Orang yang berbuat ikhlas karena Allah subhanahu wa ta ala disebut

Orang ikhlas akan merasa senang apabila melihat orang lain lebih baik

Sabtu , 17 Oct 2020, 16:20 WIB

Pexels

Mengenal Ikhlas, Dasar dari Semua Ibadah.

Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikhlas (berakar kata khalasha) berarti jernih, bersih, murni, dan suci dari campuran dan pencemaran. Dalam konteks amal ibadah, orang ikhlas (mukhlis) adalah orang yang beramal karena Allah semata, menghindari pujian dan perhatian makhluk, dan membersihkan amal dari setiap yang mencemarkannya.

Baca Juga

Orang yang mukhlis ialah orang yang tidak peduli, seandainya hilang seluruh penghormatan kepadanya di dalam hati manusia, untuk kebaikan hatinya bersama Allah SWT. Keharusan ikhlas dalam beramal karena perintah Allah berikut

ومَا أُمِرُوْا إِلاَّ لِيَعْبُدُوْا اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَاءَ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam menjalankan agama dengan lurus” (Qs Al-Bayyinah/98:5).

Kata (حُنَفَاءَ ) yang berarti “agama yang lurus” pada ayat di atas maksudnya adalah terjauhkan dari hal-hal syirik dan menuju kepada tauhid. Di sinilah pentingnya ikhlash dalam selurus amal ibadah, agar amalan tersebut tidak sia-sia dan tidak mendapat adzab dari Allah, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

KH. Ahmad Dahlan dalam pengajian-pengajiannya sering kali menyebutkan mahfudhad (kata-kata bijak) berikut: Manusia itu semua mati kecuali para orang yang berilmu, semua ornag berilmu dalam kebingungan kecuali mereka yang beramal, mereka yang beramal semuanya dalam kekhawatiran kecuali mereka yang ikhlas.

Sikap ikhlas, niat tulus kepada Allah, menjadi syarat dan dasar semua amal ibadah. Amal yang dilakukan dengan ikhlas pasti akan mendapat ridha dan balasan dari Allah dan sekaligus berdampak baik bagi diri dan lingkungan sosilanya.

Sebaliknya, amal yang tidak ikhlas atau pamer mengharap pujian orang lain, meski bisa berdampak baik bagi orang lain, tetapi akan berdampak buruk bagi diri sendiri dan tidak memperoleh ridha Allah. Setiap amal yang diterima Allah adalah amal yang dilaksanakan berdasarkan kebenaran dan keikhlasan.

Benar maksudnya sesuai dengan syariat, berdasarkan tuntunan, dan mengandung kemaslahatan. Sedangkan yang dimaksud amal yang ikhlas adalah amal yang ditujukan kepada Allah semata.

Diantara ciri penting dari keikhlasan adalah tidak terjebak dalam fanatisme golongan, suku, keluarga, atau kubu. Karena bagi orang yang berjuang membesarkan agama di jalan Allah selalu berlapang dada, luas pergaulannya, dan memberikan kesempatan kepada siapa saja untuk bersama-sama beramal.

Orang ikhlas akan merasa senang apabila melihat orang lain lebih baik, lebih pandai, lebih mulia akhlaknya dalam beramal. Bukan sebaliknya, iri dan dengki melihat kesuksesan yang dicapai orang lain.

Sifat dan sikap ikhlas dapat dipraktikkan baik untuk diri sendiri maupun dalam berorganisasi. Dalam konteks beramal dan berjuang di Muhammadiyah, orang yang ikhlas tidak pernah terjebak membela kelompoknya sendiri atau memperturutkan pendapatnya sendiri untuk dipaksakan menjadi keputusan organisasi atau orang lai.

Tentu tidak mudah mencapai derajat keilkhlasan yang sempurna dalam seluruh amal perbuatan, tetapi setiap orang harus melatih diri dan berusaha mencapai keikhlasan itu. Melatihkan diri dalam balutan keikhlasan merupakan sikapyang sangat diperlukan dalam memperbaiki kehidupan manusia yang sebenarnya. Sifat ikhlas dapat mengikis sikap hipokrit (kemunafikan) yang sering kali menjadi sumber petaka dalam hidup berorganisasi dan bermasyarakat.

*Mutohharun Jinan, Dosen FAI Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sumber: Majalah SM Edisi 7 Tahun 2017

//www.suaramuhammadiyah.id/2020/10/15/ikhlas/

  • ikhlas
  • ibadah
  • muslim
  • keikhlasan

sumber : Suara Muhammadiyah

ilustrasi sholat. islam-today.ru

JABAR | 23 April 2021 17:00 Reporter : Andre Kurniawan

Merdeka.com - Banyak ulama sering mengingatkan kita untuk melakukan segala sesuatunya dengan ikhlas. Meski sudah sering mendengar kajian atau ajakan untuk bertindak secara ikhlas, namun ini bukanlah perkara yang mudah untuk dilakukan.

Seorang ulama bernama Sufyan Ats Tsauri pernah berkata bahwa, "Sesuatu yang paling sulit bagiku untuk aku luruskan adalah niatku, karena begitu seringnya ia berubah-ubah."

Ya, sulitnya kita untuk bertindak ikhlas dikarenakan hati kita yang sering berubah-ubah. Padahal, seperti yang kita tahu, setiap amalan atau ibadah yang kita lakukan, harus terdapat keikhlasan di dalamnya.

Anda juga harus ingat bahwa ikhlas adalah salah satu syarat diterimanya amal. Allah SWT berfirman dalam salah satu ayatnya, yang artinya,

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus." (QS. Al Bayyinah: 5).

Kita tahu bagaimana pentingnya ikhlas dalam setiap amalan. Tapi apa sebenarnya ikhlas, dan bagaimana cara untuk meraihnya? Dalam artikel kali ini, kami akan memberi penjelasan tentang ikhlas.

2 dari 3 halaman

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ikhlas adalah bersih hati atau tulus hati. Secara bahasa, kata ikhlas artinya murni, tidak bercampur dengan yang lainnya. Maka dari itu, ikhlas adalah memurnikan sesuatu. Sedangkan secara terminologi ikhlas adalah mengerjakan amal perbuatan lillahi ta’ala, semata-mata karena Allah SWT, dan bukan karena faktor lainnya.

Kemudian, dikutip dari rumaysho.com, Abul Qosim Al Qusyairi mengatakan bahwa, "Ikhlas adalah menjadikan niat hanya untuk Allah dalam melakukan amalan ketaatan. Jadi, amalan ketaatan tersebut dilakukan dalam rangka mendekatkan diri pada Allah. Sehingga yang dilakukan bukanlah ingin mendapatkan perlakuan baik dan pujian dari makhluk atau yang dilakukan bukanlah di luar mendekatkan diri pada Allah."

Sedangkan menurut Hudzaifah Al Mar’asiy, "Ikhlas adalah kesamaan perbuatan seorang hamba antara zhohir (lahiriyah) dan batin." Berkebalikan dengan riya’, yang merupakan amalan zhohir (yang tampak) lebih baik dari amalan batin yang tidak ditampakkan, ikhlas, minimalnya adalah sama antara lahiriyah dan batin.

Ulama lainnya, Al Harawi mengatakan bahwa "Ikhlas adalah, membersihkan amal dari setiap noda." Yang lain berkata, seorang yang ikhlas adalah, seseorang yang tidak mencari perhatian di hati manusia dalam rangka memperbaiki hatinya di hadapan Allah, dan tidak suka seandainya manusia sampai memperhatikan amalnya, meskipun hanya seberat biji sawi.

3 dari 3 halaman

Keikhlasan dalam hati tidak hanya membuat amal kebaikan kita diterima, tapi juga membuat kita mendapatkan pertolongan dari Allah SWT. Nabi Muhammad SAW bersabda,

“Allah akan menolong umat ini karena sebab orang miskin, karena do’a orang miskin tersebut, karena shalat mereka dan karena keikhlasan mereka dalam beramal.” (HR. An Nasai).

Namun, untuk menimbulkan rasa ikhlas dalam hati bukanlah hal yang mudah. Berikut adalah beberapa cara meraih keikhlasan yang dapat membantu meningkatkan rasa ikhlas dalam hati.

Banyak Berdoa

Cara yang dapat menolong seorang hamba untuk ikhlas adalah dengan banyak berdoa kepada Allah SWT. Kita bisa melihat bagaimana Nabi kita Muhammad SAW, di antara doa yang sering beliau panjatkan adalah doa,

“Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari perbuatan menyekutukan-Mu sementara aku mengetahuinya, dan akupun memohon ampun terhadap perbuatan syirik yang tidak aku ketahui.” (HR. Ahmad).

Dikutip dari muslim.or.id, Umar bin Khattab juga sering memanjatkan doa seperti berikut, “Ya Allah, jadikanlah seluruh amalanku amal yang saleh, jadikanlah seluruh amalanku hanya karena ikhlas mengharap wajahmu, dan jangan jadikan sedikitpun dari amalanku tersebut karena orang lain.”

Menyembunyikan Amal Kebaikan

Cara lain yang dapat mendorong seseorang agar lebih ikhlas adalah dengan menyembunyikan amal kebaikannya. Seseorang bisa menyembunyikan amal-amal baik yang disyariatkan dan lebih utama, seperti shalat sunnah, puasa sunnah, dan lain-lain. Amal kebaikan yang dilakukan tanpa diketahui orang lain dapat mendorong sifat ikhlas, karena tidak ada yang mendorongnya untuk melakukan kebaikan tersebut kecuali hanya karena Allah semata.

Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis yang artinya,

“Tujuh golongan yang akan Allah naungi pada hari di mana tidak ada naungan selain dari naungan-Nya yaitu pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh di atas ketaatan kepada Allah, laki-laki yang hatinya senantiasa terikat dengan mesjid, dua orang yang mencintai karena Allah, bertemu dan berpisah karena-Nya, seorang lelaki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang cantik dan memiliki kedudukan, namun ia berkata: sesungguhnya aku takut kepada Allah, seseorang yang bersedekah dan menyembunyikan sedekahnya tersebut hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya dan seseorang yang mengingat Allah di waktu sendiri hingga meneteslah air matanya.” (HR Bukhari Muslim).

Memandang Rendah Amal Kebaikan

Di antara bencana yang dialami seorang hamba adalah ketika ia merasa ridha dengan amal kebaikan yang dilakukan, yang pada akhirnya hal ini dapat menyeretnya ke dalam perbuatan ujub (berbangga diri) sehingga dapat merusak keikhlasan di dalam hatinya.

Semakin ujub seseorang terhadap amal kebaikan, maka semakin kecil dan rusak keikhlasan dari amal tersebut. Bahkan, pahala amal kebaikan tersebut dapat hilang sia-sia.

Sa’id bin Jubair pernah berkata, “Ada orang yang masuk surga karena perbuatan maksiat dan ada orang yang masuk neraka karena amal kebaikannya”. Ditanyakan kepadanya “Bagaimana hal itu bisa terjadi?”. Beliau menjawab, “seseorang melakukan perbuatan maksiat, ia pun senantiasa takut terhadap adzab Allah akibat perbuatan maksiat tersebut, maka ia pun bertemu Allah dan Allah pun mengampuni dosanya karena rasa takutnya itu, sedangkan ada seseorang yang dia beramal kebaikan, ia pun senantiasa bangga terhadap amalnya tersebut, maka ia pun bertemu Allah dalam keadaan demikian, maka Allah pun memasukkannya ke dalam neraka.”

(mdk/ank)

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA