Mengapa kita perlu berdoa ketika akhir dan awal tahun islam

Ilustrasi berdoa - simak waktu terbaik membaca doa akhir tahun dan awal tahun menyambut tahun baru Islam 2022 atau 1 Muharram 1444 Hijriyah

TRIBUNNEWS.COM - Waktu terbaik membaca doa akhir tahun jelang datangnya Tahun Baru Islam 2022 atau 1 Muharram 1444 Hijriyah? Simak penjelasannya.

Menjelang berakhirnya tahun baru Islam tahun ini, tak ada salahnya umat Islam menutupnya dengan membaca doa akhir tahun.

Begitu juga saat tiba atau masuk pada tahun baru Islam 2022, bisa diisi dengan membaca doa awal tahun.

Lantas, kapan waktu terbaik unttuk membaca doa akhir tahun dan awal tahun? 

Baca juga: 30 Link Twibbon Tahun Baru Islam 2022, 1 Muharram 1444 H, Dilengkapi Cara Buat dan Bagikan di Medsos

Dikutip dari laman Majelis Ulama Indonesia (MUI), mui.or.id, dalam penanggalan tahun Hijriyah, hari baru dihitung saat waktu magrib.

Dengan demikian, doa akhir tahun dianjurkan dibaca antara setelah Ashar hingga sebelum Magrib pada hari terakhir bulan Dzulhijjah.

Diketahui, berdasarkan keterangan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama (Dirjen Bimas Kemenag) Kamaruddin Amin, Tahun Baru islam 2022 atau 1 Muharram 1444 Hijriyah jatuh pada Sabtu, 30 Juli 2022.

Dengan demikian, 1 Muharram 1444 Hijriyah sudah dimulai pada Jumat (29/7/2022) waktu Magrib.

Oleh karena itu, doa akhir tahun bisa dibaca pada hari Jumat selepas ashar hingga sebelum Magrib.

Kemudian untuk doa awal tahun dibaca setelah Magrib.

Sebentar lagi kita akan memasuki tahun baru 1444 Hijriah, tepatnya pada Sabtu 30 Juli 2022 mendatang. Sebagai umat Islam, ada baiknya kita mengakhiri tahun ini dengan doa permohonan ampun kepada Allah atas kesalahan dan dosa yang telah lalu, serta memohon agar Alllah swt dapat menerima sesedikit apapun amal kebaikan yang telah kita perbuat. 

 

Doa itu sebaiknya dibaca sebanyak tiga kali sebelum magrib pada hari terakhir bulan Zulhijjah, yang pada tahun ini bertepatan pada 29 Juli 2022. Dilansir dari NU Online Ini Doa Rasulullah saw di Akhir Tahun, doa ini dicantumkan oleh Sayid Utsman bin Yahya dalam karyanya yang berisi kumpulan doa, berjudul Maslakul Akhyar.  

 

Berikut doa yang dibaca Rasulullah saw pada akhir tahun tersebut:

اَللَّهُمَّ مَا عَمِلْتُ مِنْ عَمَلٍ فِي هَذِهِ السَّنَةِ مَا نَهَيْتَنِي عَنْهُ وَلَمْ أَتُبْ مِنْه وَحَلُمْتَ فِيْها عَلَيَّ بِفَضْلِكَ بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَى عُقُوبَتِي وَدَعَوْتَنِي إِلَى التَّوْبَةِ مِنْ بَعْدِ جَرَاءَتِي عَلَى مَعْصِيَتِكَ فَإِنِّي اسْتَغْفَرْتُكَ فَاغْفِرْلِي وَمَا عَمِلْتُ فِيْهَا مِمَّا تَرْضَى وَوَعَدْتَّنِي عَلَيْهِ الثّوَابَ فَأَسْئَلُكَ أَنْ تَتَقَبَّلَ مِنِّي وَلَا تَقْطَعْ رَجَائِ مِنْكَ يَا كَرِيْمُ

 

Allâhumma mâ ‘amiltu min ‘amalin fî hâdzihis sanati mâ nahaitanî ‘anhu, wa lam atub minhu, wa hamalta fîhâ ‘alayya bi fadhlika ba‘da qudratika ‘alâ ‘uqûbatî, wa da‘autanî ilat taubati min ba‘di jarâ’atî ‘alâ ma‘shiyatik. Fa innî astaghfiruka, faghfirlî wa mâ ‘amiltu fîhâ mimmâ tardhâ, wa wa‘attanî ‘alaihits tsawâba, fa’as’aluka an tataqabbala minnî wa lâ taqtha‘ rajâ’î minka yâ karîm.

 

Artinya : Tuhanku, aku meminta ampun atas perbuatanku di tahun ini yang termasuk Kau larang-sementara aku belum sempat bertobat, perbuatanku yang Kau maklumi karena kemurahan-Mu-sementara Kau mampu menyiksaku, dan perbuatan (dosa) yang Kau perintahkan untuk tobat-sementara aku menerjangnya yang berarti mendurhakai-Mu. Karenanya aku memohon ampun kepada-Mu. Ampunilah aku. Tuhanku, aku berharap Kau menerima perbuatanku yang Kau ridhai di tahun ini dan perbuatanku yang terjanjikan pahala-Mu. Janganlah pupuskan harapanku. Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah.

 

Kemudian memasuki awal tahun, kita juga perlu membaca doa, agar pada tahun mendatang kita bisa menjadi manusia yang lebih baik.  Doa awal tahun ini dibaca sebanyak tiga kali di malam 1 Muharram.


Baca Juga:
Sambut Muharram dengan Istighosah dan Pengajian Umum

 

Berikut ini doa Rasulullah saw di awal tahun, yang juga dicantumkan Sayid Utsman bin Yahya dalam Maslakul Akhyar, seperti dikutif dari “Ini Doa Rasulullah saw di Awal Tahun”.

 

اَللَّهُمَّ أَنْتَ الأَبَدِيُّ القَدِيمُ الأَوَّلُ وَعَلَى فَضْلِكَ العَظِيْمِ وَكَرِيْمِ جُوْدِكَ المُعَوَّلُ، وَهَذَا عَامٌ جَدِيْدٌ قَدْ أَقْبَلَ، أَسْأَلُكَ العِصْمَةَ فِيْهِ مِنَ الشَّيْطَانِ وَأَوْلِيَائِه، وَالعَوْنَ عَلَى هَذِهِ النَّفْسِ الأَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ، وَالاِشْتِغَالَ بِمَا يُقَرِّبُنِيْ إِلَيْكَ زُلْفَى يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ

 

Allâhumma antal abadiyyul qadîmul awwal. Wa ‘alâ fadhlikal ‘azhîmi wa karîmi jûdikal mu‘awwal. Hâdzâ ‘âmun jadîdun qad aqbal. As’alukal ‘ishmata fîhi minas syaithâni wa auliyâ’ih, wal ‘auna ‘alâ hâdzihin nafsil ammârati bis sû’I, wal isytighâla bimâ yuqarribunî ilaika zulfâ, yâ dzal jalâli wal ikrâm.

 

Artinya : Tuhanku, Kau yang Abadi, Qadim, dan Awal. Atas karunia-Mu yang besar dan kemurahan-Mu yang mulia, Kau menjadi pintu harapan. Tahun baru ini sudah tiba. Aku berlindung kepada-Mu dari bujukan Iblis dan para walinya di tahun ini. Aku pun mengharap pertolongan-Mu dalam mengatasi nafsu yang kerap mendorongku berlaku jahat. Kepada-Mu, aku memohon bimbingan agar aktivitas keseharian mendekatkanku pada rahmat-Mu. Wahai Tuhan Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan.

 

Semoga Allah swt meringankan langkah kita ke depan menuju kebaikan dunia maupun akhirat. Dan baiknya, doa yang kitya baca ini disertai dengan dengan amalan lain seperti puasa, khataman, sema’an Al-Quran, sedekah, atau perbuatan positif lainnya.

Ila Fadilasari

Editor: Yudi Prayoga

Oleh: Humaeda dan Muhammad Zainal Karomi*

Bulan Muharram merupakan awal tahun Hijriah bagi umat muslim. Di balik perayaan tahun baru hijriah terdapat banyak mitos di masyarakat, terutama bagi orang Jawa yang menganggap bahwa bulan Muharram atau dikenal bulan Suro dianggap keramat. Biasanya mereka mengadakan suatu perayaan rasa syukur yang diadakan pada malam satu Suro, dengan membuat nasi tumpeng, lauk pauk dan sejenis hasil bumi, bahkan kepala kerbau yang semuanya dihanyutkan ke laut selatan.

Ritual ini sering ditemui di daerah pesisir selatan yang kental dengan kepercayaan pada ratu pantai selatan yang memberi berkah dan penolak bala. Anggapan lain pun  mengenai bulan Muharram bahwa tidak baik mengadakan hajatan seperti pernikahan, sunatan, yang di mana dapat mengakibatkan malapetaka. Kepercayaan di lingkungan masyarakat menjadi tradisi yang dilakukan oleh mereka. Dalam Islam ada beberapa amalan dan doa-doa yang dianjurkan untuk dilakukan untuk menyambut bulan Muharram ini.

Membaca Doa Akhir dan Awal Tahun

Muharram adalah bulan awal tahun dalam kalender Hijriyah. Berbagai doa dan harapan dipanjatkan dalam pergantian tahun. Semua umat muslim berharap untuk menyongsong masa depan yang lebih baik dari tahun yang berlalu, menuju tahun yang akan dilalui. Berikut doa akhir dan awal tahun Hijriyah:

Majalah Tebuireng

Doa Awal Tahun:

Sesudah shalat maghrib membaca ayat kursi sebanyak 360 kali, dimulai dengan basmalah pada setiap kali membaca. Kemudian membaca doa di bawah ini sebanyak 300 kali:

اللَّهُمَّ يَا مُحَوِّلَ الأَحْوَالِ حَوِّلْ حَالِى إِلَى أَحْسَنِ الأَحْوَال بِحَوْلِكَ وُقُوَّتِكَ يَا عَزِيْزُ يَا مُتَعَالِى. وَصَلَّى اللَّهُمَّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Dan ditutup dengan dibawah ini:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ الْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ صَلَاةً تَمْلَأُ خَزَائِنُ اللهِ نُوْرًا، وَتَكَوْنُ لَنَا وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ فَرْجاً وَفَرْحاً وسُرُوْراً، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهَ وَسَلَّمَ تَسْلِيْماَ كَثِيْراً , اَللَّهُمَّ أَنْتَ اْلاَ بَدِيُّ الْقَدِيْمُ اْلاَوَّلُ وَعَلَى فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ وَكَرَمِ جُوْدِكَ الْمُعَوَّلُ وَهَذَا عَامٌ جَدِيْدٌ قَدْ اَقْبَلَ اَسْأَلُكَ الْعِصْمَةَ فِيْهِ مِنَ الشَّيْطَانِ وَ اَوْلِيَائِهِ وَالْعَوْنَ عَلَى هَذِهِ النَّفْسِ اْلاَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ وَاْلاِشْتِغَالِ بِمَا يُقَرِّبُنِى اِلَيْكَ زُلْفَى يَاذَالْجَلاَلِ وَاْلاِكْرَامِ وَصَلَى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Doa Akhir Tahun Hijriyah:

Doa ini dibaca pada akhir bulan Dzulhijjah sesudah shalat Ashar sebanyak 3 kali. Doa tersebut sebagai berikut:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ اَللَّهُمَّ مَا عَمِلْتُ فِى هَذِهِ السَّنَةِ مِمَّا نَهَيْتَنِى عَنْهُ فَلَمْ اَتُبْ مِنْهُ وَلَمْ تَنْسَهُ وَحَلِمْتَ عَلَىَّ بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَى عُقُوْبَتِى وَدَعَوْتَنِى اِلَى التَّوْبَةِ بَعْدَ جَرَا ئَتِى عَلَى مَعْصِيَتِكَ فَإِنِّى اَسْتَغْفِرُكَ فَغْفِرْلِى وَمَا عَمِلْتُ فِيْهَا مِمَّا تَرْضَاهُ وَوَعَدْتَنِى عَلَيْهِ الثَّوَابَ فَاَسْأَلُكَ اَللَّهُمَّ يَاكَرِيْمُ يَاذَ الْجَلاَلِ وَاْلاِكْرَامِ أَنْ تَتَقَبَّلَهُ مِنِّى وَلاَ تَقْطَعَ رَجَائِى مِنْكَ يَاكَرِيْمُ وَصَلَى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Doa Bulan Asyura’

سُبْحَانَ اللَّهِ مِلْءَ الْمِيزَانِ وَمُنْتَهَى اْلعِلْمِ وَمَبْلَغَ الرِّضَا وَزِنَةَ الْعَرْشِ. وَاْلحَمْدُ للهِ مِلْءَ الْمِيزَانِ وَمُنْتَهَى اْلعِلْمِ وَمَبْلَغَ الرِّضَا وَزِنَةَ الْعَرْشِ. وَاللهُ اَكْبَرُ مِلْءَ الْمِيزَانِ وَمُنْتَهَى اْلعِلْمِ وَمَبْلَغَ الرِّضَا وَزِنَةَ الْعَرْشِ لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَي مِنَ اللهِ إِلاَّ اِلَيْهِ. سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ الشَّفْعِ وَالْوِتْرِ وَعَدَدَ كَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ كُلِّهَا. وَاْلحَمْدُ للهِ عَدَدَ الشَّفْعِ وَالْوِتْرِ وَعَدَدَ كَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ كُلِّهَا. وَاللهُ اَكْبَرُ عَدَدَ الشَّفْعِ وَالْوِتْرِ وَعَدَدَ كَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ كُلِّهَا. أَسْأَلُكَ السَّلَامَةَ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَلَا حَوْلَا وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ اْلعَلِيُّ اْلعَظِيْمُ. وَصَلَّى اللهُ عَلَي سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ وَاْلحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ.

Imam al-Ajhury mengatakan siapa saja yang membaca doa ini sebanyak 70 x maka Allah pelihara dirinya dari keburukan dalam tahun tersebut. Namun terdapat doa yang dibaca di tanggal 10 Muharram tersebut, sebagai berikut:

أَللَّـهُمَّ ياَمُفَرِّجَ كُلِّ كَرْبٍ وَياَ مُخْرِجَ ذِى النُّوْنِ يَوْمَ عاَشُوْرَاءَ وَياَجاَمِعَ شَمْلَ يَعْقُوْبَ يَوْمَ عاَشُوْرَاءَ , وَياَغاَفِرَ ذَنْبِ دَاوُدَ يَوْمَ عاَشُوْرَاءَ وَياَكاَشِفَ ضُرِّ أَيُّوْبَ يَوْمَ عاَشُوْرَاءَ وَياَساَمِعَ دَعْوَةَ مُوْسَى وَهاَرُوْنَ يَوْمَ عاَشُوْرَاءَ , وَياَخاَلِقَ رُوْحِ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم يَوْمَ عاَشُوْرَاءَ وَياَرَحْمَنُ الدُّنْياَ وَالأَخِرَةِ وَأَطِلْ عُمْرِى فىِ طاَعَتِكَ وَمَحَبَّتِكَ وَرِضاَكَ ياَأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَأَحْيِنِى حَياَةً طَيِّبَةً وَتَوَفَّنِى عَلَى الإِسْلاَمِ وَالإِيْمأَنْ ياَأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ , وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالحَمْدُ ِللهِ رَبِّ العاَلَمْيَنَ

Puasa di Hari ‘Asyuro

Puasa di hari ‘Asyura ini sepertinya sudah menjadi kebiasaan Nabi SAW dan telah dilakukan sejak awal kenabian. Hal ini tersirat dari hadits berikut:

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِصِيَامِ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانَ كَانَ مَنْ شَاءَ صَامَ وَمَنْ شَاءَ أَفْطَرَ

“Aisyah ra. berkata Dahulu Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wassalam memerintahkan untuk puasa di hari ‘Asyura. Dan ketika puasa Ramadhan diwajibkan, barangsiapa yang ingin (berpuasa di hari ‘Asyura) ia boleh berpuasa dan barangsiapa yang ingin (tidak berpuasa) ia boleh berbuka”. (HR. Al Bukhari No 1897)

Dalam hadits lain yang juga diriwayatkan dari ‘Aisyah ra, yang berbunyi:

حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ – رضى الله عنها  قَالَتْ كَانَتْ قُرَيْشٌ تَصُومُ عَاشُورَاءَ فِى الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُهُ فَلَمَّا هَاجَرَ إِلَى الْمَدِينَةِ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّا فُرِضَ شَهْرُ رَمَضَانَ قَالَ: مَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ

“Bercerita kepadaku Zuhair ibn Harb, bercerita kepadaku. jarir dari Hisyam ibn ‘Urwah dari ayahnya dari Sayyidah ‘Aisyah ra berkata “Orang-orang Quraisy di zaman jahiliyah berpuasa ‘Asyura’. Rasulullah berpuasa pada hari itu juga. Ketika beliau hijrah ke Madinah beliau puasa ‘Asyura’ dan memerintahkan untuk puasa pada hari itu juga. Ketika puasa ramadhan diwajibkan, beliau berkata “Siapa yang bersedia, maka ia puasa, yang tidak bersedia, maka meninggalkannya,” (HR. Muslim Juz 3 no. 2695).

Berbagi Dengan Anak Yatim

Setelah aspek ritual dan peribadatan hablun minallah, Islam mengajarkan kita juga berbuat baik terhadap sesama. Setiap setelah perintah beribadah pada Allah, diikuti dengan ibadah sosial yang melangkapi. Doa di atas adalah sebagai manifestasi harapan kita secara individu kepada Allah untuk kebaikan kita. Namun untuk melengkapi itu, perlu kita berbagi terhadap sesama.

Tidak ada dalil yang secara eksplisit menerangkan tentang lebaran yatim sebagai seremonial dalam tanggal dan hari tertentu. Kalau pemuliaan dan pengurusann terhadap anak yatim memang sangat dianjurkan agama, baik dalam hadits maupun al-Quran. Seperti yang tertera dalam ayat:

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ (١) فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ (٢) وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ (٣) الماعون: ١-٣

“Tahukah kamu orang yang mendustakan Agama, itulah orang yang menghardik anak  yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan kepada orang miskin” (QS.al-Ma’un : 1-3)

Allah juga telah berfirman dalam kitab-Nya,

وَ إِذْ أَخَذْنَا مِيْثَاقَ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ لاَ تَعْبُدُوْنَ إِلاَّ اللهَ وَ بِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً وَّ ذِي الْقُرْبَى وَ الْيَتَامَى وَ الْمَسَاكِيْنَ وَ قُوْلُوْا لِلنَّاسِ حُسْناً وَّ أَقِيْمُوْا الصَّلاَةَ وَ آتُوْا الزَّكَاةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلاَّ قَلِيْلاً مِّنكُمْ وَ أَنْتُمْ مِّعْرِضُوْنَ.  البقرة : ٨٣

“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.” (QS. al-Baqarah: 83).

Dalam kitab Kanzu al-‘Ummal fi Sunani al-Aqwali wa al-Af’al, Imam Suyuthi mengutip hadits riwayat Ibn al-Mubarak:

“من وضع يده على رأس يتيم ترحما كانت له بكل شعرة تمر يده عليها حسنة . “ابن المبارك عن ثابت بن عجلان بلاغا

“Barang siapa menaruh tangannya di atas kepala anak yatim untuk menghormatinya, maka baginya setiap helai rambut yang ia pegang baginya kebaikan,” (HR. Ibn Mubarak  dari Tsabit ibn ‘Ajlan).

  (أنا وكافل اليتيم فى الجنة هكذا وأشار بالسبابة والوسطى وفرج بينهما شيئا (رواه البخاري ، كتاب الطلاق ، باب اللعان

“Aku dan pengasuh anak yatim berada di Surga seperti ini, Beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah-nya dan beliau sedikit  merenggangkan kedua jarinya.” (HR. al-Bukhori, kitab talak bab li’an).

Dalam hadits lain:

 عن ابن عباس أن النبي صلى الله عليه وسلم قال ” من قبض يتيما من بين المسلمين إلى طعامه وشرابه أدخله الله الجنة إلا أن يعمل ذنبا لا يغفر له  سنن الترمذي

“Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Nabi saw bersabda : Barang siapa yang memberi makan dan minum seorang anak yatim diantara kaum muslimin, maka Allah akan memasukkannya kedalam surga, kecuali dia melakukan satu dosa yang tidak diampuni.” (HR. al-Tirmidzi dalam Sunan-nya)

Dari beberapa surat al-Quran dan hadits di atas, menunjukkan bahwa agama Islam menempatkan anak yatim dalam posisi yang tinggi, mengajarkan muslim untuk menghormati dan menyayangi mereka. Namun untuk memberikan batasan pada hari-hari tertentu, termasuk di hari ‘Asyura memang tidak ada dalil yang secara jelas menerangkan.

Mengusapkan tangan di atas kepala mereka adalah bentuk Qiyas Jali, pengkiasan yang bersifat mengarah lebih berat, artinya mengusap saja dianjurkan, apalagi memberikan makanan, bantuan materi, dan menyenangkan mereka, tentu kebaikan itu akan lebih banyak lagi.

Hemat penulis, walaupun tak ada syariat tentang lebaran yatim, atau hari tertentu lain, memberi dan menyenangkan mereka adalah sebuah kebaikan. Mungkin mereka yang memilih Asyura selain karena kemuliaan bulan tersebut, juga memberikan kepuasan tersendiri, membuat hati semakin mantab. Kenapa harus disalahkan. 

Sebaiknya, mengambil sisi baik dari perbuatan itu, yaitu memberikan bantuan dan menghormati anak yatim sebagai perintah dan anjuran Rasulullah SAW. Yang tidak setuju, hendaknya menghargainya. 

Namun yang setuju, hendaknya tidak menganggap bahwa ini adalah syariat dan dianjurkan oleh Baginda Rasul memang pada hari itu, melainkan karena pilihan mereka mengingat segala keutamaan dari Asyura’ dan memberi anak yatim. Wallahu a’lam bisshawab.

*Alumni UNHASY dan Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng 

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA