Mengapa di Sentani Papua terdapat banyak perajin gerabah

Kerajinan tanah liat di Desa Abar, Danau Sentani, Jayapura, Papua

TRIBUN-PAPUA.COM - Terdapat sebuah kampung yang terkenal sebagai penghasil gerabah di Papua.

Kampung tersebut merupakan Kampung Abar di Distrik Ebungfau Kabupaten Jayapura.

Diketahui, untuk menjangkau Kampung Abar yanag ada di pinggiran Danau Sentani ini, warga dapat menyeberang menggunakan perahu melalui Dermaga Kampung Yahim, Kelurahan Dobonsolo, Distrik Sentani.

Dikutip dari Tribun Papua, jarak tempuh dari pusat Kota Jayapura menuju dermaga Kampung Yahim Sentani sekira 1,5 jam, menggunakan mobil atau sepeda motor.

Selanjutnya dari Dermaga Yahim, warga dapat menyewa perahu yang telah disediakan menuju Kampung Abar.

Baca juga: Persipura Nyaman Gelar Latihan di Malang, Jaksen F Tiago: Banyak Klub Lokal Bisa Diajak Uji Tanding

Baca juga: Tokoh KKB Victor Yeimo Dikabarkan Sakit, Kapolda Papua: Sebenarnya Sehat-sehat saja

DESTINASI WISATA- Kampung Abar di Distrik Ebungfau Kabupaten Jayapura Papua. (Tribun-Papua.com/Aldi Bimantara)

Perjalanan ke Kampung Abar dari Dermaga Yahim, memakan waktu selama 20 menit.

Sepanjang perjalanan, wisatawan akan disuguhi pemandangan Danau Sentani yang merupakan danau terbesar di Papua.

Membuat Gerabah secara Manual

Sesampainya di Dermaga Kampung Abar, pengunjung akan disambut oleh sekelompok anak kecil.

Selain itu penduduk desa begitu ramah menyapa para pengunjung dan menjelaskan tradisi mereka dalam membuat kerajinan dari tanah liat atau sempe.

Halaman selanjutnya arrow_forward

Sumber: Kompas.com

Tags:

X

Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan, Anda setuju dengan penggunaan mereka. Pelajari selengkapnya, termasuk cara mengontrol cookie.

Kampung Abar, Distrik Ebungfauw, Kabupaten Jayapura sudah sejak lama dikenal sebagai sentra gerabah di Sentani. Untuk menjangkau kampung ini, kita harus menyebrang Danau Sentani dari Dermaga Kalkote, Sentani Timur atau Dermaga Pantai Yahim, Sentani Tengah. Sarana transportasi yang paling familiar ialah speedboat.

Jika Anda memahami Danau Sentani, Kampung Abar terlihat berbeda dari kampung – kampung lainnya yang ada disekitar danau. Nah ini dia…, di antara kampung – kampung yang ada di tepian danau Sentani, hanya Kampung Abar-lah yang memiliki tanah liat sebagai bahan baku pembuat gerabah.

Konon kabarnya, Kampung Abar adalah satu dari sedikit tempat di Pesisir Utara Papua, yang memiliki tradisi kerajinan gerabah. Gerabah Kampung Abar digunakan sebagai wadah, misalnya wadah papeda dan wadah ikan.

Warga Kampung Abar dari yang tua hingga yang muda, sangat terampil membuat gerabah. Banyak di antara mereka yang mengembangkan ketrampilan pembuatan gerabah dengan studi banding di daerah lain, misalnya di Tanah Jawa dan Manado. Program seperti ini biasanya difasilitasi oleh pemerintah daerah.

Gerabah Kampung Abar sendiri, biasanya di jual di Jayapura dan diikut sertakan dalam berbagai pameran atau festival yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Ajang ini seperti ini menjadi sarana promosi sekaligus pelestarian budaya kampung Abar.

Lihat Foto

Tribun-Papua.com/Aldi Bimantara

DESTINASI WISATA- Kampung Abar di Distrik Ebungfau Kabupaten Jayapura Papua.

KOMPAS.com - Kampung Abar di Distrik Ebungfau Kabupaten Jayapura, terkenal sebagai penghasil gerabah di Papua.

Untuk menjangkau Kampung Abar yanag ada di pinggiran Danau Sentani ini, warga dapat menyeberang menggunakan perahu melalui Dermaga Kampung Yahim, Kelurahan Dobonsolo, Distrik Sentani.

Dikutip dari Tribun Papua, jarak tempuh dari pusat Kota Jayapura menuju dermaga Kampung Yahim Sentani sekira 1,5 jam, menggunakan mobil atau sepeda motor.

Baca juga: Konser Musik Virtual Natal, Kumpulkan Rp 300 Juta untuk Rumah Baca di Sentani Papua

Selanjutnya dari Dermaga Yahim, warga dapat menyewa perahu yang telah disediakan menuju Kampung Abar.

Perjalanan ke Kampung Abar dari Dermaga Yahim, memakan waktu selama 20 menit.

Sepanjang perjalanan, wisatawan akan disuguhi pemandangan Danau Sentani yang merupakan danau terbesar di Papua.

Baca juga: Menjaga Tradisi Seni Lukis Khombow Khas Asei Sentani Papua

Membuat gerabah secara manual

Lihat Foto

KOMPAS.com/Ni Luh Made Pertiwi F.

Kerajinan tanah liat di Desa Abar, Danau Sentani, Jayapura, Papua

Sesampainya di Dermaga Kampung Abar, pengunjung akan disambut oleh sekelompok anak kecil.

Selain itu penduduk desa begitu ramah menyapa para pengunjung dan menjelaskan tradisi mereka dalam membuat kerajinan dari tanah liat atau sempe.

Para mace dengan senyum manis memperlihatkan cara membuat gerabah. Untuk membuat tanah liat menjadi sebuah tempayan besar hanya dibutuhkan waktu sekitar satu jam.

Baca juga: Mengenal Hutan Perempuan, Sepotong Surga di Teluk Youtefa Papua yang Rusak karena Tangan Manusia

Dikutip dari pemberitaan Kompas.com, pembuatan gerabah biasanya dilakukan di teras rumah warga yang berada di tepi Danau Sentani. Walau demikian, desa ini juga memiliki pabrik mini tanah liat.

bentuk gerabah dari Kampung Abar (JM)

Hingga saat ini, satu-satunya tempat yang memproduksi kerajinan gerabah atau keramik di Jayapura yaitu hanya ditemui di Kampung Abar, Sentani. Gerabah made in Kampaung Abar memang tak sama dengan produk-produk gerabah di tempat lain, seperti bila dibandingkan gerabah Kasongan (Bantul, Jogja), atau pengrajin gerabah lain di Jawa yang sudah menggunakan bantuan teknologi/mesin dan produknya berkualitas ekspor.  

pembuatan gerabah secara manual (JM)

Gerabah atau sempe (menurut sebutan di Papua) yang dibuat di Kampung Abar, Sentani  masih dilakukan secara manual, tidak dibantu alat berupa mesin/alat pemutar sehingga kualitas dan jumlah produksinya pun masih relatif terbatas. Pemanfaatan atau fungsi gerabah hanya sebatas untuk kepentingan lokal, untuk memenuhi kebutuhan peralatan masak atau wadah yang juga dapat digunakan untuk menyimpan sagu dan air bagi masyarakat di Sentani dan sekitarnya. Selebihnya juga disediakan produk gerabah yang bisa untuk dijual.

Sebagian besar gerabah dari Kampung Abar ini cenderung difungsikan untuk memenuhi keperluan sosial sehari-hari seperti memasak makanan (keladi, ubi jalar, ikan dll), membuat papeda, memasak sayur, atau masakan lain. Di samping pula gerabah atau sempe bisa digunakan sebagai wadah khusus makanan maupun hidangan yang disuguhkan kepada tokoh adat (Ondofolo) atau kepala suku di kawasan Sentani.

gerabah dan makanan khas Papeda (JM)

Gerabah-gerabah di Kampung Abar yang berasal dari bahan tanah liat ini dibuat dengan variasi berbagai motif serta bentuk sederhana, ada gerabah yang khusus untuk tempat makanan, ada bentuk vas bunga, bentuk tifa, asbak, atau pelengkap alat rumah tangga, mainan/souvenir yang semuanya membutuhkan perajin berpengalaman, memiliki kreativitas tinggi dan ketelitian serta keuletan. Kebanyakan para pengrajin gerabah ini didominasi oleh tenaga perempuan, sedikit pengrajin di kalangan lelaki.

Nah bilamana dilihat dari aspek budaya, gerabah dari Kampung Abar ini sesungguhnya merupakan salah satu aset yang tak kalah pentingnya untuk ditelaah lebih jauh.  Konon kerajinan gerabah pertama kali datang ke Papua pada masa neolitik, diperkenalkan oleh penutur Austronesia yang datang ke wilayah Papua.

Gerabah sebagai salah satu benda hasil kebudayaan manusia merupakan unsur yang paling penting dalam usaha untuk menggambarkan aspek-aspek kehidupan manusia. Dari asal-usul gerabah di Papua ini saja selanjutnya akan bisa menguak dari mana, kapan, nilai fungsi/guna, dan makna yang terkandung sebagai nilai-nilai kearifan lokal/setempat.

Sebagai benda hasil kebudayaan manusia, gerabah yang selama ini masih diproduksi di Kampung Abar Sentani, Kab.Jayapura barang tentu tidak layak dibiarkan begitu saja perkembangannya yang selama ini nampak kurang bergairah. Sangat disayangkan bilamana gerabah ini sampai punah.

Agaknya masih sangat diperlukan sentuhan-sentuhan dari pihak berkompeten (pemerintah daerah maupun stakeholders) untuk menumbuhkan produk-produk ekonomi kreatif seperti industri kerajinan gerabah di Kampung Abar.  Potensi ini bisa pula dipromosikan melalui event-event besar seperti Festival Danau Sentani (FDS) yang diusung rutin setiap tahun.

Ini penting, di samping akan memberikan kontribusi  nyata dalam melestarikan budaya yang bernilai lokal, juga jika dikembangkan melalui  bantuan teknologi yang memadai -- maka bukan tidak mungkin produk gerabah  dari Kampung Abar tersebut kelak di kemudian hari akan menjadi semakin dikenal, memberikan nilai ekonomi bagi para pengrajin dan masyarakatnya.

JM (13-5-2018).

Page 2

Hingga saat ini, satu-satunya tempat yang memproduksi kerajinan gerabah atau keramik di Jayapura yaitu hanya ditemui di Kampung Abar, Sentani. Gerabah made in Kampaung Abar memang tak sama dengan produk-produk gerabah di tempat lain, seperti bila dibandingkan gerabah Kasongan (Bantul, Jogja), atau pengrajin gerabah lain di Jawa yang sudah menggunakan bantuan teknologi/mesin dan produknya berkualitas ekspor.  

pembuatan gerabah secara manual (JM)

Gerabah atau sempe (menurut sebutan di Papua) yang dibuat di Kampung Abar, Sentani  masih dilakukan secara manual, tidak dibantu alat berupa mesin/alat pemutar sehingga kualitas dan jumlah produksinya pun masih relatif terbatas. Pemanfaatan atau fungsi gerabah hanya sebatas untuk kepentingan lokal, untuk memenuhi kebutuhan peralatan masak atau wadah yang juga dapat digunakan untuk menyimpan sagu dan air bagi masyarakat di Sentani dan sekitarnya. Selebihnya juga disediakan produk gerabah yang bisa untuk dijual.

Sebagian besar gerabah dari Kampung Abar ini cenderung difungsikan untuk memenuhi keperluan sosial sehari-hari seperti memasak makanan (keladi, ubi jalar, ikan dll), membuat papeda, memasak sayur, atau masakan lain. Di samping pula gerabah atau sempe bisa digunakan sebagai wadah khusus makanan maupun hidangan yang disuguhkan kepada tokoh adat (Ondofolo) atau kepala suku di kawasan Sentani.

gerabah dan makanan khas Papeda (JM)

Gerabah-gerabah di Kampung Abar yang berasal dari bahan tanah liat ini dibuat dengan variasi berbagai motif serta bentuk sederhana, ada gerabah yang khusus untuk tempat makanan, ada bentuk vas bunga, bentuk tifa, asbak, atau pelengkap alat rumah tangga, mainan/souvenir yang semuanya membutuhkan perajin berpengalaman, memiliki kreativitas tinggi dan ketelitian serta keuletan. Kebanyakan para pengrajin gerabah ini didominasi oleh tenaga perempuan, sedikit pengrajin di kalangan lelaki.

Nah bilamana dilihat dari aspek budaya, gerabah dari Kampung Abar ini sesungguhnya merupakan salah satu aset yang tak kalah pentingnya untuk ditelaah lebih jauh.  Konon kerajinan gerabah pertama kali datang ke Papua pada masa neolitik, diperkenalkan oleh penutur Austronesia yang datang ke wilayah Papua.

Gerabah sebagai salah satu benda hasil kebudayaan manusia merupakan unsur yang paling penting dalam usaha untuk menggambarkan aspek-aspek kehidupan manusia. Dari asal-usul gerabah di Papua ini saja selanjutnya akan bisa menguak dari mana, kapan, nilai fungsi/guna, dan makna yang terkandung sebagai nilai-nilai kearifan lokal/setempat.

Sebagai benda hasil kebudayaan manusia, gerabah yang selama ini masih diproduksi di Kampung Abar Sentani, Kab.Jayapura barang tentu tidak layak dibiarkan begitu saja perkembangannya yang selama ini nampak kurang bergairah. Sangat disayangkan bilamana gerabah ini sampai punah.

Agaknya masih sangat diperlukan sentuhan-sentuhan dari pihak berkompeten (pemerintah daerah maupun stakeholders) untuk menumbuhkan produk-produk ekonomi kreatif seperti industri kerajinan gerabah di Kampung Abar.  Potensi ini bisa pula dipromosikan melalui event-event besar seperti Festival Danau Sentani (FDS) yang diusung rutin setiap tahun.

Ini penting, di samping akan memberikan kontribusi  nyata dalam melestarikan budaya yang bernilai lokal, juga jika dikembangkan melalui  bantuan teknologi yang memadai -- maka bukan tidak mungkin produk gerabah  dari Kampung Abar tersebut kelak di kemudian hari akan menjadi semakin dikenal, memberikan nilai ekonomi bagi para pengrajin dan masyarakatnya.

JM (13-5-2018).


Lihat Humaniora Selengkapnya

Page 3

Hingga saat ini, satu-satunya tempat yang memproduksi kerajinan gerabah atau keramik di Jayapura yaitu hanya ditemui di Kampung Abar, Sentani. Gerabah made in Kampaung Abar memang tak sama dengan produk-produk gerabah di tempat lain, seperti bila dibandingkan gerabah Kasongan (Bantul, Jogja), atau pengrajin gerabah lain di Jawa yang sudah menggunakan bantuan teknologi/mesin dan produknya berkualitas ekspor.  

pembuatan gerabah secara manual (JM)

Gerabah atau sempe (menurut sebutan di Papua) yang dibuat di Kampung Abar, Sentani  masih dilakukan secara manual, tidak dibantu alat berupa mesin/alat pemutar sehingga kualitas dan jumlah produksinya pun masih relatif terbatas. Pemanfaatan atau fungsi gerabah hanya sebatas untuk kepentingan lokal, untuk memenuhi kebutuhan peralatan masak atau wadah yang juga dapat digunakan untuk menyimpan sagu dan air bagi masyarakat di Sentani dan sekitarnya. Selebihnya juga disediakan produk gerabah yang bisa untuk dijual.

Sebagian besar gerabah dari Kampung Abar ini cenderung difungsikan untuk memenuhi keperluan sosial sehari-hari seperti memasak makanan (keladi, ubi jalar, ikan dll), membuat papeda, memasak sayur, atau masakan lain. Di samping pula gerabah atau sempe bisa digunakan sebagai wadah khusus makanan maupun hidangan yang disuguhkan kepada tokoh adat (Ondofolo) atau kepala suku di kawasan Sentani.

gerabah dan makanan khas Papeda (JM)

Gerabah-gerabah di Kampung Abar yang berasal dari bahan tanah liat ini dibuat dengan variasi berbagai motif serta bentuk sederhana, ada gerabah yang khusus untuk tempat makanan, ada bentuk vas bunga, bentuk tifa, asbak, atau pelengkap alat rumah tangga, mainan/souvenir yang semuanya membutuhkan perajin berpengalaman, memiliki kreativitas tinggi dan ketelitian serta keuletan. Kebanyakan para pengrajin gerabah ini didominasi oleh tenaga perempuan, sedikit pengrajin di kalangan lelaki.

Nah bilamana dilihat dari aspek budaya, gerabah dari Kampung Abar ini sesungguhnya merupakan salah satu aset yang tak kalah pentingnya untuk ditelaah lebih jauh.  Konon kerajinan gerabah pertama kali datang ke Papua pada masa neolitik, diperkenalkan oleh penutur Austronesia yang datang ke wilayah Papua.

Gerabah sebagai salah satu benda hasil kebudayaan manusia merupakan unsur yang paling penting dalam usaha untuk menggambarkan aspek-aspek kehidupan manusia. Dari asal-usul gerabah di Papua ini saja selanjutnya akan bisa menguak dari mana, kapan, nilai fungsi/guna, dan makna yang terkandung sebagai nilai-nilai kearifan lokal/setempat.

Sebagai benda hasil kebudayaan manusia, gerabah yang selama ini masih diproduksi di Kampung Abar Sentani, Kab.Jayapura barang tentu tidak layak dibiarkan begitu saja perkembangannya yang selama ini nampak kurang bergairah. Sangat disayangkan bilamana gerabah ini sampai punah.

Agaknya masih sangat diperlukan sentuhan-sentuhan dari pihak berkompeten (pemerintah daerah maupun stakeholders) untuk menumbuhkan produk-produk ekonomi kreatif seperti industri kerajinan gerabah di Kampung Abar.  Potensi ini bisa pula dipromosikan melalui event-event besar seperti Festival Danau Sentani (FDS) yang diusung rutin setiap tahun.

Ini penting, di samping akan memberikan kontribusi  nyata dalam melestarikan budaya yang bernilai lokal, juga jika dikembangkan melalui  bantuan teknologi yang memadai -- maka bukan tidak mungkin produk gerabah  dari Kampung Abar tersebut kelak di kemudian hari akan menjadi semakin dikenal, memberikan nilai ekonomi bagi para pengrajin dan masyarakatnya.

JM (13-5-2018).


Lihat Humaniora Selengkapnya

Page 4

Hingga saat ini, satu-satunya tempat yang memproduksi kerajinan gerabah atau keramik di Jayapura yaitu hanya ditemui di Kampung Abar, Sentani. Gerabah made in Kampaung Abar memang tak sama dengan produk-produk gerabah di tempat lain, seperti bila dibandingkan gerabah Kasongan (Bantul, Jogja), atau pengrajin gerabah lain di Jawa yang sudah menggunakan bantuan teknologi/mesin dan produknya berkualitas ekspor.  

pembuatan gerabah secara manual (JM)

Gerabah atau sempe (menurut sebutan di Papua) yang dibuat di Kampung Abar, Sentani  masih dilakukan secara manual, tidak dibantu alat berupa mesin/alat pemutar sehingga kualitas dan jumlah produksinya pun masih relatif terbatas. Pemanfaatan atau fungsi gerabah hanya sebatas untuk kepentingan lokal, untuk memenuhi kebutuhan peralatan masak atau wadah yang juga dapat digunakan untuk menyimpan sagu dan air bagi masyarakat di Sentani dan sekitarnya. Selebihnya juga disediakan produk gerabah yang bisa untuk dijual.

Sebagian besar gerabah dari Kampung Abar ini cenderung difungsikan untuk memenuhi keperluan sosial sehari-hari seperti memasak makanan (keladi, ubi jalar, ikan dll), membuat papeda, memasak sayur, atau masakan lain. Di samping pula gerabah atau sempe bisa digunakan sebagai wadah khusus makanan maupun hidangan yang disuguhkan kepada tokoh adat (Ondofolo) atau kepala suku di kawasan Sentani.

gerabah dan makanan khas Papeda (JM)

Gerabah-gerabah di Kampung Abar yang berasal dari bahan tanah liat ini dibuat dengan variasi berbagai motif serta bentuk sederhana, ada gerabah yang khusus untuk tempat makanan, ada bentuk vas bunga, bentuk tifa, asbak, atau pelengkap alat rumah tangga, mainan/souvenir yang semuanya membutuhkan perajin berpengalaman, memiliki kreativitas tinggi dan ketelitian serta keuletan. Kebanyakan para pengrajin gerabah ini didominasi oleh tenaga perempuan, sedikit pengrajin di kalangan lelaki.

Nah bilamana dilihat dari aspek budaya, gerabah dari Kampung Abar ini sesungguhnya merupakan salah satu aset yang tak kalah pentingnya untuk ditelaah lebih jauh.  Konon kerajinan gerabah pertama kali datang ke Papua pada masa neolitik, diperkenalkan oleh penutur Austronesia yang datang ke wilayah Papua.

Gerabah sebagai salah satu benda hasil kebudayaan manusia merupakan unsur yang paling penting dalam usaha untuk menggambarkan aspek-aspek kehidupan manusia. Dari asal-usul gerabah di Papua ini saja selanjutnya akan bisa menguak dari mana, kapan, nilai fungsi/guna, dan makna yang terkandung sebagai nilai-nilai kearifan lokal/setempat.

Sebagai benda hasil kebudayaan manusia, gerabah yang selama ini masih diproduksi di Kampung Abar Sentani, Kab.Jayapura barang tentu tidak layak dibiarkan begitu saja perkembangannya yang selama ini nampak kurang bergairah. Sangat disayangkan bilamana gerabah ini sampai punah.

Agaknya masih sangat diperlukan sentuhan-sentuhan dari pihak berkompeten (pemerintah daerah maupun stakeholders) untuk menumbuhkan produk-produk ekonomi kreatif seperti industri kerajinan gerabah di Kampung Abar.  Potensi ini bisa pula dipromosikan melalui event-event besar seperti Festival Danau Sentani (FDS) yang diusung rutin setiap tahun.

Ini penting, di samping akan memberikan kontribusi  nyata dalam melestarikan budaya yang bernilai lokal, juga jika dikembangkan melalui  bantuan teknologi yang memadai -- maka bukan tidak mungkin produk gerabah  dari Kampung Abar tersebut kelak di kemudian hari akan menjadi semakin dikenal, memberikan nilai ekonomi bagi para pengrajin dan masyarakatnya.

JM (13-5-2018).


Lihat Humaniora Selengkapnya

Page 5

Hingga saat ini, satu-satunya tempat yang memproduksi kerajinan gerabah atau keramik di Jayapura yaitu hanya ditemui di Kampung Abar, Sentani. Gerabah made in Kampaung Abar memang tak sama dengan produk-produk gerabah di tempat lain, seperti bila dibandingkan gerabah Kasongan (Bantul, Jogja), atau pengrajin gerabah lain di Jawa yang sudah menggunakan bantuan teknologi/mesin dan produknya berkualitas ekspor.  

pembuatan gerabah secara manual (JM)

Gerabah atau sempe (menurut sebutan di Papua) yang dibuat di Kampung Abar, Sentani  masih dilakukan secara manual, tidak dibantu alat berupa mesin/alat pemutar sehingga kualitas dan jumlah produksinya pun masih relatif terbatas. Pemanfaatan atau fungsi gerabah hanya sebatas untuk kepentingan lokal, untuk memenuhi kebutuhan peralatan masak atau wadah yang juga dapat digunakan untuk menyimpan sagu dan air bagi masyarakat di Sentani dan sekitarnya. Selebihnya juga disediakan produk gerabah yang bisa untuk dijual.

Sebagian besar gerabah dari Kampung Abar ini cenderung difungsikan untuk memenuhi keperluan sosial sehari-hari seperti memasak makanan (keladi, ubi jalar, ikan dll), membuat papeda, memasak sayur, atau masakan lain. Di samping pula gerabah atau sempe bisa digunakan sebagai wadah khusus makanan maupun hidangan yang disuguhkan kepada tokoh adat (Ondofolo) atau kepala suku di kawasan Sentani.

gerabah dan makanan khas Papeda (JM)

Gerabah-gerabah di Kampung Abar yang berasal dari bahan tanah liat ini dibuat dengan variasi berbagai motif serta bentuk sederhana, ada gerabah yang khusus untuk tempat makanan, ada bentuk vas bunga, bentuk tifa, asbak, atau pelengkap alat rumah tangga, mainan/souvenir yang semuanya membutuhkan perajin berpengalaman, memiliki kreativitas tinggi dan ketelitian serta keuletan. Kebanyakan para pengrajin gerabah ini didominasi oleh tenaga perempuan, sedikit pengrajin di kalangan lelaki.

Nah bilamana dilihat dari aspek budaya, gerabah dari Kampung Abar ini sesungguhnya merupakan salah satu aset yang tak kalah pentingnya untuk ditelaah lebih jauh.  Konon kerajinan gerabah pertama kali datang ke Papua pada masa neolitik, diperkenalkan oleh penutur Austronesia yang datang ke wilayah Papua.

Gerabah sebagai salah satu benda hasil kebudayaan manusia merupakan unsur yang paling penting dalam usaha untuk menggambarkan aspek-aspek kehidupan manusia. Dari asal-usul gerabah di Papua ini saja selanjutnya akan bisa menguak dari mana, kapan, nilai fungsi/guna, dan makna yang terkandung sebagai nilai-nilai kearifan lokal/setempat.

Sebagai benda hasil kebudayaan manusia, gerabah yang selama ini masih diproduksi di Kampung Abar Sentani, Kab.Jayapura barang tentu tidak layak dibiarkan begitu saja perkembangannya yang selama ini nampak kurang bergairah. Sangat disayangkan bilamana gerabah ini sampai punah.

Agaknya masih sangat diperlukan sentuhan-sentuhan dari pihak berkompeten (pemerintah daerah maupun stakeholders) untuk menumbuhkan produk-produk ekonomi kreatif seperti industri kerajinan gerabah di Kampung Abar.  Potensi ini bisa pula dipromosikan melalui event-event besar seperti Festival Danau Sentani (FDS) yang diusung rutin setiap tahun.

Ini penting, di samping akan memberikan kontribusi  nyata dalam melestarikan budaya yang bernilai lokal, juga jika dikembangkan melalui  bantuan teknologi yang memadai -- maka bukan tidak mungkin produk gerabah  dari Kampung Abar tersebut kelak di kemudian hari akan menjadi semakin dikenal, memberikan nilai ekonomi bagi para pengrajin dan masyarakatnya.

JM (13-5-2018).


Lihat Humaniora Selengkapnya

Page 6

Hingga saat ini, satu-satunya tempat yang memproduksi kerajinan gerabah atau keramik di Jayapura yaitu hanya ditemui di Kampung Abar, Sentani. Gerabah made in Kampaung Abar memang tak sama dengan produk-produk gerabah di tempat lain, seperti bila dibandingkan gerabah Kasongan (Bantul, Jogja), atau pengrajin gerabah lain di Jawa yang sudah menggunakan bantuan teknologi/mesin dan produknya berkualitas ekspor.  

pembuatan gerabah secara manual (JM)

Gerabah atau sempe (menurut sebutan di Papua) yang dibuat di Kampung Abar, Sentani  masih dilakukan secara manual, tidak dibantu alat berupa mesin/alat pemutar sehingga kualitas dan jumlah produksinya pun masih relatif terbatas. Pemanfaatan atau fungsi gerabah hanya sebatas untuk kepentingan lokal, untuk memenuhi kebutuhan peralatan masak atau wadah yang juga dapat digunakan untuk menyimpan sagu dan air bagi masyarakat di Sentani dan sekitarnya. Selebihnya juga disediakan produk gerabah yang bisa untuk dijual.

Sebagian besar gerabah dari Kampung Abar ini cenderung difungsikan untuk memenuhi keperluan sosial sehari-hari seperti memasak makanan (keladi, ubi jalar, ikan dll), membuat papeda, memasak sayur, atau masakan lain. Di samping pula gerabah atau sempe bisa digunakan sebagai wadah khusus makanan maupun hidangan yang disuguhkan kepada tokoh adat (Ondofolo) atau kepala suku di kawasan Sentani.

gerabah dan makanan khas Papeda (JM)

Gerabah-gerabah di Kampung Abar yang berasal dari bahan tanah liat ini dibuat dengan variasi berbagai motif serta bentuk sederhana, ada gerabah yang khusus untuk tempat makanan, ada bentuk vas bunga, bentuk tifa, asbak, atau pelengkap alat rumah tangga, mainan/souvenir yang semuanya membutuhkan perajin berpengalaman, memiliki kreativitas tinggi dan ketelitian serta keuletan. Kebanyakan para pengrajin gerabah ini didominasi oleh tenaga perempuan, sedikit pengrajin di kalangan lelaki.

Nah bilamana dilihat dari aspek budaya, gerabah dari Kampung Abar ini sesungguhnya merupakan salah satu aset yang tak kalah pentingnya untuk ditelaah lebih jauh.  Konon kerajinan gerabah pertama kali datang ke Papua pada masa neolitik, diperkenalkan oleh penutur Austronesia yang datang ke wilayah Papua.

Gerabah sebagai salah satu benda hasil kebudayaan manusia merupakan unsur yang paling penting dalam usaha untuk menggambarkan aspek-aspek kehidupan manusia. Dari asal-usul gerabah di Papua ini saja selanjutnya akan bisa menguak dari mana, kapan, nilai fungsi/guna, dan makna yang terkandung sebagai nilai-nilai kearifan lokal/setempat.

Sebagai benda hasil kebudayaan manusia, gerabah yang selama ini masih diproduksi di Kampung Abar Sentani, Kab.Jayapura barang tentu tidak layak dibiarkan begitu saja perkembangannya yang selama ini nampak kurang bergairah. Sangat disayangkan bilamana gerabah ini sampai punah.

Agaknya masih sangat diperlukan sentuhan-sentuhan dari pihak berkompeten (pemerintah daerah maupun stakeholders) untuk menumbuhkan produk-produk ekonomi kreatif seperti industri kerajinan gerabah di Kampung Abar.  Potensi ini bisa pula dipromosikan melalui event-event besar seperti Festival Danau Sentani (FDS) yang diusung rutin setiap tahun.

Ini penting, di samping akan memberikan kontribusi  nyata dalam melestarikan budaya yang bernilai lokal, juga jika dikembangkan melalui  bantuan teknologi yang memadai -- maka bukan tidak mungkin produk gerabah  dari Kampung Abar tersebut kelak di kemudian hari akan menjadi semakin dikenal, memberikan nilai ekonomi bagi para pengrajin dan masyarakatnya.

JM (13-5-2018).


Lihat Humaniora Selengkapnya

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA