Pembawaan lagu Syukur adalah dengan sostenuto yang berarti dengan perasaan

1 ANALISIS STRUKTUR DAN TEKNIK PERMAINAN PIANO CONCERTO POUR LA MAIN GAUCHE EN RE MAJEUR KARYA MAURICE RAVEL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan oleh Hya Shinta Pristiu Agsety NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2012

2

3

4

5 MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Proses yang kita alami lebih penting daripada hasil yang kelak diraih Janganlah terlalu mengkhawatirkan masa depan, karena ia sedang terjadi dalam bentuk hari ini (Mario Teguh) PERSEMBAHAN Dengan curahan rasa syukur kepada Tuhan Yesus, karya ini kupersembahkan sebagai wujud terima kasihku kepada : Ayah dan ibuku tersayang, yang telah membesarkan, merawat, mendidik hingga dewasa, memberikan dorongan baik material maupun spiritual, nasehat dan tuntunan yang tak ternilai harganya sampai saat ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Saudara- saudara ku tercinta: mba Intan, okky, cendol, mbak fun2, mbak putri yang selalu memberi semangat motivasi dan selalu mendampingi selama proses penyelesaian skripsi ini. Mas franz dan mas Huda, yang selalu meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam penyelesaian tugas akhir ini. Teman-teman ku angkatan 2005 : dek vivin, panji, cecep, azis, nano, pipit dan yang lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih untuk motivasinya.

6 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. Penulisan tugas akhir skripsi ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Herwin Yogo Wicaksono, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktu, memberikan arahan dan dengan sabar membimbing dan memotivasi selama proses penyelesaian skripsi. 2. Bapak Suwarta Zebua, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktu, memberikan arahan, bimbingan dan motivasi selama proses penyelesaian skripsi. 3. Ibu Diah K, S.Pd, M.A selaku Dosen Penasehat Akademik yang senantiasa memberikan dorongan semangat dan bimbingan selama studi. 4. Ibu Dra. Ike Kusumawati selaku narasumber yang senantiasa memberikan dorongan semangat dan bimbingan serta memberikan informasi yang penelit ibutuhkan selama penulisan skripsi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca demi perbaikan dalam penulisan selanjutnya. Yogyakarta, 1 Juni 2012 Penulis Hya Shinta Pristiu Agsety

7 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... Halaman i HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK... ii iii iv v vi vii x xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Fokus Masalah... 5 C. Rumusan Masalah... 5 D.Tujuan Penelitian... 5 E. Manfaat Penelitiaan... 6 F. Batasan Istilah... 7 BAB II KAJIAN TEORI... 9 A. Deskripsi Teori Pengertian Analisis Musik Pengertian Struktur Musik Penjelasan Teknik Dasar Permainan Piano... 13

8 a. Sikap Badan b. Teknik dan Kode Penjarian c. Teknik Memproduksi Nada d. Pedal Pengertian dan Penjelasan Teknik Permainan Piano Pengertian Concerto Riwayat Hidup dan Karya- Karya Maurice Ravel Concerto for the Left Hand (in D) Biografi Ike Kusumawati Wibowo B. Penelitian yang Relevan BAB III METODE PENELITIAN A. Penentuan Objek Kajian B. Sumber Data Penelitian C. Metode dan Teknik Pengumpulan Data D. Teknik Analisis Data E. Triangulasi BAB IV ANALISIS STRUKTUR A. Introduksi B. Bagian I C. Bagian II D. Bagian III E. Bagian IV F. Bagian V BAB V TEKNIK PERMAINAN A. Speed

9 B. Power C. Teknik Penggunaan Pedal D. Teknik Penjarian E. Kesehatan dan Ketehanan dalam Bermain F. Interpretasi BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpula B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

10 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.Posisi Duduk Bermain Piano Gambar 2.Posisi Pergelangan Tangan Bermain Piano Gambar 3.Kode Penjarian Tangan Kanan Gambar 4.Kode Penjarian Tangan Kiri Gambar 5. Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Gambar 6.Ekstensi Dan Frase Anteseden Bagian Introduksi Gambar 7.Ekstensi Frase Anteseden dan Konsekuen Bagian Introduksi Gambar 8.Ekstensi Frase Konsekuen Bagian Introduksi dan Anteseden Ia Gambar 9.Frase Konsekuen Bagia Ia Gambar 10.Ekstensi Frase Konsekuen Bagian Ia Gambar 11.Frase Anteseden Bagian Ib Gambar 12. Ekstensi Frase Anteseden Bgian Ib Gambar 13.Frase Konsekuen Bagian Ib Gambar 14.Ekstensi Frase Konsekuen Bagian Ib Gambar 15.Frase Anteseden Bagian Ic Gambar 16.Frase Konsekuen Bagian Ic Gambar 17.Ekstensi Frase Anteseden Bagian II a Gambar 18.Frase Anteseden IIa dan Ekstensi Frase Anteseden IIa Gambar 19.Frase Konsekuen yang Pertama Bagian IIa Gambar 20.Ekstensi Frase Konsekuen IIa dan Frase Konsekuen kedua IIa Gambar 21.Frase Anteseden Bagian IIb Gambar 22.Ekstensi Frase Anteseden Bagian IIb Gambar 23.Frase Konsekuen Bagian IIb Gambar 24.Frase Anteseden Bagian IIc Gambar 25.Frase Konsekuen Bagian IIc Gambar 26.Frase Anteseden Bagian IId Gambar 27. Frase Konsekuen Bagian IId Gambar 28. Filler Melody dalam Bentuk Progresi Akor Gambar 29.Frase Anteseden Pertama IIIa dan Frase Anteseden kedua IIIa Gambar 30.Konsekuen Pertama IIIa, kedua IIIa, ketiga IIIa, dan Ekstensi... 77

11 Gambar 31. Frase Anteseden Bagian IIIb Gambar 32.Frase Konsekuen Pertama IIIb dan Frase Konsekuen kedua IIIb Gambar 33. Anteseden Pertama IIIc, kedua IIIc, Ketiga IIIc dan ekstensinya Gambar 34. Frase Konsekuen Pertama IIIc dan Frase Konsekuen kedua IIIc Gambar 35. Frase Anteseden Bagian IIId Gambar 36.Frase Konsekuen Bagian IIId Gambar 37.Filler Melody dengan Interval Oktaf dan teknik Trill Gambar 38.Frase Anteseden Bagian IIIe Gambar 39.Frase Konsekuen Bagian IIIe Gambar 40. Frase Anteseden Bagian IVa Gambar 41.Frase Konsekuen Bagian IVa Gambar 42.Frase Anteseden Bagian IVb Gambar 43. Frase Konsekuen Bagian IVb Gambar 44. Frase Anteseden Bagian IVc Gambar 45.Frase Konsekuen Bagian IVc Gambar 46.Frase Anteseden pertama IVd dan kedua IVd Gambar 47. Frase Konsekuen Pertama IVd dan kedua IVd Gambar 48.Ekstensi Frase Konsekuen kedua Bagian IVd Gambar 49.Filler Melody dalam Bentuk Progresi Akor Gambar 50. Frase Anteseden Bagian IVe Gambar 51.Frase Konsekuen Bagian IVe Gambar 52.Frase Anteseden Bagian IVf Gambar 53.Frase Konsekuen Bagian IVf Gambar 54.Ekstensi Frase Konsekuen Ivf dan Frase Anteseden IVg Gambar 55. Frase Konsekuen pertama Ivg dan kedua IVg Gambar 56. Ekstensi Frase Anteseden Va dan Frase Anteseden Va Gambar 57. Ekstensi Frase anteseden Bagian Va Gambar 58. Frase Konsekuen pertama Va dan kedua Va Gambar 59.Frase Anteseden Bagian Vb Gambar 60. Frase Konsekuen Bagian Vb Gambar 61.Ekstensi Frase Konsekuen Vb dan Frase Anteseden Vc Gambar 62.Frase Konsekuen Bagian Vc

12 Gambar 63.Frase Anteseden Bagian Vd Gambar 64.Frase Konsekuan Pertama Bagian Vd Gambar 65.Frase Konsekuen Kedua Bagian Vd Gambar 66.Ekstensi Frase Konsekuen kedua Bagian Vd Gambar 67.Filler Melody dengan Interval Oktaf Gambar 68.Speed Block Chord Gambar 69.Speed Broken Chord Gambar 70.Speed Broken Chord Gambar 71. Power Block Chord Gambar 72.Power Block Chord dengan Staccato Gambar 73. Penggunaan Pedal Gambar 74.PenggunaanPedal Gambar 75. Penjarian Gambar 76.Penjarian

13 ANALISIS STRUKTUR DAN TEKNIK PERMAINAN PIANO CONCERTO POUR LA MAIN GAUCHE EN RE MAJEUR KARYA MAURICE RAVEL Oleh :Hya Shinta Pristiu Agsety NIM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis mengenai analisis teknik permainan piano Concerto for the Left Hand (in D) karya Maurice Ravel.Penelitian ini difokuskan pada analisis teknik permainanp iano beserta kerangka struktur untuk mendukung teknik tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Objek penelitian ini adalah Concerto for the Left Hand (in D).Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung dan wawancara tak berstruktur. Keabsahan data dibuktikan dengan kredibilitas. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis isi (content analysis). Hasil penelitian mengenai analisis dan teknik permainan piano Concerto for the Left Hand (in D) karya Maurice Ravel, menunjukkan bahwa teknik permainan piano Kerangka struktur Concerto for the Left Hand (in D) untuk piano karya Maurice Ravel terdiri dari 5 bagian yaitu: bagian pertama pada birama 33 sampai birama 60 yang merupakan introduksi dan tema lagu dengan bentuk modifikasinya, bagian kedua pada birama 80 sampai birama 123 yang merupakan pengolahan tema dan iringan, bagian ketiga pada birama 140 sampai birama 267 yang merupakan bentuk variasi pengolahan tema, bagian keempat pada birama 297 sampai birama 464 yang merupakan bentuk variasi tema dan iringan yang menggunkan beberapa sukat dan bagian kelima pada birama 467 sampai birama 522 yang merupakan bagian cadenza. Analisa teknik permainan dalam Concerto for the Left Hand (in D) untuk piano karya Maurice Ravel pada penelitian ini dilakukan dengan menganalisis 5 teknik permainan piano yaitu: (1) speed dalam teknik broken chord dan pola melodi, (2) power dalam teknik block chord, (3) teknik penggunaan pedal, (4) teknik penjarian untuk menentukan bentuk penjarian dan penggunaan teknik arpeggio untuk nada yang lebih 1 oktaf, (5) kesehatan dan ketahanan dalam bermain, (6) interpretasi

14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik diibaratkan seperti makanan yang bisa dirasakan dan dinikmati oleh penikmatnya, begitu juga musik yang bisa dirasakan oleh para pendengarnya maupun para pelakunya (pemainnya). Hanna Sri Mudjilah (2004: 4) mengatakan bahwa musik adalah suatu susunan tinggi rendah nada yang berjalan dalam waktu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997: 676), musik merupakan nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu). Alat musik/instrumen bermacam-macam jenisnya. Selain gitar dan drum, piano merupakan alat musik yang paling dikenal akrab dan dicintai oleh beberapa kalangan khususnya di dunia musik. Piano merupakan alat musik yang sumber bunyinya dawai. Piano mempunyai register yang sangat luas, jadi register untuk semua instrumen lainnya dapat disusun diatasnya. Piano dapat dimainkan solo, tapi kebanyakan instrumen lainnya termasuk vokal membutuhkan piano untuk iringan. Piano banyak sekali jenisnya, antara lain grand piano, baby grand piano, upright piano, elektrik piano, dan sebagainya. Piano merupakan salah satu pilihan instrumen yang cukup sulit dimainkan, karena memerlukan koordinasi yang seimbang antara tangan kanan dan tangan

15 kiri. Bukan berarti instrumen yang lain tidak memerlukan koordinasi antara tangan kanan dan tangan kiri, tetapi perbedaannya pada instrumen piano kesulitannya terletak pada tanda kunci yang berbeda antara tangan kanan dan tangan kiri. Perbedaan kedua kunci itulah yang membuat piano terlihat lebih sulit untuk dimainkan. Akan tetapi, melalui proses berlatih yang rutin dan didukung oleh musikalitas yang bagus setiap orang pasti bisa memainkan piano. Semakin rajin dalam berlatih maka akan memiliki skill yang semakin tinggi/ skill yang bagus. Ada banyak karya untuk piano yang diciptakan atau dibuat oleh komponis-komponis tingkat dunia berdasarkan pembagian jaman menurut sejarah musik barat. Sebagai contoh, yang sudah tidak asing lagi ditelinga orang musik diantaranya adalah komponis pada jaman klasik yaitu Wolfgang Amadeus Mozart ( ) dengan beberapa karyanya yaituconcerto in G K-216; Concerto in D K-537 Coronation ; Fantasie in c KV 475, Ludwig van Beethoven ( ) dengan beberapa karyanya yaitu Conceto no. 4 in G Op.56; Concerto no.5 in E Flat Op. 73 Emperor ; Sonata no 14 Op.27,no 2 C# minor (Quasi Fantasia,Moonlight). Komponis pada jaman barok yaitu Johann Sebastian Bach( ) dengan beberapa karyanya yaitu Concerto in E ; Italian Concerto in F ; Prelude No.1 in C, Antonio Vivaldi dengan contoh karyanya Concerto Op. 8 no 1-4 ( four season) ; Concerto in A Minor. Komponis pada jaman Romantik yaitu Frederic Chopin ( ) dengan beberapa karyanya yaitu Mazurka in B Flat; Prelude Op. 28 no.7; Prelude Op. 28 no. 20, Franz Schubert ( )dengan beberapa karyanya yaitu

16 serenade; Moment Musical; Unfinished Symphony, Claude Debussy ( ) dengan beberapa karyanya yaitu Suite Bergamasque; Pour le Piano; Nocturnes, Maurice Ravel ( ) dengan beberapa karyanya yaitu Ma mere l oye; Concerto pour piano et orchestra; Bolero, dan masih banyak lagi komponis-komponis lain yang tidak mungkin di sebutkan satu-persatu. Masing-masing jaman mempunyai karakter musik yang berbeda-beda tergantung kepada komposer yang menciptakan karya musik pada jaman tersebut. Diantara beberapa komponis tersebut, peneliti meneliti karya seorang komponis pada jaman Impresionis. Salah satunya adalah Maurice Ravel. Ia lahir pada tahun 1875 di Ciboure (pegunungan Pirenia) dekat perbatasan Spanyol, tetapi keluarganya pindah ke Paris. Ayahnya seorang insinyur terkenal berasal dari Swiss yang menciptakan berbagai mesin otomat. Namanya sering disebut bersama Debusy sebagai tokoh komposer Impresionalisme /Simbolisme di Prancis, namun kedua komposer ini rupanya lebih berbeda daripada yang disangka. Debussy merupakan seorang seniman yang sangat aktif dan senang dengan bentrokan secara terang-terangan. Maurice Ravel bersikap sebaliknya, selalu berusaha untuk menyembunyikan segala sesuatu yang bersifat emosional. Ravel juga membatasi suatu karya dengan garis-garis musikal yang tajam dan jernih supaya seolah-olah tidak ada sesuatu yang bisa keluar dari dia sendiri (Mack, 1995 : 68). Banyak karya Maurice Ravel untuk piano, diantaranya adalah ma mere l oye ( ) untuk piano 4 tangan (berdasarkan berbagai dongeng

17 anak-anak), Bolero (1928) musik ballet untuk orkes dengan satu motif saja yang diulangi terus-menerus, Concerto pour piano et orchestre ( ) dengan pengaruh Jazz Amerika, dan Concerto pour la main gauche ( ) konser untuk tangan kiri saja. Concerto pour la main gauche digarap untuk pianis Paul Wittgenstein yang hanya punya satu tangan. Dari salah satu karya Maurice Ravel diatas, peneliti akan membahas karya yang berjudul Concerto pour la main gauche en re majeur atau dalam bahasa inggrisnya Concerto for the left hand (in D), yaitu konserto piano yang hanya dimainkan oleh tangan kiri saja. Karya ini diciptakan Ravel pada tahun 1929 untuk Paul Wittgenstein pianis berlengan satu. Wittgenstein adalah seorang pianis yang handal, tetapi dia kehilangan tangan kanan saat menjadi tawanan perang tentara Rusia.Wittgenstein ditembak tentara Rusia hingga lengan kanannya remuk oleh peluru dan kemudian harus diamputasi.concerto for the left hand (in D)untuk pertama kalinya dimainkan di Auditorium Salle Pleyel di Paris pada malam hari tanggal 17 Januari Dari sedikit penjelasan mengenai sejarah Concerto for the lefthand (in D) tersebut, concerto ini menarik untuk diteliti, khususnya menyangkut analisis struktur dan teknik permainan piano yang menjadi bagian komposisi ini.meskipun Concerto for the left hand (in D) bukan termasuk dalam daftar karya terpopuler namun karakter nada-nada yang dihasilkan menyita perhatian siapapun yang mendengarkannya, karena walaupun karya ini hanya dimainkan satu tangan saja tetapi terdengar seperti dimainkan oleh dua tangan. Oleh karena itu, karya ini membutuhkan tehnik dan skill yang sangat tinggi karena

18 dalam karya ini tangan kiri juga mengambil peran tangan kanan yaitu memainkan melodi sekaligus iringan. Dengan demikian maka concerto ini sangat menarik untuk diteliti, khususnya menyangkut masalah struktur dan teknik permainannya. B. Fokus Masalah Untuk menguasai ilmu analisa memerlukan beberapa kajian, baik dari sumber buku, internet, maupun pendapat para ahli musik.sebagai wujud realisasi penguasaan tersebut diketahui bahwa menganalisis suatu karya besar dari seorang komponis yang terkenal bukanlah hal yang mudah. Agar permasalahan lebih fokus, maka penelitian ini difokuskan pada analisis struktur dan teknik permainan piano Concerto for the Left Hand (in D) karya Maurice Ravel. C. Rumusan Masalah Berdasarkan fokus masalah tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana analisis struktur dan teknik permainan piano Concerto for the Left Hand (in D) karya Maurice Ravel? D. Tujuan Penelitian

19 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis mengenai analisis struktur dan teknik permainan piano Concerto for the Left Hand (in D) karya Maurice Ravel. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermafaat bagi berbagai pihak. Manfaat penelitian ini dapat dibedakan menjadi 2 jenis : 1. Secara Teoritis Penelitian ini dapat menambah wawasan dan bisa menjadi apresiasi musik sehingga mampu memahami mengenai struktur dan teknik permainan Concerto for the Left Hand (in D). 2. Secara Praktis a. Bagi Peneliti Sebagai sarana untuk mengaplikasikan teori yang diperoleh di bangku perkuliahan dan memperdalam ilmu yang diperoleh terutama yang berhubungan dengan ilmu analisa b. Bagi Mahasiswa Sebagai tambahan referensi atau bahan kajian repertoar yang dapat membantu dalam memainkan atau membawakan, mengapresiasikan, dan menganalisis suatu karya musik, khususnya karya Maurice Ravel yang selama ini untuk karya piano masih jarang dimainkan

20 c. Bagi Pianis Penelitian ini dapat menambah pemahaman dan referensi bagi pemain piano terutama struktur dan beberapa teknik yg digunakan dalam Concerto for the Left Hand (in D) karya Maurice Ravel F. Batasan Istilah Penelitian ini berjudul Analisis Struktur dan Teknik Permainan Piano Concerto for the Left Hand (in D) karya Maurice Ravel. Untuk menghindari perbedaan pengertian, di dalam penelitian ini istilah yang digunakan mengandung arti sebagai berikut : 1. Analisis: Suatu disiplin ilmiah antara ilmu jiwa, ilmu hitung, dan filsafat untuk menguraikan musik melalui rangkaian jalinan nada, irama, dan harmoni dengan membahas unsur gejala sadar dan tidak sadar pada kesatuan komposisi (Syafik, 1992: 11). 2. Partitur (score) : buku berisi tulisan musik (bagian musik) dari setiap jenis alat musik serta suara yang turut ambil bagian dalam sebuah komposisi ( Kodijat, 2004: 73). 3. Concerto : komposisi untuk alat musik solo dengan orkes lengkap, biasanya terdiri atas 3 bagian mirip sonata form (Banoe, 2003 : 92). 4. Concerto for the Left Hand (in D) : sebuah konserto untuk alat musik piano yang dimainkan dalam tangga nada D mayor. Konserto ini hanya dimainkan untuk tangan kiri saja.yang diciptakan oleh Maurice Ravel.

21 5. Repertoar (repertoir) : sejumlah lagu yang dikuasai, sejumlah karya yang dimiliki, sejumlah buku musik yang dikoleksi, dimiliki dan dikuasai isinya dan (umumnya) mampu dimainkannya (Banoe, 2003: 355).

22 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pengertian analisis musik Analisis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998 : 37), adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antara bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Menurut Chaplin (2000 : 25), analisis ialah proses mengurangi kekompleksan suatu gejala rumit sampai pada pembahasan bagian-bagian paling elementer atau bagian-bagian paling sederhana. Menurut The Norton/Grove Concise Encyclopedia of Music Revised and Enlarged, analisis adalah bagian dari belajar musik yang diambil dari bagian musik itu sendiri. Ini biasanya meliputi pemecahan dari sebuah susunan musik ke dalam elemen-elemen unsur pokok yang relatif sederhana, dan peranan-peranan penelitian pada elemen-elemen tersebut dalam susunannya terdapat banyak perbedaan tipe-tipe dan metode-metode analisa, termasuk susunan pokok (Schenker), dari tema, dari bentuk (Tovey), dari bagian susunan (Riemann) dan dari informasi teori. Menurut Safrina (2003: 2), musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik, yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik yaitu irama,

23 melodi, harmoni, bentuk/struktur lagu dan ekspresi. Banoe (2003 : 288) mengatakan bahwa musik adalah cabang seni yang membahas dan menetapkan berbagai suara ke dalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami manusia.menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997: 676), musik merupakan nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu). Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa analisis musik adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagian dan pembahasan bagian-bagian paling sederhana dari sebuah susunan karya musik untuk mengurangi kekompleksan suatu pokok atas berbagai bagiannya sehingga dapat dimengerti dan dipahami arti keseluruhannya. 2. Pengertian Struktur Musik Kata struktur merupakan rangkaian suatu susunan unsur yang membentuk sebuah karya musik. Secara garis besar unsur-unsur musik terdiri atas melodi, ritme, harmoni, dan dinamik. a. Melodi Melodi adalah susunan rangkaian nada ( bunyi dengan rangkaian teratur) yang terdengar berurutan serta berirama dan mengungkapkan suatu gagasan pikiran dan perasaan (Jamalus, 1998 :16). Melodi adalah naik turunnya harga nada yang seyogyanya dilihat sebagai gagasan inti musikal, yang sah menjadi musik bila ditunjang dengan gagasan yang memadukanya dalam suatu kerja sama dengan irama, tempo, bentuk

24 dan lain-lain (Ensiklopedi musik, 1992: 28). Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa melodi adalah suatu rangkaian nada yang terbentuk dari perubahan-perubahan harga nada dalam kaitannya dengan irama, tempo, bentuk dan sebagainya. b. Ritme Ritme adalah rangkaian gerak yang beraturan dan menjadi unsur dasar dari musik. Irama terbentuk dari sekelompok bunyi dan diam panjang pendeknya dalam waktu yang bermaca-macam, membentuk pola irama dan bergerak menurut pulsa dalam setiap ayunan birama (Jamalus, 1998: 7). Pulsa adalah rangkaian denyutan yang terjadi berulang-ulang dan berlangsung secara teratur, dapat bergerak cepat maupun lambat ( Ibid, 1998: 9). Untuk lebih memudahkannya, maka ritme dianggap sebagai elemen waktu dalam musik yang dihasilkan oleh 2 faktor yaitu : aksen dan panjang pendeknya nada atau durasi. Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa ritme terjalin dalam rangkaian melodi. c. Harmoni Harmoni adalah cabang ilmu pengetahuan musik yang membahas dan membicarakan perihal keindahan komposisi musik (Banoe, 2003: 180) d. Dinamik Dinamik adalah keras lembutnya dalam cara memainkan musik, dinyatakan dengan berbagai istilah seperti : p (piano), f (forte),

25 mp (mezzopiano), mf (mezzoforte), cresc (crescendo), dan sebagainya (Banoe, 2003: 116). Didalam musik, selain unsur-unsur musik yang terdiri melodi, ritme, harmoni, dan dinamik, terdapat bentuk musik yang terdiri dari beberapa komponen, antara lain : 1) Motif Motif adalah bagian terkecil dari suatu kalimat lagu, baik berupa kata, suku kata atau anak kalimat yang dapat dikembangkan (Banoe,2003 : 283) 2) Tema Tema merupakan ide-ide pokok yang mempunyai unsur-unsur musikal utama pada sebuah komposisi yang masih harus dikembangkan lagi, sehingga terbentuknya sebuah komposisi secara utuh. Dalam sebuah karya bisa mempunyai lebih dari satu tema pokok dimana masingmasing akan mengalami pengembangan. 3) Frase Frase adalah satu kesatuan unit yang secara konvensional terdiri dari 4 birama panjangnya dan ditandai dengan sebuah kadens. (Wicaksono : 1998). Frase dibagi menjadi 2 yaitu: a) Frase anteseden Adalah frase tanya atau frase depan dalam suatu kalimat lagu yang merupakan suatu pembuka kalimat, dan biasanya diakhiri dalam kaden setengah (pada umumnya jatuh pada akord dominan).

26 b) Frase konsekuen Adalah frase jawab atau frase belakang dalam suatu kalimat dalam lagu dan pada umumnya jatuh pada akord tonika. 4) Kadens Merupakan sejenis fungtuasi dan untuk mencapai efeknya menggunakan rangkaian akord-akord tertentu pada tempat tertentu dalam struktur musik. Terdapat beberapa macam kadens antara lain : a) Kadens Authentic : progresi akord V I b) Kadens Plagal : progresi akord IV I c) Deceptif Kadens : progresi akord V VI d) Kadens Setengah : progresi akord I V I IV 5) Periode atau Kalimat Periode adalah gabungan dua frase atau lebih dalam sebuah wujud yang bersambung sehingga bersama-sama membentuk sebuah unit seksional ( Miller : 166). Kalimat musik merupakan suatu kesatuan yang nampak, antara lain pada akhir kalimat: disitu timbul kesan selesailah sesuatu, karena disini melodi masuk dalam salah satu nada akor tonika, namun lagunya dapat juga bermodulasi ke akor lain misalnya ke dominan dan berhenti disitu (Prier, 2004: 19) 3. Penjelasan mengenai teknik-teknik dasar permainan piano Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia teknik diartikan sebagai cara membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang berkenaan dengan

27 kesenian (Poerwadarminta, 1976 : 1035). Menurut Banoe (2003: 409), teknik permainan adalah cara atau teknik sentuhan pada alat musik atas nada tertentu sesuai petunjuk atau notasinya, seperti: legato, staccato, tenuto, slurs, pizzicato, dan lain-lain. Permainan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1991: 614) adalah suatu pertunjukan atau tontonan. Berdasarkan pengertian tersebut maka permainan dapat diartikan sebagai perwujudan pertunjukan karya seni yang disajikan secara utuh dari awal sampai akhir. Dalam istilah ini permainan meliputi pengguaan instrumen pengiring dengan mempertunjukkan kepada khalayak umum. Dari ketiga pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa teknik permainan piano adalah cara-cara yang digunakan untuk memainkan sebuah karya musik dengan menggunakan instrumen piano sesuai dengan notasi atau petunjuk yang tertulis dalam partitur. Untuk dapat bermain piano dengan baik dan benar, ada beberapa unsur yang sangat penting. Unsur yang nyata ialah materi atau tekniktenik, yaitu cara mempergunakan jari, tangan, lengan maupun keseluruhan bagian tubuh (Kodijat, 2003 : 3). Tujuan dari latihan teknik adalah mengembangkan keterampilan jari yang nantinya sebagai penunjang dalam penguasaan sebuah lagu, sehingga dapat dicapai dalam jangka waktu yang lebih singkat. Oleh karena itu latihan teknik secara rutin memberi manfaat dalam menguatkan pondasi seorang musisi.

28 Biasanya salah satu faktor penyebab seorang musisi, dalam hal ini seorang pianis cepat merasa frustasi dalam bermain piano adalah karena tidak dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi dalam mempelajari sebuah lagu (repertoir) yang memerlukan tingkat kesulitan teknik yang belum dikuasainya. Oleh karena itu teknik merupakan salah satu unsur penting dalam bermusik selain interpretasi. Berikut ini adalah penjelasan mengenai beberapa teknik-teknik dasar dalam bermain piano yang dianggap perlu dijabarkan: a. Sikap badan Cara bermain piano yang benar membutuhkan postur yang baik. Meskipun tidak merasakannya saat ini, postur bermain piano yang buruk pasti akan mempengaruhi dalam jangka panjang, misalnya punggung terasa sakit atau jari sakit. Sikap badan yang benar saat bermain piano yaitu : 1) Posisi duduk Posisi duduk saat bermain piano tidak asal duduk tanpa aturan. Posisi duduk harus rileks, tegak dan tidak bungkuk. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut.

29 Gambar 1. Posisi duduk bermain piano (Hya Shinta 2012) 2) Posisi lengan Posisi lengan sejajar dengan tuts piano, rileks dan tidak tegang. Cara melengkungkan jari dengan menempatkan kedua tangan pada lutut. Bagaimana tangan melengkung di lutut menentukan bagaimana harus memposisikan tangan saat bermain piano. Tangan seharusnya terlihat seolah- olah sedang memegang jeruk. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut.

30 Gambar 2. Posisi pergelangan tangan saat bermain piano (Hya Shinta 2012) b. Kode penjarian tangan kanan dan kiri Jari jari tangan kanan dan tangan kiri mempunyai kode penjarian yang sama. Kode penjarian menggunakan kode angka yang dimulai dari angka 1 hingga angka 5. Kode angka 1 digunakan untuk ibu jari, angka 2 untuk jari telunjuk, angka 3 untuk jari tengah, dan angka 4 untuk jari manis, sedangkan angka 5 untuk jari kelingking. Gambar 3. Kode penjarian tangan kanan

31 Gambar 4. Kode penjarian tangan kiri Dalam partitur piano ditulis dalam dua staff, yaitu staff atas untuk kunci G dan staff bawah untuk kunci F. Staff kunci G dimainkan tangan kanan dan staff kunci F dimainkan tangan kiri. c. Teknik memproduksi nada Memproduksi nada dalam permainan piano merupakan hal yang sangat penting karena jika nada atau suara yang diproduksi tidak baik, maka suara yang dihasilkanpun menjadi kurang sempurna dan kurang enak didengar.teknik memproduksi nada dalam permainan piano dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitukuku jari tangan tidak boleh terlalu panjang, karena posisi yang benar saat menekan nada adalah dengan menggunakan ujung jari. Akan mempengaruhi produksi suara yang dihasilkan jika kuku terlalu panjang, karena yang bersentuhan langsung dengan tuts piano bukan ujung jari tetapi kuku. Faktor yang lain dalam memproduksi nada dipengaruhi oleh tehnik itu sendiri, jadi supaya bisa memproduksi nada dengan baik ada beberapa hal yang harus dilatih, yaitu :

32 1) Latihan Teknik Latihan teknik dibagi menjadi 3 tingkat, yaitu : a) Latihan teknik tingkat dasar atau tahap awal Latihan tingkat dasar dimulai dari latihan memandirikan jari dan penguatan jari yaitu dengan latihan tangga nada mayor dan minor 2 oktaf, kromatis dan trisuara block chord dan broken chord. b) Latihan tingkat menengah Latihan tingkat menengah dilanjutkan dengan latihan tangga nada 3 oktaf, kromatis, trisuara block chord dan broken chord, ditambah arpegio, dominan septime. c) Latihan tingkat tinggi Latihan tingkat tinggi dilanjutkan dengan latihan-latihan tangga nada 4 oktaf, tangga nada terst, kwart rangkap, septime rangkap, dan latihan oktaf. Biasanya teknik ini banyak terdapat pada komposisi (repertoir-repertoir) era klasik, romantik, modern misal karya-karya Lizt, Chopin maupun Ravel yang sering menggunakan teknik tersebut di dalam komposisi lagu maupun etude. 2) Latihan Etude Etude artinya latihan atau pelajaran. Menurut Banoe (2003 : 136), etude adalah komposisi musik yang dipersiapkan dengan tujuan untuk melatih keterampilan permainan alat musik. Etude sendiri terdiri dari etude teknik yang yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan jari dan etude melodi yang bertujuan melatih tanda-tanda ekspresi,

33 artikulasi serta melatih interpretasi. Pada umumnya etude melodi sangat sederhana walaupun ada juga yang memiliki tingkat kesulitan teknik yang sangat tinggi. Disitulah seorang musisi dituntut bagaimana cara menginterpretasikan sebuah etude yang sederhana menjadi sangat kaya akan warna suara dan memberikan kesan bagi pendengarnya. d. Pedal Latihan piano membutuhkan banyak koordinasi. Tidak hanya harus dapat menggunakan kedua tangan kanan dan kiri secara bersamaan, namun juga harus menggunakan kakinya pada pedal. Bahkan pada tingkat lebih lanjut, kaki juga digunakan pada soft pedal. Pedal pada piano umumnya memiliki 2 atau 3 pedal. Jenis- jenis pedal tersebut diantaranya : 1) Demper pedal Pedal ini dinamakan demper pedal karena selama pedal diinjak, demper yang yang semulanya menahan di atas senar (dawai) terangkat keatas, sehingga mengakibatkan suara yang bersangkutan bergetar terus menerus dan juga menimbulkan resonansi dari senar yang berada disekitar ( Fungsi pedal bukan untuk mengeraskan suara melainkan menahan suara atau memanjangkan nada agar dapat menyambung ke nada selanjutnya. Fungsi yang lain adalah untuk memperindah suara. 2) Soft pedal (sebelah kiri)

34 Bentuk piano ada 2 macam, maka cara kerjanya juga berbeda. Dalam piano grand letak senarnya horizontal, jika soft pedal ditekan maka hamer akan tergeser atau tertekan kesamping kanan, sehingga hanya 2 senar saja yang terkena pukulan hamer. Up-right piano senar-senarnya vertikal, ketika soft pedal ditekan maka hamer tidak lagi bergeser ke arah depan samping melainkan maju ke arah depan mendekati dawai. Jarak pukulan makin pendek, sehingga kekuatan yang dihasilkan semakin berkurang sebab jaraknya diperkecil. Untuk mengurangi volume suara dapat juga dengan cara meletakkan kain wool atau flanel diantara senar (dawai) dengan hamer ( 3) Sostenuto pedal Pedal ini terletak di tengah, dapat digunakan untuk menahan nada- nada panjang tetapi efeknya tidak sedengung demper pedal. 4. Pengertian dan penjelasan mengenai teknik permainan piano Untuk dapat bermain sebuah conserto dengan baik dan benar, seorang pemain piano harus mengetahui serta menguasai beberapa teknik permainan dalam piano, teknik permainan tersebut antara lain: (1) Concerto for the Left Hand (in D) ini banyak terdapat nada 1/64, jadi dibutuhkan keterampilan atau kecepatan yang tinggi (speed), (2) Concerto for the Left Hand (in D) ini banyak memainkan dinamik ff (mezzo forte) jadi dibutuhkan power untuk menjaga kekuatan suara, (3) Concerto for the Left Hand (in D) ini pada

35 beberapa birama terdapat nada dari register atas melompat ke register bawah jadi dibutuhkan teknik pedal untuk menyambung nadanya supaya tidak terputus, (4) Concerto for the Left Hand (in D) ini juga banyak terdapat pergerakan atau perpindahan posisi nada dengan sangat cepat jadi diperlukan penjarian dengan baik dan efektif dalam memainkan nada-nada dalam conserto yang memerlukan posisi-posisi tertentu, (5) pada saat memainkan Concerto for the Left Hand (in D) ini harus mampu menjaga ketahanan fisik serta menjaga kesehatan tangan maupun tubuh agar tidak cedera, (6) didalam teknik permainan yang tertinggi adalah interpretasi. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai teknik-teknik yang harus dikuasai seorang pemain piano : a. Speed Untuk dapat memainkan concerto yang kebanyakan dimainkan dengan tempo cepat, seorang pemain piano harus mampu mengembangkan kcsepatan bermainnya. Kecepatan bermain merupakan salah satu syarat penting yang harus dimiliki seorang pemain solo, karena jika seorang pemain tidak mampu mengembangkan kecepatan bermainnya maka akan mengalami kesulitan dalam memainkan nada-nada cepat yang terdapat dalam sebuah concerto. b. Power Concerto merupakan sebuah karya yang dibuat untuk instrumen solo dengan diiringi orchestra, maka kekerasan suara harus lebih keras daripada pengiringnya yaitu orkestra, sehingga seorang pemain solo harus memiliki power yang bagus. Power tidak hanya dengan jari tetapi juga dari

36 pergelangan tangan, lengan dan seluruh badan tergantung nada apa yang dimainkan. Power terbentuk dari kekuatan seluruh lengan dan badan, dalam hal ini nada atau akor sudah ditentukan (workshop Ananda Sukarlan) c. Pedal Teknik pedal sangat penting dalam sebuah karya-karya besar. Dalam concerto for the Left Hand (in D) ini banyak sekali nada yang tidak terjangkau untuk dimainkan dan melodi sekaligus iringan yang dimainkan dalam waktu bersamaan, jadi pasti dibutuhkan teknik pedal untuk bisa memainkan semua nada tersebut. d. Penjarian Dalam sebuah karya concerto yang dalam memainkannya memerlukan skill yang tinggi, terdapat banyak posisi yang cukup sulit untuk dimainkan serta memerlukan perpindahan posisi dengan cepat. Seorang pemain piano harus mampu mencari posisi yang baik dan nyaman untuk memainkan nada-nada yang terdapat dalam partitur, jika pemain piano tidak mampu mencari posisi yang baik dan nyaman maka akan kesulitan dalam memainkan nada-nada yang terdapat dalam concerto dan akan kesulitan dalam melakukan perpindahan posisi dengan cepat dan tepat sehingga menghambat kelancaran dan kesempurnaan dalam memainkan concerto. e. Kesehatan dan ketahanan fisik Faktor kesehatan merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan oleh seorang pemain piano khususnya dalam memainkan sebuah concerto, karena concerto kebanyakan adalah karya-karya yang

37 panjang dan memerlukan kekuatan serta konsentrasi yang tinggi dalam memainkannya. Pemain piano yang tidak memperhatikan ketahanan fisik dan faktor kesehatan dalam bermain piano, akan mengalami hambatan dalam kelancaran bermain bahkan bisa menimbulkan cidera. f. Interpretasi atau pembawaan lagu Interpretasi dalam concerto for the Left Hand (in D) ini tidak terlalu ditonjolkan, karena lebih mementingkan pada masalah teknik. Menurut Kodijat (2004: 45), interpretasi adalah cara kita menterjemahkan suatu komposisi dengan penuh tanggung jawab terhadap komponis serta musiknya dan dengan mempertimbangkan segala segi gaya, selera zaman dan sifatnya. Menginterpretasikan sebuah karya musik memerlukan wawasan yang luas mengenai teori musik, sejarah musik, teknik permainan, serta latar belakang mengenai lagu yang akan dimainkan. Dalam partitur/score, sebagian besar terdapat petunjuk-petunjuk tertulis yang menggambarkan bagaimana memainkan atau membawakan karya tersebut.petunjuk-petunjuk tersebut merupakan panduan untuk menginterpretasikan karya tersebut sesuai keinginan komposernya, sehingga maksud dan tujuan karya tersebut dapat tersampaikan dengan baik. Petunjuk-petunjuk tersebut adalah ornamen, frasering, dinamik. dan gaya (style) atau bisa juga disebut tanda ekspresi. Berikut ini adalah penjelasan mengenai petunjuk-petunjuk tersebut dalam instrumen piano: 1) Ornament

38 Menurut Banoe (2003 : 313), ornament adalah hiasan atau nada hias. Satu atau beberapa nada yang memperindah suatu melodi, baik yang dilaksanakan secara improvisasi oleh seorang pemain, ditulis dengan lambang khusus. Ornament yang dipakai dalam Concerto for the Left Hand (in D) ini diantaranya adalah appoggiatura, acciaaccaturat, arpeggio, glissando: a) appoggiatura adalah ornament musik yang banyak dipergunakan dalam karya abad ke-18 berupa satu nada mendahului nada beraksen sehingga jatuhnya aksen (tekanan) berpindah ke nada pendahulu tersebut (Banoe, 2003 : 29) b) acciaccatura adalah ragam ornamen (nada hiasan), dilambangkan dengan not kecil bercoret miring di muka notasi nada pokok, dibunyikan hampir bersamaan dengan bunyi nada pokok tersebut (Banoe, 2003 : 17) c) arpeggio adalah langkah berurutan. Teknik permainan suatu rangkaian nada atau akord terurai secara berurutan, mirip petikan harpa (Banoe, 2003 : 31) d) Glissando adalah teknik permainan musik dengan cara menggelincirkan satu nada ke nada yang lain yang berjarak jauh secara berjenjang baik jenjang diatonik maupun jenjang kromatik. Untuk memainkan glissando pada piano yaitu nada-nada dibunyikan dengan menyeretkan jari lewat gerigi sehingga urutannya cepat sekali (Banoe 2003 : 166) 2) Frasering

39 Menurut Banoe (2003 : 153) frasering adalah pembagian lagu menurut struktur kalimatnya. Frase dapat juga diartikan sebagai satu kesatuan (unit) yang secara konvensional terdiri dari empat birama panjangnya dan ditandai dengan sebuah kadens (Wicaksono, 1998 : 3) 3) Dinamik Dinamik adalah tanda-tanda untuk menentukan keras lembutnya suatu bagian atau frase kalimat musik. Berikut contoh istilah dinamika yang sering digunakan : a) piano ( p ) artinya lembut b) forte ( f ) artinya keras c) mezzopiano (mp) artinya agak lembut d) mezzoforte (mf) artinya agak keras e) fortissimo ( ff ) artinya sangat keras f) pianissimo ( pp ) artinyasangat lembut g) crescendo (cresc.) artinya makin lama makin keras h) decrescendo (decresc.) makin lama makin lembut i) sforzando (sf) artinya lebih keras, diperkeras 4) Gaya (style) Gaya (style) adalah bagian cara memainkan sebuah karya musik. Dalam penerapannya, dapat berdiri sendiri maupun digabungkan dengan istilah-istilah lain seperti subito piano atau allegro assai. Berikut pengertian tentang gaya yang sering digunakan :

40 a) animato artinya riang gembira b) ad libitum artinya menurut kehendak sendiri, bebas dari hitungan c) alla marcia artinya seperti mars, tempo berbaris d) ekspressivo artinya ekspresif e) spiritoso artinya dengan penuh semangat f) stacatto artinya pendek, tersentak-sentak g) scherzo artinya lagu atau musik ritmis, dinamis, penuh senda gurau 5. Pengertian Concerto Concerto adalah sebuah karya untuk instrument solo/tunggal dengan iringan orkestra yang menitik beratkan pada keahlian pemain solo/tunggal. Menurut Banoe (2003: 92), concerto adalah komposisi pada abad ke untuk alat musik solo dengan orkes lengkap, biasanya terdiri atas tiga bagian mirip sonata form. Menurut Kristianto (2007:57), concerto adalah komposisi musik untuk satu instrumen atau lebih beserta orkestra yang mulai muncul pada jaman Barok dan hingga kini masih merupakan salah satu jenis komposisi yang banyak diciptakan, terutama untuk instrumen piano dan biola. Kata konser (concerto) pertama kali digunakan tidak hanya untuk karya-karya instrumental tetapi juga untuk karya-karya berupa nyanyian paduan suara dengan iringan instrumen atau alat musik, dengan tujuan untuk membedakan ini dari Capella atau tanpa iringan lagu. Pada abad ke - 16, concerto dimainkan oleh ansambel dengan vokal atau instrumen.

41 Pertunjukan perdananya diberi judul concerti (1587), merupakan kumpulan musik gereja dan musik vokal yang mencapai 16 bagian, ditulis oleh Andrea dan Giovanni Gabrieli. Hal ini membuktikan bahwa concerto telah ada pada periode barok atau racoco. Memainkan sebuah concerto merupakan sebuah tantangan bagi pemain solo. Pemain solo dalam concerto harus menunjukkan penguasaan tehnik yang prima pada bagian cadenza (bagian dalam sebuah concerto yang menampilkan permainan instrumen musik tunggal untuk menunjukkan kehebatan teknik dan musikalitas pemain solo), karena pada bagian ini pengiring berhenti untuk memberi kesempatan pemain solo memainkan keahliannya. 6. Riwayat hidup dan Karya-karya Maurice Ravel Maurice Ravel lahir pada tahun 1875 di Ciboure (pegunungan Pirena) dekat batasan Spanyol, tetapi keluarganya lalu pindah ke Paris. Ayahnya seorang insinyur terkenal berasal dari Swiss yang menciptakan berbagai mesin otomat. Eksperimen dari ayahnya serta berbagai penemuan teknis (bahkan matematis) sangat mempengaruhi Maurice Ravel. Dari sisi lain pengalaman hidup di kampung, termasuk suasana budaya rakyat Spanyol juga sejak kecil merupakan inspirasi penting bagi Ravel. Tahun 1889 Ravel memulai dengan studinya di konservatori di Paris, antara lain dengan Faure sebagai guru. Pada studi ini Ravel kurang berhasil dalam berbagai hal. Walaupun berusaha dengan keras, Ravel

42 belum pernah mampu memenangkan kompetisi Prix de Rome. Namun kegagalan ini tidak mempengaruhi keyakinan Ravel akan kemampuannya. Paling banyak hanya menimbulkan pandangan negatif terhadap lembaga akademi kesenian. Di pihak lain, pada dasarnya Ravel percaya bahwa pengetahuan tentang tehnik komposisi tradisional amat penting untuk seorang komposer. Ravel hampir tidak pernah meninggalkan tradisi, terutama dalam bidang bentuk dan harmoni, melainkan mencoba merubah dan mempertajam berbagai unsur tradisional dengan secara halus dan sensitif. Selama satu dasawarsa kemudian dalam masa-masa produktifnya, disana terdapat sebuah persaingan dengan Debussy dari perselisihan tentang prioritas dalam penemuan-penemuan musikal, tapi citarasa Ravel dengan tujuan menemukan ide-ide dan menutup unit-unit formal yang memenuhi pikirannya seperti keahlian utamanya dalam musik piano pada masa itu. Kehidupan Ravel kelihatan sangat teratur dan lurus, dan justru inilah yang diinginkannya, sebab ia merasa malu bila akan nampak sesuatu dari kepribadiannya sendiri. Ravel tidak pernah menikah, dan juga tidak ada informasi tentang kepribadiannya berhubung dengan hidup berkeluarga. Sampai sekarang hal ini masih sangat samar, sebab dari sisi lain, salah satu citra utama Ravel adalah dunia anak-anak. Namun dunia anak-anak bagi Ravel lebih penting dari sudut dongeng-dongeng dan dunia fantasi anak-anak, di mana masih terdapat imajinasi magis dan penuh

43 keajaiban. Banyak karya yang mengarah kesana, antara lain Ma mere l oye ( ). Siklus untuk piano (4 tangan) ini berdasarkan berbagai dongeng anak-anak. Jumlah karya Ravel tidak begitu besar, karena Ravel menggarap musiknya agak lambat dan sangat terencana. Sebagai kesimpulan di kutip dari seorang musikolog, yaitu Werner Dankert. Beliau menulis dalam Ensiklopedi Riemann:...Musik Ravel merupakan suatu campuran aneh dan unik antara bermain seperti seorang anak, sikap seorang dandy yang gemilang dan menjauhkan diri dari segala sesuatu, kesan jasmani yang manis, kesan inteligen yang dingin dan lihai, kesan lirisme alamiah, serta kesan boneka yang mekanis... Semua unsur ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain, hanya keseluruhannya menggambarkan keunikan Ravel sebagai salah satu komposer Perancis terkemuka pada zaman itu. 7. Concerto for the Left Hand (in D) Ravel mulai membuat concerto untuk tangan kiri pada tahun Tetapi karena berbagai gangguan dan meskipun kesehatannya menurun, Ravel tetap bekerja. Sering tidur hanya 4 jam setiap malam. Dia menyelesaikan karyanya dimusim panas tahun 1930 setelah 9 bulan bekerja secara intensif, dan dia mengundang Wittgenstein untuk mendengarkan itu.

44 Auditorium Salle Pleyel di Paris digetarkan dengan kegemparan di malam hari tanggal 17 Januari Untuk pertama kalinya Ravel akan memimpin Concerto for the left hand (ind), dengan Wittgenstein pada piano. Dua lelaki pada malam itu berjalan diatas panggung di depan para musisi. Paul Wittgenstein dengan lengan baju sebelah kanan kosong. Ravel mengangkat batonnya dantema yang sering muncul dalam konser dimulai. Ketika Wittgenstein mulai memainkan cadenzanya, rasa ngeri merayapi para penonton. Dia bermain dengan wibawa dan penuh perasaan. Keajaiban tangan kirinya seakan-akan menjadi dua tangan, yang satunya bernyanyi dan satunya menemani. Concerto for the left hand (in D) telah menjadi bagian dari sejarah musikal. Pianis- pianis handal menampilkan karya itu dimanapun. Ini sebuah monumen untuk bakat dan ketekunan dari Paul Wittgenstein. Concerto for the left hand (in D) adalah sebuah karya perpaduan antara musik tradisional dan Jazz modern yang ditampilkan oleh pianis terkenal bernama Paul Wittgenstein yang hanya memiliki satu tangan. Konser Ravel untuk tangan kiri ini dimaksudkan untuk menyampaikan tragedi dari pengorbanan Wittgenstein pada masa perang.pada Agustus 1914, kurang lebih satu tahun setelah dia mengadakan konser, Wittgenstein sedang memimpin patroli di dekat Zamosc, Polandia, ketika peluru penembak menghancurkan lengan kanannya dan akhirnya harus diamputasi. Dia akhirnya dikirim sebagai tahanan perang di Omsk, Siberia, dimana dia tinggal sampai palang merah tawanan mengubah program dan

45 membawanya dalam pembebasan. Dia kembali kerumah Vienna saat Natal tahun 1915.Dalamketidakmampuannya dia melayani sebagai pembantu umum di Front Italia sampai akhir Perang Dunia I dan itu menunjukkan semangat dan kegigihannya yang akhirnya membantu menghidupkan kembali karirnya sebagai musisi. 8. Biografi Ike Kusumawati Wibowo Pianis kelahiran Solo, 24 Februari 1963 ini belajar piano sejak usia 8 tahun pada Bapak Wardoyo, Ibu Retna Astuti Samiyono, dan Ibu Magda Hasan. Kemudian melanjutkan pendidikan musik di Institut Seni Indonesia Yogyakarta , jurusan Musik Sekolah instrumen mayor biola dengan dosen Bapak Samiyono. Setelah lulus dari Institut Seni Indonesia, menjadi Tenaga Pengajar Luar Biasa di ISI untuk mata kuliah harmoni manual dan piano wajib ( ), guru piano di Yayasan Musik Indonesia ( ), penguji piano Yayasan Musik Indonesia untuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah ( ), tenaga pengajar honorer Sekolah Menengah Musik Yogyakarta untuk praktek mayor piano ( ), tenaga pengajar Akademi Musik Yogyakarta mata kuliah Teori Musik, Praktek Mayor Piano Klasik, Ansambel dan kelas Repertoar Piano Klasik ( ), mengajar privat piano dan mengelola Virtuoso Music Course sampai sekarang. Mulai semester genap 2010 menjadi tenaga pengajar honorer di

46 Universitas Negeri Yogyakarta untuk mata kuliah Praktek Instrumen Mayor Piano V dan VI. B. Penelitian yang relevan Sebagai acuan dalam penelitian tentang analisis teknik permainan Concerto for the Left Hand (in D), penulis menggunakan beberapa penelitian mengenai teknik permainan yang telah dilakukan sebelumnya sebagai Tugas Akhir Skripsi antara lain : 1. Gilang Yoga Permana, 2009 Analisis Teknik Permainan Concerto Op. 30 In A Major untuk Gitar karya Mauro Giuliani. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Observasi dilakukan dengan cara memainkan, mendengarkan, menganalisa, dan pencatatan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan objek penelitian. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa analisa teknik permainan dalam Concerto Op. 30 In A Mayor pada penelitian ini meliputi (1) speed, (2) power, (3) tone colour, (4) economic movement, (5) kesehatan dan ketahanan fisik. Analisa data diambil dari ketiga bagian yang terdapat dalam score Concerto Op. 30 In A Mayor edisi G. Ricordi & CO serta edisi Tebie Haslinger; yaitu bagian pertama (allegro maestoso), bagian kedua siciliano (andantino), dan bagian ketiga polonaise (allegreto).analisa teknik permainan hanya dilakukan untuk instrumen solo yaitu instrumen gitar

47 klasik tanpa menganalisa instrumen pengiring yang terdiri dari violin, viola, cello, contra bass, dan timpani. 2. Ronald Fernando Sianipar, 2011 Eksplorasi Teknik Piano pada Penyajian Polonaise Op. 53 karya Chopin. Penelitian ini berisi tentang pengkajian teknik- teknik piano yang digunakan pada lagu Polonaise Op. 53 karya Chopin. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ada 3 hal penting yang harus dipelajari yaitu latihan tehnik tangga nada, latihan etude, dan latihan penggunaan pedal. Dari kedua penelitian tersebut relevansinya adalah samasama membahas tentang teknik permainan. Perbedaan antara penelitian analisis teknik permainan Concerto for the Left Hand (in D) dengan penelitian Concerto Op. 30 In A Mayor adalah pada instrumen yang diteliti yaitu piano dan gitar. Perbedaan antara penelitian analisisteknik permainan Concerto for the Left Hand (in D) dengan penelitian Eksplorasi Teknik Piano pada Penyajian Polonaise Op. 53 adalah analisa teknik permainan yang berdasarkan struktur, melodi dan harmoni dan pengeksplorasian teknik. Dengan didapatkannya teknik permainan yang mengacu pada struktur, melodi dan harmoni maka dari hasil peneliatian yang dilakukan dapat memberikan manfaat yaitu :

48 a. Menambah wawasan dan bisa menjadi apresiasi musik sehingga mampu memahami mengenai teknik permainan pada Concerto for the Left Hand (in D) b. Menambah pemahaman dan referensi bagi pemain piano terutama beberapa teknik yang digunakan dalam Concerto for the Left Hand (in D)

49 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini berusaha mendeskripsikan mengenai struktur dan teknik permainan Concerto pour la main gauche en re majeur atau dalam bahasa inggrisnya Concerto for the left hand (in D) karya Maurice Ravel. Metode penelitiaan yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang dilakukan dengan studi kepustakaan disertai dengan ilmu tentang analisis musik. Variabel penelitian ini merupakan objek yang tidak memerlukan proses statistik maupun pengukuran. A. Penentuan Objek Kajian Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan dalam Bab I, maka objek penelitian ini adalah Concerto for the Left Hand (in D) karya Maurice Ravel ditinjau dari segi analisis struktur dan teknik permainan piano yang digunakan untuk memainkan karya tersebut. B. Sumber Data Penelitian Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari partitir atau full score Concerto for the Left Hand (in D) karya Maurice Ravel serta beberapa literatur yang diperoleh dari studi pustaka maupun situs di internet, video rekaman, buku buku referensi yang memuat

50 tentang teknik-teknik permainan piano, dan wawancara dengan ahli (expert) yang menguasai teknik permainan piano. C. Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode dan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan pengamatan pendengaran dan analisis partitur. Metode dilakukan dengan cara: 1. Observasi langsung Metode ini dilakukan untuk memperoleh informasi atau data yang berhubungan dengan bentuk lagu Concerto for the Left Hand (in D) karya Maurice Ravel. Observasi atau pengamatan yang dimaksud meliputi mendengarkan, menganalisa dan mencatat informasi yang berhubungan dengan objek penelitian, kemudian merangkumnya berdasarkan sumber data. 2. Wawancara Wawancara ditujukan untuk memperoleh data secara maksimal. Wawancara ditujukan kepada pihak yang dianggap ahli (expert) dalam hal teknik permainan piano yaitu ibu Dra. Ike Kusumawati Wibowo. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatp muka (face to

51 face)maupun dengan menggunakan telepon (Sugiono, 2008: 138). Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur. Sugiono (2008: 233) mengatakan bahwa wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Dalam sebuah wawancara, terdapat beberapa pertanyaan yang diajukan kepada ahli (expert) untuk menunjang pembahasan mengenai analisis teknik permainan. Kisi-kisi wawancara yang diajukan antara lain: a. Teknis: 1) Pada bagian mana saja yang dianggap sulit untuk dimainkan dalamconcerto fot the Left Hand (in D) karya Maurice Ravel ini? 2) Teknik permainan piano apa saja yang harus dipelajari sebelum memainkan Concerto for the Left Hand (in D) karya Maurice Ravel ini? 3) Etude apa saja yang dapat digunakan untuk menunjang teknik permainan piano dalam memainkan Concerto for the Left Hand karya Maurice Ravel ini? b. Latihan: 1) Latihan teknik seperti apa yang digunakan untuk menunjang teknik permainan piano dalam memainkan Concerto for the

52 Left Hand (in D) karya Maurice Ravel ini? 2) Latihan apa yang sebaiknya dilakukan untuk mengatasi bagian-bagian yang sulit dalam Concerto for the Left Hand (in D) karya Maurice Ravel ini? c. Interpretasi: Bagaimana interpretasi/pembawaan yang digunakan dalam Memainkan Concerto for the Left Hand (in D) karya Maurice Ravel ini? D. Teknik Analisis Data Tehnik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis konten (isi), dimanfaatkan untuk memahami pesan simbolik dalam bentuk karya seni, dokumen, artikel dan sebagainya yang berupa data tidak berstruktur. Tujuannya yaitu untuk mendeskripsikan data kompleks mengenai bentuk, harmoni, dan dinamik. Analisis data penelitian kualitatif bersifat induktif yaitu analisis dari data yang diperoleh selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis yang diolah sehingga menjadi hipotesis yang sesuai dengan penelitian. Analisis data yang relevan pada penelitian ini adalah analisis isi (content analysis). Proses analisis data dimulai dengan peneliti mencermati score Concerto for the Left Hand (in D), mendengarkan dan mendeskripsikan keseluruhan lagu, kemudian mempersempit proses analisis kalimat, motif, frase, akor, selanjutnya sampai pada analisis pada teknik permainan.

53 Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan melalui dokumentasi, CD/video rekaman, dan wawancara terhadap ahli (expert). Data yang telah terkumpul dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu data yang telah didapatkan dianalisis dan dideskripsikan dengan kenyataan yang ada, tujuannya yaitu untuk mendeskripsikan secara kompleks tentang teknik permainan yang berdasarkan struktur, melodi dan harmoni dalam Concerto for the Left Hand (in D) karya Maurice Ravel. E. Triangulasi Proses yang digunakan untuk memeriksa keabsahan data adalah dengan cara triangulasi. Menurut Moleong (2007:330), triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Pendapat lain oleh Sugiyono (2006: 271) mengatakan bahwa triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dalam penelitian ini triangulasi digunakan untuk meningkatkan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan. Hal ini dikarenakan pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti sekaligus juga menguji kredibilitas data yaitu mengecek kredibilitas data

54 dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Teknik triangulasi penelitian dapat ditujukan seperti gambar dibawah ini : Peneliti Expert Pustaka, referensi, dan dokumentasi Gambar 5. Triangulasi teknik pengumpulan data Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data mengenai materi penelitian tentang teknik permainan piano. Kemudian peneliti mencari referensi dan dokumentasi dari berbagai sumber untuk menunjang penelitian. Data- data yang sudah terkumpul kemudian diuji kredibilitas datanya dengan melakukan wawancara mendalam terhadap ahli (expert) dalam bidang piano, sehingga peneliti mendapatkan peningkatan pemahaman yang mendalam mengenai teknik-teknik permainan piano yang digunakan untuk memainkan Concerto for the Left Hand (in D). Data-data hasil wawancara yang diperoleh dari ahli (expert) kemudian ditinjau kembali melalui proses dokumentasi, sehingga akan lebih meningkatkan kekuatan dan kredibilitas data.

55 BAB IV ANALISIS STRUKTUR Dalam masa hidupnya, Maurice Ravel telah menghasilkan beberapa karya yang dibuat untuk instrumen piano. Maurice Ravel membuat concerto ini pada jaman transisi antara jaman Romantik menuju jaman Modern. Karya-karya yang di hasilkan mempunyai karakter khas Maurice Ravel, seperti: harmoni, progresi akor, dan teknik permainan piano yang digunakan. Jumlah karya Ravel tidak begitu besar, karena Ravel menggarap musiknya agak lambat dan sangat terencana. Analisis struktur dari sebuah karya musik penting untuk diketahui seorang pemain musik, hal ini dibutuhkan dalam menerapkan interpretasi atau pembawaan dalam permainan. Penerapan interpretasi diperlukan untuk membantu menyampaikan pesan dari seorang komponis kepada pendengar, selain itu bertujuan untuk menunjukkan kepiawaian pemain solo dalam memainkan alat musiknya. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai analisi struktur Concerto for the Left Hand (in D) : A. Introduksi Birama 33 sampai birama 38 merupakan suatu Introduksi yang dibentuk dengan frase anteseden pada birama 33 sampai birama 34 ketukan ke-9 dan frase konsekuen pada birama 34 ketukan ke-12 setelah ketukan on beat nada bernilai 1/64 sampai birama 38. Bagian Introduksi menggunakan nada dasar do = d dan tanda sukat 8/4 pada birama 33, 15/8 pada birama 34,

56 5/8 pada birama 35, 4/8 pada birama 36 dan 3/4 pada birama 37. Penggunaan tanda sukat yang berbeda-beda pada bagian Introduksi dengan metrik ganjil, metrik bersusun dan metrik biasa maupun metrik yang tidak biasa menjadikan bagian Introduksi tersebut mempunyai kesan ritme yang melayang demi suasana yang lebih bersifat ambivalen. Pada dasarnya di bagian Introduksi tersebut dibentuk ritme aditif yaitu suatu pengolahan ritmis yang menimbulkan kesan tidak terdapat metrik birama lagi (metrik birama dirasakan tidak ada), namun kesan ketukan tetap ada. Gambar 6. Ekstensi dan Frase Anteseden Bagian Introduksi Frase anteseden pada bagian Introduksi diawali dengan suatu ekstensi yang berfungsi sebagai pembuka suasana yaitu pada ketukan ke-1 off beat dengan nada A yang bernilai 1/8 yang yang dibentuk dengan interval dua oktaf dibawahnya (nada AAA) yang kemudian dilanjutkan rangkaian nada secara melodis a e a dengan nilai nada 1/32 menuju susunan nada secara vertikal a e a dengan nilai nada 1/4 yang diperpanjang dengan nilai nada 1/32.

57 Pada dasarnya rangkaian motif melodi dengan nilai nada 1/32-an di birama 33 ketukan ke-3 dibentuk dengan pola changing note (note cambiata) yaitu diantara dua nada yang sama terdapat dua nada atau lebih, yang mana posisi nada-nada tersebut dapat berada di atas atau di bawah dari posisi dua nada yang sama. Sedangkan rangkaian harmoninya membentuk interval kwint (nada bawah dengan nada tengah) dan interval oktaf (nada bawah dengan nada atas) yaitu: a e a, g d g, e b e, g d g, d a d dan e b e. Rangkaian harmoninya juga membentuk interval kwart (nada bawah dengan nada tengah) dan interval oktaf (nada bawah dengan nada atas) yaitu: b e b dan d a d. Pada dasarnya rangkaian nada-nada tersebut secara melodis membentuk tangganada pentatonik dengan modus a (mixolydian) yaitu: a b d e g a. Penggunaan tangganada pentatonik tersebut tanpa menggunakan jarak 1/2 nada (anhemitonis), sehingga menimbulkan kesan statis karena tidak ada leading note, sekaligus suasana pentatonik tersebut menimbulkan kesan alami dan utuh seperti dunia anak-anak dan juga menimbulkan kesan antik yang seolah-olah dimensi waktu secara linear tidak ada. Rangkaian motif melodi pada birama 33 ketukan ke-2 dan ketukan ke-3 tersebut membentuk pola sekuens 1 oktaf di bawahnya berturut-turut pada birama ke-4 sampai birama ke-7 sehingga membentuk pola interlocking yaitu bentuk pola melodi yang saling bertalian dan saling isi mengisi. Pada birama 33 ketukan ke-8, motif melodi sedikit berubah

58 namun masih dengan rangkaian harmoni yang sama dengan pola sekuens 1 oktaf di bawahnya dari motif melodi sebelumnya. Pada dasarnya birama 33 ketukan ke-2 sampai dengan birama 34 ketukan ke-1, rangkaian harmoninya dibentuk dengan teknik harmoni paralel-mixtur, yang artinya harmoni digeser secara paralel dengan menggunakan register mixtur yang membentuk interval kwint dan interval oktaf yang sekaligus juga terbentuk interval kwart diantara intervalinterval tersebut. Pada birama 34 ketukan ke-1 sampai ketukan ke-9 dengan tanda sukat 15/8 merupakan suatu ekstensi dari frase anteseden dengan motif melodi yang merupakan modifikasi ritmis dari birama 33 ketukan ke-2 dan ketukan ke-3. Motif melodi tersebut dibentuk dengan teknik melodi ornamen yang menggunakan pola arpeggio dengan nilai nada 1/64-an dilanjutkan dengan nilai nada 3/8 (nilai nada1/4 ditambah nilai titik atau nilai nada 1/8). Nada-nada pada motif melodi tersebut adalah a b e g yang merupakan bagian dari tangganada pentatonik dengan modus a (mixolydian) yaitu: a b d e g a. Frase konsekuen pada bagian Introduksi yang dimulai pada birama 34 ketukan ke-12 setelah ketukan on beat nada pertama bernilai 1/64 sampai ketukan ke 15 dengan nilai nada 1/64-an menggunakan tanda sukat 15/8, pada birama 35 menggunakan tanda sukat 5/8 dengan motif melodi 7 nada bernilai 1/32-an dalam kesatuan nilai 1/8 (1 ketuk) dan motif melodi 6 nada bernilai 1/32-an dalam kesatuan nilai 1/8 (1 ketuk) dan pada birama

59 36 menggunakan tanda sukat 4/8 dengan motif melodi 6 nada bernilai 1/32-an dalam kesatuan nilai 1/8 (1 ketuk). Pada birama 34 ketukan ke-12 setelah ketukan on beat nada pertama bernilai 1/64 sampai ketukan ke 15 dengan nilai nada 1/64-an membentuk motif melodi broken chord dengan nilai nada 1/64-an seperti pada bagian ekstensi frase anteseden. Bentuk motif melodi broken chord tersebut juga ditampilkan pada birama 35 sampai birama 36. Motif-motif melodi tersebut masih menggunakan tangganada pentatonik dengan modus a (mixolydian) yaitu: a b d e g a. Pada birama 34 ketukan ke-12 sampai ketukan ke-15, jangkauan nada puncak dari motif melodi dengan pola arpeggio ditumbuhkan kemudian diturunkan yang selanjutnya kembali ditumbuhkan sampai dengan birama 36. Puncak nada tertinggi terdapat pada birama 36 ketukan ke-4 off beat yaitu pada nada d yang membentuk akor Em7. Selanjutnya akor Em7 ini melompat jauh pada nada bass a yang juga dibentuk dengan 2 nada yang berjarak oktaf di bawahnya. Birama 37 sampai birama 38 merupakan suatu ekstensi frase konsekuen dengan harmoni yang dibentuk dengan jarak second dan terts maupun oktaf, yang nada-nadanya merupakan tangganada pentatonik dengan modus a (mixolydian).

60 Gambar 7. Ekstensi Frase Anteseden dan Frase Konsekuen Bagian Introduksi B. Bagian I Bagian I pada Concerto ini terdiri dari 3 bagian yaitu: a. Frase anteseden yang dimulai pada birama 38 ketukan ke-3 off beat setelah tanda istirahat 3/16 sampai birama 43 ketukan ke-1. Frase konsekuen yang dimulai pada birama 43 ketukan ke-3 sampai birama 46 ketukan ke-2 yang kemudian dilanjutkan dengan suatu ekstensi sampai birama 47 ketukan ke- 1 on beat dengan nilai nada 1/32. b. Frase anteseden yang dimulai pada birama 47 ketukan ke-3 off beat setelah tanda istirahat 3/16 sampai birama 50 ketukan ke-3 yang kemudian dilanjutkan dengan suatu ekstensi sampai birama 51 ketukan ke-3 on beat dengan nilai nada 1/32. Frase konsekuen yang dimulai pada birama 51 ketukan ke-3 off beat setelah tanda istirahat 7/32 sampai birama 54 ketukan ke-3 yang kemudian dilanjutkan dengan suatu ekstensi sampai birama 55 ketukan ke-3 dengan nilai nada 1/32. c. Frase anteseden yang dimulai pada birama 55 ketukan ke-3 off beat setelah tanda istirahat 3/16 sampai birama 58 ketukan ke-3 on beat dengan nilai

61 nada1/8. Frase konsekuen yang dimulai pada birama 58 ketukan ke-3 off beat sampai birama 59. Frase anteseden bagian Ia pada dasarnya dibentuk oleh beberapa figur melodi yang menggunakan antara lain: nilai nada 1/16 pada ketukan off beat dengan nilai nada 1/4 pada ketukan on beat yang diperpanjang dengan nilai nada 3/16, nilai nada 1/16 pada ketukan off beat dengan nilai nada 3/16 pada ketukan on beat dan 2 nada bernilai 1/32-an pada ketukan off beat dengan nilai nada 3/16. Dari susunan figur melodi tersebut tersusun pola ritmis motif melodi. Pola ritmis motif melodi pada birama 41 dan birama 42 sama dengan pola ritmis motif melodi pada birama 39 dan birama 40. Gambar 8. Ekstensi frase konsekuen bagian introduksi dan frase anteseden bagian Ia Frase konsekuen bagian Ia pada dasarnya secara ritmis merupakan modifikasi ritmis dari figur melodi yang dibentuk pada frase anteseden bagian Ia yaitu pada ketukan ke-3 menggunakan nada triol, ketukan ke-1 menggunakan dua nada bernilai 1/8-an yang kemudian diperpanjang dengan

62 nilai nada 3/16 dan ketukan ke-1 dengan nilai nada 1/2 yang diperpanjang sampai pada ketukan ke-3 nada pertama triol yang bernilai 1/8. Gambar 9. Frase konsekuen bagian Ia Frase konsekuen bagian Ia diakhiri dengan susunan nada-nada AA Fis A, D A B dan Fis A e. Susunan nada-nada tersebut secara fungsional bersifat ambivalen namun hal tersebut memberikan kesan warna harmoni yang lain. Frase konsekuen ini kemudian dilanjutkan dilanjutkan dengan suatu ekstensi yang menggunakan teknik melodi ornamen dengan pola arpeggio nada d dan a yang dibentuk dengan pola sekuens yang cenderung ditingkatkan register nadanya. Gambar 10. Ekstensi frase konsekuen bagian Ia Frase anteseden bagian Ib pada dasarnya secara ritmis merupakan modifikasi ritmis motif melodi pada frase anteseden bagian Ia dan frase konsekuen bagian Ia. Pada birama 48 ketukan ke-1, nilai nada diperbesar

63 menjadi nilai nada 1/2 yang diperpanjang dengan nilai nada 3/16 (augmentation of the value). Pada birama 50 ketukan ke-2 menggunakan nada triol yang nada pertamanya merupakan perpanjangan nilai dari nilai nada 1/8 pada ketukan pertama off beat. Pada frase anteseden bagian Ib ini, suara bass pada kunci F diintensifkan sebagai filler melody ataupun sebagai kontras melodi dari progresi akornya. Gambar 11. Frase anteseden bagian Ib Pada frase anteseden bagian Ib dari birama 47 ketukan ke-3 off beat setelah tanda istirahat 3/16 sampai pada birama 50 ketukan ke-2 pada nada pertama bernilai 1/8 dari 3 nada bernilai 1/8 dalam triol, pada dasarnya susunan 4 nada pada kunci G yang membentuk progresi akor tersebut terdapat susunan tangganada pentatonik. Susunan tangganada pentatonik tersebut pada suara atas dan suara bawah adalah: e g a b c dan e g a b c, sedangkan pada suara tengah adalah g b d e f dan b e f g a. Susunan tangganada pentatonik pada suara atas dan suara bawah yang membentuk

64 interval oktaf terdapat kesan suaranya lebih dominan dari susunan tangganada pentatonik pada suara tengah. Gambar 12. Ekstensi frase anteseden bagian Ib Ekstensi frase anteseden bagian Ib pada birama 51 pada dasarnya juga menggunakan teknik melodi ornamen dengan pola arpeggio seperti pada ekstensi frase konsekuen bagian Ia. Teknik melodi ornamen dengan pola arpeggio pada birama 51 menggunakan 6 nada bernilai 1/32-an dalam sixtool yang menggunakan nada b dan e. Dari setiap pola arpeggio tersebut kemudian dibentuk pola sekuens atas sehingga register nadanya ditingkatkan yang kemudian diakhiri dengan nada b pada birama 51 ketukan ke-3 on beat.

65 Gambar 13. Frase konsekuen bagian Ib Frase konsekuen bagian Ib pada birama 51 ketukan ke-3 off beat setelah tanda istirahat bernilai 3/16 sampai pada birama 54 ketukan ke-2 menggunakan nada dasar do = f, yaitu: f g a bes c d e f. Pada dasarnya frase konsekuen bagian Ib pada birama 51 ketukan ke-3 off beat setelah tanda istirahat bernilai 3/16 sampai pada birama 54 ketukan ke-2 on beat, pada nada pertama bernilai 1/8 menggunakan tangganada pentatonik dengan modus bes (myxolydian) yaitu: bes c d f a. Penggunaan tangganada pentatonik dengan modus bes (myxolydian) tersebut berdasarkan dari susunan 4 suara pada kunci G, yang mana suara paling atas dan suara paling bawah membentuk jarak 1 oktaf, sehingga nada-nada tersebut membentuk suara yang lebih dominan dibandingkan dengan suara tengahnya. Di samping hal tersebut, dari pergerakan nada-nada diantara 4 suara pada kunci G juga dapat diindentifikasi penggunaan tangganada pentatonik dengan modus bes (myxolydian). Pada sisi yang lain, suara pada bass pada kunci F yang berfungsi sebagai filler melody ataupun sebagai kontras melodi dari progresi akornya pada birama 52 sampai birama 54 ketukan ke-1 menggunakan nada bes f a yang merupakan unsur dari tangganada pentatonik dengan modus bes (myxolydian). Dengan demikian maka akor Bb menggunakan simbol akor I. Frase konsekuen bagian Ib ini kemudian dilanjutkan dengan suatu ekstensi dari birama 54 ketukan ke-3 off beat setelah tanda istirahat bernilai 3/16 sampai birama 55 ketukan ke-3 on beat dengan nada bernilai 1/32-an.

66 Gambar 14. Ekstensi frase konsekuen bagian Ib Ekstensi pada birama 55 pada dasarnya juga menggunakan teknik melodi ornamen dengan pola arpeggio seperti pada ekstensi frase anteseden bagian Ib. Teknik melodi ornamen dengan pola arpeggio menggunakan 6 nada bernilai 1/32-an dalam sixtool yang menggunakan nada c dan f. Dari setiap pola arpeggio tersebut kemudian dibentuk pola sekuens atas sehingga register nadanya ditingkatkan yang kemudian diakhiri dengan nada c pada birama 55 ketukan ke-3 on beat. Frase anteseden bagian Ic pada dasarnya secara ritmis merupakan modifikasi ritmis pada motif melodi frase anteseden bagian Ib dan frase konsekuen bagian Ib. Pada frase anteseden bagian Ic ini, terdapat ritme konflik (irama padu) yaitu pada kunci G birama 56 terdapat tendensi berat ketukan jatuh pada ketukan ke-1 dan ketukan ke-3 akibat durasi nilai nada yang lebih panjang. Sementara itu pada kunci F birama 56, nilai metrik yang tidak bertekanan pada ketukan ke-2 diberi aksen, sehingga dengan demikian terdapat pergeseran aksen ke nilai metrik yang tidak bertekanan. Pada birama 57,

67 tendensi berat ketukan jatuh pada ketukan ke-2 karena durasi nilai nada yang lebih panjang dibandingkan dengan durasi nilai nada yang lain pada birama 57. Secara umum dengan adanya perubahan nilai nada dan juga pembagian dalam unit-unit kesatuan ritmis yang tersusun, maka pada frase anteseden bagian Ic yang dimulai pada birama 55 ketukan ke-3 off beat setelah tanda istirahat bernilai 3/16 sampai pada birama 59 ketukan ke-1, terdapat hal penggunaan ritmik (metrik) aditif. Dengan demikian terdapat kesan kecenderungan penyembunyian metrik birama, dalam arti kesan metrik birama tidak ada (tidak jelas) namun kesan ketukan tetap ada. Gambar 15. Frase anteseden bagian Ic Frase anteseden bagian Ic yang dimulai pada birama 55 ketukan ke-3 off beat setelah tanda istirahat bernilai 3/16 sampai pada birama 59 ketukan ke- 1 menggunakan nada dasar do = ges yaitu: ges as bes ces des es f ges. Susunan nada-nada yang membentuk harmoni pada kunci G maupun susunan nada-nada bass pada kunci F yang berfungsi sebagai filler melody

68 ataupun sebagai kontras melodi pada bagian frase anteseden tersebut pada dasarnya menggunakan tangganada pentatonik modus as (dorian) yaitu: as ces des es f. Nada es dan nada es merupakan nada yang sering diulang (nada dominan) dan nada as merupakan nada tujuan (nada finalis), namun pada bagian ini fungsi nada as tidak kentara sebagai nada tujuan (nada finalis). Pada frase konsekuen bagian Ic ini, terdapat kesan ritmik aditif dalam arti kesan metrik birama dirasakan tidak ada (tidak jelas) namun kesan ketukan tetap ada. Pada dasarnya frase konsekuen bagian Ic dibentuk dengan progresi akor pada kunci G dan interval oktaf suara bass pada kunci F yang kemudian dilanjutkan dengan suatu ekstensi dalam rangkaian nada yang melodis. Progresi akor pada kunci G dan interval oktaf suara bass pada kunci F membentuk beberapa modulasi dengan pola interlocking yang saling bertalian dan isi mengisi. Rangkaian nada pada bagian ekstensi frase konsekuen bagian Ic dibentuk dengan teknik melodi ornamen yang menggunakan pola arpeggio dengan nilai nada 1/64-an dan nilai nada 1/32-an. Progresi akor frase anteseden bagian Ic diawali dengan suatu bentuk modulasi sementara ke nada dasar Am asli dan nada dasar Am harmonis. Susunan tangganada Am asli adalah a b c d e f g a, sedangkan susunan tangganada Am harmonis adalah a b c d e f gis a. Dengan demikian akor Am menggunakan simbol akor I, walaupun akor Am sendiri tidak muncul pada bagian tersebut. Progresi akor pada birama 59 ketukan ke -6 off beat sampai ketukan ke -8 off beat pada dasarnya menggunakan tangganada La = Bm melodis.

69 Susunan tangganada Bm melodis adalah (ascending) : b cis d e fis gis ais b dan (descending) : b a g fis e d cis b. Dengan demikian akor Bm menggunakan simbol akor I, walaupun akor Bm sendiri tidak muncul pada bagian tersebut. Pada bagian ini progresi akor pada kunci G semakin ditingkatkan register nadanya, sedangkan suara bass pada kunci F semakin diturunkan register nadanya. Progresi akor pada birama 59 ketukan ke -9 on beat sampai ketukan ke -11 on beat pada dasarnya menggunakan tangganada La = Dm asli dan La = Dm harmonis. Susunan tangganada Dm asli adalah d e f g a bes c d, sedangkan susunan tangganada Dm harmonis adalah d e f g a bes cis d. dengan demikian akor Dm menggunakan symbol akor I walaupun akor Dm sendiri tidak muncul pada bagian tersebut. Pada bagian ini progresi akor pada kunci G semakin ditingkatkan register nadanya, sedangkan suara bass pada kunci F semakin diturunkan. Pada birama 59 ketukan ke -12, dibentuk 3 nada bernilai 1/8 an dalam triol yaitu nada A AA dan susunan nada yang membentuk akor A7 tanpa nada ke -5. Selanjutnya bagian akhir frase konsekuen bagian Ic diakhiri dengan suatu ekstensi yang menggunakan teknik melodi ornament. Pada bagian kelompok 7 nada yang menggunakan nilai nada 1/64 an tersusun nada nada sebagai berikut : g - a, e, cis, g, a, bes, cis. Nada nada tersebut bergerak turun secara melodis dari nada g a yang membentuk interval second menuju nada g, kemudian bergerak naik secara melodis menuju nada cis. Pada dasarnya susunan nada nada pentatonik tersebut merupakan

70 bagian dari tangganada D minor harmonis yaitu : d e f g a bes cis d. Pada bagian kelompok 12 nada yang menggunakan nilai nada 1/64 an tersusun nada nada sebagai berkut : fis dis cis ais gis fis dis cis ais cis dis fis. Dari bagian kelompok 7 nada bernilai nada 1/64 an menuju bagian kelompok 12 nada bernilai nada 1/64 an terdapat lompatan nada dengan interval kwart yaitu dari nada cis ke nada fis. Nada nada tersebut bergerak turun secara melodis dari nada fis menuju nada ais, kemudian bergerak naik secara melodis menuju nada fis. Pada dasarnya susunan nada nada pentatonik tersebut merupakan bagian dari tangganada B mayor yaitu : b cis dis e fis gis ais b. Pada bagian berikutnya juga terdapat kelompok 7 nada yang menggunakan nilai nada 1/64 an yang pada dasarnya merupakan sekuens turun 1 oktaf dibawahnya dari kelompok 7 nada yang pertama. Adapun susunan nada nada tersebut adalah g a, e, cis, g, a, bes, cis. Dari bagian kelompok 12 nada bernilai nada 1/64 an menuju bagian kelompok 7 nada bernilai nada 1/64 an terdapat langkah nada berjarak second kecil yaitu dari nada fis ke nada g. Nada nada tersebut bergerak turun secara melodis dari nada g a yang membentuk interval second menuju nada g, kemudian bergerak naik secara melodis menuju nada cis. Seperti pada bagian kelompok 7 nada yang pertama,maka pada bagian ini susunan nada nada pentatonik tersebut juga merupakan bagian dari tangganada D minor harmonis yaitu : d e f g a b cis d.

71 Pada bagian berikutnya juga terdapat kelompok 12 nada, namun kini menggunakan nilai nada 1/32 an yang pada dasarnya merupakan sekuens turun 1 oktaf dibawahnya dari kelompok 12 yang pertama. Adapun susunan nada nada tersebut adalah : fis dis cis ais gis fis dis cis ais cis dis fis. Dari bagian kelompok yang kedua 7 nada bernilai nada 1/64 an menuju bagian kelompok 12 nada bernilai nada 1/32 an terdapat lompatan nada dengan interval kwart yaitu dari nada cis ke nada fis. Nada nada tersebut bergerak turun secara melodis dari nada fis menuju nada ais, kemudian bergerak naik secara melodis menuju nada fis. Seperti pada bagian kelompok 12 nada yang pertama, maka pada bagian ini susunan nada nada pentatonik tersebut juga merupakan bagian dari tangganada B mayor yaitu : b cis dis e fis gis ais b. Pada bagian berikutnya kembali terdapat kelompok 7 nada, namun kini menggunakan nilai nada 1/32 an, yang pada dasarnya merupakan sekuens turun 1 oktaf dibawahnya dari kelompok 7 nada yang kedua. Pada bagian berikutnya kembali terdapat kelompok 12 nada yang menggunakan nilai nada 1/32 an, yang pada dasarnya merupakan sekuens turun 1 oktaf dibawahnya dari kelompok 12 nada yang kedua. Pada bagian kelompok 9 nada yang menggunakan nilai nada 1/32 an, tersusun nada nada sebagai berikut : g a, e, cis, G, G A, Es, Des, BesBes, AA. Nada nada tersebut bergerak turun secara melodis dari nada g a yang membentuk interval second menuju nada G, kemudian dilanjutkan dengan nada G A yang juga membentuk interval second

72 menuju nada A. Urutan nada G, G A, Es, Des, BesBes, AA merupakan bagian dari tangganada Bbm melodis (ascending) yaitu des c des es f g a bes. Bagian akhir dari ekstensi frase konsekuen bagian Ic adalah nada AAA dan BesBesBes BesBes dengan nilai nada 1/32 an yang dimainkan secara berulang dalam 2 ketukan kemudian dilanjutkan dengan nada AAA dan AA BesBes juga dengan nilai nada 1/32 an yang dimainkan secara berulang dalam 2 ketukan. Gambar 16. Frase konsekuen bagian Ic Bagian akhir dari ekstensi frase konsekuen bagian Ic diakhiri pada birama 60 dalam tanda sukat 2/4 dengan bentuk nada nada dengan teknik glissando dengan nilai 1/64 an.

73 B. Bagian II Bagian II pada Concerto ini terdiri dari 4 bagian yaitu : 1. Bagian ekstensi frase anteseden dimulai pada birama 80 ketukan ke -2 on beat dengan nilai nada 3/8 dalam triol sampai birama 84 yang kemudian dilanjutkan dengan frase anteseden pada birama 84 ketukan ke -2 off beat sampai birama 89 ketukan ke -1. Frase anteseden ini dilanjutkan dengan suatu ekstensi pada birama 89 ketukan ke -1 sampai birama 90 ketukan ke -2 on beat yang merupakan perpanjangan dari nilai nada 3/8 pada ketukan ke -1. Frase konsekuen pada bagian ini dimulai pada birama 90 ketukan ke -2 off beat sampai birama 92 ketukan ke -3, yang kemudian dilanjutkan dengan suatu ekstensi pada birama 93 sampai birama 94 ketukan ke -2. Ekstensi pada bagian ini dilanjutkan dengan frase konsekuen pada birama 94 ketukan ke -2 off beat sampai birama 97 ketukan ke -1. Frase konsekuen pada bagian ini diakhiri dengan suatu ekstensi pada birama 97 ketukan ke -1 off beat pada nada ke -2 bernilai 1/8 dalam triol sampai birama 99 ketukan ke -1 on beat dengan nilai nada 1/8. 2. Frase anteseden yang dimulai pada birama 99 ketukan -1 off beat sampai birama 102. Frase anteseden ini dilanjutkan dengan suatu ekstensi pada birama 103. Frase konsekuen yang dimulai pada birama 104 ketukan ke -1 off beat sampai birama 107. Frase konsekuen ini dilanjutkan dengan suatu ekstensi pada birama Frase anteseden yang dimulai pada birama 109 ketukan ke -1 off beat sampai birama 111 ketukan ke -3 on beat dengan nilai nada 1/16. Frase

74 konsekuen yang dimulai pada birama 112 sampai birama 114 ketukan ke - 3 on beat dengan nilai nada 1/ Frase anteseden yang dimulai pada birama 115 sampai birama 118. Frase konsekuen yang dimulai pada birama 119 sampai birama 123 ketukan ke - 1 on beat. Bagian ekstensi pada awal frase anteseden bagian IIa menggunakan tanda sukat 2/4, dimulai pada birama 80 ketukan ke -2 on beat dengan nilai nada 3/8 dalam triol sampai birama 84. Pada dasarnya bagian ekstensi ini menggunakan 3 buah nada dengan nilai nada 1/8 an dalam triol. Pola melodi dalam nada nada triol tersebut dibentuk dengan pola arpeggio dari akor F# yaitu fis ais cis. Pada birama 84 ketukan ke -2, nada ais menjadi a dan pola arpeggio membentuk akor F#m. dengan demikian pada bagian ekstensi ini yang menggunakan tanda mula 2#, terdapat kesan menggunakan nada dasar La = Bm harmonis yaitu : b cis d e fis gis ais b dan nada dasar La = Bm asli yaitu : b cis d e fis gis a b. Gambar 17. Ekstensi frase anteseden bagian IIa

75 Pada bagian ini, pada dasarnya frase anteseden bagian IIa yang dimulai pada birama 84 ketukan ke -2 off beat dengan nilai nada 1/8 sampai birama 89 ketukan ke -1 terdapat teknik ritme konflik (irama padu) dimana pada bagian kunci G (register suara piano yang lebih tinggi) pada dasarnya menggunakan nada bernilai 1/8 an pada ketukan off beat, sedangkan pada bagian lainnya yaitu menggunakan kunci F juga kunci G (register suara piano yang lebih rendah) pada dasarnya menggunakan nada nada triol (3 nada bernilai 1/8 an dalam triol) yang berfungsi sebagai iringan. Pada frase anteseden bagian IIa yang dimulai pada birama 84 ketukan ke -2 off beat dengan nilai nada 1/8 sampai birama 89 ketukan ke -1, terdapat modulasi prosesual. Modulasi prosesual adalah terjadinya modulasi secara terus menerus, dengan demikian terdapat kesan perpindahan pusat tonalitas sehingga proses sendiri diutamakan daripada masing masing pusat. Pada birama 85 dengan tanda mula 3# terdapat nada dis, sehingga terdapat kesan menggunakan nada dasar do = e (4#) yaitu : e fis gis a b cis dis c. Pada birama 85 ketukan ke -3 off beat dan pada birama 86 ketukan ke -1 terdapat nada fis pada kunci G (register suara piano yang lebih tinggi), sedangkan pada register suara piano yang lebih rendah yaitu pada birama 85 ketukan ke -3 off beat terdapat rangkaian 2 nada bernilai 1/8 an dalam triol yaitu : cis dan gis menuju nada bernilai 1/8 dalam triol yaitu b

76 pada birama 86 ketukan ke -1. Pergerakan nada pada birama 85 ketukan ke - 3 off beat dan pada birama 86 ketukan ke -1 merupakan obligue motion yaitu terdapat nada yang ditahan, sedangkan nada yang lain bergerak. Pada birama 86 dan 87 dengan tanda mula 3# terdapat nada ais, sehingga terdapat kesan menggunakan nada dasar B minor melodis yaitu : b cis d e fis gis ais b. Pada birama 86 ketukan ke -1, terdapat interval kwint (b fis ) dan interval sixth (b gis ) pada register suara piano yang lebih tinggi, sedangkan pada register suara piano yang lebih rendah terdapat rangkaian 3 nada benilai 1/8 an dalam triol yaitu b gis cis. Pergerakan nada pada birama 86 ketukan ke -1 ini merupakan contrary motion yaitu terdapat gerakan nada dengan arah berlawanan. Pada birama 88 sampai birama 90 ketukan ke -2 dengan tanda mula 3# terdapat nada dis sedangkan nada ais kembali menjadi nada a,sehingga dengan demikian terdapat kesan tonalitas dikembalikan ke nada dasar do = e yaitu : e fis gis a b cis dis e.

77 Gambar 18. Frase anteseden bagian IIa dan ekstensi frase anteseden bagian IIa Frase anteseden bagian IIa ini dilanjutkan dengan suatu ekstensi pada birama 89 ketukan ke -1 off beat pada nada ke -2 bernilai 1/8 dalam triol (register suara bawah piano) sampai birama 90 ketukan ke -2 on beat yang merupakan perpanjangan dari nilai nada 3/8 pada ketukan ke -1. Nada fis pada register suara atas piano birama 89 ketukan ke -1 ditahan sampai birama 90 ketukan ke -2 on beat (nada fis tersebut menggunakan nilai nada 6/8 yang berasal dari nilai nada 3/4 ditambah 3/8), sedangkan pada register suara bawah piano membentuk rangkaian melodi arpeggio dari akor B yaitu : b dis fis. Gambar 19. Frase konsekuen yang pertama bagian IIa Birama 93 sampai birama 94 ketukan ke -2 (pada register suara bawah piano) merupakan suatu ekstensi di tengah frase konsekuen bagian IIa. Birama 93 menggunakan tanda sukat 9/8 dengan nilai nada 1/32 an yang diakhiri dengan nada fis bernilai nada 1/8 yang kemudian diperpanjang dengan nilai nada 3/8 pada birama 94 ketukan ke -1.

78 Bagian ekstensi ini, dilanjutkan pada birama 94 ketukan ke -1 sampai birama 94 ketukan ke -2 (pada register suara bawah piano) dengan rangkaian nada 1/8 an dalam triol dengan sukat 3/8 yaitu fis d cis d cis b a. Bagian ekstensi pada birama 93 sampai birama 94 ketukan ke -2 (pada register suara bawah piano) pada dasarnya membentuk susunan tangganada pentatonik yaitu : a b cis d fis. Gambar 20. Ekstensi frase konsekuen bagian IIa dan frase konsekuen yang kedua bagian IIa Bagian ekstensi ini, kemudian dilanjutkan kembali dengan frase konsekuen yang kedua bagian IIa pada birama 94 ketukan ke -2 off beat sampai birama 97 ketukan ke -1. Frase konsekuen bagian IIa ini diakhiri dengan suatu ekstensi pada birama 97 ketukan ke -1 off beat pada nada ke -2 bernilai 1/8 dalam triol sampai birama 99 ketukan ke -1 on beat dengan nilai nada 1/8.

79 Frase konsekuen yang kedua bagian IIa pada birama 94 ketukan ke -2 off beat yang dilanjutkan dengan bagian ekstensi sampai pada birama 98 juga menggunakan ritme konflik (irama padu) seperti pada frase anteseden bagian IIa dan frase konsekuen bagian IIa pada bagian sebelumnya. Frase konsekuen yang kedua bagian IIa pada birama 94 ketukan ke -2 sampai pada birama 96 menggunakan tanda mula 3# dan terdapat nada dis, sehingga pada bagian ini terdapat kesan menggunakan nada dasar do = e (4#) yaitu : e fis gis a b cis dis e. Pada frase konsekuen yang kedua bagian IIa pada birama 94 ketukan ke -2 sampai pada birama 96, nada a hanya terdapat di awal frase konsekuen yang kedua bagian IIa pada register suara piano bawah di birama 94 ketukan ke -2 off beat pada nada ke -3 bernilai 1/8 dalam triol, sehingga dengan adanya nada ais dan dis pada birama 97 maka pada frase konsekuen yang kedua bagian IIa ini juga terdapat kesan menggunakan nada dasar do = b (5#) yaitu : b cis dis e fis gis ais b. Pada birama 98 ketukan ke 2 di kunci G register suara bawah piano terdapat rangkaian nada yang merupakan unsur akor II (C#m) yaitu : gis e cis sehingga dengan adanya nada eis menjadi nada e, seakan akan tonalitas kembali ke nada dasar do = b. Pada birama 98 ketukan ke 3 di kunci F register suara bawah piano terdapat rangkaian nada yang merupakan unsure akor V (C#) yaitu : gis eis cis, sehingga dengan adanya nada e menjadi nada eis seakan akan tonalitas kembali ke nada dasar do = fis harmonis (fis mayor harmonis). Ekstensi frase konsekuen yang

80 kedua bagian IIa diakhiri dengan nada Bes bernilai nada 1/8 di kunci F (register suara bawah piano). Frase anteseden bagian IIb yang dimulai pada birama 99 ketukan ke 1 off beat sampai birama 102 menggunakan tanda sukat 3/4 dan teknik melodi ornamen dengan pola arpeggio dengan nilai nada 1/32 an. Bagian ekstensi frase anteseden bagian IIb pada birama 103 menggunakan tanda sukat 2/4 dan teknik melodi ornamen dengan pola arpeggio dengan nilai nada 1/32 an. Gambar 21. Frase anteseden bagian IIb Gambar 22. Ekstensi frase anteseden bagian IIb Frase konsekuen bagian IIb yang dimulai pada birama 104 ketukan ke 1 off beat sampai birama 107 menggunakan tanda sukat 3/4 dan teknik melodi ornamen dengan pola arpeggio dengan nilai nada 1/32 an. Bagian ekstensi frase konsekuen bagian IIb pada birama 108 menggunakan tanda

81 sukat 2/4 dan teknik melodi ornamen dengan pola arpeggio dengan nilai nada 1/32 an. Pada birama 104 ketukan ke 1 off beat sampai birama 105 menggunakan nada dasar do = ces (7b) yaitu : ces des es fes ges as bes ces. Gambar 23. Frase konsekuen bagian IIb Frase anteseden bagian IIc yang dimulai pada birama 109 ketukan ke 1 off beat sampai birama 111 ketukan ke 3 on beat dengan nilai nada 1/16 menggunakan tanda sukat 3/4 dan teknik melodi ornamen dengan pola arpeggio dengan nilai nada 1/32 an. Frase anteseden bagian IIc ini menggunakan nada dasar do = a (3#) yaitu : a b cis d e fis gis a, kecuali pada birama 111 ketukan ke 3 on beat dengan nilai nada 1/16 nada cis menjadi nada c.

82 Gambar 24. Frase anteseden bagian IIc Pada birama 109, rangkaian motif melodi pada dasarnya dibentuk dengan nada nada : cis, a, cis, a. Motif melodi pada birama 109 ketukan ke 1 off beat dan ketukan ke 2 on beat adalah masing masing sebagai berikut : cis a cis a dan cis a cis a, sedangkan motif melodi pada birama 109 ketukan ke 2 off beat adalah cis a cis a. Motif melodi pada birama 109 ketukan ke 3 seperti pada motif melodi pada birama 109 ketukan ke 1 off beat dan ketukan ke 2 on beat. Pada birama 110 ketukan ke 1, motif melodi dibentuk dengan teknik retrograde tidak ketat dari rangkaian nada : cis a cis a cis, sehingga terbentuk motif melodi dengan rangkaian nada : cis a cis a c a cis a. Motif melodi tersebut diulangi kembali pada birama 110 ketukan ke 2 dan ketukan ke 3 namun pada nada terakhirnya (nada ke 8) yang bernilai nada 1/32 adalah nada a. Motif melodi pada birama 111 ketukan ke 1 on beat merupakan sekuens atas dengan jarak oktaf dari motif melodi pada birama 109 ketukan ke 1 off beat dan motif melodi pada birama 111 ketukan ke 1 off beat juga merupakan sekuens atas dengan jarak oktaf dari motif melodi pada birama 109 ketukan ke 2 off beat. Motif melodi pada birama 111 ketukan ke 1 kembali diulangi pada ketukan ke 2,

83 yang kemudian diakhiri dengan rangkaian nada yang membentuk interval terts yaitu nada : c e yang bernilai 1/16 pada ketukan ke 3 on beat. Frase konsekuen bagian IIc yang dimulai pada birama 112 ketukan ke 1 on beat sampai birama 114 ketukan ke 3 on beat dengan nilai nada 1/16 menggunakan tanda sukat 3/4 dan teknik melodi ornamen dengan pola arpeggio dengan nilai nada 1/32 an. Frase konsekuen bagian IIc ini menggunakan nada dasar do = g (1#) yaitu : g a b c d e fis g. Pada birama 112 ketukan ke 1, motif melodi dibentuk dengan teknik retrograde tidak ketat dari rangkaian nada : c c c a c, sehingga terbentuk motif melodi dengan rangkaian nada : c c c a c a c c. Bentuk motif melodi pada birama 112 ketukan ke 2 on beat dengan rangkaian nada : c c e c pada dasarnya serupa dengan bentuk motif melodi pada birama 109 ketukan ke 2 on beat. Motif melodi pada birama 112 ketukan ke 1 on beat, ketukan ke 1 off beat dan ketukan ke 2 on beat kembali diulangi secara berturut turut pada ketukan ke 2 off beat, ketukan ke 3 on beat dan ketukan ke 3 off beat. Gambar 25. Frase konsekuen bagian IIc

84 Pada dasarnya rangkaian nada pada motif motif melodi pada birama 112 merupakan unsur nada dari akor Am. Pada birama 113 ketukan ke 1, motif melodi dibentuk dengan teknik retrograde tidak ketat dari rangkaian nada : c c c a c, sehingga terbentuk motif melodi dengan rangkaian nada : c c c a c a c c. Motif melodi pada birama 113 ketukan ke 1 on beat sama dengan motif melodi pada birama 112 ketukan ke 1 on beat. Motif melodi pada birama 113 ketukan ke 1 kembali diulangi pada ketukan ke 2 dan juga pada ketukan ke 3 namun pada nada terakhirnya (nada ke 8) yang bernilai nada 1/32 adalah nada a. Motif melodi pada birama 113 ketukan ke 3 off beat pada dasarnya serupa dengan motif melodi pada birama 110 ketukan ke 3 off beat. Pada birama 114 ketukan ke 1, motif melodi dibentuk dengan teknik retrograde tidak ketat dari rangkaian nada : c a c c e sehingga terbentuk motif melodi dengan rangkaian nada : c a c c e c c a. Rangkaian nada yang membentuk motif melodi pada birama 114 ketukan ke 1, pada dasarnya merupakan unsur nada dari akor Am. Motif melodi pada birama 114 ketukan ke 1 tersebut kembali diulangi pada ketukan ke 2, yang kemudian diakhiri dengan rangkaian nada yang membentuk interval terts yaitu nada : c e yang bernilai 1/16 pada ketukan ke 3 on beat. Frase anteseden bagian IId yang dimulai pada birama 115 sampai birama 118 menggunakan tanda sukat 3/4 dan teknik melodi ornamen dengan pola arpeggio dengan nilai nada 1/16 an, namun kini dalam tiap motif melodi terdapat interval terts atau interval kwart. Frase anteseden bagian IId

85 ini menggunakan nada dasar do = C yaitu : c d e f g a b c. Motif melodi birama 115 ketukan ke 1 adalah : interval terts besar (c e) C interval terts besar (c e) dan e interval terts besar (c e ) e. Motif melodi birama 115 ketukan ke 2 adalah : interval kwart (d g) G interval kwart (d g) dan g interval kwart (d g ) g. Motif melodi birama 115 ketukan ke 3 adalah : interval terts besar (c e) C interval terts besar (c e) dan g G g. Motif melodi birama 115 ketukan ke 3 ini pada dasarnya merupakan unsur nada dari akor C. Gambar 26. Frase anteseden bagian IId Pada birama 116, nada b menjadi nada bes sehingga terdapat kesan pada bagian ini menggunakan nada dasar do = F yaitu : f g a bes c d e f. Motif melodi ketukan ke 1 adalah : interval terts kecil (g bes) Bes interval terts kecil (g bes) dan bes interval terts kecil (g bes ) bes. Motif melodi birama 116 ketukan ke 2 adalah : interval terts besar (bes d ) d interval terts besar (bes d ) dan d interval terts besar (bes d ) d. Motif melodi birama 116 ketukan ke 3 adalah : interval terts kecil (g bes) bes interval terts kecil (g bes) dan d d d. Motif melodi birama 116 ketukan ke 3 ini pada dasarnya merupakan unsur nada dari akor Gm. Motif melodi pada birama 117 pada dasarnya sama dengan motif melodi

86 pada birama 115, tetapi register nadanya lebih tinggi 1 oktaf. Motif melodi pada birama 118 pada dasarnya sama dengan motif melodi pada birama 116, tetapi register nadanya lebih tinggi 1 oktaf. Frase konsekuen bagian IId yang dimulai pada birama 119 sampai birama 121 menggunakan tanda sukat 3/4, pada birama 122 dengan tanda sukat 4/4 serta teknik melodi ornamen dengan pola arpeggio dengan nilai nada 1/16 an yang dalam tiap motif melodinya terdapat interval terts atau interval kwart seperti pada frase anteseden bagian IId. Frase konsekuen bagian IId ini menggunakan nada dasar do = C yaitu : c d e f g a b c. Gambar 27. Frase konsekuen bagian IId Motif melodi pada birama 119 pada dasarnya sama dengan motif melodi pada birama 117, tetapi register nadanya lebih tinggi 1 oktaf. Motif melodi pada birama 120 ketukan ke 1 dan ketukan ke 2 pada dasarnya merupakan variasi dari motif melodi pada birama 116 atau birama 118. Motif melodi pada birama 120 ketukan ke 1 adalah : interval terts kecil (g bes ) bes bes dan bes bes bes. Motif melodi pada birama 120 ketukan ke 2 adalah : interval terts besar (bes d ) d d dan d

87 d d. Motif melodi pada birama 120 ketukan ke 3 pada dasarnya sama dengan motif melodi pada birama 118 ketukan ke 3, tetapi register nadanya lebih tinggi 1 oktaf. Motif melodi pada birama 121 ketukan ke 1 dan ketukan ke 2 pada dasarnya merupakan variasi dari motif melodi pada birama 115, birama 117 atau birama 119. Bentuk motif melodi pada birama 121 ketukan ke 1 dan ketukan ke 2 pada dasarnya sama dengan bentuk motif melodi pada birama 120 ketukan ke 1 dan ketukan ke 2. Motif melodi pada birama 121 ketukan ke 1 adalah : interval terts besar (c e ) e e dan e e e. Motif melodi pada birama 121 ketukan ke 2 adalah : interval kwart (d g ) g g dan g g g. Motif melodi pada birama 121 ketukan ke 3 pada dasarnya sama dengan motif melodi pada birama 119 ketukan ke 3, tetapi register nadanya lebih tinggi 1 oktaf. Motif melodi pada birama 122 ketukan ke 1, ketukan ke 2 dan ketukan ke 3 pada dasarnya sama dengan motif melodi pada birama 120 ketukan ke 1, tetapi register nadanya lebih tinggi 1 oktaf. Bentuk motif melodi pada birama 122 ketukan ke 4 pada dasarnya sama dengan bentuk motif melodi pada birama 115 sampai birama 121 pada disetiap ketukan ke 3 nya. Motif melodi pada birama 122 ketukan ke 4 adalah : interval terts kecil (e g ) g interval terts kecil (e g ) dan bes bes bes. Motif melodi pada birama 122 ketukan ke 4 ini pada dasarnya merupakan unsur nada dari akor E.

88 Gambar 28. Filler melody dalam bentuk progresi akor C. Bagian III Bagian III pada Concerto ini terdiri dari 5 bagian yaitu: 1. Frase anteseden yang dimulai pada birama 140 sampai birama 146 dan pada birama 147 sampai birama 153. Frase konsekuen yang dimulai pada birama 154 sampai birama 158, pada birama 159 sampai birama 163 ketukan ke 1 dan pada birama 163 ketukan ke 2 sampai birama 168 yang kemudian dilanjutkan dengan suatu ekstensi pada birama Frase anteseden yang dimulai pada birama 170 sampai birama 177. Frase konsekuen yang dimulai pada birama 180 sampai birama 185 dan pada birama 187 sampai birama Frase anteseden yang dimulai pada birama 193 sampai birama 197, pada birama 198 sampai birama 202 ketukan ke 1 dan pada birama 202 ketukan ke 2 sampai birama 207 yang kemudian dilanjutkan dengan suatu ekstensi pada birama 208 sampai birama 209 ketukan ke 1. Frase konsekuen yang dimulai pada birama 209 ketukan ke 3 sampai birama 212 dan pada birama 213 sampai birama 216.

89 4. Frase anteseden yang dimulai pada birama 219 sampai birama 224. Frase konsekuen yang dimulai pada birama 225 sampai birama 230 yang kemudian dilanjutkan dengan suatu ekstensi pada birama 231 sampai birama 235. Pada birama 237 sampai birama 244 terdapat filler melody. 5. Frase anteseden yang dimulai pada birama 248 sampai birama 255. Frase konsekuen yang dimulai pada birama 256 sampai birama 267 ketukan ke 1. Frase anteseden bagian IIIa yang terdiri dari 2 bagian yaitu : pada birama 140 sampai birama 146 dan pada birama 147 sampai birama 153 menggunakan tanda sukat 6/8 dan tanda mula do = e (4#). Frase anteseden bagian IIIa pada birama 140 sampai birama 141 ketukan ke 1 seperti pada birama 132 sampai birama 133 ketukan ke 1. Pada bagian tersebut nada fis menjadi nada f, nada cis menjadi nada c, nada gis menjadi nada g dan nada dis menjadi nada d dan adanya akor Em sebagai akor tujuan maka pada bagian tersebut mempunyai kesan menggunakan nada dasar La = Am. Gambar 29. Frase anteseden yang pertama bagian IIIa dan frase anteseden yang kedua bagian IIIa

90 Frase konsekuen bagian IIIa yang terdiri dari 3 bagian yaitu : pada birama 154 sampai birama 158, pada birama 159 sampai birama 163 ketukan ke 1 dan pada birama 163 ketukan ke 2 sampai birama 168 yang kemudian dilanjutkan dengan suatu ekstensi pada birama 169 menggunakan tanda sukat 6/8 dan tanda mula do = e (4#). Gambar 30. Frase konsekuen yang pertama bagian IIIa, frase konsekuen yang kedua bagian IIIa, frase konsekuen yang ketiga bagian IIIa dan ekstensinya Frase anteseden bagian IIIb yang dimulai pada birama 170 sampai birama 177 menggunakan tanda sukat 6/8 dan tanda mula do = e (4#). Pada birama 170 sampai birama 176, pada dasarnya motif melodi dibentuk dengan rangkaian yang terdiri dari 3 nada bernilai 1/8 an dan rangkaian yang terdiri dari 1 nada bernilai 1/8, 1 tanda istirahat bernilai 1/8 dan 1 nada bernilai 1/8. Gambar 31. Frase anteseden bagian IIIb

91 Pada setiap motif melodi yang dibentuk terdapat susunan akor ataupun interval sehingga secara keseluruhan dari motif melodi tersebut unsur unsurnya membentuk kesatuan akor. Pada birama 170 sampai birama 176, nada dis, nada gis dan nada fis mendapat tanda pugar sehingga menjadi nada d, nada g dan nada f, sehingga dengan adanya nada b dan e membentuk susunan tangganada pentatonik : d e f g b. Dari susunan tangganada pentatonik tersebut jika dihubungkan dengan rangkaian nada dengan teknik glissando, maka birama 170 sampai birama 176 mempunyai kesan menggunakan tangganada do = c. Frase konsekuen bagian IIIb yang terdiri dari 2 bagian yaitu : pada birama 180 sampai birama 185 dan pada birama 187 sampai birama 192, menggunakan tanda sukat 6/8. Frase konsekuen bagian IIIb yang dimulai pada birama 180 sampai birama 185 seperti pada frase anteseden bagian IIIa yang dimulai pada birama 140 sampai birama 145. Gambar 32. Frase konsekuen yang pertama bagian IIIb dan frase konsekuen yang kedua bagian IIIb

92 Frase konsekuen bagian IIIb yang dimulai pada birama 187 sampai birama 192 pada dasarnya merupakan bentuk modifikasi dengan pola arpeggio dari progresi akor pada birama 180 sampai birama 185. Selain bentuk modifikasi dengan pola arpeggio dari progresi akornya, register progresi akornya juga lebih tinggi 1 oktaf. Pada birama 187 ketukan ke 1 sampai ketukan ke 3 terdapat rangkaian melodi dengan nilai nada 1/16 an yaitu : a f e c f d. Frase anteseden bagian IIIc yang terdiri dari 3 bagian yaitu : pada birama 193 sampai birama 197, pada birama 198 sampai birama 202 ketukan ke 1 dan pada birama 202 ketukan ke 2 sampai birama 207 yang kemudian dilanjutkan dengan suatu ekstensi pada birama 208 sampai birama 209 ketukan ke 1 menggunakan tanda sukat 6/8. Frase anteseden bagian IIIc dari birama 183 sampai birama 208 ketukan ke 1 pada dasarnya seperti pada frase konsekuen bagian IIIa namun register nadanya lebih tinggi 1 oktaf. Gambar 33. Frase anteseden yang pertama bagian IIIc, frase anteseden yang kedua bagian IIIc, frase anteseden yang ketiga bagian IIIc dan ekstensinya

93 Gambar 34. Frase konsekuen yang pertama bagian IIIc dan frase konsekuen yang kedua bagian IIIc Frase anteseden bagian IIId yang dimulai pada birama 219 sampai birama 224 ketukan ke 4 menggunakan tanda sukat 6/8. Pada dasarnya motif melodi pada frase anteseden bagian IIId dibentuk dengan rangkaian yang terdiri dari 3 nada bernilai 1/8 an dan rangkaian yang terdiri dari 1 nada bernilai 1/8, 1 tanda istirahat bernilai 1/8 dan 1 nada bernilai 1/8. Pada frase anteseden bagian IIId ini terdapat nada cis dis fis gis ais bis, sedangkan nada e atau eis tidak muncul sehingga pada bagian ini menimbulkan kesan yang ambivalen. Jika terdapat nada eis, maka terbentuk tangganada do = cis yaitu cis dis eis fis gis ais bis cis. Jika terdapat nada e, maka terbentuk tangganada la = cis minor harmonis yaitu : cis dis e fis gis ais bis cis. Gambar 35. Frase anteseden bagian IIId

94 Frase konsekuen bagian IIId yang dimulai pada birama 225 sampai birama 230 ketukan ke 3 yang kemudian dilanjutkan dengan suatu ekstensi pada birama 230 ketukan ke 4 sampai birama 233 ketukan ke 1 menggunakan tanda sukat 6/8. Pada dasarnya motif melodi pada frase konsekuen bagian IIId dibentuk dengan rangkaian yang terdiri dari 3 nada bernilai 1/8 an dan rangkaian yang terdiri dari 1 nada bernilai 1/8, 1 tanda istirahat bernilai 1/8 dan 1 nada bernilai 1/8. Gambar 36. Frase konsekuen bagian IIId Gambar 37. Filler melody dengan interval oktaf dan teknik triil Frase anteseden bagian IIIe yang dimulai pada birama 248 sampai birama 255 menggunakan nada bernilai 1/16 an yang dibentuk dengan pola arpeggio dari suatu akor dalam tanda sukat 6/8. Dengan adanya nada ais dalam tanda mula do = e (4#) maka frase anteseden bagian IIIe ini menggunakan nada dasar do = b yaitu : b cis dis e fis gis ais b.

95 Gambar 38. Frase anteseden bagian IIIe Frase konsekuen bagian IIIe yang dimulai pada birama 256 sampai birama 267 ketukan ke 1 menggunakan nada bernilai 1/16 an dalam tanda sukat 6/8. Gambar 39. Frase konsekuen bagian IIIe D. Bagian IV Bagian IV ini terdiri dari 7 bagian yaitu : a. Frase anteseden yang dimulai pada birama 297 sampai birama 301. Frase konsekuen yang dimulai pada birama 302 sampai birama 308 ketukan ke 1 bernilai nada 1/8.

96 b. Frase anteseden yang dimulai pada birama 318 sampai birama 322. Frase konsekuen yang dimulai pada birama 323 sampai birama 329 ketukan ke 1 bernilai nada 1/8. c. Frase anteseden yang dimulai pada birama 339 sampai birama 342. Frase konsekuen yang dimulai pada birama 343 sampai birama 347 ketukan ke 1 bernilai nada 1/8. d. Frase anteseden yang dimulai pada birama 350 sampai birama 355 yang kemudian dilanjutkan pada birama 356 sampai birama 361 ketukan ke 4. Frase konsekuen yang dimulai pada birama 362 sampai birama 367 yang kemudian dilanjutkan pada birama 368 sampai birama 374 yang kemudian dilanjutkan dengan suatu ekstensi pada birama 375 sampai birama 384 ketukan ke 1 bernilai nada 1/8. e. Frase anteseden yang dimulai pada birama 410 sampai birama 419. Frase konsekuen yang dimulai pada birama 420 sampai birama 429. f. Frase anteseden yang dimulai pada birama 430 sampai birama 440. Frase konsekuen yang dimulai pada birama 441 sampai birama 450 yang kemudian dilanjutkan dengan suatu ekstensi pada birama 451 sampai birama 452 ketukan ke 1 on beat dengan nilai nada 1/8. g. Frase anteseden yang dimulai pada birama 452 ketukan ke 1 off beat dengan nilai nada 1/16 sampai birama 455. Frase konsekuen yang dimulai pada birama 456 ketukan ke 1 off beat dengan nilai nada 1/16 sampai birama 459 yang kemudian dilanjutkan pada birama 460 sampai birama 464.

97 Frase anteseden bagian IVa yang dimulai pada birama 297 sampai birama 301 menggunakan tanda sukat 6/8. Pada dasarnya rangkaian motif melodi pada frase anteseden bagian IVa dibentuk dengan rangkaian yang terdiri dari 3 nada bernilai 1/8 an dan rangkaian yang terdiri dari 1 nada bernilai 1/8, 1 tanda istirahat bernilai 1/8 dan 1 nada bernilai 1/8. Dengan adanya nada fis dalam tanda mula do = C pada birama 297 sampai birama 301 ketukan ke 5, maka pada bagian ini frase anteseden bagian IVa menggunakan nada dasar la = g minor melodis yaitu : g a bes c d e fis g. Gambar 40. Frase anteseden bagian IVa Pada dasarnya frase anteseden bagian IVa seperti pada frase konsekuen bagian IIIa (birama 154 sampai birama 158) atau pada frase anteseden bagian IIIc (birama 193 sampai birama 208) namun dengan nada dasar yang berbeda. Pada rangkaian nada di birama 301 yaitu : e fis e d c bes terdapat langkah nada whole tone (berjarak 1). Frase konsekuen bagian IVa yang dimulai pada birama 302 sampai birama 308 ketukan ke 1 dengan nilai nada 1/8 menggunakan tanda sukat

98 6/8. Pada dasarnya frase konsekuen bagian IVa ini merupakan modifikasi dari frase konsekuen bagian IIIa pada birama 159 sampai birama 163. Gambar 41. Frase konsekuen bagian IVa Frase anteseden bagian IVb yang dimulai pada birama 318 sampai birama 322 menggunakan tanda sukat 6/8. Pada dasarnya rangkaian motif melodi pada frase anteseden bagian IVb dibentuk dengan rangkaian yang terdiri dari 3 nada bernilai 1/8 an dan rangkaian yang terdiri dari 1 nada bernilai 1/8, 1 tanda istirahat bernilai 1/8 dan 1 nada bernilai 1/8. Dengan adanya nada cis dan dis dalam tanda mula do = C pada birama 318 sampai birama 322, maka pada bagian ini jika terdapat nada f, terdapat susunan tangganada e Neopolitan Major yaitu : e f g a b cis dis e. Dan jika pada birama 318 sampai 322 terdapat nada fis, maka terdapat susunan tangganada la = e minor melodis yaitu : e fis g a b cis dis e. Dalam hal ini, maka menimbulkan hal yang ambivalen. Pada dasarnya frase anteseden bagian IVb seperti pada frase anteseden bagian IVa, namun dengan nada dasar yang berbeda. Pada rangkaian nada di birama 322 yaitu : cis, dis cis b a g terdapat langkah nada whole tone (berjarak 1).

99 Gambar 42. Frase anteseden bagian IVb Frase konsekuen bagian IVb yang dimulai pada birama 323 sampai birama 329 ketukan ke 1 dengan nilai nada 1/8 menggunakan tanda sukat 6/8. Pada dasarnya frase konsekuen bagian IVb ini merupakan modifikasi dari frase konsekuen bagian IVa pada birama 302 sampai birama 308. Pada dasarnya rangkaian motif melodi pada frase konsekuen bagian IVb dibentuk dengan rangkaian yang terdiri dari 3 nada bernilai 1/8 an dan rangkaian yang terdiri dari 1 nada bernilai 3/8 yang diperpanjang dengan nilai nada 1/8 dan 2 nada bernilai 1/8 an. Dengan adanya nada d e g a b cis pada birama 323 sampai 325 dalam tanda mula do = C, maka pada bagian ini frase konsekuen bagian IVb menggunakan nada dasar la = d minor melodis yaitu : d e f g a b cis d. Dengan adanya nada dis cis pada birama 326 sampai birama 329 ketukan ke 1 dalam tanda mula do = C, maka pada bagian ini frase konsekuen bagian IVb menggunakan nada dasar e Neopolitan Major yaitu : e f g a b cis dis e. Pada birama 326 terdapat rangkaian nada : e dis c b a g yang juga terdapat pada birama 327 dan birama 328 yang secara berturut turut dalam bentuk sekuens turun berjarak 1 oktaf dibawahnya lebih rendah, yang

100 selanjutnya diakhiri dengan nada e pada birama 329 pada ketukan ke 1 bernilai nada 1/8. Gambar 43. Frase konsekuen bagian IVb Frase anteseden bagian IVc yang dimulai pada birama 339 sampai birama 342 menggunakan tanda sukat 6/8. Pada dasarnya rangkaian motif melodi pada bagian ini membentuk kesatuan akor. Pada dasarnya motif melodi yang membentuk kesatuan akor pada frase anteseden bagian IVc dibentuk dengan rangkaian yang terdiri dari 3 nada bernilai 1/8 an Kesatuan akor yang terbentuk dimainkan dengan teknik piano broken chord. Dengan adanya nada: bes des es f g a pada frase anteseden bagian IVc dengan tanda mula do = c, maka pada bagian ini menggunakan tangganada la = bes minor melodis yaitu: bes c des - es f g a bes. Adapun progresi akor pada frase anteseden bagian IVc adalah: IV(Eb) IV(Eb) I(Bbm) Im.M7(Bbmmaj.7) IV(Eb). Gambar 44. Frase anteseden bagian IVc

101 Frase konsekuen bagian IVc yang dimulai pada birama 343 sampai birama 347 menggunakan tanda sukat 6/8. Pada dasarnya frase konsekuen bagian IVc pada birama 343 sampai birama 346 sama dengan frase anteseden bagian IVc pada birama 339 sampai birama 342.Dengan demikian pada dasarnya rangkaian motif melodi pada bagian ini juga membentuk kesatuan akor. Pada dasarnya motif melodi yang membentuk kesatuan akor pada frase konsekuen bagian IVc juga dibentuk dengan rangkaian yang terdiri dari 3 nada bernilai 1/8 an Kesatuan akor yang terbentuk dimainkan dengan teknik piano broken chord. Dengan adanya nada: bes des es f g a pada frase konsekuen bagian IVc dengan tanda mula do = c, maka pada bagian ini menggunakan tangganada la = bes minor melodis yaitu: bes c des - es f g a bes. Gambar 45. Frase konsekuen bagian IVc Frase anteseden bagian IVd terdiri dari 2 bagian yaitu: pada birama 350 sampai irama 355 ketukan ke-4 dan pada birama 356 sampai birama 361 ketukan ke-4 menggunakan tanda sukat 6/8. Dengan adanya nada: bes c d es f g pada birama 350 sampai birama 355 dengan tanda mula do = c maka pada bagian ini frase anteseden bagian IVd menggunakan tangganada do = bes (2b) yaitu: bes c d es f g a bes. Dengan adanya nada: c

102 d e f g b pada birama 356 sampai birama 360 dengan tanda mula do = c maka pada bagian ini frase anteseden bagian IVd menggunakan tangganada do = c yaitu: c d e f g a b c. Pada birama 361, rangkaian nada: c bes g g merupakan bagian akhir frase anteseden bagian IVd sekaligus membentuk bagian transisi untuk menuju bagian frase konsekuen bagian IVd. Gambar 46. Frase anteseden yang pertama bagian IVd dan frase anteseden yang kedua bagian IVd Frase konsekuen bagian IVd yang terdiri dari 2 bagian yaitu: pada birama 362 sampai birama 367 dan pada birama 368 sampai birama 374 ketukan ke-4 menggunakan tanda sukat 6/8. Frase konsekuen bagian IVd ini kemudian dilanjutkan dengan suatu ekstensi pada birama 375 sampai birama 383 menggunakan tanda sukat 2/4 yang kemudian diakhiri dengan birama 384 ketukan ke-1 dengan tanda sukat 6/8. Dengan adanya nada: c d f g a - bes pada birama 362 sampai birama 367 dengan tanda mula do = c maka pada bagian ini frase konsekuen bagian IVd menggunakan tangganada do = f (1b) yaitu: f g a bes c d e f. Dengan adanya nada: c d g a pada birama 368 sampai birama 374 dengan tanda mula do = c maka

103 pada bagian ini frase konsekuen bagian IVd menggunakan tangganada do = c yaitu: c d e f g a b c. Pada bagian ekstensi frase konsekuen bagian IVd yang menggunakan nilai nada 1/16-an dalam tanda sukat 2/4. Gambar 47. Frase konsekuen yang pertama bagian IVd dan frase konsekuen yang kedua bagian IVd Gambar 48. Ekstensi frase konsekuen yang kedua bagian IVd Pada birama 393 sampai birama 394 ketukan ke-1, birama 399 sampai birama 400 ketukan ke-1, birama 401 sampai birama 402 ketukan ke- 1, birama 403 sampai birama 404 ketukan ke-1 dan birama 405 sampai birama 406 ketukan ke-1 dalam tanda sukat 6/8 dengan nilai nada 1/8-an terdapat filler melody dalam bentuk akor yaitu: Am G F Em Dm C B. Progresi akor tersebut dimainkan dengan teknik piano block chord.

104 Gambar 49. Filler melody dalam bentuk progresi akor Frase anteseden bagian IVe yang dimulai pada birama 410 sampai birama 419 menggunakan tanda sukat 6/8 dengan nada dasar do = e (4#) yaitu: e fis gis a b cis dis e. Pada dasarnya motif melodi pada frase anteseden bagian IVe dibentuk dengan pola broken chord dari suatu akor. Gambar 50. Frase anteseden bagian IVe

105 Frase konsekuen bagian IVe yang dimulai pada birama 420 sampai birama 423 menggunakan tanda sukat 6/8 dengan nada dasar do = d (2#) yaitu: d e fis g - a b cis d. Pada dasarnya motif melodi pada frase konsekuen bagian IVe dibentuk dengan pola broken chord dari suatu akor. Bagian akhir frase konsekuen bagian IVe dalam bentuk rangkaian nada kromatik bernilai nada 1/16-an pada birama 424 sampai birama 428 dengan tanda sukat 2/4 yang kemudian dilanjutkan pada birama 429 dengan tanda sukat 3/4 sampai pada ketukan ke-2. Rangkaian nada kromatik pada birama 424 sampai birama 425 adalah: b ais a gis, a gis g fis, eis e dis d, d cis c b yang kemudian kembali ditampilkan pada birama 426 sampai birama 429. Gambar 51. Frase konsekuen bagian IVe Frase anteseden bagian IVf dimulai pada birama 430 sampai birama 440 menggunakan tanda sukat 2/4. Pada dasarnya motif melodi pada bagian ini membentuk motif melodi atau interval-interval yang merupakan bagian dari suatu akor. Pada birama 430 sampai birama 433 ketukan ke-1 menggunakan nada dasar do = c. Pada birama 433 sampai birama 437 menggunakan nada dasar do = d. Pada birama 438 menggunakan nada dasar

106 do = b. Pada birama 439 sampai birama 440 menggunakan nada dasar do = fis. Gambar 52. Frase anteseden bagian IVf Frase konsekuen bagian IVf dimulai pada birama 441 sampai birama 450 yang dilanjutkan dengan suatu ekstensi pada birama 451 sampai birama 452 ketukan ke-1 on beat dengan nilai nada 1/8. Pada dasarnya motif melodi pada bagian ini membentuk motif melodi atau interval-interval yang merupakan bagian dari suatu akor. Pada birama 443 sampai birama 444 menggunakan nada dasar do = as. Pada birama 445 terdapat rangkaian nada ges d, as d f.

107 Gambar 53. Frase konsekuen bagian IVf Frase anteseden bagian IVg yang dimulai pada birama 452 ketukan ke-1 off beat dengan nilai nada 1/16 sampai birama 455 ketukan ke-3 on beat dengan nilai nada 1/32 menggunakan tanda sukat 3/4 dengan nada dasar do = c. Pada birama 452 dan birama 453 terdapat rangkaian nada: d f a dengan nilai nada 1/64-an yang merupakan bagian dari akor Dm. Pada birama 454 ketukan ke-1 off beat dengan nilai nada 1/16 terdapat rangkaian 4 nada bernilai 1/64-an sampai ketukan ke-2 dengan nilai nada 1/4 yang merupakan interval kwint murni yaitu: c g yang dilanjutkan dengan motif melodi yang menggunakan nada b e dengan nilai nada 1/32-an dari birama 454 ketukan ke-3 off beat sampai birama 455 ketukan ke-1 on beat dengan nilai nada 1/32.

108 Gambar 54. Ekstensi frase konsekuen bagian IVf dan frase anteseden bagian IVg Frase konsekuen bagian IVg terdiri dari 2 bagian yaitu: pada birama 456 ketukan ke-1 off beat dengan nilai nada 1/16 sampai birama 459 ketukan ke-3 on beat dengan nilai nada 1/32 dan pada birama 460 ketukan ke-1 off beat dengan nilai nada 1/16 sampai birama 464 ketukan ke-1 on beat dengan nilai nada 1/4 menggunakan tanda sukat 3/4. Pada birama 456 ketukan ke-1 off beat dengan nilai nada 1/16 terdapat motif melodi dengan rangkaian 4 nada bernilai 1/64-an yang membentuk interval kwint murni: bes - f yang kemudian dilanjutkan dengan interval oktaf: BesBesBes BesBes dan interval sexth kecil: AAA FF pada ketukan ke-2 dengan nilai nada 1/8-an dan pada ketukan ke-3 dengan interval oktaf: BesBesBes BesBes dengan nilai nada 1/4. Pada birama 457 ketukan ke-1 off beat dengan nilai nada 1/16 terdapat motif melodi dengan rangkaian 5 nada yang bernilai 1/64-an yaitu: f d Bes F BesBes yang membentuk akor Bb yang menuju interval oktaf: BesBesBes BesBes pada ketukan ke-2 dengan nilai nada 1/2. Pada birama 458 ketukan ke-1 off beat dengan nilai nada 1/16 terdapat motif melodi dengan rangkaian 4 nada yang bernilai 1/64-an sampai ketukan ke-2 dengan nilai nada 1/4 yang membentuk interval kwint murni: f c. Pada

109 birama 458 ketukan ke-3 off beat dengan nilai nada 1/8 terdapat motif melodi dengan rangkaian 6 nada yang bernilai 1/32-an yaitu: FF C F F c F. Pada birama 459 ketukan ke-1 on beat dengan nilai nada 1/8 terdapat motif melodi dengan rangkaian 6 nada yang bernilai 1/32-an yaitu: C F c c f c yang merupakan sekuens atas dengan jarak kwint murni dari moti melodi pada birma 458 ketukan ke-3 off beat. Pada birama 459 ketukan ke-1 off beat, motif melodinya merupakan sekuens atas dengan jarak oktaf dari motif melodi pada birama 458 ketukan ke-3 off beat. Pada birama 459 ketukan ke- 2 pada dasarnya motif melodinya merupakan sekuens atas dengan jarak oktaf dari motif melodi pada birama 459 ketukan ke-1, namun pada ketukan ke-2 off beat pada nada ke-6 bernilai 1/32 dari motif melodi yang dibentuk dengan rangkaian 6 nada terdapat nada f menuju nada c bernilai nada 1/32 dengan teknik stacatto pada birama 459 ketukan ke-3 on beat. Gambar 55. Frase konsekuen yang pertama bagian IVg dan frase konsekuen yang kedua bagian IVg Frase konsekuen bagian IVg pada birama 460 sampai birama 464 mempunyai kesan menggunakan tangganada do = ges (6b) yaitu : ges as

110 bes ces des es f ges. Pada birama 460 ketukan ke 1 off beat dengan nilai nada 1/16 terdapat motif melodi dengan rangkaian 4 nada bernilai 1/64 an yaitu : f ces F F yang menuju nada FF pada ketukan ke 2 dengan nilai nada 1/4. Pada birama 460 ketukan ke 3 off beat dengan nilai nada 1/16 terdapat motif melodi dengan rangkaian 5 nada bernilai 1/64 an yaitu : f ces As F F yang menuju nada FF pada birama 461 ketukan ke 1 dengan nilai nada 1/4. Pada birama 462 ketukan ke 1 off beat dengan nilai nada 1/16 terdapat motif melodi dengan rangkaian 5 nada bernilai 1/64 an yaitu : des Ges Des Ges Des yang menuju nada GesGes pada ketukan ke 2 dengan nilai nada 1/4. Pada birama 462 ketukan ke 3 off beat dengan nilai nada 1/8 terdapat interval oktaf : EsEs Es. Pada birama 463 ketukan ke 1 off beat dengan nilai nada 1/8 terdapat motif melodi dengan rangkaian 4 nada bernilai 1/64 an yaitu : AA As As as yang menuju interval oktaf : As as pada ketukan ke 2 dengan nilai nada 1/4. Frase konsekuen bagian IVg ini diakhiri dengan rangkaian nada bernilai 1/32 an yang menggunakan teknik glissando pada birama 463 ketukan ke 3 yaitu : AA BB C D E F G yang menuju nada c pada birama 464 ketukan ke 1 dengan nilai nada 1/4. E. Bagian V Bagian V pada Concerto ini adalah bagian cadenza yang terdiri dari 4 bagian yaitu :

111 a. Bagian ekstensi yang dimulai pada birama 467 sampai birama 468. Frase anteseden yang dimulai pada birama 469 sampai birama 474 ketukan ke 3 yang kemudian dilanjutkan dengan suatu ekstensi sampai birama 476. Frase konsekuen yang dimulai pada birama 477 sampai birama 480 ketukan ke 2 on beat yang kemudian dilanjutkan pada birama 480 ketukan ke 2 off beat sampai birama 483 ketukan ke 2 on beat. b. Frase anteseden yang dimulai pada birama 483 ketukan ke 2 off beat sampai birama 487 ketukan ke 2 on beat. Frase konsekuen yang dimulai pada birama 487 ketukan ke 2 off beat sampai birama 489 yang kemudian dilanjutkan dengan suatu ekstensi pada birama 491. c. Frase anteseden yang dimulai pada birama 491 ketukan ke 3 off beat nada ke 17 sampai birama 496 ketukan ke 2 off beat. Frase konsekuen yang dimulai pada birama 496 ketukan ke 2 off beat sampai birama 501 ketukan ke 2 off beat. d. Frase anteseden yang dimulai pada birama 501 ketukan ke 2 off beat sampai birama 505 ketukan ke 2 on beat. Frase konsekuen yang dimulai pada birama 505 ketukan ke 2 off beat dengan nilai 1/16 sampai birama 509 ketukan ke 2 yang kemudian dilanjutkan pada birama 509 ketukan ke 3 sampai birama 513 ketukan ke 3. Frase konsekuen ini diakhiri dengan suatu ekstensi pada birama 514 sampai birama 518 ketukan ke 1 on beat dengan nilai nada 1/8.

112 Bagian ekstensi pada frase anteseden bagian Va yang dimulai pada birama 467 sampai birama 468 menggunakan tanda sukat 3/4. Motif melodi pada bagian ekstensi ini menggunakan rangkaian 6 nada bernilai 1/16 an (sixtool) dalam kesatuan nilai 1/4 (1 ketuk), pada dasarnya motif melodi tersebut menggunakan unsur nada dari akor C yaitu : c e g. Motif melodi pada birama 467 ketukan ke 1 adalah rangkaian nada yang terdiri dari : E G c G c e dan motif melodi pada ketukan ke 2 adalah rangkaian yang terdiri dari : g e c e c G. Motif melodi pada birama 467 ketukan ke 1 sampai ketukan ke 2 tersebut kembali diulangi pada birama 467 ketukan ke 3 sampai birama 468 ketukan ke 1. Motif melodi pada birama 468 ketukan ke 2 sampai ketukan ke 3 mengalami modifikasi dari motif melodi sebelumnya namun tetap masih menggunakan unsur nada dari akor C, adapun motif melodi pada birama 468 ketukan ke 2 sampai ketukan ke 3 adalah E G c E G c dan e c G E G c. Gambar 56. Ekstensi frase anteseden bagian Va dan frase anteseden bagian Va

113 Frase anteseden bagian Va yang dimulai pada birama 469 sampai 474 ketukan ke 3 yang kemudian dilanjutkan dengan suatu ekstensi sampai birama 476 menggunakan tanda sukat 3/4. Frase anteseden bagian Va dari birama 469 sampai birama 473 ketukan ke 3 on beat menggunakan nada dasar do = f yaitu : f g a bes c d e f, sedangkan pada birama 473 ketukan ke 3 off beat menggunakan nada dasar la = d minor melodis yaitu : d e f g a b cis d. Pada birama 469 sampai birama 474 pada dasarnya iringan register suara bawah piano menggunakan rangkaian 6 nada bernilai 1/16 an (Sixtool) dalam kesatuan nilai 1/4 (1 ketuk), sedangkan pola melodi pada register suara atas piano menggunakan nilai nada 1/4 dan nilai nada 1/8. Motif melodi pada bagian ekstensi di birama 475 sampai birama 476 menggunakan rangkaian nada yang merupakan unsur nada dari akor Am. Motif melodi pada birama 475 menggunakan rangkaian 6 nada bernilai 1/16 an (Sixtool) dalam kesatuan nilai 1/4 (I ketuk), sedangkan pada birama 476 menggunakan rangkaian 8 nada bernilai 1/32 an dalam kesatuan nilai 1/4 (1 ketuk). Gambar 57. Ekstensi frase anteseden bagian Va

114 Frase konsekuen bagian Va terdiri dari 2 bagian yaitu : pada birama 477 sampai birama 480 ketukan ke 2 on beat dan pada birama 480 ketukan ke 2 off beat sampai birama 483 ketukan ke 2 on beat menggunakan tanda sukat 3/4. Pada birama 477 menggunakan rangkaian 12 nada bernilai 1/32 an dalam kesatuan nilai 1/4 (1 ketuk), yang pada dasarnya motif melodinya dibentuk dari unsur nada akor Am namun pada ketukan ke 2 terdapat nada g yang merupakan nada ke 7 dari rangkaian 12 nada. Pada birama 478 sampai birama 480 menggunakan rangkaian 16 nada bernilai 1/64 an dalam kesatuan nilai 1/4 (1 ketuk). Pada birama 478 ketukan ke 1 sampai ketukan ke 3 on beat pada dasarnya motif melodinya dibentuk dari unsur nada akor Bm namun pada nada ke 9 di ketukan ke 1 dan ketukan ke 2 terdapat nada e dan pada nada ke 5 di ketukan ke 3 on beat terdapat nada e, Pada birama 478 ketukan ke 3 off beat terdapat rangkaian nada: a d d b e b d d yang kembali diulangi pada birama 479 ketukan ke-1 on beat, yang selanjutnya pada ketukan ke-1 off beat dan ketukan ke-2 on beat nada a bergerak menuju nada b dan nada g sedangkan rangkaian nada d d b e b d d tetap dipertahankan. Pada birama 479 ketukan ke-2 off beat sampai birama 480 ketukan ke-2 on beat pada dasarnya motif melodinya dibentuk dari unsur nada akor A, sedangkan register suara atas piano dengan nada e yang ditahan.

115 Gambar 58. Frase konsekuen yang pertama bagian Va dan frase konsekuen yang kedua bagian Va Frase konsekuen yang kedua bagian Va pada birama 480 sampai birama 483 menggunakan rangkaian 16 nada bernilai 1/64-an dalam kesatuan nilai 1/4 (1 ketuk). Pada birama 480 ketukan ke-2 off beat pada dasarnya motif melodinya dibentuk dari unsur nada akor A, sedangkan pada ketukan ke-3 motif melodinya dibentuk dari unsur nada dari akor Dmadd.9 dan akor Em. Pada birama 481 ketukan ke-1 motif melodinya dibentuk dari unsur nada akor C dan akor Am, sedangkan pada ketukan ke-2 dan ketukan ke-3 motif melodinya dibentuk dari unsur nada akor Bm namun terdapat nada E

116 pada ketukan ke-2 dan nada e pada ketukan ke-3. Pada birama 482 sampai birama 483 ketukan ke-2 off beat motif melodinya dari unsur nada akor D. Frase anteseden bagian Vb yang dimulai pada birama 483 ketukan ke-2 off beat sampai birama 485 menggunakan tanda sukat 3/4, pada birama 486 menggunakan tanda sukat 2/4 serta pada birama 487 ketukan ke-1 sampai ketukan ke-2 off beat menggunakan tanda sukat 3/4. Pada dasarnya motif melodi pada birama 483 sampai birama 486 ketukan ke-1 menggunakan rangkaian 16 nada bernilai 1/64-an dalam kesatuan nilai 1/4 (1 ketuk), sedangkan pada birama 486 ketukan ke-2 menggunakan rangkaian 20 nada bernilai 1/64-an dalam kesatuan nilai 1/4 (1 ketuk) dan pada birama 487 ketukan ke-2 menggunakan rangkaian 18 nada bernilai 1/64-an dalam kesatuan nilai 1/4 (1 ketuk). Pada birama 483 ketukan ke-2 off beat sampai ketukan ke-3, motif melodinya dari unsur nada akor Dm7. Pada birama 484 motif melodinya dari unsur nada akor Em dan akor Dm, namun pada motif melodi dari unsur nada akor Em terdapat nada a. Pada birama 485 motif melodinya dari unsur nada akor Dm, akor Em dan akor Dm, namun pada motif melodi dari unsur nada akor Em terdapat nada a. Pada birama 486 ketukn ke-1 sampai ketukan ke-2 pada 5 nada pertama dari rangkaian 20 nada, motif melodinya dari unsur nada akor Dm9 yaitu: d f a c e, yang kemudian dilanjutkan dengan rangkaian 15 nada secara kromatis dari nada g sampai nada a. Pada birama 487 ketukan ke-1 sampai ketukan ke-2, motif melodinya dari unsur nada akor Dm9 yaitu: d f a c e.

117 Gambar 59. Frase anteseden bagian Vb Frase konsekuen bagian Vb yang dimulai pada birama 487 ketukan ke-2 off beat sampai birama 489 menggunakan tanda sukat 3/4 dan pada birama 490 menggunakan tanda sukat 2/4 serta pada bagian ekstensi di birama 491 menggunakan tanda sukat 3/4. Pada birama 487 ketukan ke-3 sampai birama 489 menggunakan rangkaian 16 nada bernilai 1/64-an dalam kesatuan nilai 1/4 (1 ketuk). Pada birama 490 dan bagian ekstensi pada birama 491 menggunakan rangkaian 18 nada bernilai 1/64-an dalam kesatuan nilai 1/4 (1 ketuk). Pada birama 487 ketukan ke-2 off beat sampai ketukan ke-3 motif melodinya dibentuk dengan teknik retrograde dari unsur nada akor Dm7 dan akor Bm. Pada birama 488 motif melodinya dibentuk dengan teknik retrograde dari unsur nada akor Bm dan akor Em dan pada register suara bawah piano terdapat rangkaian melodi: b b e fis g f. Pada birama 489 motif melodinya dibentuk dengan teknik retrograde dari unsur

118 nada akor Em dan akor G dan pada register suara bawah piano terdapat rangkaian melodi: e d b a g a. Pada birama 490 motif melodinya dibentuk dari dari unsur nada akor Dmaj.7 yaitu: d fis a cis dan pada register suara bawah piano terdapat rangkaian melodi: b fis a cis. Bagian ekstensi pada birama 491 ketukan ke-1 sampai ketukan ke-3 off beat motif melodinya dibentuk dari unsur nada akor E. Gambar 60. Frase konsekuen bagian Vb Frase anteseden bagian Vc yang dimulai pada birama 491 ketukan ke- 3 off beat pada nada ke-17 sampai birama 495 menggunakan tanda sukat 3/4 dan pada birama 496 ketukan ke-1 sampai ketukan ke-2 pada nada ke-9 menggunakan tanda sukat 2/4. Pada birama 492 sampai birama 496 ketukan ke-1, motif melodi register suara bawah piano dibentuk dengan rangkaian 12 nada bernilai 1/32-an dalam kesatuan nilai 1/4 (1 ketuk). Pada birama 492 motif melodi register suara bawah piano dibentuk dengan rangkaian nada: Ais e Gis dan rangkaian nada yang merupakan unsur nada dari akor C#m dan akor E. Pada birama 493 motif melodi register suara bawah piano dibentuk dengan rangkaian nada: dis gis e dan rangkaian nada yang

119 merupakan unsur nada dari akor C#m serta rangkaian nada: e gis bis. Pada birama 494 motif melodi register suara bawah piano dibentuk dengan rangkaian nada: e gis bis Ais Fis, Fis Ais e gis bis dan rangkaian nada yang merupakan unsur nada dari akor C#m ditambah nada Fis. Pada birama 495 motif melodi register suara bawah piano dibentuk dengan rangkaian nada dari unsur nada akor F#7 yaitu: fis ais cis e, rangkaian nada: fis gis ais e dan rangkaian nada yang merupakan unsur nada dari akor C#m ditambah nada ais. Pada birama 496 ketukan ke-1 sampai ketukan ke-2 pada nada ke-9 motif melodi register suara bawah piano dibentuk dengan rangkaian nada dari unsur nada akor Bmmaj.7 yaitu: b d fis ais dan rangkaian nada: d fis ais e b. Gambar 61. Ekstensi frase konsekuen bagian Vb dan frase anteseden bagian Vc Frase konsekuen bagian Vc yang dimulai pada birama 496 ketukan ke-2 off beat pada nada ke-10 menggunakan tanda sukat 2/4, pada birama 497 sampai birama 500 menggunakan tanda sukat 3/4 dan pada birama 501 ketukan ke-2 pada nada ke-9 menggunakan tanda sukat 2/4. Pada birama 496

120 ketukan ke-2 off beat pada nada ke-10 sampai birama 497 ketukan ke-1 dengan rangkaian 12 nada bernilai 1/32-an pada dasarnya menggunakan nada: d gis fis. Pada birama 497 ketukan ke-2 sampai ketukan ke-3 motif melodi register suara bawah piano dibentuk dengan rangkaian nada dari unsur nada akor Bm dan akor Bm7. Pada birama 498 motif melodi register suara bawah piano dibentuk dengan rangkaian nada: d fis cis, unsur nada dari akor Bm dan rangkaian nada: d fis ais. Pada birama 499 motif melodi register suara bawah piano dibentuk dengan rangkaian nada: d cis fis ais, gis fis d, e gis d fis ais dan unsur nada dari akor Bm. Pada birama 500, motif melodi dibentuk dari rangkaian nada whole tone yaitu: d e fis gis dan unsur nada dari akor Bm. Pada birama 501 ketukan ke-1 sampai ketukan ke-2 pada nada ke-9, motif melodi dibentuk dengan rangkaian nada: c dis e gis a. Gambar 62. Frase konsekuen bagian Vc Frase anteseden bagian Vd yang dimulai pada birama 501 ketukan ke-2 off beat pada nada ke-10 sampai nada ke-13 menggunakan tanda sukat 2/4 dan pada birama 502 sampai birama 505 ketukan ke-2 dengan nilai nada 3/8 menggunakan tanda sukat 3/4. Pada birama 501 ketukan ke-2 off beat pada

121 nada ke-10 sampai birama 502 ketukan ke-1 menggunakan nada: c fis yang membentuk interval tritonus. Pada birama 502 ketukan ke-2 sampai ketukan ke-3 motif melodi register suara bawah piano dibentuk dengan rangkaian 12 nada bernilai 1/32-an dalam kesatuan nilai 1/4 (1 ketuk) yaitu dengan unsur nada dari akor F# : fis a c e, akor Am: a c e dan akor A7: a cis e g. Pada birama 505 ketukan ke-1 sampai ketukan ke-2 dengan nilai nada 3/8, motif melodi register suara bawah piano dibentuk dengan rangkaian 12 nada bernilai 1/32-an dalam kesatuan nilai 1/4 (1 ketuk) yaitu dengan unsur nada dari akor C# : cis e g b. Gambar 63. Frase anteseden bagian Vd Frase konsekuen yang pertama bagian Vd, yang dimulai pada birama 505 ketukan ke-2 off beat dengan nilai nada 1/16 sampai birama 509 ketukan ke-2 menggunakan tanda sukat 3/4. Pada birama 505 ketukan ke-2 off beat sampai ketukan ke-3, motif melodi register suara bawah piano dibentuk

122 dengan rangkaian 12 nada bernilai 1/32-an dalam kesatuan nilai 1/4 (1 ketuk) yaitu dengan rangkaian nada: e g b a. Pada birama 506, motif melodi register suara bawah piano dibentuk dengan rangkaian 12 nada bernilai 1/32- an dalam kesatuan nilai 1/4 (1 ketuk) yaitu dengan rangkaian nada: e g b a fis, e g b a cis dan e g b a cis. Gambar 64. Frase konsekuen yang pertama bagian Vd Pada birama 507, motif melodi register suara bawah piano dibentuk dengan rangkaian 12 nada bernilai 1/32-an dalam kesatuan nilai 1/4 (1 ketuk) yaitu dengan rangkaian nada: e g b fis cis, e g b fis cis dan rangkaian nada dari unsur nada akor G. Pada birama 508 ketukan ke-1, motif melodi register suara bawah piano dibentuk dengan rangkaian 12 nada bernilai 1/32-an dalam kesatuan nilai 1/4 (1 ketuk) yaitu dengan rangkaian nada dari unsur nada akor G ditambah nada bes, sedangkan pada ketukan ke- 2 dengan unsur nada dari akor G dan ketukan ke-3 dengan rangkaian nada yag diawali dengan nada a yang selanjutnya dengan nada d dan b. Pada birama 509 ketukan ke-1 sampai ketukan ke-2, motif melodi register suara

123 bawah piano dibentuk dengan rangkaian 12 nada bernilai 1/32-an dalam kesatuan nilai 1/4 (1 ketuk) yaitu dengan unsur nada akor G. Frase konsekuen yang kedua bagian Vd yang dimulai pada birama 509 ketukan ke-3 sampai birama 513 menggunakan tanda sukat 3/4. Pada birama 509 ketukan ke-3, motif melodi register suara bawah piano dibentuk dengan rangkaian 12 nada bernilai 1/32-an dalam kesatuan nilai 1/4 (1 ketuk) yaitu dengan rangkaian nada bes d, b d dan bes d. Pada birama 510, motif melodi register suara bawah piano dibentuk dengan rangkaian 12 nada bernilai 1/32-an dalam kesatuan nilai 1/4 (1 ketuk) yaitu dengan rangkaian nada yang diawali dengan nada a yang selanjutnya dengan unsur nada akor G. Pada birama 511, motif melodi register suara bawah piano dibentuk dengan rangkaian 12 nada bernilai 1/32-an dalam kesatuan nilai 1/4 (1 ketuk) yaitu dengan rangkaian nada yang merupakan unsur nada dari akor G7, akor Em dan akor G, kemudian rangkaian nada f g b dan unsur nada dari akor Em. Pada birama 512, motif melodi register suara bawah piano dibentuk dengan rangkaian 12 nada bernilai 1/32-an dalam kesatuan nilai 1/4 (1 ketuk) yaitu dengan rangkaian nada yang merupakan unsur nada dari akor G, akor G7, akor Em dan akor G. Pada birama 513, motif melodi register suara bawah piano dibentuk dengan rangkaian 12 nada bernilai 1/32-an dalam kesatuan nilai 1/4 (1 ketuk) yaitu dengan rangkaian nada yang merupakan unsur nada dari akor G ditambah nada bes, akor G ditambah nada a dan akor G.

124 Gambar 65. Frase konsekuen yang kedua bagian Vd Bagian ekstensi pada birama 514 sampai birama 517 menggunakan tanda sukat 2/4 yang kemudian diakhiri pada birama 518 ketukan ke-1 bernilai nada 1/8 dengan sukat 6/8. Pada birama 514, motif melodi membentuk rangkaian nada yang merupakan unsur nada dari akor G, akor G7 dan akor G. Pada birama 515, motif melodi yang dibentuk dengan teknik retrograde menggunakan nilai nada 1/32-an membentuk rangkaian nada yang diawali dengan nada bes kemudian dilanjutkan dengan rangkaian nada dari unsur akor D. Motif melodi pada birama 515 kembali diulangi pada birama 516 sampai birama 517 yang diakhiri dengan nada bes pada birama 518 ketukan ke-1 dengan nilai nada 1/8 dalam tanda sukat 6/8. Gambar 66. Ekstensi frase konsekuen yang kedua bagian Vd

125 Pada birama 521 sampai birama 522 ketukan ke-1 terdapat rangkaian interval oktaf bernilai nada 1/8-an dalam tanda sukat 6/8 yaitu: C c, Besbes Bes, AA A, GG G, F f, Es es, D d. Gambar 67. Filler melody dengan interval oktaf

126 BAB V TEKNIK PERMAINAN Concerto for The Left Hand (in D) karya Maurice Ravel merupakan sebuah karya konserto dalam bentuk orkestra dengan instrumen piano yang dibuat untuk menunjukkan kepiawaian seseorang pemain piano bermain dengan tangan kiri Terdapat banyak teknik permainan piano yang terdapat dalam karya ini. Untuk dapat memainkan karya ini, seseorang harus mengetahui dan menguasai beberapa teknik-teknik permainan piano, teknik permainan piano yang digunakan antara lain: (1) speed dalam teknik broken chord dan pola melodi, (2) power dalam teknik block chord, (3) teknik penggunaan pedal, (4) teknik penjarian untuk menentukan bentuk penjarian dan penggunaan teknik arpeggio untuk nada yang lebih 1 oktaf dan (5) kesehatan dan ketahanan fisik, (6) Interptertasi Teknik-teknik permainan piano tersebut dapat digunakan untuk menunjang dalam memainkan Concerto for The Left Hand (in D) karya Maurice Ravel. Berikut adalah analisa mengenai teknik-teknik permainan piano yang digunakan dalam Concerto for The Left Hand (in D) karya Maurice Ravel: A. Speed Dalam Concerto for The Left Hand (in D) karya Maurice Ravel terdapat bagian-bagian yang cukup cepat untuk dimainkan, hal ini dapat dilihat dari tempo yang digunakan serta nilai nada yang

127 digunakan. Bagian-bagian yang cepat tersebut biasanya cukup sulit untuk dimainkan dan dibutuhkan keterampilan tingkat tinggi untuk memainkannya. Berikut ini adalah bagian-bagian dalam Concerto for The Left Hand (in D) karya Maurice Ravel yang memerlukan kecepatan dalam memainkannya: 1. Birama 33. Gambar 68 Pada birama 33 ini, rangkaian harmoninya menggunakan teknik harmoni paralel-mixtur dengan nilai nada 1/32-an sehingga pada bagian ini menggunakan teknik permainan piano block chord yang memerlukan perpindahan gerakan penjarian dengan cepat dan tepat. 2. Birama 34 sampai birama 36. Gambar 69. Birama 34 sampai Birama 36

128 Pada birama 34 dengan tanda sukat 15/8, motif melodi menggunakan rangkaian 8 nada dengan nilai nada 1/64-an dalam kesatuan nilai 1/8 (1 ketuk), pada birama 35 dengan tanda sukat 15/8 yang dimainkan dengan cara accelerando, motif melodi menggunakan rangkaian 7 nada dan rangkaian 6 nada dengan nilai nada 1/64-an dalam kesatuan nilai 1/8 (1 ketuk) dan pada birama 36 dengan tanda sukat 4/8 yang dimainkan dengan cara rallentando, motif melodi menggunakan rangkaian 6 nada dengan nilai nada 1/64-an dalam kesatuan nilai 1/8 (1 ketuk), sehingga pada bagian ini menggunakan teknik permainan piano broken chord yang memerlukan perpindahan gerakan penjarian dengan cepat dan tepat. 3. Birama 46 sampai birama 47. Gambar 70. Birama 46 sampai Birama 47 Pada birama 46 dengan tanda sukat 3/4 terdapat motif melodi bernilai 1/16-an dan 1/32-an dan pada birama 47 dengan tanda sukat 3/4 motif melodi menggunakan rangkaian 12 nada dengan nilai nada 1/32-an dalam kesatuan nilai 1/4 (1 ketuk), sehingga pada bagian ini menggunakan teknik permainan piano broken chord yang

129 memerlukan perpindahan gerakan penjarian dengan cepat dan tepat. Beberapa bagian pada Concerto for The Left Hand (in D) karya Maurice Ravel yang dimainkan dengan teknik permainan piano yang cepat adalah: birama 50 sampai birama 51, birama 54 sampai birama 55, birama 59, birama 93, birama 99 sampai birama 114, birama 452 sampai birama 464 dan bagian cadenza pada birama 467 sampai birama 518. B. Power Power merupakan kekuatan suara yang dihasilkan pada saat memainkan alat musik. Power yang baik adalah power yang keras dan jelas. Dalam memainkan sebuah karya konserto, seorang pemain solo piano harus memiliki power yang bagus agar bunyi yang dihasilkan tidak kalah dengan bunyi instrumen pengiringnya, karena konserto adalah sebuah karya yang dibuat untuk menunjukkan keahlian atau kepiawaian seorang komposer dan juga keahlian bermain alat musik, sehingga suara pemain solo harus lebih menonjol daripada pengiringnya. Dalam Concerto for The Left Hand (in D) karya Maurice Ravel terdapat beberapa bagian yang sulit untuk dimainkan dengan power yang bagus (keras) bagian-bagian tersebut antara lain: 1. Birama 55 sampai birama 58.

130 Gambar 71. Birama 55 sampai Birama 58 Pada bagian ini, di birama 55 sampai birama 58 terdapat tanda crecendo yang intensitasnya semakin naik menuju tanda dinamik fortissimo (ff), sehingga pada bagian ini menggunakan teknik permainan piano block chordyang semakin keras. 2. Birama 180 dan birama 187. Gambar 72. Birama 180 sampai Birama 187 Pada birama 180, rangkaian akor dimainkan dengan teknik permainan piano block chorddengan cara staccato dalam tanda dinamik forte. Pada birama 187, rangkaian melodi dengan teknik permainan piano broken chord dalam tanda dinamik fortissimo (ff). Beberapa bagian pada Concerto for The Left Hand (in D) karya Maurice Ravel yang dimainkan dengan teknik permainan piano dengan power yang keras adalah: birama 33, birama 46 sampai birama 47, birama 50 sampai birama 51, birama 54 sampai birama 55, birama

131 59, birama 80, birama 110 sampai birama 111, birama 113 sampai birama 114, birama 122 sampai birama 123, birama 132 sampai birama 133, birama 154, birama 177, birama 193, birama 215 sampai birama 216, birama 219, birama 359 sampai birama 361, birama 362 sampai birama 366, birama 401 sampai birama 402, birama 420 sampai birama 424, birama 447 sampai birama 451, birama 496, birama 501, birama 507 dan birama 513. C. Teknik penggunaan pedal 1. Birama 34 sampai birama 36. Gambar 73. Birama 34 sampai Birama Birama 38 sampai birama 40. Gambar 74. Birama 38 sampai Birama 40 Beberapa bagian pada Concerto for The Left Hand (in D) karya Maurice Ravel yang dimainkan dengan teknik permainan piano yang menggunakan pedal adalah: birama 44, birama 59, birama 80, birama

132 86 sampai birama 92, birama 97 sampai birama 98, birama 103, birama 108, birama 297, birama 467. D. Teknik Penjarian Dalam Concerto for The Left Hand (in D) karya Maurice Ravel terdapat beberapa bagian yang memerlukan perpindahan posisi secara cepat dan tepat, selain itu dalam karya ini juga terdapat beberapa posisi yang sulit untuk dimainkan. Berikut ini adalah merupakan bagianbagian dalam Concerto for The Left Hand (in D) karya Maurice Ravel yang posisinya sulit untuk dimainkan: 1. Birama 56 sampai birama 58. Gambar 75. Birama 56 sampai Birama 58 Pada bagian ini terdapat pola teknik permainan piano block chord pada register suara atas dengan rangkaian melodi pada register suara bawah piano. 2. Birama 85 sampai birama 89.

133 Gambar 76. Birama 85 sampai Birama 89 Pada bagian ini, terdapat irama konflik (irama padu) dimana register suara atas piano menggunakan tanda sukat 3/4 dengan rangkaian motif melodi 2 nada bernilai 1/8-an dalam satu kesatuan ketuk 1/4 (1 ketuk) dan register suara bawah menggunakan tanda sukat 3/4 dengan rangkaian motif melodi 3 nada bernilai 1/8-an dalam satu kesatuan ketuk 1/4 (1 ketuk). Beberapa bagian pada Concerto for The Left Hand (in D) karya Maurice Ravel yang merupakan posisi yang sulit untuk dimainkan, sehingga diperlukan latihan & teknik yang tinggi adalah: birama 34 dan birama 37, birama 39 sampai birama 43, birama 44 sampai birama 45, birama 48 sampai birama 50, birama 52 sampai birama 54, birama 59, birama 90 sampai birama 92, birama 94 sampai birama 97, birama 115 sampai birama 123, birama 248 sampai birama 267, birama 339 sampai birama 347, birama 375 sampai birama 384dan bagian cadenza pada birama 467 sampai birama 518. e) Kesehatan dan ketahanan dalam bermain Concerto for The Left Hand (in D) karya Maurice Ravel merupakan sebuah karya yang memiliki jumlah birama yang cukup banyak, sehingga karya tersebut cukup panjang untuk dimainkan. Untuk

134 dapat memainkan Concerto for The Left Hand (in D) karya Maurice Ravel, seorang pemain piano harus memiliki ketahanan yang baik dalam bermain. Untuk mendapatkan ketahanan dan keamanan dalam bermain alat musik, seorang pemain harus mengetahui posisi duduk yang baik, posisi tangan yang baik, dan posisi badan yang baik. Posisi yang baik adalah posisi yang tidak ada ketegangan diantara otot-otot tubuh baik otot badan, tangan, maupun jari. F. Interpretasi Interpretasi merupakan teknik tertinggi setelah speed, power, dan pedal dikuasai. Akan tetapi dalam karya Concerto for the Left Hand (in D) karya Maurice Ravel ini untuk interpretasi tidak terlalu ditonjolkan karena lebih menonjulkan masalah teknik.

135 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang teknik permainan Concerto for the Left Hand (in D) untuk piano karya Maurice Ravel, maka dapat disimpulkan yaitu: 1. Kerangka struktur Concerto for the Left Hand (in D) untuk piano karya Maurice Ravel terdiri dari 6 bagian yaitu: bagian introduksi pada birama 33 sampai birama 38, bagian pertama birama 38 sampai birama 60, bagian kedua pada birama 80 sampai birama 123, bagian ketiga pada birama 140 sampai birama 267, bagian keempat pada birama 297 sampai birama 464 dan bagian kelima pada birama 467 sampai birama Analisa teknik permainan dalam Concerto for the Left Hand (in D) untuk piano karya Maurice Ravel pada penelitian ini dilakukan dengan menganalisis 5 teknik permainan piano yaitu: (1) speed dalam teknik broken chord dan pola melodi, (2) power dalam teknik block chord, (3) teknik penggunaan pedal, (4) teknik penjarian untuk menentukan bentuk penjarian dan penggunaan teknik arpeggio untuk nada yang lebih 1 oktaf dan (5) kesehatan dan ketahanan fisik, (6) Interpretasi.

136 B. Saran 1. Bagi pianis yang akan memainkan komposisi piano yang membutuhkan keterampilan yang tinggi selain diperlukan teknik yang sudah matang juga disarankan untuk mengetahui dan memahami tentang komposisi karya yang dimainkan sehingga dengan demikian didapatkan bentuk interpretasi cara bermain yang sesuai dengan harapan dari komposer. 2. Bagi guru (pengajar) piano, untuk lebih memahami pentingnya mengajarkan teknik permainan piano bagi kemajuan kemampuan bermain siswa.

137 DAFTAR PUSTAKA Banoe, Pono Kamus Musik. Yogyakarta : Kanisius. Departemen Pendidikan Nasional.2005.Kamus Besar Bahasa Indonesia(EdisiKetiga). Jakarta: Balai Pustaka. Jones, George Thaddeus Music Theory. A Division of Harper & Row, Publisher. New York, Hagerstown, San Francisco, London. Kodijat, Latifah Tangganada dan Trinada. Jakarta: Djambatan., Penuntun Mengajar Piano. Jakarta : Djambatan. Mack, Dieter Ilmu Melodi. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi. Moleong, J. L Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya. Mudjillah, Hanna, Sri Teori Musik Dasar. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Permana, Gilang Yoga Analisis Teknik Permainan Concerto Op. 30 In A Major untuk gitar karya Mauro Giuliani. Tugas Akhir Skripsi S1. Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Seni Musik Fakultas Bahasa dan seni. Universitas Negeri Yogyakarta. Poerwadarminta, W.J Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka. Balai Prier, Karl Edmund, SJ Ilmu Bentuk Musik. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi. Sianipar, Ronald Fernando Eksplorasi Teknik Piano pada Penyajian Polonaise Op.30 karya Chopin. Tugas Akhir Skripsi S1. Yokyakarta : Jurusan Seni Musik Fakultas Seni Pertunjukan. Institut Seni Indonesia. Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatf Kualitatif dan R&D. Bandung: C.V Alfabeta. Sulistiyani, Erwin Analisis Concerto G Mayor K.216 Karya Wolfgang Amadeus Mozart. Tugas Akhir Skripsi S1. Yogyakarta: Jurusan

138 Pendidikan Seni Musik. Fakultas Bahasa dan Seni.Universitas Negeri Yogyakarta. Syafiq, Muhammad Ensiklopedia Musik Klasik. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Ulehla, Ludmila. Contemporary Harmoni Romanticism Through The Twelve Tone Row. New York. Collier- Macmillan Limited, London.