Mengapa sebagian besar negara-negara di kawasan asia tenggara

Asia Tenggara merupakan kawasan yang letaknya strategis, dimana terletak pada jalur perdagangan dunia yang menghubungkan beberapa Samudera dan Wilayah Asia. Maka tidak mengherankan jika negara di kawasan Asia Tenggara atau ASEAN berperan aktif dalam kegiatan perekonomian internasional. Apalagi ditunjang dengan potensi ekonomi negara-negara ASEAN dari sumber daya alam yang melimpah, sehingga bisa menopang perekonomian negaranya, kawasan, maupun dunia.

Seperti diketahui, kawasan ASEAN berada di Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, serta Asia Timur dengan Asia Selatan dan Asia Tengah. Dengan posisi strategis yang dimilikinya setiap negara yang ada di kawasan ini memiliki sumber daya alam yang berasal dari laut yang akan menopang sebagian besar perekonomian negaranya.

Negara-negara di kawasan tersebut membentuk ASEAN (Association of South East Asian Nation) yang bertujuan sebagai wadah organisasi yang bergerak di bidang ekonomi dan politik. Adapun potensi ekonomi negara-negara ASEAN antara lain :

Kekayaan negara ini berasal dari hasil penjualan minyak bumi dan gas alam. Ladang minyak terbesar di Brunai Darussalam terdapat di wilayah Seria. Selain itu, ada banyak ladang minyak lepas pantai, beberapa diantaranya terletak di Ampar dan Kuala Belait.

Filipina merupakan negara agraris di mana sebagian besar mata penceharian penduduknya adalah di bidang pertanian. Kualitas pertanian negara ini sangatlah baik, terlihat dari terdapat banyak hasil pertanian yang di ekspor keluar negeri seperti padi, kelapa, dan gula.

Baca juga: Melihat Perkembangan IPTEK di Negara ASEAN

Indonesia memiliki potensi ekonomi yang cukup tinggi, dimana Indonesia memiliki sumber daya laut yang luas sehingga memiliki sangat banyak peluang dalam bidang kelautan seperti ikan, mutiara, dan kerang laut.

Indonesia juga merupakan negara di kawasan Asia Tenggara yang banyak mengekspor bahan mentah untuk diolah seperti karet. Selain itu, potensi pariwisata Indonesia sangatlah besar, contohnya Bali yang merupakan salah satu destinasi wisata nomor satu di dunia.

Hampir sama seperti Filipina, Kamboja merupakan negara yang bertumpu pada bidang pertanian untuk menopang perekonomiannya. Selain itu, Kamboja merupakan negara yang menghasilkan karet dalam jumlah yang cukup besar.

Laos dan Kamboja merupakan dua negara yang dilalui oleh sungai Mekong. Di kawasan sekitar sungai tersebut terdapat banyak lahan pertanian. Selain dalam bidang pertanian, emas dan tambang tembaga juga merupakan sumber perekonomian Laos.

Kegiatan ekonomi utama penduduk Malaysia adalah bertani. Namun demikian, Malaysia merupakan negara yang banyak melakukan ekspor internasional untuk produk peralatan listrik serta bahan dan produk kimia.

Myanmar juga merupakan salah satu negara yang menghasilkan padi dalam jumlah besar. Padi merupakan hasil utama bidang pertanian di negara tersebut. Myanmar juga bergantung pada perkebunan dan pertambangan.

Letak negara Singapura sangat strategis, dimana banyak penerbangan internasional yang menjadikan Singapura sebagai tempat transit. Singapura juga merupakan negara yang banyak dikunjungi oleh wisatawan luar negeri.

Thailand merupakan negara yang dijuluki sebagai lumbung padi Asia Tenggara. Selain dapat menghasilkan padi dalam jumlah besar, patung Budha yang ada di negara ini banyak menarik perhatian wisatawan sehingga sektor pariwisata juga merupakan penopang negara Thailand.

Perekonomian negara Vietnam mulai berkembang pasca perang telah usai. Pariwisata dan turisme merupakan salah satu hal pokok yang menjadi sumber pendapatan negara. Transportasi dan konstruksi di negara ini juga berkembang dengan sangat pesat.

Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat strategis untuk menumbuhkan perekonomian negara, khususnya bagi negara-negara berkembang di kawasan Asia Tenggara. Tiga negara, yaitu Thailand, Vietnam, dan Kamboja, menjadi contoh dalam penelitian ini untuk melihat pembangunan sektor pertanian. Bagi ketiga negara tersebut, sektor pertanian adalah ‘kunci’ perekonomian mereka dari waktu ke waktu. Sektor pertanian mempunyai arti yang sangat penting bagi masyarakat dan sangat berarti untuk menopang perekonomian negara di Asia Tenggara. Raja Bhumibol Adulyadej dari Thailand mengibaratkan “agriculture is the human life” (RRI & DOA, 2004: 30), yang dapat diartikan bahwa kehidupan masyarakat sangat tergantung dari sektor pertanian. 

Selain sebagai penyumbang GDP, keuntungan lainnya yang didapatkan dari sektor pertanian adalah penyerapan tenaga kerja yang tinggi, khususnya tenaga kerja di pedesaan. Di Thailand misalnya dari tahun 2001 sampai dengan 2006, sektor pertanian menyerap 38% s.d
39% dari seluruh total tenaga kerja (Encyclopedia of the Nations, 2001; Library of Congress, 2007). Sektor ini pun telah berjasa dalam menyerap tenaga kerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) ketika Krisis Ekonomi regional melanda Thailand pada tahun 1997-1998. Sementara itu, Kamboja data World Bank (2005) menyebutkan bahwa sekitar 75%-85% penduduk bekerja pada sektor pertanian. 

Sektor pertanian, terutama pertanian padi, merupakan sumber pendapatan utama bagi mayoritas petani di Thailand, Vietnam, maupun Kamboja. Ketiga negara ini mempunyai kelebihan sumber daya alam, antara lain terdapatnya kawasan subur untuk budidaya tanaman padi, seperti di Delta Sungai Mekong. Sebagai penghasil beras yang utama, kawasan Delta Mekong ini seringkali disebut sebagai “rice bowl”. Produksi pertanian di negaranegara yang termasuk dalam kawasan DAS Mekong menjadi andalan utama untuk mencukupi kebutuhan penduduknya, dan juga untuk ekspor. Saat ini Thailand adalah produsen beras pertama terbesar di dunia, yang diikuti oleh Vietnam. Kamboja, menurut
laporan yang dikeluarkan oleh USDA 2012, saat ini berada di peringkat ke 6 pengekspor terbesar di dunia. Sedangkan Indonesia, yang notabene merupakan negara agraris, hanya mampu menjadi pengimpor beras dari ketiga negara tersebut.

Walaupun Thailand, Vietnam, dan Kamboja dikenal sebagai negara-negara pengekspor beras, namun fluktuasi produksi beras tetap saja mereka alami. Di Vietnam dan Kamboja sebagai contoh, produksi beras sempat menurun ke level terendah ketika kedua negara ini masing-masing mengalami perang saudara.  Perang telah membuat rusaknya lahan pertanian dan infrastruktur penunjang, seperti saluran irigasi. Setelah perang berakhir, produksi beras perlahan pulih dan bangkit. Bahkan saat ini kedua negara tersebut mengalami surplus beras yang memungkinkan mereka menjadi daerah 

Jakarta -

Kawasan Asia Tenggara secara astronomis berada di antara 28°LU-11°LS dan 93°BT-141°BT. Letaknya diapit oleh dua benua yakni Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.


Dengan letak yang berada pada ujung pertemuan tersebut, menurut Drs. Sugiharyanto, M.Si. dalam buku "Geografi dan Sosiologi 3", mengakibatkan kawasan Asia Tenggara menjadi tempat strategis terutama bagi kehidupan perekonomian di dunia yang didukung oleh kekayaan sumber daya alamnya yang cukup melimpah.


Selain itu, posisinya yang berada pada lintang 23,5° LU-23,5° LS juga menyebabkan negara-negara di kawasan Asia Tenggara memiliki iklim tropis.


Hal itu dikarenakan letaknya yang dekat dengan garis khatulistiwa di mana garis jarak bumi dengan garis edar matahari sangat dekat sehingga intensitas sinar matahari yang diterima di kawasan ini cukup tinggi.


Selain itu, pengaruh diapit dua samudra dan dua daratan benua juga mengakibatkan kawasan Asia Tenggara ini memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan musim kering (kemarau).


Pergantian musim ini dalam setahun terjadi sekitar setengah tahun sekali yang ditandai oleh musim pancaroba. Sebagai musim peralihan dari musim kemarau menjadi musim hujan atau sebaliknya.


Mata pencaharian sebagian penduduk kawasan Asia Tenggara


Mata pencaharian sebagian penduduk kawasan Asia Tenggara bergantung pada kondisi alam yang ada. Dengan berada pada pertemuan daratan benua dan samudra menyebabkan kawasan Asia Tenggara memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan strategis.


Kekayaan sumber daya alam yang dijumpai di kawasan ini meliputi kekayaan flora, fauna, pertambangan, serta kekayaan lainnya seperti pertanian.


Maka dari itu, sebagian besar penduduk di kawasan Asia Tenggara bermata pencaharian sebagai petani. Bahkan negara-negara kawasan ASEAN memiliki hasil pertanian yang mempunyai nilai tinggi di dunia.


Hal ini dibuktikan dengan 6 negara kawasan Asia Tenggara yang menjadi lumbung padi, yakni Thailand, Vietnam, Myanmar, Laos, Filipina, dan Indonesia.


Di Indonesia sendiri, tingkat produktivitas beras cukup tinggi hingga masuk daftar negara lumbung padi. Data BPS menyatakan, produksi padi pada 2020 sebesar 54,65 juta ton gabah kering giling (GKG).


Jumlah produksi beras mengalami kenaikan sebanyak 45,17 ribu ton atau 0,08 persen jika dibandingkan dengan 2019. Jika dikonversi menjadi beras, total produksi mencapai 31,33 juta ton pada 2020.


Jumlah tersebut naik sebanyak 21,46 ribu ton atau 0,07 persen daripada 2019 sebesar 31,31 juta ton. Sayangnya total produksi beras belum mencukupi kebutuhan masyarakat Indonesia hingga harus impor.


Sementara itu, untuk menunjang hasil pertanian padi di kawasan Asia Tenggara, terdapat lembaga penelitian padi internasional yang terletak di Los Banos, Filipina.


Lembaga tersebut adalah International Rice Research Institute (IRRI) yang hasil risetnya digunakan banyak negara tak hanya kawasan Asia Tenggara.

Simak Video "Malaysia-Indonesia Sepakat Perkuat Bahasa Melayu"



(faz/pay)