Mengapa Allah akan memudahkan jalan menuju surga bagi orang yang menuntut ilmu

Menggapai surga adalah dambaan setiap hamba. Setiap insan pastilah menginginkannya. Seseorang tidak akan masuk surga kecuali dia berada di atas al haq, di atas jalan kebenaran. Dan seseorang tidak akan mengenal jalan kebenaran kecuali dengan ilmu. Ilmulah yang membimbing seseorang berada di atas jalan kebenaran. Ilmulah yang membimbing benarnya amalan hamba. Ilmu lah yang membimbing seseorang terhindar dari jalan kesesatan. Oleh karena itu, tepatlah jika di antara sebab untuk meraih janji surga adalah dengan menuntut ilmu agama.

Ilmu artinya mengetahui kebenaran dengan petunjuk. Jika disebutkan ilmu secara mutlak, yang dimaksud adalah ilmu syar’i, yaitu ilmu tentang perkara agama yang wajib diketahui oleh mukallaf (orang yang sudah dikenai beban syariat) (Hasiyah Tsalatsatil Ushul)

Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

طلب العلم فريضة على كل مسلم

“Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim “(HR. Ibnu Majah, shahih)

Hukum menuntut ilmu ada yang wajib ‘ain dan ada yang wajib kifayah

  1. Ilmu yang wajib ‘ain, yaitu ilmu yang harus dipelajari agar tegak agama seseorang. Ilmu ini meliputi ilmu tentang akidah, ibadah, dan muamalah. Imam Ahmad rahimahullah mengatakan : “Wajib bagi seseorang untuk menuntut ilmu yang berguna untuk menegakkan agamanya”. Lalu ada yang bertanya: “Ilmu seperti apa?” Beliau menjawab : “ Ilmu yang harus diketahui setiap hamba seperti ilmu tentang shalat, puasa, dan yang lainnya” (dinukil dari Hushulul Ma’mul). Ringkasnya, ilmu yang hukumnya wajib ‘ain adalah ilmu yang harus diketahui oleh seseorang , yang apabila dia tidak mengetahui ilmu tersebut dia akan terjatuh pada perbuatan meninggalkan kewajiban atau melakukan keharaman. Setiap orang berbeda-beda tentang ilmu yang wajib dipelajarinya.
  2. Ilmu yang wajib kifayah, yaitu   ilmu yang tidak wajib dipelajari bagi setiap orang. Jika sudah ada sebagian orang yang mempelajari ilmu tersebut, gugur kewajiban bagi yang lainnya. Contohnya mempelajari ilmu tentang cabang-cabang masalah fikih, penjelasan detail para ulama, serta perbedaan pendapat yang terjadi di antara para ulama. Hal ini tidak wajib diketahui oleh setiap muslim. Jika sudah ada yang mempelajarinya dan mengetahuinya, maka bagi yang lain hukum mempelajarinya adalah sunnah (dianjurkan). Termasuk juga mempelajari ilmu-ilmu dunia seperti ilmu teknologi, kedokteran, teknik, dan lain sebagainya yang digunakan untuk kemanfaatan kaum muslimin.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ومن سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له به طريقا إلى الجنة

“ Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan mempermudah baginya jalan menuju surga” (H.R Muslim)

Yang dimaksud menempuh jalan untuk mencari ilmu, ada dua bentuk :

  1. Menempuh jalan secara hakiki, yaitu dengan berjalan menuju tempat majelis ilmu. Seperti misalnya berjalan menuju masjid atau tempat pengajian untuk menuntut ilmu.
  2. Menempuh jalan secara maknawi, yaitu melakukan segala sesuatu untuk mendapatkan ilmu seperti menghafal, mempelajari, mengulang-ulang pelajaran, menelaah, menulis, membaca kitab dan memahaminya, serta perbuatan lainnya yang merupakan cara untuk mendapatkan ilmu.

Adapun maksud perkataan Nabi “ Allah akan mempermudah baginya jalan menuju surga”, ada beberapa makna :

  1. Yang dimaksud adalah Allah akan mempermudah baginya untuk menuntut ilmu dan mendapatkannya serta mempermudah jalan baginya. Karena sesungguhnya ilmu adalah jalan menuju surga. Hal ini seperti disebutkan dalam firman Allah:

    وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ

    “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? “ (Al Qamar:17). Sebagian ulama salaf berkata, “Betapa banyak penuntut ilmu yang mendapatkan pertolongan baginya”

  2. Bisa juga bermakna Allah mempermudah bagi penuntut ilmu – jika dia menuntut ilmu karena mengharap wajah Allah dan mengambil manfaat dari ilmu tersebut, serta mengamalkan konsekuensinya- menjadi sebab mendapat hidayah dari Allah dan masuknya dia ke dalam surga.
  3. Bisa juga bermakna Allah memudahkan bagi penuntut ilmu untuk mendapatkan ilmu-ilmu yang lain yang memberikan manfaat baginya dan menjadi sebab mengantarkannya ke surga. Seperti dikatakan, “ Barangsiapa beramal dengan ilmu yang sudah diketahui, Allah akan mengkaruniakan kepadanya ilmu yang belum diketahui sebelumnya”. Seperti juga dikatakan, “Sesungguhnya pahala bagi kebaikan adalah kebaikan sesudahnya”. Hal ini seperti yang Allah jelaskan dalam Al Qur’an,

    وَيَزِيدُ اللَّهُ الَّذِينَ اهْتَدَوْا هُدًى

    “Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk “ (Maryam:76)

    وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَآتَاهُمْ تَقْواهُمْ

    “Dan orang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan balasan ketakwaannya.” (Muhammad:17).

  4. Termasuk dalam hal ini, dipermudah jalan yang akan dilalui untuk menuju surga pada hari kiamat, yaitu ketika meniti shirat dan rintangan sebelum maupun sesudahnya. Allah akan memudahkan bagi penuntut ilmu untuk mengambil manfaat dengan ilmu yang dimilikinya, karena ilmu menunjukkan kepada Allah jalan yang paling dekat. Barang siapa yang menempuhnya dan tidak menyimpang darinya niscaya dia akan sampai kepada Allah dan surga-Nya dari jalan yang paling dekat dan paling mudah. Sehingga akan menjadi mudah baginya semua jalan yang dia lalui untuk bisa menghantarkan kepada surga,  baik jalan yang ada di dunia maupun di akhirat. (Lihat dalam Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam)

Baca juga: Nikmatnya Surga, Dahsyatnya Neraka

Ilmu Kewajiban yang Pertama

Imam Bukhari rahimahullah berkata dalam kitab Shahihnya :

باب العلم قبل القول والعمل

(Bab : Ilmu sebelum perkataan dan perbuatan). Perkataan Imam Bukhari ini menunjukkan bahwa kewajiban berilmu harus didahulukan daripada kewajiban yang lainnya.

Imam Al ‘Aini rahimahullah berkata ketika menjelaskann perkataan Imam Bukhari ini : “ Dalam bab ini terdapat penjelasan bahwa ilmu itu didahulukan dari perkataan dan perbuatan. Sesuatu harus diketahui terlebih dahulu baru kemudian diucapakan atau diamalkan. Dengan demikian ilmu harus ada terlebih dahulu sebelum ucapan dan perbuatan. Ilmu juga lebih didahulukan karena keutamaannya, karena ilmu merupakan amalan hati, sementara hati adalah anggota badan yang paling mulia. “(‘Umdatul Qari’).

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa ilmu didahulukan karena dua sebab : ilmu harus didahulukan secara zatnya, artinya harus ada terlebih dahulu sebelum perkataan dan perbuatan, dan ilmu juga didahulukan disebabkan kemuliaannya, karena ilmu merupakan amalan hati, sedangkan hati adalah anggota badan yang paling mulia.

Imam Ibnu Munayyir  rahimahullah mengatakan : “ Maksudnya bahwa ilmu merupakan syarat sahnya suatu perkataan dan perbuatan. Perkataan dan perbuatan tidak teranggap kecuali jika didasari ilmu. Maka ilmu harus lebih didahulukan daripada keduanya karena ilmu yang akan membenarkan suatu niat dan niat yang akan membenarkan suatu amalan.” (Fathul Bari)

Imam Bukhari rahimahullah berdalil dengan firman Allah Ta’ala

{فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ

“Maka ketahuilah (ilmuilah) , bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu” (Muhammad:19). Dalam ayat ini Allah memerintahkan untuk berilmu terlebih dahulu sebelum beramal (beristighfar). Ini menunjukkan bahwa ilmu harus lebih didahulukan sebelum amal.

Kewajiban Beramal

Setelah seseorang memiliki ilmu, kewajiban selanjutanya adalah beramal dengan dasar ilmu yang telah dimiliki. Ilmu tidak akan berguna jika tidak diamalkan. Seseorang tidak disebut alim (orang yang berilmu) sampai dia mau mengamalkan ilmunya. Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah mengatakan : “ Seseorang ‘alim akan senantiasa dikatakan bodoh sampai dia mengamalkan ilmunya. Jika dia sudah mengamalkan ilmunya barulah dia disebut orang yang ‘alim”(Dinukil dari Hushulul Ma’mul)

Ilmu tidak akan bermanfat tanpa amal. Ibarat pohon yang tidak ada buahnya, itulah perumpamaan ilmu yang tidak disertai amal. Bahkan Allah mengancam orang-orang yang tidak mengamalkan ilmunya. Allah Ta’ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ  كَبُرَ مَقْتاً عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (As Shaaf:2-3).

Dengan demikian kewajiban menuntut ilmu tidak sebatas hanya mengetahui ilmu saja, namun yang lebih penting adalah mengamalkannya. Dengan amal salih yang dilakukan seorang hamba, menjadi sebab masuknya seorang hamba ke dalam surga. Sementara tidak akan benar amalan shalih seorang hamba kecuali atas dasar ilmu. Semoga Allah Ta’ala senantiasa mengkarunia kita ilmu yang bermanfaat dan memberi taufik kepada kita untuk mengamalkannya. Semoga bermanfaat. Wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad.

Baca juga: Buah-Buahan Di Surga, Gambaran Kenimatan Tiada Tara

Penulis: dr. Adika Mianoki

Artikel: Muslim.or.id

🔍 Ucapan Idul Fitri Menurut Sunnah, Sururi Adalah, Ramalan Al Quran Tentang Facebook, Pesantren Minhajul Haq

عن أبي الدرداء رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «مَنْ سَلَكَ طَريقا يَبْتَغي فيه عِلْما سَهَّل الله له طريقا إلى الجنة، وإنَّ الملائكةَ لَتَضَعُ أجْنِحَتها لطالب العلم رضًا بما يَصنَع، وإنَ العالم لَيَسْتَغْفِرُ له مَنْ في السماوات ومَنْ في الأرض حتى الحيتَانُ في الماء، وفضْلُ العالم على العَابِدِ كَفَضْلِ القمر على سائِرِ الكواكب، وإنَّ العلماء وَرَثَة الأنبياء، وإنَّ الأنبياء لم يَوَرِّثُوا دينارا ولا دِرْهَماً وإنما وَرَّثُوا العلم، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بحَظٍّ وَافِرٍ».
[حسن] - [رواه أبو داود والترمذي وابن ماجه والدارمي وأحمد]
المزيــد ...

...

Dari Abu Dardā` -raḍiyallāhu 'anhu-, dari Nabi -ṣallallāhu 'alahi wa sallam-, beliau bersabda, "Siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju Surga. Dan sungguh para malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya untuk penuntut ilmu karena senang dengan perbuatannya. Sesungguhnya orang berilmu itu akan dimintakan ampunan oleh (makhluk) yang berada di langit dan di bumi hingga ikan di air. Keutamaan orang yang berilmu atas ahli ibadah laksana keutamaan rembulan atas seluruh bintang. Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, namun mereka hanya mewariskan ilmu, maka siapa yang mengambilnya berarti ia telah mengambil bagian yang melimpah."
Hadis hasan - Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah

Uraian

Hadis ini secara spesifik menjelaskan keutamaan-keutamaan mencari ilmu: Pertama: Seseorang yang menapaki jalan untuk mencari ilmu atau meneliti keilmuan, meskipun itu dilakukan di dalam rumahnya sendiri maka Allah membalasnya dengan memudahkan jalannya menuju Surga. Menapaki jalan ilmu di sini mencakup jalan yang nyata yang dilewati saat berjalan, juga mencakup jalan maknawi yaitu mencari ilmu dengan jalan bersimpuh di majelis ulama, dan mencarinya di kitab-kitab, karena orang yang menggali buku-buku untuk mengetahui hukum suatu permasalahan agama atau duduk di hadapan seorang sykeh untuk belajar, maka sesungguhnya dia telah termasuk mencari ilmu meskipun dengan cara duduk. Di antara keutamaan yang disebutkan dalam hadis ini adalah bahwa ulama senatiasa didoakan oleh penghuni langit dan penghuni bumi, bahkan ikan-ikan di lautan dan binatang-binatang melata di daratan turut mendoakannya. Di antara keutamaannya juga adalah bahwa para malaikat yang dimuliakan oleh Allah akan meletakkan sayap-sayapnya untuk dilewati pencari ilmu karena senang dengan perbuatan mereka sebagai bentuk tawaduk dan pengagungan terhadap ilmu dan ahli ilmu. Di antaran keutamaan yang disebutkan oleh Nabi -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- dalam hadis ini: bahwa para ulama adalah ahli waris para Nabi; di mana mereka mewarisi ilmu sekaligus pengamalannya, juga mewarisi aktifitas dakwah mereka kepada Allah -'Azzā wa Jallā- dan misi penjelasan petunjuk kepada manusia agar mereka mendapatkan petunjuk Allah dan agama-Nya. Termasuk keutamaannya juga bahwa kelebihan seorang alim di atas orang ahli ibadah bagaikan kelebihan bulan purnama yang mengalahkan bintang-bintang langit lainnya, karena cahaya yang terpancar dari ibadah dan kesempurnaannya hanya berhenti pada pribadi pelakunya, tidak sampai ke orang lain, sehingga cahayanya laksana cahaya bintang-bintang langit. Adapun cahaya ilmu dan kesempurnaannya, maka bisa sampai ke orang lain sehingga diapun terpancari cahaya. Nabi -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- lalu menjelaskan bahwa para Nabi tidak mewariskan harta dunia untuk generasi sepeninggal mereka, mereka tidak meninggalkan warisan berupa dinar ataupun dirham, namun warisan mereka yang paling agung adalah ilmu; maka barangsiapa yang bisa mengambilnya maka ia telah mengambil suatu bagian yang sempurna sebab ia merupakan warisan yang hakiki lagi bermanfaat. Seseorang tidak boleh mengira bahwa seorang alim yang diutamakan (dalam hadis ini) sama sekali tidak beramal ibadah dan seorang ahli ibadah tersebut sama sekali tidak berilmu, akan tetapi (perbedaan keduanya) adalah ilmu sang alim mengalahkan amalnya dan ibadah sang ahli ibadah mengalahkan ilmunya. Karenanya, ulama disebut pewaris Nabi yang mendapatkan dua kebaikan; ilmu dan amal. Dan juga mendapatkan dua keutamaan; kesempurnaan dan penyempurnaan. Inilah jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang arif dan dekat kepada Allah.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia China Persia Indian Kurdi

Tampilkan Terjemahan

...


Page 2

عن أبي هريرة رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «مَنْ سُئِلَ عن عِلْمٍ فَكَتَمَهُ، أُلْجِمَ يوم القيامةِ بِلِجَامٍ مِنْ نارٍ».
[صحيح] - [رواه أبو داود والترمذي وابن ماجه وأحمد]
المزيــد ...

...

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa ditanya tentang suatu ilmu kemudian ia menyembunyikannya, maka pada hari kiamat ia akan dipasangkan kendali dari neraka."
Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah

Uraian

Hadis ini mengandung peringatan keras tentang menyembunyikan ilmu dan bahwasanya orang yang ditanya tentang suatu ilmu yang dibutuhkan oleh penanya dalam urusan agamanya sedangkan yang ditanya harus menjawabnya; lalu dia tidak menerangkan ilmu tersebut dengan tidak memberi jawaban atau dengan melarang pemberian buku, maka Allah -Ta'ālā- menghukumnya pada hari kiamat dengan cara memasukkan tali kendali dari neraka di mulutnya sebagai balasan baginya karena dia mengekang dirinya untuk diam, dan tentunya balasan ini sesuai jenis amal yang dilakukan. Ancaman keras dalam hadis ini ditimpakan kepada orang yang mengetahui bahwa penanya bertanya untuk meminta bimbingan. Adapun jika diketahui bahwa penanya bertanya untuk menguji dan bukan bertujuan untuk meminta bimbingan lalu mengetahuinya dan mengamalkannya; maka orang yang ditanya memiliki dua pilihan antara menjawab dan tidak, sedang dia tidak ditimpakan ancaman yang disebutkan dalam hadis ini.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia China Persia Indian Sinhala Kurdi Hausa Portugis

Tampilkan Terjemahan

...


Page 3

عن جندب بن سفيان البجلي رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: «مَنْ صلَّى الصبحَ فهو في ذِمَّةِ اللهِ، فانظُرْ يا ابنَ آدمَ، لا يَطْلُبَنَّكَ اللهُ مِنْ ذِمَّتِهِ بِشَيء».
[صحيح] - [رواه مسلم بلفظ: «من صلى الصبح فهو في ذمة الله، فلا يطلبنكم الله من ذمته بشيء فيدركه فيكبه في نار جهنم»، وهذا لفظ أحمد]
المزيــد ...

...

Dari Jundub bin Sufyān Al-Bajalī -raḍiyallāhu 'anhu-, dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam-, beliau bersabda, “Siapa mengerjakan salat Subuh maka ia berada dalam lindungan Allah, maka perhatikanlah wahai anak Adam! Janganlah kamu (mengganggu orang yang ada dalam jaminan-Nya sehingga) mengakibatkan kamu dituntut oleh Allah dengan sesuatu!”
Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Ahmad

Uraian

Hadis ini menjelaskan keutamaan salat Subuh; bahwa orang yang melaksanakan salat Subuh berada dalam lindungan Allah, yakni dalam pertolongan dan penjagaan-Nya. Dalam riwayat Abu Nu’aim di kitab Al-Mustakhraj (2/252, no.1467) disebutkan, “secara berjamaah." Kemudian Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- mengancam orang yang menyakiti orang yang telah melaksanakan salat Subuh dengan ancaman, “Jangan sekali-kali Allah menghukummu sebab perlakuanmu menyakiti seseorang yang berada dalam lindungan Allah, karena itu adalah penyebab siksa Allah -Ta'ālā- dan penyebab masuk neraka, semoga Allah melindungi kita darinya." Atau bisa juga bermakna, “Jangan sekali-kali kamu melalaikan salat Subuh!” Atau artinya adalah, “Janganlah melakukan perbuatan buruk sehingga Allah menghukummu karena engkau melanggar janji-Nya!" Hadis ini merupakan dalil bahwa salat Subuh laksana kunci untuk salat-salat yang dilakukan di siang hari, bahkan menjadi kunci bagi segala amal di sepanjang hari. Salat Subuh juga laksana satu perjanjian dengan Allah agar seorang hamba berkomitmen mentaati Rabb-nya -'Azzā wa Jallā- dengan cara menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Terjemahan: Inggris Prancis Turki Urdu Bosnia Rusia China Persia Indian

Tampilkan Terjemahan

...


Page 4

عن عبدالله بن عباس رضي الله عنهما مرفوعاً: «مَن عادَ مَريضا لم يحضُرهُ أجلُه، فقال عنده سَبعَ مراتٍ: أسأل الله العظيم، ربَّ العرشِ العظيم، أن يَشفيك، إلا عافاه الله من ذلك المرض».
[صحيح] - [رواه أبو داود والترمذي وأحمد]
المزيــد ...

...

Dari Abdullah bin Abbas -raḍiyallāhu 'anhumā, "Siaya yang menjenguk orang sakit sebelum ajalnya datang, lalu berdoa di sisinya tujuh kali: 'Aku memohon kepada Allah Yang Mahaagung, Pemilik 'Arasy yang agung, agar menyembuhkanmu,' niscaya Allah menyembuhkannya dari penyakit tersebut."
Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Tirmiżi

Uraian

Hadis Ibnu Abbas -raḍiyallāhu 'anhumā- ini menjelaskan bahwa jika seseorang menjenguk orang sakit yang ajalnya belum datang," artinya bukan penyakit yang menyebabkan kematian si penderita, lalu mengucapkan doa, "Aku memohon kepada Allah Yang Mahagung, Pemilik 'Arasy yang agung, agar menyembuhkanmu," sebanyak tujuh kali niscaya Allah menyembuhkannya dari penyakit tersebut." Ini dilakukan jika ajalnya belum tiba, tetapi jika ajal telah tiba maka obat dan bacaan ini tidak berguna baginya. Sebab, Allah -Ta'ālā- telah berfirman, "Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun." (Al-A'rāf: 34).

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Sinhala Kurdi Hausa Portugis

Tampilkan Terjemahan

...


Page 5

عن زيد بن خالد الجهني رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: «مَنْ فَطَّرَ صائمًا، كان له مِثْلُ أجْرِهِ، غَيْرَ أنَّهُ لاَ يُنْقَصُ مِنْ أجْرِ الصَّائِمِ شَيْءٌ».
[صحيح] - [رواه الترمذي وابن ماجه والنسائي في الكبرى والدارمي وأحمد]
المزيــد ...

...

Dari Zaid bin Khālid Al-Juhanī -raḍiyallāhu 'anhu-, dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam-, beliau bersabda, “Siapa memberi hidangan buka puasa kepada orang yang berpuasa maka dia mendapatkan seperti pahala orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahalanya sedikit pun.”
Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah

Uraian

Dalam hadis ini terdapat penjelasan keutamaan memberi iftar (hidangan buka puasa) bagi orang yang berpuasa, serta anjuran dan motivasi untuk melakukannya, dan bahwasanya orang yang melakukannya dituliskan baginya pahala seperti pahala orang yang berpuasa tanpa mengurangi sedikit pun dari pahala orang yang berpuasa tersebut. Ini merupakan anugerah besar dari Allah untuk hamba-hamba-Nya, karena di dalamnya terdapat spirit tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, memupuk rasa saling cinta dan solidaritas sesama Muslim. Menurut teks hadis ini bahwa seseorang yang memberi hidangan buka puasa, meskipun hanya sebiji kurma maka dia mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa. Untuk itu, seharusnya setiap insan berusaha sekuat tenaga memberi hidangan buka puasa kepada orang yang berpuasa sesuai kesanggupannya, apalagi bila mereka memang sangat membutuhkan karena miskin atau karena tidak ada orang lain yang bisa menyiapkan makanan buka puasa bagi mereka.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia China Persia Indian Sinhala Uyghur Kurdi Portugis

Tampilkan Terjemahan

...


Page 6

عن سعد بن أبي وقاص رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: "من قال حين يسمع المؤذن: أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأنَّ محمداً عبده ورسولُه، رضيتُ بالله رباً وبمحمدٍ رسولاً وبالإسلام دِينا، غُفِرَ له ذَنْبُه".
[صحيح] - [رواه مسلم]
المزيــد ...

...

Dari Sa'ad bin Abi Waqqāṣ -raḍiyallāhu 'anhu- dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwasannya beliau bersabda, "Siapa yang mendengar muazin lalu mengucapkan, 'Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Aku juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Aku rida Allah sebagai Rabb, Muhammad sebagai Rasul, dan Islam sebagai agama, maka dosanya diampuni'."
Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Muslim

Uraian

"Siapa yang mendengar muazin lalu mengucapkan" yakni, mendengar azannya, "Asyhadu an lā ilāha illallāh waḥdahu," (aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak selain Allah semata), yakni, aku menetapkan dan mengakui serta memberitahukan bahwa tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah. Ucapannya, "Lā syarīka lahu" (tidak ada sekutu bagi-Nya) merupakan tambahan penguat. "Wa anna muḥammadan 'abduhu (sesungguhnya Muhammad hamba-Nya)" didahulukan untuk memperlihatkan penghambaan dan kerendahan hati. Ucapannya, "wa rasūluhu" (dan Rasul-Nya) ditampilkan untuk menceritakan kenikmatan. "Raḍītu billāhi rabban (aku rida Allah sebagai Rabb)", yakni, dengan rubūbiyyah-Nya, ulūhiyyah-Nya, nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Ucapannya, "Wa bi muḥammadin rasūlan" (dan Muhammad sebagai Rasul) yakni, dengan segala apa yang dibawanya dan disampaikan kepada kami. Ucapannya, "Wa bil islāmi (dan dengan Islam)" yakni, dengan seluruh hukum Islam berupa perintah-perintah dan larangan-larangan. Ucapannya, "dīnan (sebagai agama kami)" yakni, secara keyakinan dan ketundukan. Ucapannya, "gufira lahu żanbuhu (maka dosanya diampuni)" yakni, dari dosa-dosa kecil. Zikir ini diucapkan ketika muazin mengumandangkan, "Asyhadu an lā ilāha illallāhu, asyhadu anna Muḥammadan rasūlullāh" dan bisa juga diucapkan setelah azan karena hadis tersebut mengandung dua kemungkinan.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia China Persia Indian Sinhala Kurdi Hausa Portugis

Tampilkan Terjemahan

...


Page 7

عن أبي سعيد الخدري وأبي هريرة رضي الله عنهما أَنهُما شَهِدَا عَلَى رسول اللَّه -صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم- أَنه قالَ: «من قال: لا إله إلا الله والله أكبر، صَدَّقه ربه، فقال: لا إله إلا أنا وأنا أكبر. وإذا قال: لا إله إلا الله وحده لا شريك له، قال: يقول: لا إله إلا أنا وَحدِي لا شريك لي. وإذا قال: لا إله إلا الله له الملك وله الحمد، قال: لا إله إلا أنا لي الملك ولي الحمد. وإذا قال: لا إله إلا الله ولا حول ولا قوة إلا بالله، قال: لا إله إلا أنا ولا حول ولا قوة إلا بي» وكان يقول: «من قالها في مرضه ثم مات لم تَطْعَمْهُ النار».
[صحيح] - [رواه الترمذي وابن ماجه. ملحوظة: ذكر النووي الحديث بتغيير يسير في لفظه عما في كتب التخريج المسندة، كما أن للحديث عدة ألفاظ]
المزيــد ...

...

Dari Abu Sa'īd Al-Khudri dan Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhumā-, keduanya bersaksi terhadap Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Siapa mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan Allah Mahabesar.' Tuhannya pun membenarkannya lalu berfirman, 'Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Aku dan Aku Maha Besar.' Jika orang itu mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah Yang Esa tidak ada sekutu bagi-Nya.' Nabi bersabda, "Allah berfirman, 'Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Aku Yang Esa, tidak ada sekutu bagi-Ku.' Jika orang itu mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah, milik-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala pujian.' Allah berfirman, 'Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, milik-Ku kerajaan dan bagi-Ku segala pujian.' Jika orang itu mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan tidak ada daya serta kekuatan kecuali dari Allah.' Allah pun berfirman, 'Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Aku dan tidak ada daya serta kekuatan kecuali dari-Ku.' Nabi bersabda, "Siapa mengucapkan zikir ini ketika sakit lalu ia meninggal dunia, niscaya api neraka tidak akan melahapnya."
Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah

Uraian

Dari Abu Hurairah dan Abu Sa'īd Al-Khudri -raḍiyallāhu 'anhumā- dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- membenarkan seorang hamba ketika mengucapkan, "Allah Maha Besar, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah." Allah berfirman, "Sesungguhnya tidak ada Tuhan yang hak selain Aku dan Aku Mahabesar." Jika hamba itu mengucapkan, "Allah Maha Besar dan tidak ada daya serta kekuatan selain dari Allah," demikian pula Allah membenarkannya. " Barangsiapa mengucapkan ini, "Tidak ada tuhan yang haq selain Allah dan tidak ada daya serta kekuatan kecuali dari Allah," lalu ia meninggal dunia beserta zikir yang lainnya, maka sesungguhnya ia tidak akan terkena api neraka," yakni, hal itu menjadi sebab terhalangnya manusia dari api neraka. Hendaknya manusia menghafal zikir ini dan sering mengucapkannya saat dalam kondisi sakit sehingga dengan izin Allah -Ta'ālā-, ia wafat dalam kebaikan, in syā`a Allah -Ta'ālā.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Sinhala Kurdi

Tampilkan Terjemahan

...


Page 8

عن أبي مسعود البدري رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «مَنْ قَرَأَ بِالآيَتَيْنِ مِنْ آخر سُورَةِ البَقَرَةِ في لَيْلَةٍ كَفَتَاه».
[صحيح] - [متفق عليه]
المزيــد ...

...

Abu Mas'ūd Al-Badriy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surah Al-Baqarah pada suatu malam, niscaya kedua ayat itu telah cukup (sebagai penjaga) baginya."
Hadis sahih - Muttafaq 'alaih

Uraian

Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberitahukan bahwa siapa saja yang membaca dua ayat terakhir dari Surah Al-Baqarah di malam hari sebelum ia tidur maka Allah akan mencukupkannya (menjaganya) dari keburukan dan bahaya. Dikatakan juga bahwa makna dari "telah cukup baginya" yakni dua ayat itu sudah cukup baginya sebagai (pengganti) salat malam, atau cukup baginya sebagai (pengganti) wirid malam, atau bisa juga bermakna bahwa keduanya adalah batas kadar bacaan yang paling minimal dalam salat malam. Ada juga yang memaknainya dengan makna selain ini. Adapun semua makna yang disebutkan di atas maka semuanya benar karena sesuai cakupan lafal hadis.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Indian Sinhala Uyghur Kurdi Hausa Portugis Malayalam Telugu Sawahili Tamil Burma Thailand Jerman Jepang

Tampilkan Terjemahan

...


Page 9

عن ابن مسعود رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : «مَنْ قَرَأ حَرْفاً مِنْ كِتاب الله فَلَهُ حَسَنَة، والحَسَنَة بِعَشْرِ أمْثَالِها، لا أقول: ألم حَرفٌ، ولكِنْ: ألِفٌ حَرْفٌ، ولاَمٌ حَرْفٌ، ومِيمٌ حَرْفٌ».
[صحيح] - [رواه الترمذي]
المزيــد ...

...

Ibnu Mas’ūd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Siapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah (Al-Qur`ān) maka baginya satu pahala kebaikan, dan satu pahala kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat, aku tidak mengatakan bahwa alif lām mīm itu satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lām satu huruf, dan mīm satu huruf.”
Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Tirmiżi

Uraian

Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan di dalam hadis ini bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan bahwa setiap muslim yang membaca satu huruf dari Kitab Allah (Al-Qur`ān) maka pahalanya dari setiap satu huruf adalah sepuluh kebaikan. Sabda beliau, "Aku tidak mengatakan alif lām mīm satu huruf", yakni aku tidak mengatakan bahwa huruf yang tiga itu dihitung satu huruf, namun alif satu huruf, lām satu huruf, dan mīm satu huruf. Sehingga, orang yang membacanya diberi pahala tiga puluh pahala kebaikan. Ini merupakan kenikmatan yang agung dan pahala yang besar, maka sudah sepantasnya bagi setiap orang untuk memperbanyak membaca Kitab Allah -'Azza wa Jalla-.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Indian Sinhala Kurdi Portugis Malayalam Telugu Sawahili Tamil Burma Thailand Jerman Jepang

Tampilkan Terjemahan

...


Page 10

عن أبي لبابة بشير بن عبد المنذر رضي الله عنه : أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «مَن لَم يَتَغنَّ بِالقُرآنِ فَليسَ مِنَّا».
[صحيح] - [رواه أبو داود]
المزيــد ...

...

Dari Abu Lubābah Basyīr bin 'Abdil-Munżir -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Siapa yang tidak memperindah suaranya membaca Al-Qur`ān, maka bukan termasuk golongan kami."
Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Abu Daud

Uraian

Dalam hadis ini Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menganjurkan kita untuk memperindah suara ketika membaca Al-Qur`ān. Kata ini (at-Tagannī) memiliki dua makna, yang pertama: siapa yang tidak memperindah suaranya dengan Al-Qur`ān (saat membacanya) maka ia bukan termasuk orang yang menapaki petunjuk dan jalan kami. Makna yang kedua, yakni: siapa yang tidak mencukupkan diri dengannya (Al-Qur`ān), di mana ia mencari petunjuk dari selain Al-Qur`ān maka ia bukan golongan kami. Tentunya tidak diragukan lagi bahwa siapa yang mencari petunjuk dari selain Al-Qur`ān maka Allah akan menyesatkannya -wal 'iyāżu billāh (kita berlindung kepada Allah)-. Hadis ini menunjukkan bahwa seharusnya setiap insan memperindah suaranya saat membaca Al-Qur`ān dan mencukupkan diri dengannya.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia China Persia Indian Sinhala Kurdi Portugis

Tampilkan Terjemahan

...


Page 11

عن شداد بن أوس رضي الله عنه قال: حفِظتُ من رسول الله صلى الله عليه وسلم اثنتين قال: «إن الله مُحسنٌ يحبُّ الإحسانَ إلى كلِّ شيء، فإذا قتلتم فأحسِنوا القِتْلة، وإذا ذبحتم فأحسنوا الذَّبحَ، وليُحِدَّ أحدُكم شَفْرَتَه، وليُرِح ذبيحتَه».
[صحيح] - [رواه عبد الرزاق، وأصل الحديث في صحيح مسلم، ولفظه: «إن الله كتب الإحسان على كل شيء...» الحديث]
المزيــد ...

...

Dari Syaddād bin Aus -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Aku menghafal dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dua hal, beliau bersabda, 'Sesungguhnya Allah Mahabaik dan mencintai kebaikan dalam segala sesuatu, maka jika kalian membunuh (perang) perbaikilah cara kalian membunuh, dan jika kalian menyembelih maka perbaikilah cara kalian menyembelih, dan hendaklah seseorang di antara kalian menajamkan pisaunya dan menenangkan hewan sembelihannya'."
Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Abdurrazzāq

Uraian

Syaddād bin Aus -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan bahwa beliau mempelajari dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dua hal. Pertama, sabda Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Sesungguhnya Allah Maha Baik dan mencintai kebaikan kepada segala sesuatu", maka diantara nama-nama Allah adalah Al-Muḥsin, yaitu: Yang memberi karunia, Pemberi nikmat, maha Pengasih dan Penyantun. Allah yang maha Suci suka memberikan karunia, nikmat, rahmat dan kasih sayang kepada segala sesuatu. Adapun perkara kedua merupakan hasil dari perkara pertama, yaitu sabda Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Jika kalian membunuh maka perbaikilah cara kalian membunuh dan jika kalian menyembelih maka perbaikilah cara kalian menyembelih, dan hendaklah seseorang di antara kalian menajamkan pisaunya dan menenangkan hewan sembelihannya". Maksudnya: jika kalian ingin membunuh jiwa yang dibolehkan untuk dibunuh seperti orang kafir harbi, orang murtad, membunuh pembunuh (kisas) atau lainnya, maka wajib bagi kalian memperbaiki cara dan bentuk pembunuhan tersebut. Begitu juga jika kalian menyembelih hewan, maka kalian wajib memperbaiki cara menyembelih dengan memudahkan sembelihan, menajamkan pisau, menyegerakan sembelihan dan sebagainya. Juga disunnahkan untuk tidak mengasah pisau di depan hewan sembelihan, dan tidak menyembelih di hadapan hewan lain, serta tidak menyeretnya menuju tempat penyembelihan.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Hausa

Tampilkan Terjemahan

...


Page 12

عن أبي هريرة رضي الله عنه مرفوعاً: «قال الله: كذَّبني ابنُ آدم ولم يكن له ذلك، وشتمني ولم يكن له ذلك، فأمَّا تكذيبُه إيَّايَ فقوله: لن يعيدَني، كما بدأني، وليس أولُ الخلق بأهونَ عليَّ من إعادتِه، وأما شتمُه إيَّايَ فقوله: اتَّخذَ اللهُ ولدًا، وأنا الأحدُ الصمد، لم ألِدْ ولم أولَد، ولم يكن لي كُفْؤًا أحدٌ».
[صحيح] - [رواه البخاري]
المزيــد ...

...

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', Allah -Ta'ālā- berfirman, "Anak adam mendustakan-Ku padahal itu tidak boleh baginya, anak adam menghina-Ku padahal itu tidak boleh baginya. Adapun pendustaannya kepada-Ku yaitu perkataannya: Allah tidak akan membangkitkanku sebagaimana Ia menciptakanku, padahal tidaklah awal penciptaan lebih mudah bagi-Ku dari membangkitkan. Adapun penghinaannya kepada-Ku yaitu perkataannya: Allah mengambil anak, padahal Aku Maha Esa dan Akulah tempat bergantung, aku tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada sesuatu apapun yang setara dengan-Ku.
Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Bukhari

Uraian

Ini adalah hadis Qudsi yang mana Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menceritakan dari Rabbnya -'Azza wa Jall-a bahwasanya Dia berfirman, "Anak Adam mendustakan-Ku padahal hal tersebut tidak boleh baginya". Maksudnya: Aku didustakan oleh segolongan anak Adam, dan yang dimaksud adalah orang-orang yang mengingkari kebangkitan seperti kaum musyrik Arab dan selainnya dari para penyembah berhala dan orang-orang Nasrani -sebagaimana akan disebutkan pada potongan hadis ini- padahal tidak pantas bagi mereka mendustakan Allah, dan tidak pantas Allah didustakan. "Dan anak Adam menghina-Ku padahal itu tidak boleh baginya". Menghina adalah mensifati sesuatu yang mengandung perendahan dan pengurangan. Maksudnya adalah sebagian anak Adam mensifati Allah dengan sesuatu yang mengandung pengurangan, yaitu mereka menetapkan bahwa Allah mempunyai anak -sebagaimana yang akan disebutkan-, padahal tidak pantas bagi mereka menghina Allah, dan Allah tidak pantas untuk dihina. Kemudian Allah merinci apa yang telah Dia sebutkan secara global dengan mengatakan, "Adapun pendustaannya kepadaku adalah perkataannya: Dia tidak akan membangkitkanku sebagaimana Da menciptakanku". Maksudnya: adapun pendustaan hamba kepada Rabbnya adalah persangkaan dia bahwasanya Allah tidak akan menghidupkannya setelah kematiannya sebagaimana Allah menciptkannya awal mula dari sesuatu yang tidak ada, dan ini adalah kekufuran dan pendustaan. Kemudian Allah membantah mereka dengan firman-Nya, "Dan tidaklah awal penciptaan lebih ringan bagiku dari membangkitkan". Maksudnya: dan tidaklah awal penciptaan dari tidak ada lebih mudah bagiku dari menghidupkan setelah kematian, akan tetapi keduanya sama saja dalam kekuasaanku, bahkan biasanya mengembalikan lebih mudah dikarenakan adanya asal bangunan dan sisanya. Adapun perkataan Allah, "Adapun penghinaannya kepadaku adalah perkataannya: Allah mengambil anak". Maksudnya: mereka meyakini bahwa Allah mempunyai anak (Orang Yahudi mengatakan bahwa Uzair adalah putra Allah dan orang Nasrani mengatakan bahwa Al-Masīh adalah anak Allah), dan orang (musyrik) Arab mengatakan bahwa para malaikat adalah anak-anak perempuan Allah. Ini adalah penghinaan dan perendahan kepada Allah, juga bentuk penyamaan Allah dengan makhluk-Nya. Kemudian Allah membantahnya dengan firman-Nya, "Aku adalah Al-Ahad", Yang Satu dan tidak ada yang menyamaiku dalam zat dan sifat, Yang Suci dari segala kekurangan dan mempunyai segala sifat-sifat yang sempurna. "Aṣ-Ṣamad", yang tidak butuh kepada siapapun dan segala sesuatu butuh kepada-Nya, yang sempurna dalam segala bentuk kemuliaan. "Aku tidak beranak", maksudnya: aku bukanlah bapak dari seorangpun. "Aku tidak diperanakkan", maksudnya: dan aku bukan anak dari seorangpun, karena Dia adalah yang pertama dan tidak ada permulaannya dan yang terakhir yang tidak ada ujungnya. "Dan tidak ada sesuatupun yang setara dengan-Ku", maksudnya: dan tidak ada yang seperti dan serupa dengan-Ku. Peniadaan sesuatu yang setara dengannya mencakup peniadaan bapak, anak, pasangan dan lain-lain.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Sinhala Kurdi Hausa Portugis

Tampilkan Terjemahan

...


Page 13

عن أنس بن مالك رضي الله عنه مرفوعاً: «وكَّلَ اللهُ بالرَّحِم مَلَكًا، فيقول: أيْ ربِّ نُطْفة، أيْ ربِّ عَلَقة، أيْ ربِّ مُضْغة، فإذا أراد اللهُ أن يقضيَ خَلْقَها، قال: أيْ ربِّ، أذكرٌ أم أنثى، أشقيٌّ أم سعيدٌ، فما الرزق؟ فما الأَجَل؟ فيكتب كذلك في بطن أُمِّه».
[صحيح] - [متفق عليه]
المزيــد ...

...

Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', Allah menugaskan untuk rahim satu malaikat, ia berkata, "Wahai Rabbku! Ini adalah setetes mani. Wahai Rabbku! Ini adalah segumpal darah. Wahai Rabbku! Ini adalah segumpal daging. Ketika llah ingin menakdirkan penciptaannya, malaikat berkata, "Wahai Rabbku! Laki-laki atau perempuan? Sengsara atau bahagia? Bagaimana rezekinya? Kapan ajalnya? Kemudian semua itu akan ditulis saat di perut ibunya."
Hadis sahih - Muttafaq 'alaih

Uraian

Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- menugaskan untuk rahim satu malaikat, maksudnya: Allah -Ta'ālā- menjadikan satu malaikat dari sekian banyak malaikat untuk bertugas mengatur urusan rahim, yaitu tempat tumbuhnya bayi dalam perut ibunya. Lantas ia berkata: "Wahai Rabbku! Setetes mani", maksudnya: wahai Rabbku ini adalah setetes mani. Setetes mani ini adalah air mani seorang laki-laki. Begitu juga kalimat setelahnya, yaitu, "Wahai Rabbku! segumpal darah", maksudnya: wahai Rabbku ini adalah segumpal darah, dan segumpal darah adalah darah yang kental. Kemudian malaikat berkata: "Wahai Rabbku! Segumpal daging", maksudnya: wahai Rabbku ini adalah segumpal daging, maksudnya adalah sepotong daging. Dalam riwayat lain dijelaskan bahwasa masa setiap bagian ini adalah empat puluh hari. Kemudian Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ketika Allah ingin menakdirkan penciptaannya", maksudnya: segumpal darah karena ia adalah tingkatan terakhir. Adapun maksud dari "qaḍa' (takdir)" disini adalah pelaksanaan penciptaannya dengan tiupan ruh kepadanya, sebagaimana dijelaskan dalam riwayat lain. Itu terjadi setelah berlalu seratus dua puluh hari. Malaikat berkata, "Wahai Rabbku laki-laki atau perempuan?" Maksudnya: wahai Rabbku apakah dia laki-laki sehingga aku akan menulisnya atau perempuan? "Dia sengsara atau bahagia?" Maksudnya: apakah dia akan sengsara dan termasuk penghuni neraka sehingga aku tulis demikian atau bahagia dan termasuk penghuni surga untuk aku tulis seperti itu? "Bagaimana rezekinya?" Maksudnya: sedikit atau banyak? Berapa jumlahnya? "Kapan ajalnya?" Maksudnya: berapa umurnya? Panjang atau pendek? "Maka semua itu akan ditulis ketika berada di perut ibunya." Maksudnya: semua yang disebutkan itu akan ditulis sebagaimana yang Allah perintahkan, ketika sang anak masih dalam perut ibunya.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Sinhala Kurdi Portugis

Tampilkan Terjemahan

...


Page 14

عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: «إذا أراد اللهُ بقومٍ عذابًا، أصابَ العذابُ من كان فيهم، ثم بُعِثوا على أعمالهم».
[صحيح] - [متفق عليه]
المزيــد ...

...

Dari Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu 'anhumā-, ia berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Jika Allah hendak menimpakan azab kepada satu kaum, maka azab itu menimpa semua orang yang ada di tengah-tengah mereka. Setelah itu mereka dibangkitkan sesuai amalannya."
Hadis sahih - Muttafaq 'alaih

Uraian

Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan bahwa Allah -'Azza wa Jalla- jika hendak menimpakan azab kepada satu kaum, yakni, ketika Allah hendak menyiksa satu kaum sebagai azab atas amal buruk mereka. "maka azab itu menimpa semua orang yang ada di tengah-tengah mereka." Yakni orang-orang yang ada di tengah-tengah mereka yang tidak sependapat dengan mereka. Allah membinasakan seluruh manusia ketika muncul kemungkaran dan kemaksiatan yang dilakukan secara terang-terangan. "Setelah itu mereka dibangkitkan sesuai amalannya." Yakni, setiap orang dibangkitkan sesuai dengan amalnya. Jika amalnya saleh, maka dia akan mendapatkan kesalehan, dan jika buruk, maka akhirnya adalah keburukan. Azab ini menjadi penyucian bagi orang-orang saleh dan pembalasan terhadap orang-orang fasik. Allah membangkitkan mereka sesuai dengan amalan mereka adalah keputusan yang adil, karena amal-amal saleh mereka hanya akan dibalas di akhirat. Adapun di dunia, apa pun ujian yang menimpanya, hanyalah untuk menghapus amal buruk yang telah mereka lakukan. Dengan demikian, azab yang dikirimkan Allah di dunia terhadap orang-orang yang berlaku zalim ini akan menimpa semua orang yang ada bersama mereka dan tidak mengingkari perbuatan mereka. Ini sebagai balasan bagi mereka atas sikap mereka. Selanjutnya pada hari kiamat kelak, masing-masing dibangkitkan dan diberi balasan sesuai amalnya.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Kurdi Hausa

Tampilkan Terjemahan

...


Page 15

عن ابن عباس رضي الله عنهما موقوفًا عليه: «الكُرسِيُّ مَوْضِع القَدَمَين، والعَرْش لا يَقْدِرُ أحدٌ قَدْرَه».
[صحيح موقوفًا على ابن عباس -رضي الله عنهما] - [رواه عبد الله بن أحمد في السنة، وابن خزيمة في التوحيد]
المزيــد ...

...

Dari Ibnu Abbas -raḍiyallāhu 'anhuma- secara mauqūf sampai di dia, "Kursi adalah tempat kedua kaki dan 'Arsy tidak ada seorang pun yang mampu mengukurnya."
Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dalam kitab at-Tauḥīd

Uraian

"Kursi adalah tempat kedua kaki," Yakni, kursi yang disandarkan oleh Allah kepada diri-Nya, yaitu tempat kedua kaki Allah -Ta'ālā-. Makna yang dituturkan oleh Ibnu Abbas -raḍiyallāhu 'anhu-ma tentang kursi adalah pendapat yang popular di kalangan Ahlussunah dan itu yang tercatat darinya. Adapun yang diriwayatkan darinya bahwa kursi adalah ilmu, maka pendapat itu tidak benar. Demikian juga apa yang diriwayatkan dari Al-Hasan bahwa kursi adalah 'Arsy adalah lemah dan tidak benar "dan 'Arsy tidak ada seorang pun yang mampu mengukurnya." Yakni 'Arsy tempat Allah -Ta'ālā- bersemayam di atasnya adalah makhluk yang besar. Adapun ukuran bobot dan luasnya tidak ada seorang pun yang mengetahuinya kecuali Allah -Ta'ālā-.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Sinhala Uyghur Kurdi Hausa Portugis

Tampilkan Terjemahan

...


Page 16

عن عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما أنه سمع رسول الله صلى الله عليه وسلم ، يقول: «إنَّ قلوبَ بني آدم كلَّها بين إصبعين من أصابعِ الرحَّمن، كقلبٍ واحدٍ، يُصَرِّفُه حيث يشاء» ثم قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «اللهم مُصَرِّفَ القلوبِ صَرِّفْ قلوبَنا على طاعتك».
[صحيح] - [رواه مسلم]
المزيــد ...

...

Dari Abdullah bin Amru bin Al-'Āṣ -raḍiyallāhu 'anhuma-, ia mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya hati anak-anak Adam itu seluruhnya ada di antara dua jari-jari Allah Yang Maha Pengasih seperti satu hati. Dia memalingkannya ke arah yang dikehendaki-Nya." Selanjutnya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ya Allah, Żat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati kami atas ketaatan-Mu."
Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Muslim

Uraian

Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan bahwa Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- memalingkan hati hamba-hamba-Nya dan lainnya kepada apa yang dikehendaki-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang mencegah-Nya dari itu dan tidak ada sesuatu pun yang luput dari apa yang dikehendaki-Nya. Hati manusia seluruhnya di antara jari-jari Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-. Dia mengarahkannya kepada apa yang dikehendaki-Nya atas hamba sesuai dengan takdir yang telah ditetapkan Allah untuknya. Selanjutnya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berdoa,"Ya Allah, Żat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati kami dalam ketaatan-Mu." Yakni, wahai Żat yang membolak-balikkan hati dan mengarahkannya ke mana saja yang dikehendaki-Nya, arahkanlah hati kami kepada ketaatan-Mu dan teguhkan hati kami dalam ketaatan ini. Di sini tidak boleh menakwilkan jari-jari kepada makna kekuatan, kemampuan dan sebagainya. Tetapi harus menetapkannya sebagai salah satu sifat Allah -Ta'ālā- tanpa taḥrīf (merekayasa perubahan), ta'ṭīl (pengosongan) dan tanpa takyīf (mempertanyakan kaifiyatnya), dan tanpa tamṡīl (menyerupakannya).

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Sinhala Kurdi Portugis

Tampilkan Terjemahan

...


Page 17

عن معاذ بن جبل رضي الله عنه قال: احتَبسَ عنَّا رسولُ الله صلى الله عليه وسلم ذات غداة من صلاة الصُّبح حتى كِدْنا نتراءى عينَ الشمس، فخرج سريعًا فثوَّب بالصلاة، فصلَّى رسول الله صلى الله عليه وسلم وتجوَّز في صلاته، فلمَّا سلَّم دعا بصوته فقال لنا: «على مَصَافِّكم كما أنتم» ثم انْفَتَل إلينا فقال: «أمَا إني سأحدِّثكم ما حبسني عنكم الغداة: إني قمتُ من الليل فتوضَّأت فصلَّيتُ ما قُدِّر لي فنعَستُ في صلاتي فاستثقلتُ، فإذا أنا بربي تبارك وتعالى في أحسن صورة، فقال: يا محمد قلت: لبَّيك ربِّ، قال: فيمَ يختصم الملأُ الأعلى؟ قلتُ: لا أدري ربِّ، قالها ثلاثا قال: «فرأيتُه وضع كفِّه بين كتفيَّ حتى وجدتُ بَردَ أنامله بين ثدييَّ، فتجلَّى لي كلُّ شيء وعرفتُ، فقال: يا محمد، قلتُ: لبَّيك ربِّ، قال: فيمَ يختصم الملأُ الأعلى؟ قلتُ: في الكَفَّارات، قال: ما هن؟ قلتُ: مشيُ الأقدام إلى الجماعات، والجلوسُ في المساجد بعد الصلوات، وإسباغُ الوضوء في المكروهات، قال: ثم فيمَ؟ قلت: إطعامُ الطعام، ولِينُ الكلام، والصلاةُ بالليل والناس نِيام. قال: سَلْ. قلت: اللهم إني أسألك فِعْلَ الخيرات، وتَرْكَ المنكرات، وحبَّ المساكين، وأن تغفر لي وترحمني، وإذا أردتَ فتنةً في قوم فتوفَّني غير مفتون، وأسألُك حبَّك وحبَّ مَن يحبُّك، وحبَّ عَمَلٍ يُقرِّب إلى حبِّك»، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «إنها حقٌّ فادرسوها ثم تعلَّموها».
[صحيح] - [رواه الترمذي وأحمد]
المزيــد ...

...

Dari Mu'āż bin Jabal -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Suatu pagi Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tertahan melakukan salat Subuh, hingga hampir saja kami melihat matahari. Tiba-tiba beliau keluar dengan tergesa-gesa lalu melaksanakan salat sunah sebelum salat wajib. Beliau melaksanakan salat dan menunaikan sekedar yang wajib saja. Usai mengucapkan salam, beliau memanggil lalu berkata kepada kami, "Tetaplah kalian di saf kalian semula." Selanjutnya beliau berpaling kepada kami lalu bersabda, "Sesungguhnya aku akan menceritakan kepada kalian apa yang telah menahanku dari kalian pagi ini. Tadi malam aku bangun lalu berwudu dan melaksanakan salat semampuku. Tiba-tiba aku merasakan kantuk dalam salatku, hingga terasa berat (dan tertidur). Tiba-tiba aku melihat Rabbku -Tabāraka wa Ta'ālā- dalam wujud-Nya yang paling indah. Dia berfirman, "Wahai Muhammad!" Aku menjawab, "Aku memenuhi seruan-Mu, wahai Rabbku." Dia bertanya, "Apa yang diperselisihkan oleh Al-Mala`ul A'la?" Aku menjawab, "Aku tidak tahu, wahai Rabbku." Dia bertanya seperti itu tiga kali." Beliau bersabda, "Aku lihat Allah meletakkan telapak tangan-Nya di pundakku hingga aku merasakan dingin jari-jari-Nya di antara dadaku hingga segala sesuatu tampak untukku dan aku pun tahu. Allah berfirman, "Wahai Muhammad!" Aku menjawab, "Aku memenuhi seruan-Mu, wahai Rabbku."Apa yang diperselisihkan oleh Al-Mala`ul A'la?" Aku menjawab, "Tentang kaftarāt." Allah bertanya, "Apa kaftarāt itu?" Aku menjawab, "Melangkahkan kaki menuju salat jamaah, duduk di masjid setelah salat dan menyempurnakan wudu di waktu-waktu yang tidak disukai." Allah bertanya lagi, "Lantas apa lagi?" Aku menjawab, "Memberi makan, perkataan yang lembut dan salat di malam hari ketika manusia tidur." Allah berfirman, "Mintalah!" Aku menjawab, "Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kemudahan melakukan kebaikan, meninggalkan kemungkaran, mencintai orang-orang miskin dan Engkau mengampuni serta merahmatiku. Jika Engkau menghendaki adanya fitnah pada suatu kaum, maka wafatkanlah aku tanpa tertimpa fitnah. Aku juga memohon agar dapat mencintai-Mu, mencintai orang yang mencintai-Mu, dan mencintai amalan yang dapat mendekatkanku kepada cinta-Mu." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda: "Sesungguhnya itu suatu kebenaran, karena itu pelajari lalu dalami (maknanya)!"
Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Tirmiżi

Uraian

Mu'aż bin Jabal -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- suatu hari terlambat keluar menuju para sahabat untuk salat Subuh hingga matahari hampir terbit. Tiba-tiba beliau keluar dengan tergesa-gesa lalu memerintahkan untuk mengumandangkan iqamah. Lantas beliau mengimami mereka salat dan meringankannya. Usai salat, beliau memerintahkan para sahabat agar tetap berada di saf mereka masing-masing. Lantas beliau mengabarkan kepada mereka sebab keterlambatannya melakukan salat fajar, bahwasannya beliau bangun untuk mendirikan salat malam, lalu beliau berwudu dan melakukan salat beberapa rakaat sesuai kehendak Allah. Tiba-tiba beliau tertidur saat salat dan bermimpi melihat Rabbnya dalam wujud yang paling indah. Allah bertanya kepada beliau, "Apa yang diperbincangkan oleh para malaikat yang dekat dengan-Nya?" Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjawab, "Aku tidak tahu." Pertanyaan dan jawaban ini terulang tiga kali. Selanjutnya Allah -Subḥanāhu wa Ta'ālā- meletakkan telapak tangannya di antara pundak Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- hingga beliau merasakan dinginnya jari-jari Allah -Ta'ālā- di dadanya. Deskripsi Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tentang Rabbnya -'Azza wa Jalla- sebagaimana disifatinya adalah haq dan benar, harus diimani dan dibenarkan sebagaimana Allah -'Azza wa Jalla- mensifati diri-Nya disertai penafian penyerupaan-Nya (dengan makhluk). Orang yang merasakan kesulitan dalam memahami hal itu dan merasa samar baginya, hendaknya dia mengatakan sebagaimana Allah -Ta'ālā- memuji orang-orang yang dalam ilmunya dan mengabarkan tentang mereka bahwa mereka mengatakan tentang ayat-ayat yang mutasyābih, "Kami beriman kepadanya (Alquran), semuanya dari sisi Rabb kami." Dia tidak diberi beban dengan sesuatu yang tidak diketahuinya karena hal itu ditakutkan akan membinasakannya. Setiap kali orang-orang mukmin mendengar perkataan seperti itu, mereka berkata, "Inilah yang diberitakan oleh Allah dan Rasul-Nya kepada kami. Maha Benar Allah dan Rasul-Nya." Hal itu menambah iman dan penyerahan diri mereka. Ketika Allah -Subḥanāhu wa Ta'ālā- meletakkan telapak tangan-Nya di antara dua pundak Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, maka terbukalah baginya segala sesuatu dan mengetahui jawaban. Beliau bersabda, "Para malaikat itu berbincang-bincang, mendiskusikan dan berselisih mengenai amalan yang dapat menghapus kesalahan." Perselisihan mereka ini merupakan sikap bersegera yang mereka lakukan dalam menetapkan amalan-amalan itu dan membawanya naik ke langit atau mereka membicarakan keutamaan dan kemuliaannya. Amalan itu adalah berjalan menuju salat jamaah, duduk di masjid setelah selesai salat untuk zikir, membaca (Alquran), mendengarkan ilmu dan mengajarkannya, menyempurnakan wudu, dan menyampaikan (air wudhu) ke tempat-tempat yang disyariatkan dalam berbagai situasi di mana jiwa tidak suka untuk berwudu saat itu, seperti cuaca yang sangat dingin. Kemudian Allah berfirman kepada beliau, "Selanjutnya apa yang diperselisihkan oleh para malaikat yang dekat dengan-Nya?" Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjawab, "Memberi makan kepada manusia, berbicara kepada manusia dengan perkataan yang baik dan lembut, salat malam saat orang tidur." Allah -Subḥanāhu wa Ta'ālā- berfirman kepada beliau, "Mintalah kepada-Ku sesukamu." Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memohon kepada-Nya agar memberinya taufik untuk melaksanakan segala kebaikan dan meninggalkan segala keburukan, menjadikannya cinta kepada orang-orang miskin dan fakir, mengampuni dan merahmatinya. Dan apabila Allah hendak menimpakan fitnah kepada suatu kaum dan menyesatkan mereka dari kebenaran, hendaknya Dia mewafatkan beliau tanpa terkena fitnah dan tidak sesat, serta menganugerahkan kepada beliau agar dapat mencintai-Nya, mencintai orang yang mencintai-Nya, dan mencintai segala amalan yang mendekatkan dirinya kepada Allah. Kemudian Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan kepada para sahabatnya bahwa mimpi ini benar dan memerintahkan mereka agar mempelajarinya dan mendalami makna-makna dan hukum-hukumnya.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Orang Vietnam Kurdi

Tampilkan Terjemahan

...


Page 18

عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه : أنَّ يهوديًّا جاء إلى النبي صلى الله عليه وسلم ، فقال: يا محمد، إنَّ اللهَ يُمسك السمواتِ على إصبع، والأرضين على إصبع، والجبالَ على إصبع، والشجرَ على إصبع، والخلائقَ على إصبع، ثم يقول: أنا المَلِكُ. «فضحك رسول الله صلى الله عليه وسلم حتى بَدَتْ نواجِذُه»، ثم قرأ: {وما قدروا اللهَ حقَّ قَدْرِه}.
[صحيح] - [متفق عليه]
المزيــد ...

...

Dari Abdullah bin Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa ada seorang Yahudi datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu berkata, "Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah memegang langit-langit dengan satu jari-Nya, bumi-bumi dengan satu jari-Nya, gunung-gunung dengan satu jari-Nya, pohon dengan satu jari-Nya, dan makhluk-makhluk dengan satu jari-Nya." Selanjutnya Allah berfirman, "Aku adalah raja." Seketika itu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tertawa hingga tampak gigi-gigi gerahamnya." Setelah itu beliau membaca ayat, "Mereka tidak mengagungkan Allah sebagaimana mestinya."
Hadis sahih - Muttafaq 'alaih

Uraian

Hadis ini menjadi dalil keagungan Allah -Ta'ālā- di mana Dia meletakkan langit yang berlapis seluruhnya di salah satu jari tangan-Nya yang mulia dan agung. Dia menyebutkan makhluk-makhluk terkenal besar dan agung, dan mengabarkan bahwa setiap jenis makhluk itu diletakkan oleh Allah -Ta'ālā- di satu jari. Seandainya Allah -Ta'ālā- berkehendak, pasti Dia meletakkan langit-langit dan bumi-bumi serta makhluk yang ada di dalamnya di atas satu jari-Nya Allah -Jalla wa 'Alā- saja. Ini merupakan ilmu yang diwariskan dari para nabi yang diperoleh melalui wahyu dari Allah -Ta'ālā-. Untuk itu, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- membenarkan ucapan orang Yahudi itu. Bahkan beliau merasa kagum dan senang dengannya. Karena itu, beliau tertawa sehingga tampak gigi-gigi gerahamnya sebagai pembenaran untuknya. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Abdullah bin Ma'sud dalam riwayat lain darinya, dan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- membaca firman Allah -Ta'ālā-, "Dan mereka tidak mengagungkan Allah sebagaimana mestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Mahasuci Dia dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan." Di dalamnya terdapat penegasan dua tangan milik Allah -Ta'ālā- sebagai penguat dan penetapan terhadap apa yang dikatakan oleh orang Yahudi. Dan tidak boleh berpaling kepada ucapan orang yang menganut paham At-Ta'ṭīl (pengosongan) dan penafian sifat jari-jari bagi Allah, karena mereka mengklaim bahwa menetapkan jari-jari untuk Allah merupakan tindakan menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya. Al-Mu'aṭṭil (orang yang mengosongkan Allah dari sifat) tidak mengetahui bahwa penetapan sifat itu milik Allah -Ta'ālā- tidak menyebabkan adanya penyerupaan, sebagaimana halnya kita menetapkan bagi-Nya kehidupan, kekuasaan, kekuatan, pendengaran dan penglihatan, ini semua tidak menyebabkan adanya penyerupaan Allah dengan makhluk-Nya, karena Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- itu, "Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat."

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Orang Vietnam Sinhala Kurdi Hausa Portugis

Tampilkan Terjemahan

...


Page 19

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : «احتجَّت الجنةُ والنارُ، فقالت الجنةُ: يدخلني الضعفاءُ والمساكينُ، وقالت النار: يدخلني الجبَّارون والمتكبِّرون، فقال للنار: أنتِ عذابي أنتقم بك ممَّن شئتُ، وقال للجنة: أنتِ رحمتي أرحمُ بك مَن شئتُ».
[صحيح] - [متفق عليه بمعناه، وهذا لفظ الترمذي]
المزيــد ...

...

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Surga dan neraka berdebat, lalu Surga berkata, "Aku dimasuki orang-orang lemah dan orang-orang miskin." Neraka berkata, 'Aku dimasuki oleh orang-orang yang bertindak sewenang-wenang dan orang-orang sombong." Allah berfirman kepada neraka, "Engkau adalah siksaan-Ku, Aku membalas dendam denganmu kepada siapa saja yang Aku kehendaki." Dia berfirman kepada surga, "Engkau adalah rahmat-Ku. Aku merahmati denganmu siapa yang Aku kehendaki."
Hadis sahih - Muttafaq 'alaih dengan maknanya

Uraian

Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan bahwa surga dan neraka berdebat di sisi Rabbnya. Yakni, masing-masing dari keduanya memperlihatkan alasan pengutamaannya. Masing-masing mengklaim keutamaan atas yang lain. Ini termasuk hal-hal gaib yang harus kita imani meskipun tidak dapat dicerna oleh akal. Surga mendebat neraka seraya berkata, "Sesungguhnya di dalam surga ada orang-orang lemah dan orang-orang fakir. Biasanya mereka adalah orang-orang yang lembut kepada kebenaran dan tunduk kepadanya." Neraka berdalih bahwa di dalamnya ada orang-orang yang bertindak sewenang-wenang dan mereka adalah orang-orang keras dan kasar, dan orang-orang sombong. Mereka adalah orang yang congkak dan merasa tinggi, mereka juga orang-orang yang menghina manusia dan menolak kebenaran. Orang-orang perkasa dan sombong adalah penghuni neraka -kita berlindung kepada Allah darinya- karena biasanya mereka itu tidak tunduk kepada kebenaran. Lantas Allah menetapkan keputusan di antara keduanya. Dia berfirman kepada neraka, "Engkau adalah siksaan-Ku. Aku menyiksa denganmu siapa saja yang Aku kehendaki." Lalu Dia berfirman kepada surga, "Engkau adalah rahmat-Ku. Aku merahmati denganmu siapa yang Aku kehendaki." Yakni, surga adalah tempat yang tumbuh dari rahmat Allah, dan bukan rahmat yang menjadi sifat-Nya. Sebab, rahmat yang menjadi sifat-Nya adalah sifat yang tetap pada-Nya. Tetapi rahmat di sini adalah makhluk. Engkau rahmat-Ku, artinya Aku menciptakanmu dengan rahmat-Ku. Aku merahmati dengan-Mu siapa yang Aku kehendaki. Dengan demikian, penghuni surga adalah ahli rahmat Allah, dan penghuni neraka adalah ahli azab Allah.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Orang Vietnam Hausa

Tampilkan Terjemahan

...


Page 20

عن سهيل، قال: كان أبو صالح يأمرنا، إذا أراد أحدُنا أن ينامَ، أن يضطجعَ على شِقِّه الأيمن، ثم يقول: «اللهم ربَّ السماواتِ وربَّ الأرض وربَّ العرش العظيم، ربَّنا وربِّ كلِّ شيء، فالقَ الحَبِّ والنَّوى، ومُنْزِلَ التوراة والإنجيل والفُرقان، أعوذ بك من شرِّ كل شيء أنت آخذٌ بناصيتِه، اللهم أنت الأولُ فليس قبلك شيء، وأنت الآخرُ فليس بعدك شيء، وأنت الظاهرُ فليس فوقك شيء، وأنت الباطن فليس دونك شيء، اقضِ عنَّا الدِّينَ، وأغنِنا من الفقر» وكان يروي ذلك عن أبي هريرة، عن النبي صلى الله عليه وسلم .
[صحيح] - [رواه مسلم]
المزيــد ...

...

Dari Suhail, ia berkata, "Abu Saleh menyuruh kami apabila seseorang di antara kami ingin tidur, hendaknya ia berbaring di sisi kanannya, lalu mengucapkan, "Ya Allah! Tuhan langit dan bumi, Tuhan yang menguasai 'arasy yang agung, Tuhan kami dan Tuhan segala sesuatu, Tuhan yang membelah biji-bijian dan menumbuhkan benih, Tuhan yang menurunkan kitab Taurat, Injil dan Al-Qur`ān. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan segala sesuatu yang Engkau pegang ubun-ubunnya. Ya Allah! Engkaulah Al-Awwal, maka tidak ada sesuatu pun yang mendahului-Mu. Ya Allah! Engkaulah Al-Ākhir, maka tidak ada sesuatu setelah-Mu. Ya Allah! Engkaulah Aẓ-Ẓāhir, maka tidak sesuatupun di atas-Mu. Ya Allah! Engkaulah Al-Bāṭin, maka tidak sesuatupun yang tersembunyi bagi-Mu. Ya Allah! Lunaskanlah hutang-hutang kami dan bebaskanlah kami dari kefakiran." Abu saleh meriwayatkan hadis ini dari Abu Hurairah dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.
Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Muslim

Uraian

Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memerintahkan para sahabatnya, apabila salah seorang dari mereka ingin tidur, hendaknya ia meletakkan sisi kanannya di atas tempat tidur lalu mengucapkan, "Ya Allah, Tuhan langit dan Tuhan bumi, Tuhan Pemilik 'Arsy yang agung, Tuhan kita dan Tuhan segala sesuatu," yakni, ya Allah, Tuhan langit dan bumi, Pencipta keduanya, Pemilik keduanya, dan Pengurus penghuni keduanya, Tuhan Pemilik 'Arasy yang besar, Penciptanya, Penguasanya, Pencipta manusia seluruhnya, Raja mereka dan Pengurus mereka, dan Tuhan segala sesuatu. "Pencipta biji dan benih," yakni, wahai Żat yang membelah biji dan benih lalu mengeluarkan tanaman dan kurma dari keduanya. Pengkhususan ini karena keutamaan keduanya atau karena banyak terdapat di negeri-negeri Arab. "Żat Yang menurunkan Injil, Taurat, dan Al-Furqan (Al-Qur`ān)." Wahai Żat yang menurunkan Taurat kepada Musa, Injil kepada Isa dan Al-Qur`ān kepada Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. "Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan segala sesuatu. Engkau yang memegang ubun-ubunnya." yakni, aku berpegang dan berlindung kepada-Mu dari kejahatan semua makhluk, karena semuanya itu ada dalam kekuasaan-Mu, dalam genggaman dan pengaturan-Mu. Ya Allah, Engkaulah Al-Awwal, maka tidak ada sesuatu pun yang mendahului-Mu. Ya Allah, Engkaulah Al-Ākhir, maka tidak ada sesuatu setelah-Mu. Ya Allah, Engkaulah Aẓ-Ẓāhir, maka tidak ada sesuatupun di atas-Mu. Ya Allah, Engkaulah Al-Bāṭin, tidak ada sesuatupun yang tersembunyi dari-Mu. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sudah menafsirkan keempat nama ini dengan penafsiran yang jelas: Al-Awwal (Yang Pertama): menunjukkan bahwa segala sesuatu selain Allah adalah baru dan diciptakan dari ketidakadaan. Hendaknya seorang hamba memperhatikan karunia Tuhannya dalam segala kenikmatan yang bersifat agama atau dunia, karena sebab dan musabab itu adalah Allah -Ta'ālā-. Al-Ākhir (Yang Terakhir): menunjukkan bahwa Dia abadi dan selain-Nya akan binasa. Sesungguhnya Dia tempat bergantung di mana semua makhluk menghadap kepada-Nya dengan penuhanannya, keinginannya, takutnya dan segala kebutuhannya. Aẓ-Ẓāhir: menunjukkan kebesaran sifat-Nya dan lenyapnya segala sesuatu di sisi keagungan-Nya baik zat maupun sifat. Juga menunjukkan keluhuran-Nya di atas semua makhluk-Nya dengan ketinggian yang sebenarnya. Al-Bāṭin: menunjukkan bahwa Dia mengetahui segala rahasia, perasaan-perasaan hati, hal-hal yang tersembunyi, hal-hal yang tidak terlihat dan segala sesuatu yang kecil. Sebagaimana nama tersebut menunjukkan kesempurnaan kedekatan-Nya. Aẓ-Ẓāhir dan Al-Bāṭin tidak kontradiktif karena Allah tidak ada yang menyerupai-Nya dalam segala sifat. Dia Mahatinggi dalam kedekatan-Nya, Mahadekat dalam ketinggian-Nya. "tunaikanlah hutang kami dan cukupkanlah kami dari kefakiran." Selanjutnya ia memohon kepada Allah -'Azza wa Jalla- agar melunasi hutangnya dan membuatnya terhindar dari kefakiran.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Uyghur Kurdi Hausa

Tampilkan Terjemahan

...


Page 21

عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «ما توطَّنَ رجلٌ مسلمٌ المساجدَ للصلاة والذِّكر، إلا تَبَشْبَشَ اللهُ له، كما يَتَبَشْبَشُ أهلُ الغائب بغائبهم إذا قَدِمَ عليهم».
[حسن] - [رواه ابن ماجه وأحمد]
المزيــد ...

...

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda, "Seorang muslim yang senantiasa mendatangi masjid untuk salat dan zikir, maka Allah merasa gembira dengannya sebagaimana keluarga yang ditinggalkan pergi merasa gembira dengan kedatangan anggotanya yang merantau."
Hadis hasan - Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah

Uraian

Seorang muslim yang senantiasa mendatangi masjid untuk salat, zikir di dalamnya dan melakukan itu terus-menerus, maka sesungguhnya Allah -Ta'ālā- riang dan gembira dengannya sebagaimana gembiranya keluarga orang yang ditinggalkan saat kedatangan anggotanya yang merantau. Tidak dibolehkan menakwilkan sifat Al-Basybasyah (gembira) dengan kasih atau sayang atau arti lainnya, tetapi harus ditetapkan sebagai salah satu sifat bagi Allah -Ta'ālā- tanpa taḥrīf (merekayasa perubahan), ta'ṭīl (pengosongan) dan tanpa takyīf (mempertanyakan kaifiyatnya), dan tanpa tamṡīl (menyerupakannya). Tentunya dengan mengetahui bahwa di antara konsekwensi Al-Basybasyah ialah kasih dan sayang. Hanya Allah Yang Maha tahu.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Hausa

Tampilkan Terjemahan

...


Page 22

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : «إنَّ اللهَ قال: مَن عادى لي وليًّا فقد آذنتُه بالحرب، وما تقرَّب إليَّ عبدي بشيء أحب إليَّ مما افترضتُ عليه، وما يزال عبدي يتقرَّب إليَّ بالنوافل حتى أحبَّه، فإذا أحببتُه: كنتُ سمعَه الذي يسمع به، وبصرَه الذي يُبصر به، ويدَه التي يبطش بها، ورجلَه التي يمشي بها، وإن سألني لأعطينَّه، ولئن استعاذني لأُعيذنَّه، وما تردَّدتُ عن شيء أنا فاعلُه تردُّدي عن نفس المؤمن، يكره الموتَ وأنا أكره مساءتَه».
[صحيح] - [رواه البخاري]
المزيــد ...

...

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- berfirman, 'Siapa yang memusuhi wali-Ku berarti Aku telah mengumumkan perang dengannya, dan tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai melebihi apa-apa yang Aku wajibkan kepadanya, dan hamba-Ku senantiasa mendekat kepada-Ku dengan mengerjakan ibadah-ibadah sunah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya maka Aku adalah pendengarannya yang dengannya dia mendengar, dan penglihatannya yang dengannya dia melihat, dan tangannya yang dengannya dia bertindak, dan kakinya yang dengannya dia berjalan. Jika dia meminta kepada-Ku maka sungguh Aku akan memberikannya, dan jika dia berlindung kepada-Ku maka sungguh Aku akan melindunginya, dan tidaklah Aku ragu untuk sesuatu yang Aku kerjakan seperti keraguan-Ku untuk mencabut nyawa seorang mukmin yang membenci kematian padahal Aku tidak suka menyakitinya.' "
Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Bukhari

Uraian

Firman Allah -Ta'ālā-, "Siapa yang memusuhi wali-Ku maka sungguh Aku telah mengumumkan perang terhadapnya", maksudnya: barangsiapa yang menyakiti wali Allah -Ta'ālā- yaitu -orang mukmin yang bertakwa lagi mengikuti syariat Allah Ta'ālā- dan menjadikannya musuh, maka sungguh Aku telah memberitahukan kepadanya bahwasanya Aku akan memeranginya, karena ia telah memerangi-Ku dengan memusuhi wali-wali-Ku. Firman Allah, "Dan tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai melebihi apa-apa yang Aku wajibkan kepadanya, dan hamba-Ku senantiasa mendekat kepada-Ku dengan mengerjakan ibadah-ibadah sunah sampai Aku mencintainya". Ketika Allah menyebutkan bahwa memusuhi para wali-Nya merupakan peperangan terhadap-Nya, Allah meyebutkan setelah itu sifat wali-wali-Nya yang haram untuk dimusuhi dan wajib untuk diberikan loyalitas kepada mereka, maka Allah menyebutkan cara mendekat kepada-Nya. Makna asal dari kata "al-wilāyah" adalah kedekatan, dan makna asal dari kata "al-'adāwah" (permusuhan) adalah kejauhan, maka wali-wali Allah adalah mereka yang mendekat kepada-Nya dengan melakukan ibadah-ibadah yang dapat mendekatkan kepada-Nya. Adapun musuh-musuh-Nya yaitu mereka yang Allah jauhkan dari-Nya disebabkan amal-amal mereka yang membuat mereka diusir dan dijauhkan dari Allah. Allah membagi para wali-Nya menjadi dua bagian: Pertama: mereka yang mendekat kepada-Nya dengan mengerjakan kewajiban-kewajiban, dan termasuk di sini selain melakukan kewajiban juga meninggalkan apa yang Allah haramkan, karena semua itu termasuk kewajiban yang Allah wajibkan atas hamba-Nya. Kedua: mereka yang mendekatkan diri kepada Allah dengan mengerjakan amalan yang disunnahkan setelah mengerjakan amalan wajib, dan apabila seorang hamba selalu mengerjakan nawāfil (ibadah-ibadah sunah), hal tersebut akan membuat Allah mencintainya. Firman Allah, "Jika Aku telah mencintainya maka Aku adalah pendengarannya yang dengannya dia mendengar, dan penglihatannya yang dengannya dia melihat, dan tangannya yang dengannya dia bertindak, dan kakinya yang dengannya dia berjalan." Maksud perkataan ini: bahwasanya barangsiapa yang bersungguh-sungguh mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban kemudian mengerjakan nawāfil, maka Allah akan mendekatkannya kepada-Nya, dan dia akan selalu dibimbing pada empat anggota badan ini; pada pendengarannya, dia akan diluruskan pendengarannya maka dia tidak akan mendengarkan kecuali apa yang Allah ridai. Begitu juga penglihatannya, dia tidak melihat kecuali apa yang Allah cintai, dan tidak akan melihat apa yang diharamkan, dan tangannya tidak akan mengerjakan sesuatu kecuali apa yang diridai oleh Allah, begitu juga kakinya, tidak akan melangkah kecuali kepada apa yang Allah ridai, karena Allah meluruskannya sehingga dia tidak akan berbuat kecuali sesuatu yang baik, inilah yang dimaksud dengan firman-Nya, "Aku adalah pendengarannya yang dengannya dia mendengar, dan penglihatannya yang dengannya dia melihat, dan tangannya yang dengannya dia bertindak, dan kakinya yang dengannya dia berjalan". Dalam hadis ini tidak ada dalil bagi pengikut keyakinan wihdatul wujud yang mengatakan bahwasanya Tuhan dapat menempati hamba-Nya atau bersatu dengannya, Maha Suci Allah dari apa yang mereka ucapkan, karena ini adalah keyakinan kufur -semoga Allah melindungi kita-, yang Allah dan Rasul-Nya berlepas diri darinya. Firman Allah, "Dan jika dia meminta kepada-Ku maka sungguh Aku akan memberikannya, dan jika dia berlindung diri kepada-Ku maka sunguh Aku akan melindunginya". Maksudnya: orang yang dicintai ini yang didekatkan kepada Allah, ia memiliki kedudukan khusus di sisi Allah, setiap dia meminta sesuatu kepada Allah, maka Allah akan memberikannya, dan jika dia berlindung kepada-Nya dari sesuatu, Allah akan melindunginya, dan jika dia berdoa kepada-Nya maka akan dikabulkan, hingga dia menjadi seorang hamba yang dikabulkan doanya karena dia mempunyai karamah disisi Allah. Firman Allah, "Dan tidaklah Aku ragu untuk sesuatu yang aku kerjakan seperti keraguan-Ku untuk mecabut nyawa seorang mukmin yang membenci kematian padahal aku tidak suka menyakitinya". Maksudnya: Allah -Ta'ālā- telah menakdirkan untuk hamba-hamba-Nya sebuah kematian, sebagaimana firman Allah -Ta'ālā-, "Setiap jiwa akan merasakan kematian". Kematian adalah berpisahnya ruh dengan jasad, itu tidak akan terjadi kecuali dengan rasa sakit yang luar biasa. Tatkala kematian harus seperti ini, dan Allah telah menuliskannya untuk semua hamba-Nya, sehingga hal tersebut harus terjadi pada mereka, sedangkan Allah -Ta'ālā- tidak suka menyakiti seorang mukmin, maka Allah menamakannya keraguan karena kemuliaan seorang mukmin. Syaikh Ibnu Bāz -raḥimahullāh- berkata, "Taraddud (ragu-ragu), adalah sifat yang sesuai dengan kebesaran Allah, tidak ada yang mengetahui mekanismenya kecuali Allah yang maha Suci, dan tidak sama dengan sifat ragu-ragu kita. Keraguan yang dinisbahkan kepada Allah tidak menyerupai keraguan para makhluk. Namun ia adalah sifat yang sesuai dengan kebesaran Allah seperti sifat-sifat-Nya yang lain.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Sinhala Uyghur Kurdi Hausa Portugis

Tampilkan Terjemahan

...


Page 23

عن أنس بن مالك رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «لما صوَّرَ اللهُ آدمَ في الجنة تركه ما شاء الله أن يتركه، فجعل إبليسُ يُطيفُ به، ينظر ما هو، فلما رآه أجوفَ عَرف أنه خُلِقَ خَلْقًا لا يَتَمالَك».
[صحيح] - [رواه مسلم]
المزيــد ...

...

Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwasanya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Setelah Allah selesai membentuk Adam di surga, Dia membiarkannya beberapa saat sesuai kehendak-Nya. Lantas Iblis mengitarinya dan mengamati makhluk apa itu. Saat ia melihat bahwa makhluk itu berongga (memiliki perut), ia pun tahu bahwa Allah menciptakan makhluk yang tidak tahan godaan (bisikan)."
Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Muslim

Uraian

Ketika Allah telah selesai menciptakan Adam di surga dan menyempurnakan bentuknya, Dia membiarkannya sesaat sebelum ruh ditiupkan ke dalamnya. Lantas Iblis mengitarinya dan mengamatinya untuk mengetahui makhluk apa itu. Tatkala ia melihat bagian dalam Adam kosong dan memiliki rongga, Iblis tahu bahwa ini adalah makhluk lemah yang tidak akan mampu menahan godaannya atau ia mengetahui bahwa Adam akan melakukan dosa dari arah rongga perutnya, karena Adam makan dari pohon, atau Iblis sudah mengetahui bahwa makhluk yang berongga (memiliki perut) adalah lemah. Sebagian orang merasa aneh terhadap sabda nabi, "di surga," padahal ada keterangan bahwa Allah -Ta'ālā- menciptakan Adam dari beberapa bagian tanah. Hal ini dijawab dengan adanya kemungkinan Adam dibiarkan dalam kondisi tersebut hingga berlalu beberapa fase dan raganya siap untuk menerima tiupan ruh ke dalamnya. Setelah itu baru dibawa ke surga dan ruhnya ditiupkan di sana.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Uyghur Kurdi Hausa

Tampilkan Terjemahan

...


Page 24

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال، قال: رسول الله صلى الله عليه وسلم : «اثنتان في الناس هما بهم كفر: الطعن في النسب، والنياحة على الميت».
[صحيح] - [رواه مسلم]
المزيــد ...

...

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Dua perangai kekufuran dalam diri manusia: mencela nasab dan meratapi mayat."
Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Muslim

Uraian

Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan bahwa dalam diri manusia akan terus-menerus ada dua perangai kekafiran dan tidak ada yang akan selamat darinya kecuali orang yang diselamatkan oleh Allah. Pertama, mencela dan merendahkan nasab orang lain. Kedua, meratap saat terjadi musibah karena murka terhadap takdir. Ini adalah kekufuran kecil. Dan tidak setiap orang yang melakukan salah satu bentuk kekufuran menjadi kafir yang mengeluarkan dia dari agama, hingga dia melakukan hakikat kekufuran yang besar.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Sinhala Kurdi Hausa Portugis

Tampilkan Terjemahan

...


Page 25

عن عمران بن حصين رضي الله عنه "أن النبي صلى الله عليه وسلم رأى رجلا في يده حَلْقَةٌ من صُفْرٍ، فقال: ما هذا؟ قال من الوَاهِنَةِ، فقال: انزعها فإنها لا تَزيدك إلا وَهْنًا؛ فإنك لو مُتَّ وهي عليك ما أفلحت أبدًا".
[حسن] - [رواه أحمد وابن ماجه]
المزيــد ...

...

Dari 'Imrān bin Ḥuṣain -radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melihat seorang lelaki yang di tangannya ada gelang dari kuningan. Beliau bertanya, "Apa ini?" Orang itu menjawab, "Untuk menangkal penyakit ". Lantas beliau bersabda, "Lepaskan gelang itu, karena ia hanya akan menambah kelemahan pada dirimu. Sesungguhnya jika engkau meninggal dunia dan gelang itu masih ada di tubuhmu, maka engkau tidak akan beruntung selama-lamanya."
Hadis hasan - Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah

Uraian

Imrān bin Huṣain -raḍiyallāhu 'anhumā- menuturkan kepada kita salah satu sikap Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam memerangi syirik dan menyelamatkan manusia darinya. Sikap tersebut ialah bahwa beliau melihat seorang lelaki mengenakan gelang yang terbuat dari kuningan. Lantas beliau bertanya kepada orang itu tentang alasannya memakai gelang itu?" Lelaki itu menjawab bahwa dia mengenakan gelang itu agar memeliharanya dari rasa sakit. Lantas beliau memerintahkannya agar segera melemparkannya, dan beliau memberitahunya bahwa gelang itu tidak akan memberinya manfaat, tetapi malah membahayakannya. Gelang itu hanya akan menambah penyakit pada orang yang memakainya. Lebih besar dari itu, apabila gelang itu terus-menerus (dipakai) sampai wafat, niscaya ia juga terhalang dari keberuntungan di akhirat.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Orang Vietnam Sinhala Kurdi Hausa Portugis

Tampilkan Terjemahan

...


Page 26

عن أبي المنهال سيار بن سلامة قال: (دَخَلتُ أنا وأبي علَى أبي بَرزَة الأسلمي، فقال له أبي: كيف كان النبي صلى الله عليه وسلم يصلي المَكْتُوبَة؟ فقال: كان يُصَلِّي الهَجِير -التي تدعونها الأولى- حِينَ تَدحَضُ الشَّمسُ. ويُصَلِّي العَصرَ ثم يَرجِعُ أَحَدُنَا إلى رَحلِه في أَقصَى المدينة والشَّمسُ حَيَّة، ونَسِيتُ ما قال في المَغرب. وكان يَسْتَحِبُّ أن يُؤَخِّر من العِشَاء التي تَدعُونَها العَتَمَة، وكان يَكرَه النَّوم قَبلَهَا، والحديث بَعدَها. وكان يَنْفَتِلُ من صَلَاة الغَدَاة حِين يَعرِفُ الرَّجُل جَلِيسَه، وكان يَقرَأ بِالسِتِّين إلى المائة).
[صحيح] - [متفق عليه]
المزيــد ...

...

Dari Abu al-Minhāl Sayyār bin Salāmah, ia berkata, "Aku bersama bapakku mengunjungi Abu Barzah al-Aslami. Lantas bapakku bertanya kepadanya, "Bagaimana tata cara Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melaksanakan salat wajib?" Ia menjawab, "Beliau melaksanakan salat Al-Hajīr -yang kalian sebut salat pertama- saat matahari condong ke barat, dan melaksanakan salat Asar, kemudian salah seorang kami kembali ke rumahnya di ujung Madinah sementara matahari (masih bersinar) terang-benderang, dan aku lupa apa yang dikatakan mengenai salat Magrib. Beliau suka mengakhirkan salat Isya yang kalian sebut al-'atamah, dan beliau tidak suka tidur sebelum Isya dan (tidak suka) bercakap-cakap setelahnya. Beliau pulang dari salat Subuh saat seseorang mengenali teman duduknya. Beliau membaca enam puluh sampai seratus (ayat)"
Hadis sahih - Muttafaq 'alaih

Uraian

Abu Barzah -raḍiyallāhu 'anhu- menyebutkan waktu-waktu salat wajib. Dia memulai bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melaksanakan salat Zuhur saat matahari condong, yaitu condong dari tengah langit ke arah barat dan ini awal waktunya. Beliau melaksanakan salat Asar lalu salah seorang yang salat pulang ke rumahnya di ujung Madinah sementara matahari masih terang-benderang, dan inilah awal waktunya. Adapun Magrib, perawi lupa keterangannya. Di muka sudah dijelaskan bahwa terbenamnya matahari merupakan saat masuknya waktu Magrib. Nabi - ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- suka mengakhirkan Isya karena waktunya yang utama adalah dilaksanakan di akhir waktu pilihan. Beliau tidak suka tidur sebelumnya karena khawatir mengakhirkannya dari waktu pilihan atau luput dari jamaah Isya serta khawatir terlelap tidur hingga luput dari salat malam. Beliau juga tidak suka bercakap-cakap setelah salat Isya karena khawatir terlambat salat fajar pada waktunya atau terlambat melaksanakan salat fajar berjamaah. Beliau pulang dari salat fajar saat seseorang mengenali teman duduk di sampingnya padahal beliau membaca enam puluh sampai seratus ayat dalam salatnya. Ini menunjukkan bahwa beliau melaksanakan salat Subuh saat masih gelap.

Terjemahan: Inggris Prancis Turki Urdu Bosnia Rusia China Persia Indian Hausa Portugis

Tampilkan Terjemahan

...