Nilai-nilai apa yang bisa anda ambil dari terjadinya peristiwa proklamasi tersebut


Sebagai masyarakat Indonesia, Kamu tentu tahu dong apa yang spesial di bulan Agustus ini? Tepat sekali! Pada tanggal 17 Agustus 2021 nanti kita akan merayakan HUT ke-76 Republik Indonesia. 

Meskipun perjuangan para pahlawan kemerdekaan sudah berlalu, bukan berarti perjuangan tersebut sudah tidak relevan lagi loh. Ada banyak inspirasi dari perjuangan kemerdekaan yang bisa Kamu terapkan sebagai pelaku usaha. Dilansir dari kompas.com, situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI memuat 4 nilai perjuangan yang bisa Kamu terapkan sebagai pelaku usaha!  

1. Persatuan dan kesatuan

Persatuan dan kesatuan menjadi salah satu nilai yang penting dalam sebuah perjuangan. Dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan, kita dapat menjadi semakin kuat, berbeda halnya jika masing-masing pihak saling mengutamakan kepentingannya sendiri. Bukan hanya itu saja, nilai persatuan dan kesatuan juga selaras dengan nilai bangsa Indonesia. 

Dalam menerapkan persatuan dan kesatuan, bukan berarti kita harus memiliki kesamaan. Nah, saat menjalankan bisnis Kamu dan rekan-rekan Kamu mungkin saja memiliki perbedaan pendapat. Namun, untuk mencapai tujuan yang sama, tentu Kamu dan rekan-rekan harus bersatu dan saling mendukung satu-sama lain. Pastikan Kamu selalu memberikan kesempatan pada setiap pihak untuk mengemukakan pendapat.

2. Rela berkorban tanpa pamrih

Pada masa perang untuk memperjuangkan kemerdekaan, para pahlawan tentu sangat memperlihatkan pentingnya rasa rela berkorban tanpa rasa pamrih. Mereka mempertaruhkan jiwa dan raga, bahkan waktu dan harta mereka untuk meraih kemerdekaan. Tidak sedikit pejuang yang harus gugur ketika berperang.

Di masa sekarang, tentu nilai rela berkorban ini bisa Kamu terapkan melalui kontribusi-kontribusi bagi masyarakat. Sebagai pelaku usaha, Kamu harus menghadirkan produk dan layanan yang bisa mengatasi masalah di masyarakat. Selain itu, Kamu pun bisa menyebarkan sikap positif dengan membantu pihak-pihak yang membutuhkan, misalnya seperti para pekerja yang terdampak pandemi Covid-19. Dan ingat, Kamu tidak perlu mengharapkan apa-apa dari bantuan yang Kamu berikan.

3. Cinta pada tanah air

Pastinya, perjuangan para pahlawan pada masa sebelum kemerdekaan dimotivasi oleh rasa cinta terhadap Indonesia. Hal inilah yang kemudian menumbuhkan semangat untuk meraih kemerdekaan. Selain itu, rasa cinta tanah air juga bisa diwujudkan dengan mengapresiasi budaya, lingkungan, serta aspek lainnya yang berkaitan dengan Indonesia.

Nah, kalau dalam konteks berbisnis rasa cinta terhadap Indonesia bisa Kamu lakukan dalam banyak hal. Soalnya, pelaku usaha memang menjadi salah satu penggerak roda perekonomian negara. Bukan hanya itu saja, Kamu yang menyediakan produk-produk lokal juga bisa loh memperlihatkan potensi Kamu di lingkup internasional dengan mengekspor barang-barang Kamu ke berbagai negara.

4. Saling pengertian dan menghargai

Para pejuang kemerdekaan bukanlah orang-orang yang memiliki latar belakang yang sama. Namun, mereka menerapkan sikap saling mengerti dan menghargai. Hal inilah yang perlu kita tanamkan agar kita mempererat rasa kebersamaan kita. 

Di dalam dunia usaha sikap ini bisa diterapkan dalam interaksi, baik antara Kamu dan pelanggan, staf, maupun rekan bisnis. Ketika ada kendala, pastikan untuk tidak langsung mengambil kesimpulan. Berkomunikasilah sehingga Kamu dan pihak yang terlibat bisa saling memahami satu sama lain. Bukan hanya itu saja, keterbukaan ini juga akan membuat kedua pihak menjadi dihargai.

Jadi, perjuangan kemerdekaan bukan hanya dilakukan oleh pihak-pihak tertentu saja. Karena terlepas dari apapun peran Kamu, akan selalu ada kontribusi yang bisa Kamu lakukan untuk Indonesia. 

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 tahun Masehi, atau tanggal 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, yang dibacakan oleh Soekarno dengan didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau "Dokuritsu Junbi Cosakai", berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.Pengibaran bendera pada 17 Agustus 1945.Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, berdasarkan tim PPKI.[1] Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang telah menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang (sic).Dikibarkannya bendera Indonesia pada 17 Agustus 1945.Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang secara resmi menyerah kepada Sekutu di kapal USS Missouri. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta BPUPKI Dalam perjalanan sejarah menuju kemerdekaan Indonesia, dr. Radjiman adalah satu-satunya orang yang terlibat secara akif dalam kancah perjuangan berbangsa dimulai dari munculnya Boedi Utomo sampai pembentukan BPUPKI. Manuvernya di saat memimpin Budi Utomo yang mengusulkan pembentukan milisi rakyat disetiap daerah di Indonesia (kesadaran memiliki tentara rakyat) dijawab Belanda dengan kompensasi membentuk Volksraad dan dr. Radjiman masuk di dalamnya sebagai wakil dari Boedi Utomo.Pada sidang BPUPKI pada 29 Mei 1945, ia mengajukan pertanyaan “apa dasar negara Indonesia jika kelak merdeka?” Pertanyaan ini dijawab oleh Bung Karno dengan Pancasila. Jawaban dan uraian Bung Karno tentang Pancasila sebagai dasar negara Indonesia ini kemudian ditulis oleh Radjiman selaku ketua BPUPKI dalam sebuah pengantar penerbitan buku Pancasila yang pertama tahun 1948 di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi. Terbongkarnya dokumen yang berada di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi ini menjadi temuan baru dalam sejarah Indonesia yang memaparkan kembali fakta bahwa Soekarno adalah Bapak Bangsa pencetus Pancasila.Pada tanggal 9 Agustus 1945 ia membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Saigon dan Da Lat untuk menemui pimpinan tentara Jepang untuk Asia Timur Raya terkait dengan pengeboman Hiroshima dan Nagasaki yang menyebabkan Jepang berencana menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, yang akan menciptakan kekosongan kekuasaan di Indonesia. tidak tahu telah terjadi peristiwa Rengasdengklok.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA