Oralit dapat membantu mengurangi keluhan diare oralit termasuk jenis

Oralit (dalam bahasa Inggris: oral rehydration therapy) merupakan larutan untuk menyembuhkan diare. Oralit merupakan larutan pengganti cairan dan elektrolit yang ada di dalam tubuh karena diare. Oralit boleh dikonsumsi bayi, anak-anak, hingga usia dewasa. Larutan ini sering disebut rehidrasi oral. Larutan ini mempunyai komposisi campuran natrium klorida, kalium klorida, glukosa anhidrat, dan natrium bikarbonat.[1] Penelitian yang dilakukan oleh organisasi kesehatan dunia dari tahun 1980-2003, membuktikan bahwa memberikan larutan oralit dan zinc efektif untuk mengobati diare. Penemuan tersebut bermanfaat hingga bisa menurunkan angka kematian karena diare sebesar 40% pada anak-anak. Di tahun 2004, organisasi kesehatan dunia WHO dan UNICEF membuat kebijakan dalam pemberian obat diare dengan menggunakan oralit dan zinc, selama 10 hingga 14 hari.[2]

Bentuk dari oralit berupa serbuk yang siap untuk dilarutkan. Proses pelarutan menggunakan air yang sudah matang.[3] Adapun cara menyiapkan oralit adalah sebagai berikut:

  1. Oralit dimasukkan ke dalam gelas yang bersih.[3]
  2. Oralit dilarutkan dengan air 200 ml.[3]
  3. Air larutan tersebut tidak boleh dicampurkan dengan jenis air lainnya, seperti susu atau teh manis.[3]
  4. Oralit harus larut merata dengan cara diaduk, tidak boleh mengental.[3]

Adapun dosis yang digunakan ketika mengkonsumsi oralit yaitu:

  • Bagi orang dewasa dengan keluhan dehidrasi ringan: 50 ml larutan oralit per kg berat badan, yang dikonsumsi setiap 4 hingga 6 jam.[4]
  • Bagi orang dewasa dengan keluhan dehidrasi sedang: 100 ml larutan oralit per kg berat badan, yang dikonsumsi setiap 4 hingga 6 jam.[4]
  • Bagi orang dewasa agar menjaga cairan dalam tubuh tetap seimbang dengan kondisi dehidrasi ringan: 100-200 ml larutan oralit per kg berat badan, yang dikonsumsi satu kali sehari.[4]
  • Bagi orang dewasa agar menjaga cairan dalam tubuh tetap seimbang dengan kondisi dehidrasi parah 15 ml larutan oralit per kg berat badan, yang dikonsumsi setiap jam.[4]
  • Bagi anak-anak usia di bawah dua tahun:15 ml larutan oralit per kg berat badan, yang dikonsumsi satu kali dalam sehari.[4]
  • Bagi anak-anak usia 2 hingga 10 tahun: 50 ml larutan oralit per kg berat badan, yang dikonsumsi untuk 4 jam pertama, dan 100 ml larutan per kg berat badan yang dikonsumsi untuk 18 jam berikutnya.[4]

Oralit sering digunakan untuk pelengkap, bagi anak-anak yang mengalami diare. Selain itu, oralit bermanfaat untuk pencegahan dehidrasi ketika diare yang disebabkan oleh cairan tubuh yang hilang. Saat mengkonsumsi oralit dengan tujuan menggantikan cairan tubuh yang hilang, harus memperhatikan keadaan tubuh dan memperhatikan efek samping setelah meminum obat ini.[5]

Bila tidak ada oralit, dapat juga digunakan larutan gula dan garam, yaitu dua sendok teh gula dan setengah sendok teh garam dapur dilarutkan ke dalam satu gelas air matang. Selain itu, agar cairan tubuh kembali seimbang bisa ditunjang dengan makanan yang direkomendasikan seperti BRAT, akronim dari Banana atau pisang, Rice atau nasi, Apple sauce atau saus apel, dan Toast atau roti panggang.[6]

  1. ^ Pane, Merry Dame Cristy (2019). "Oralit". Alodokter. Diakses tanggal 2022-02-25. 
  2. ^ Illahi, Ratna Kurnia; Firnanda P., Fitra; Sidharta, Bambang (2016). "Tingkat Pendidikan Ibu dan Penggunaan Oralit dan Zinc pada Penanganan Pertama Kasus Diare Anak Usia 1-5 Tahun: Sebuah Studi di Puskesmas Janti Malang". Pharmaceutical Journal of Indonesia. hlm. 2. 
  3. ^ a b c d e Amelia, Fiona (2021). "Oralit: Manfaat, Dosis yang Perlu Diperhatikan, dan Efek Samping". id.theasianparent.com. Diakses tanggal 2022-02-28. 
  4. ^ a b c d e f Verizarie, Rhandy (2019). "4 Manfaat Oralit Beserta Dosis dan Efek Sampingnya". Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan - DokterSehat. Diakses tanggal 2022-02-28. 
  5. ^ Khurota, Arin; Deriyanthi, Debby (2020). "Oralit Obat Apa? Panduan Fungsi, Dosis, Efek Samping, dan Kegunaannya | Good Doctor | Tips Kesehatan, Chat Dokter, Beli Obat Online". www.gooddoctor.co.id. Diakses tanggal 2022-02-28. 
  6. ^ Lararenjana, Edelweis (2020). "Cara Membuat Oralit Sendiri di Rumah, Gampang Dipraktikkan dan Wajib Diketahui". merdeka.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-28. 

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Oralit&oldid=20768137"

Hampir semua orang mungkin pernah menderita diare. WHO mendefinisikan bahwa diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering dari biasanya, tiga kali atau lebih dalam satu hari.

Perlu diketahui jika menderita diare kurang dari 14 hari, penderita mengalami diare akut, dan jika lebih dari 14 hari, sudah dipastikan penderita mengalami diare kronis/persisten. Selain itu ada 3 derajat dehidrasi diare yang tak kalah pentingnya untuk diketahui;

  1. Diare Tanpa Dehidrasi, ciri-cirinya jika pada Balita, ia tetap aktif, memiliki keinginan untuk minum seperti biasa, mata tidak cekung, dan turgor kembali segera. Namun, Balita akan kehilangan cairan <5% dari berat badan.
  2. Diare Dehidrasi Ringan/Sedang, biasanya Balita mengalami gelisah atau rewel, mata cekung, rasa haus meningkat, turgor kembali lambat, dan kehilangan cairan 5-10% dari berat badan.
  3. Diare Dehidrasi Berat, ditandai dengan lesu/lunglai, mata cekung, malas minum, turgor kembali sangat lambat > 2 detik, dan kehilangan cairan >10% dari berat badan.

Oralit dapat membantu mengurangi keluhan diare oralit termasuk jenis

Secara umum, penyebaran diare biasa terjadi melalui infeksi (kuman-kuman penyakit) seperti bakteri, virus, dan parasite. Biasanya menyebar melalui makanan/minuman yang tercemar atau kontak langsung dengan tinja penderita. Penyebaran bisa juga terjadi karena menurunnya daya tahan tubuh yang disebabkan kurangnya asupan ASI kepada bayi sampai 2 tahun atau lebih. Di dalam ASI terdapat antibodi yang dapat melindungi bayi dari kuman penyakit. Kurang gizi/malnutrisi terutama anak yang gizi buruk akan mudah terkena diare.

Yang paling penting soal penyebaran diare adalah tergantung pada perilaku dan faktor lingkungan. Penyakit diare adalah penyakit yang berbasis lingkungan yang faktor utamanya dari kontaminasi air atau tinja yang berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat.

Untuk mengatasi penyakit diare, berikut tindakan pencegahan dehidrasi yang bisa dilakukan di tingkat rumah tangga jika balita mengalami diare;

  1. Memberikan ASI lebih sering dan lebih lama dari biasanya.
  2. Pemberian oralit untuk mencegah dehidrasi sampai diare berhenti.
  3. Memberikan obat Zinc yang tersedia di apotek, Puskesmas, dan rumah sakit. Diberikan sekali sehari selama 10 hari berturut-turut meskipun diare sudah berhenti. Zinc dapat mengurangi parahnya diare, mengurangi dursi dan mencegah berulangnya diare 2 sampai 3 bulan ke depan.
  4. Memberikan cairan rumah tangga, seperti sayur, kuah sup, dan air mineral.
  5. Segera membawa Balita diare ke sarana kesehatan.
  6. Pemberian makanan sesuai umur :
  7. Bayi berusia 0-6 bulan : hanya diberikan ASI sesuai keinginan anak, paling sedikit 8 kali sehari (pagi, siang, maupun malam hari). Jangan berikan makanan atau minuman lain selain ASI.
  8. Bayi berusia 6-24 bulan: Teruskan pemberian ASI, mulai memberikan Makanan Pendamping ASI (MP ASI) yang teksturnya lembut seperti bubur, susu, dan pisang.
  9. Balita umur 9 sampai 12 bulan: Teruskan pemberian ASI, berikan MP ASI lebih padat dan kasar seperti nasi tim, bubur nasi, tambahkan telur/ayam/ikan/tempe/wortel/kacang hijau.
  10. Balita umur 12 sampai 24 bulan: teruskan pemberian ASI, berikan makanan keluarga secara bertahap sesuai dengan kemampuan anak.
  11. Balita umur 2 tahun lebih: berikan makanan keluarga 3x sehari, sebanyak 1/3-1/2 porsi makan orang dewasa. Berikan pula makanan selingan kaya gizi 2x sehari di antara waktu makan.

Anjuran Makan untuk Diare Persisten

  1. Jika anak masih mendapat ASI: berikan lebih sering dan lebih lama, pagi, siang, dan malam
  2. Jika anak mendapat susu selain ASI: kurangi pemberian susu tersebut dan tingkatkan pemberian ASI. Gantikan setengah bagian susu dengan bubur nasi ditambah tempe, jangan beri susu kental manis. Untuk makanan lain, ikuti anjuran pemberian makan sesuai dengan kelompok umur.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline (kode lokal) 1500-567,SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email .

Kepala Biro Komunikasi dan

Pelayanan Masyarakat

drg. Oscar Primadi, MPH

NIP.196110201988031013