum/materi

b) Metode dan cara penilaian

c) Sarana pendidikan/media

d) Sistem administrasi

e) Guru dan personal lainnya

IV. Jelaskan,Langkah    yang    harus    dilakukan    bagi    seorang    guru    dalam    proses pengembangan alat evaluasi agar diperoleh instrumen yang valid dan reliable!

Langkah    yang    harus    dilakukan    bagi    seorang    guru    dalam    proses pengembangan alat evaluasi agar diperoleh instrumen yang valid dan reliable yakni :

a.   Tahapan persiapan,

Pada tahapan ini bahan-bahan yang diperlukan untuk menyusun alat evaluasi dihimpun, bahan-bahan tersebut meliputi :

1) Tujuan Pengajaran. Yakni bentuk perilaku  yang akan dievaluasi. Bila  evaluasi dilakukan  secara  formatif  tujuan  pengajaran  di  samping  untuk  kepentingan evaluasi, juga dalam rangka pengembangan sistem pengajaran (system instructional). Bila evaluasi dilakukan sebagai evaluasi sumatif atau untuk kepentingan diagnostik maupun penempatan, maka perumusan tujuan disesuaikan dengan maksud tertentu. Dalam perumusan tujuan perlu diperhatikan aspek yang akan diukur berdasarkan klasifikasi taxonomi pendidikan.

2)  Menentukan  ruang  lingkup  dan  urutan  bahan  berpedoman  pada  kisi-kisi  yang dibuat. Dalam hal ini perlu diperhatikan pula penggunaan sumber bahan  yang representatif, sehingga dalam mengambil sample bahan yang akan dievaluasikan betul-betul mencerminkan tentang berbagai aspek yang akan diukur. Hal ini terutama sekali berlaku bila bukan evaluasi formatif yang akan dilaksanakan.

3)  Menuliskan butir-butir soal dengan bentuk sebagaimana direncanakan dan dibuat dalam kisi-kisi.

4) Bila evaluasi dilaksanakan selain untuk kepentingan evaluasi formatif, soal yang dibuat perlu diuji coba terlebih dahulu sebelum diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.

bTahapan pelaksanaan

Evaluasi formatif dilaksanakan setiap kali dilakukan pengajaran terhadap satu unit pelajaran tertentu. Evaluasi sumatif dilakukan pada akhir program, apakah semester atau kelas terakhir (Evaluasi Belajar Tahap Akhir termasuk pula evaluasi sumatif). Evaluasi diagnostik dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan. Jadi, dalam Melaksanakan  kegiatan evaluasi  harus  disesuaikan  dengan  maksud  tertentu.  

c. Tahap pemeriksaan

Penentuan dan pengolahan angka atau skor. Dalam memeriksa pekerjaan hasil evaluasi seharusnya digunakan kunci jawaban, baik untuk evaluasi dengan test essay ataupun t6es obyektif. Hal ini disamping untuk mempermudah pemeriksaan juga untuk menghindari unsur subyektif dalam memberikan angka.

Angka yang diperoleh dari hasil pemeriksaan masih dalam bentuk angka mentah. Agar  kita  memperoleh  angka  masak  (angka  terjabar)  perlu  dilakukan  pengolahan dengan menggunakan aturan-aturan tertentu. Untuk menghasilkan angka terjabar ini dasar  penentuan  angka  disesuaikan  dengan  acuan  yang  digunakan,  apakah  aduan petokan ataukah acuan norma.

V. Observasi sebagai alat penilain nontes, mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Tulislah selengkapnya dan mengapa demikian ?

Observasi merupakan suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional mengenati berbagai fenomena yang bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi dan mengukur factor-faktor yang diamati khususnya kecakapan social. Berikut ini beberapa karakteristik dari observasi, yaitu:

1. Mempunyai tujuan

2. Bersifat ilmiah

3. Terdapat aspek yang diamati

4. Praktis

Sedangkan secara lebih lanjut, terdapat tiga jenis observasi, yaitu:

1. Observasi partisipan, dimana pengamat ikut andil dalam kegiatan kelompok yang sedang diamati.

2. Observasi sistematik merupakan observasi dengan menggunakan kerangka yang berisi faktor-faktor yang ingin diteliti yang telah dikategorikan terlebih dahulu secara struktural.

3. Observasi Eksperimental meupakan observasi dimana pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok yang diamati namun dapat mengendalikanunsur-unsur tertentu sehingga tercipta tujuan yang sesuai dengan tujuan observasi. Observasi jenis ini memungkinkan evaluator untuk mengamati sifat-sifat tertentu dengan cermat.

Adapun langkah-langkah penyusunan pedoman observasi adalah:

1. Merumuskan tujuan observasi

2. Membuat kisi-kisi observasi

3. Menyusun pedoman observasi

4. Menyusun aspek-aspek yang ingin diobservasi

5. Melakukan uji coba pedoman observasi

6. Merevisi pedoman observasi berdasarkan hasil uji coba

7. Melaksanakan observasi

8. Mengolah dan menafsirkan hasil observasi

Sama halnya dengan instrument evaluasi yang lain,obsevasi memiliki beberapa kelemahan dan kelebihan yaitu:

Kelemahan:

Ø Pelaksanaannya sering terganggu keadaan cuaca atau kesan yang kurang baik dari observer maupun observi.

Ø Masalah yang sifatnya pribadi sulit diamati.

Ø Apabila memakan waktu lama, akan menimbulkan kejenuhan.

Kelebihan:

ü Observasi cocok dilakukan untuk berbagai macam fenomena.

ü Observasi cocok untuk mengamati perilaku.

ü Banyak aspek yang tidak dapat diukur dengan tes tetapi bisa diukur dengan observasi.

Daftar Pustaka :

Anas Sudijono. 2005. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo.