Penguasa pertama kerajaan samudera pasai yang menganut paham syafi'i adalah

Para ahli sejarah memberikan empat teori bagaimana proses masuknya Islam ke Nusantara. Masing-masing teori dijelaskan berdasarkan rentan waktu yang berbeda. Mulai dari abad ke 7, hingga ada pula yang menyebutkan abad ke 13.

Salah satu dari teori tersebut adalah Teori Makkah. Dalam teori ini dijelaskan bahwa Islam di Nusantara dibawa langsung oleh para musafir dari Arab yang memiliki semangat untuk menyebarkan Islam ke seluruh dunia pada abad ke 7. Hal ini diperkuat dengan di Samudera Pasai mahzab yang terkenal adalah mahzab Syafi’i. Mahzab ini juga terkenal di Arab dan Mesir pada saat itu. Teori inilah yang paling benyak mendapat dukungan para tokoh, seperti Van Leur, Anthony H. Johns, T.W Arnold, dan Buya Hamka.

Dengan demikian, jawaban yang benar adalah D.

Penguasa pertama kerajaan samudera pasai yang menganut paham syafii adalah

Penguasa pertama kerajaan samudera pasai yang menganut paham syafii adalah
Lihat Foto

KOMPAS.com/MASRIADI

Museum Kerajaan Samudera Pasai, di Desa Beuringen, Kecamatan Samudera, Aceh Utara, Aceh, Jumat (17/3/2017).

KOMPAS.com - Sejarah Indonesia baru tidak terlepas dari perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan dan budaya pada masa kerajaan-kerajaan Islam di nusantara.

Dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, perkembangan kerajaan Islam di Indonesia terlihat dari adanya kerajaan-kerajaan berikut ini:

  1. Kerajaan Perlak
  2. Kerajaan Samudera Pasai
  3. Kerajaan Aceh Darussalam
  4. Kerajaan Ternate dan Tidore
  5. Kerajaan Demak
  6. Kerajaan Pajang dan Mataram
  7. Kerajaan Banten dan Cirebon
  8. Kerajaan Gowa Sulawesi Selatan

Tahukah kamu perkembangan ekonomi, politik, sosial dan budaya kerajaan Samudera Pasai?

Baca juga: Teori Masuknya Islam di Nusantara

Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudera Pasai terletak di pantai utara Aceh, tepatnya di muara Sungai Pasangan (Pasai) yang ada dua kota yaitu Samudera (agak jauh dari laut) dan Pasai (kota pesisir). Masyarakat kedua kota sudah memeluk agama Islam.

Marah Silu (Merah Selu) masuk Islam setelah berinteraksi dengan Syekh Ismail, seorang utusan Syarif dari Mekah. Ia menyatukan kedua kota dan dinobatkan menjadi sultan (raja) dengan gelar Sultan Malik al Saleh (Malikussaleh).

Kesultanan Samudera Pasai berperan penting dalam penyebaran Islam di Asia Tenggara. Malaka menjadi bercorak Islam karena berhubungan erat dengan Kerajaan Samudera Pasai.

Hubungan makin erat dengan pernikahan antara putra-putri sultan dari Pasai dan Malaka. Sehingga di awal abad ke-15, sekitar 1414 Masehi muncul Kesultanan Islam Malaka yang dimulai dengan pemerintahan Parameswara.

Baca juga: Pengaruh Islam di Indonesia

Aspek politik

Samudera Pasai berkembang pesat menjadi pusat perdagangan dan studi Islam karena didatangi banyak pedagang dari India, Benggala, Gujarat, Arab Cina dan daerah sekitarnya.

Samudera Pasai meluaskan kekuasaan ke daerah pedalaman meliputi Tamiang, Balek Bimba, Samerlangga, Beruana, Simpag, Buloh Telang, Benua, Samudera, Perlak, Hambu Aer, Rama Candhi, Tukas, Pekan dan Pasai.

Dalam rangka Islamisasi, Sultan Malik Al Saleh menikah dengan putri Raja Perlak. Sultan Malik Al Saleh wafat pada 1297 dan dimakamkan di Kampung Samudera Mukim Blang Me dengan makam berciri Islam.

Penguasa pertama kerajaan samudera pasai yang menganut paham syafii adalah

Penguasa pertama kerajaan samudera pasai yang menganut paham syafii adalah
Lihat Foto

Kemendikbud RI

Monumen Islam Samudra Pasai

KOMPAS.com - Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara.

Samudera Pasai terletak di pesisir timur Laut Aceh atau sekarang Kabupaten Lhokseumawe.

Banyak bukti-bukti keberadaan Kerajaan Pasai yang diperoleh baik dari luar negari maupun dalam negeri.

Sejarah

Dikutip situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kerajaan Samudera Pasai merupakan gabungan dari dua kerajaan, yakni Samudera dan Pasai.

Baca juga: Kerajaan Demak, Kerajaan Islam Pertama dan Terbesar di Utara Jawa

Penggabungan tersebut dilakukan oleh Meurah Silu, yang kemudian menjadi raja pertama dengan gelar Sultan As-Saleh.

Sultan As-Saleh menjadi raja Samudera Pasai dari tahun 1285-1297.

Dikutip situs resmi Provinsi Aceh, pada masa pemerintahan Sultan As-Saleh, datang seorang musafir dari Venesia, Italia bernama Marcopolo.

Setelah wafat digantikan oleh putranya bernama Sultan Muhammad yang bergelar Malik At-Tahir pada 1297-1326.

Kemudian Sultan Akhmad yang bergelar Malik az-Zahir pada 1326-1348. Pada masa kepemimpinannya Kerajaan Samudera Pasai mengalami perkembangan pesat dan terus menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan Islam di India maupun Arab.

Setelah Sultan Akhmad wafat, digantikan oleh Sultan Zainal Abidin (1348-1383). Pada masa tersebut tidak diketahui karena dalam pemerintahannya tidak begitu jelas.

Baca juga: Ini Penjelasan Penulis yang Sebut Majapahit Kerajaan Islam

Red: Muhammad Subarkah

Ratu Nahrisyah (wafat 1424 M) adalah penguasa Samudra Pasai (Nanggroe Aceh Darussalam sekarang). Bentuk makam dan batu nisannya sama dengan makam Maulana Malik Ibrahim (wafat 1414) yang ada di Gresik, Jawa Timur. Selain itu bahannya makamnya juga sama-sama terbuat dari batu pualam bermutu tinggi. Hikayat Banjar memberitakan bahwa memang Islam yang berkembang di Jawa Timur berasal dari Samudra Pasai. Dan menurut mendiang sejarawan Aceh T Ibrahim Alfian, Ratu Nahriyah adalah saudara daripada Maulana Malik Ibrahim.Sedangkan, sebelum muncul menjadi kerajaan mandiri, Samudra Pasai adalah kerajaan-kerajaan kecil yang merupakan bagian dari Sriwijaya. Pada abad ke-13 M, di kemudian hari kerajaan-kerajaan itu melepaskan diri dari Sriwijaya yang sedang dilanda krisis (ekonomi dan politik).Lalu mengapa Samudra Pasai bisa berdiri dan menjelma menjadi kerajaan penting pada akhir abad ke-13 M di Aceh? Jawabnya, pertama, Samudra Pasai (1270-1516) merupakan kerajaan Islam pertama di Asia Tenggara yang menjadikan Sunnah wal Jamaah mazab Syafii sebagai faham keagamaan resmi. Ini diikuti oleh kerajaan-kerajaan Islam lain seperti Malaka, Aceh, Banten, Demak, Ternate, Gowa, Johor Riau, Palembang, Banjarmasin, Cirebon dan lain-lain.Syekh Maulana Malik Ibrahim meninggalkan kitab yang merupakan satu-satunya karya dia dan menjadi bukti tentang paham keagamaannya. Dan karena kitab itu ditulis dalam lembaran lontar maka karyanya itu disebut Kropak Maulana Malik Ibrahim.  Apa isi kitab yang ditulis Maulana Malik Ibrahim? Apakah dia (termasuk Ratu Nahrisyah) menganut paham syiah?Setelah dicermati, kitab yang ditulisnya itu ternyata merupakan ringkasan fiqih Syafafii dan tasawuf Imam al-Ghazali. Jadi Maulana Malik Ibrahim dan saudara perempuannya tersebut tidak menganut Syiah.Mengapa? kalau menganut Syiah tentu maka saja dia akan mengajarkan fiqih Jakfari dan tasawufnya bukan tasawuf Imam al-Ghazali. Kalamnya pun bukan kalam Maturidi atau Asyari.

Wallahu’alam

*Prof DR ABdul Hadi WM, Filsuf dan Guru Besar Universitas Paramadina, Jakarta.

  • abdul hadi wm
  • sastra sufi
  • kazanah islam

Penguasa pertama kerajaan samudera pasai yang menganut paham syafii adalah

Red:

Ada banyak petunjuk, yang bisa dijadikan untuk melacak genealogi fikih Nusantara, yang pertama adalah melalui corak keagamaan yang dibawa oleh penyebar Islam pada fase pertama di Nusantara. Dan keduanya, adalah periode saat kaum santri di Tanah Air menimba ilmu di Tanah Suci.

Fikih Nusantara itu, memang lebih dekat dengan Mazhab Syafi'i karena penyebar Islam pertama kali ke Indonesia bermazhab Syafi'i. Ini, bila merujuk pada teori bahwa pendakwah Islam tersebut adalah keturunan Rasulullah SAW yang nasabnya bermuara ke Imam al-Muhajir. Sayid Alwi bin Thahir al-Haddad, melalui kitabnya yang berjudul "Jana Samarikh min Jawab Asilah fi at-Tarikh" mengungkapkan, para ulama menegaskan Imam al-Muhajir bermazhab Sunni dalam teologi dan menganut Mazhab Syafi'i, di biding fikih. Ini seperti ditegaskan oleh Sayid Muhammad bin Ahmad al-Syatri, dalam kitabnya yang bertajuk "al-Adwar." Tetapi, Imam al-Muhajir, tetap bersikap kritis dan tidak taklid buta terhadap Mazhab Syafi'i.     Abdullah bin Nuh dalam kitab yang bertajuk "al-Imam al-Muhajir wa Ma Lahu wa Linaslihi wa lil aimmati min Aslafihi min al-Fadhail wa al-Maatsir mengatakan, salah satu alasan mengapa Mazhab as-Syafi'i menjadi pilihannya, karena kecintaan tokoh kelahiran Gaza tersebut kepada Ahlul Bait. Keputusan untuk tetap berada pada Mazhab Syafi'i dengan disertai sikap kritis sebagai mujtahid, bertahan hingga keturunan berikutnya. Inilah mengapa, Indonesia mayoritas penduduknya bermazhab Syafi'i. G W J Drewes dalam buku New Light on the coming of Islam to Indonesia, mengaitkan asal Islam di nusantara dengan wilayah Gujarat dan Malabar.   Menurut pakar dari Universitas Leiden, Pijnapple, asal muasal Islam di nusantara, yaitu berasal dari anak benua India, bukannya Persia atau Arabia. Menurutnya, orang-orang Arab bermazhab Syafi'i yang bermigrasi, datang dan menetap di wilayah India tersebut. Kemudian, mereka membawa Islam ke Nusantara. Paham Ahlussunnah wal-Jama'ah atau yang dikenal dengan Sunni berkembang di Indonesia. Paham ini mengikuti pikiran-pikiran ulama ahli Fikih (hukum Islam), hadis, tafsir, tauhid (teologi Islam), dan tasawuf dengan memilih satu dari empat Imam pendiri mazhab. Yaitu Imam Hanafi, Maliki, Syafii dan Hanbali. Zamakhsyari Dhofier dalam buku Tradisi Pesantren menuliskan, para kiyai sebagai pelaku sejarah, memahami bagaimana makna dan kandungan paham Ahlussunnah wal-Jama'ah. Mereka berhasil membimbing umat Islam Indonesia taat menganut paham Ahlussunnah wal-Jama'ah selama lebih dari 800 tahun. Mereka mengetahui bagaimana mengembangkan paham tersebut. Agar umat Islam dapat dengan mudah mengikuti dan mengamalkan paham ini. Baik dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam berbangsa dan bernegara di Indonesia. Mazhab Syafi'i mempunyai pengaruh besar terhadap umat Muslim di Indonesia. J.L.A. Brandes-D.A. Rinkes dalam Babad Tjerbon, uitvoering inhoudsopgave en noten menuliskan, Sunan Gunung Jati adalah ahli Sunni (sunah). Diketahui, ahli Ahlussunnah wal-Jama'ah di Indonesia adalah penganut mazhab Syafi'i. Bukti-bukti berupa karya sastra atau sejarah yang bersifat keagamaan Islam dan masih banyak lagi. Penyebaran mazhab Syafi'i di Indonesia dilakukan melalui pengajian kitab-kitab yang ditulis oleh ulama-ulama mazhab itu. Tradisi keilmuan fikih bermazhab Syafi'i di Nusantara ini pun, dipertahankan oleh rezim kekuasaan Islam Nusantara. Endang Turmudi, dalam bukunya Pendidikan Islam setelah seabad kebangkitan nasional, berdasarkan catatan sejarah, Kerajaan Perlak yang berdiri pada 840 M adalah kerajaan Islam pertama di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. Pada abad kesembilan, Dinasti Abbasiyah yang berpusat di Baghdad, konon mengirimkan delegasi dakwahnya ke wilayah Sumatera Utara. Mereka terdiri dari orang-orang Arab yang berakidah Ahlussunnah wal-Jama'ah, bermazhab Syafi'i. Pada 1042, berdirilah kerajaan Islam Samudera Pasai. Menurut Ibnu Bathutah, kerajaan dengan raja pertamanya Al-Malikus Shaleh menganut paham Ahlussunnah wal-Jama'ah dan memilih mazhab Syafii. Pada awal abad ke-15, dengan dukungan Wali Songo, Raden Patah mendirikan Kerajaan Islam di Demak. Dalam penyebaran agama Islam, cara berdakwah para wali yang jumlahnya sembilan orang itu, dirasa sesuai dengan sifat dan pembawaan masyarakat Jawa. Sehingga, dalam waktu yang relatif singkat, hampir seluruh masyarakat Jawa memeluk Islam. Setelah Kerajaan Demak pada abad ke-16, berdiri pula beberapa Kerajaan islam di Ternate, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara, sehingga agama islam menjadi agama yang dianut mayoritas oleh penduduk Nusantara. Perkembangan Islam yang berhaluan Ahlussunnah wal-Jama'ah bertambah pesat ketika generasi penerus Wali Songo dan penyebar Islam lainnya mengembangkan strategi dan pendekatan penyebaran Islam melalui lembaga pendidikan pesantren. Lembaga tradisional Islam ini, saat itu telah tampil dan berperan sebagai pusat penyebaran dan pendalaman agama Islam secara lebih terarah. c70 ed: nashih nashrullah

***
Fase-fase studi ulama nusantara

Ulama nusantara melakukan pengembaraan ilmu ke Timur Tengah. Destinasi terfavorit adalah Makkah. Dua keuntungan sekaligus, yaitu belajar dan berhaji. Mereka menyebarkan ilmu yang didapat sekembalinya ke Tanah Air.  Ø    Abad 17-akhir 19     Pada periode ini, wacana yang berkembang adalah tradisionalisme Islam dan neosufisme. Ø    Awal abad 20-1950     Di Haramain terjadi pergumulan yang intens antara Islam tradisi dan Islam reformis.     Kalangan tradisionalis diwakili oleh Syekh Yasin al-Fadani dengan Madrasah Dar al-Ulum yang semula adalah Madrasash Shaulatiyah. Sedangkan, Syekh Janan Thayib mewakili kaum reformis, penyabet gelar Lc pertama dari Al-Azhar Mesir. Ia mendirikan Madrasah Indunisiyyin. Sayangnya, madrasah ini terpaksa bubar menjelang Perang Dunia II. Ø    1960-an hingga sekarang     Periode ini disebut the Return of Islamic Tradition. Kaum reformis mengalami kekalahan total karena dipandang tidak sejalan dengan ideologi penguasa yang sejak 1925 disuburkan oleh Bani Saud. Menekankan pendekatan normatif dan ideologis terhadap Islam dan secara umum mempertahankan tradisionalisme.  

Fakta

Ø    Genealogi ulama nusantara bermuara pada Syekh Ahmad Zaini Dahlan di Haramain. Ø    Silsilah keilmuan Syekh Ahmad tersambung hingga sejumlah ulama, yaitu: •    Syekh Ibrahim al-Bayjuri •    Muhammad al-Sanusi •    Al-Iji •    Fakhr al-Din al-Razi •    Al-Ghazali •    Al-Juwayni (imam Haramayn) •    Abu Bakar al-Baqilani  •    Abu Abdillah al-Bahili •    Abu Hasan al-Asy'ari Ø    Ulama nusantara membuat perkumpulan nonstruktural di Tanah Suci dengan sebutan jama'ah al-jawiyyin yang mencakup pula ulama Asia Tenggara, seperti Melayu, Pattani, dan Filipina. Sebagian besar mereka dikenal sebagai pakar di bidang fikih Mazhab Syafii. •    Abad 17 §    Abd al-Raûf al-Jâwi (1693 M) §    Nûruddîn al-Raniri (1658 M) §    Arsyad al-Banjari (1710 M) •    Abad 19 §    Syekh Muhammad Nawawi ibn 'Umar al-Bantani (1879) §    Syeikh Ahmad Khatib Sambas (1872 M) §    Syekh Mahfuzh al-Turmusi (Tremas, Pacitan, Jawa Timur) Ø    Kedua syekh tersebut dianggap paling berpengaruh dan memiliki banyak murid yang mengajarkan ilmu agama, tak terkecuali fikih Mazhab Syafii. Murid mereka, yaitu: o    Syekh Ihsan Dahlan al-Jamfasi al-Kadiri (Jampes, Kediri, Jawa Timur) o    Syekh Muhammad Yasin ibn 'Isa al-Fadani (Padang) Ø    Dari para tokoh itu, kiai dan ulama berguru, antara lain: o    KH Muhammad Kholil (Bangkalan) o    KH Hasyim Asy'ari (Jombang) o    KH As'ad Syamsul 'Arifin (Situbondo) o    KH. Abbas dan Anas (Cirebon) Ø    Genealogi keilmuan para kiai di pesantren muncul dari para kiai dan ulama tersebut. Mereka adalah: o    KH Mahrus Ali (Lirboyo, Kediri) o    KH Jazuli Utsman (Ploso, Kediri)

o    KH Wahhab Hasbullah (Jombang)

Penguasa pertama kerajaan samudera pasai yang menganut paham syafii adalah