Menurut Turek (1988) “A melody is, in the most general sense, a succession of pitches in rhythm. Those pitches are usually organized into one or more large units. Thus, pitch, rhythm and form are the essence of most melodies”. Dapat diterjemahkan secara bebas bahwa melodi dalam pengertian umum dapat diartikan sebagai rangkaian atau urutan dari nada-nada didalam irama. Nada-nada tersebut biasanya tersusun dalam satu kesatuan yang lebih besar. Jadi nada, irama dan bentuknya adalah unsur dasar dari melodi. Sedangkan menurut Jamalus (1996) melodi adalah susunan rangkaian nada (bunyi dengan getaran teratur) yang terdengar berurutan serta berirama dan mengungkapkan suatu gagasan atau ide. Sedangkan menurut Ali (2006) melodi adalah rangkaian nada-nada dalam notasi yang dibunyikan secara berurutan.
Dari ketiga penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Melodi adalah serangkaian nada-nada dalam waktu tertentu yang dapat dibunyikan sendirian, yaitu tanpa iringan, atau dapat merupakan bagian dari rangkaian akord dalam waktu tertentu. Rangkaian nada-nada tersebut akan membentuk pola irama yang turun naik dan terdengar berurutan serta berirama dan menungkapkan suatu gagasan. Apabila terdapat dalam sebuah lagu, maka lagu tersebut akan terasa indah dan nikmat untuk didengar. Yang diharapkan dari pemahaman tentang melodi adalah agar siswa dapat membayangkan bunyi nada-nada dalam musik. Bunyi yang terdengar dan langsung menghilang harus dapat diingat dan dibayangkan.
Menurut Harison (1983) ” They must memorize the sound before they are asked to produce it.” yang berarti siswa harus dapat menghafal bunyi musik lebih dahulu sebelum siswa diminta untuk mengungkapkan musik itu, yaitu membaca notasi musik, bernyanyi dan bermain musik. Menurut Kusumawati (2005: 6) secara psikologis suatu melodi memiliki ciri khas tertentu, yaitu:
-
Kedekatan (propinquty)
Yang dimaksud dengan kedekatan adalah suatu progresi tonal (nada-nada) dari not satu ke not yang lain dalam interval yang sempit.
-
Pengulangan (repeatition)
Yaitu pengulangan pada elemen-elemen nadanya. Unsur pengulangan ini menjadi ciri yang paling mudah dikenali dalam suatu melodi.
-
Finalitas (finality)
Finalitas adalah (keberakhiran atau keberlabuhan) atau biasanya disebut sebagai kadens (cadence). Kadens ini merupakan suatu kesan perasaan tiba, sampai, berlabuh disuatu tempat atau titik. Ketika menyimak progresi nada F- G-E-D, kita mengharapkan nada C akan menyusul dan menutup frase ini.
Apa yang dimaksud dengan melodi ? Melodi adalah jiwa dari musik, dikarenakan melodi adalah jiwa dari musik. Jika kita meninjau dari sudut pandang musik pertunjukan, maka jika pemain salah dalam mengiterpretasikan melodi permainannya seakan-akan terasa tak berjiwa. Dalam bidang komposisi musik tonal yang bertekstur homofonik, peranan melodi sangatlah penting. Misalnya dalam musik populer, superioritas lirik bisa menjadi tak berarti tanpa dukungan melodi yang bagus. Secara teknis melodi merupakan sederetan nada yang tersusun menjadi rangkaian bunyi yang enak untuk didengar. Meskipun musik tanpa melodi bisa saja terjadi tapi secara umum akan terasa adanya kekurangan. Dengan melodi, musik akan terasa memiliki kehidupan. Gramatika kalimat melodi adalah jenis-jenis frase yang merupakan bagian unit-unit sub struktur yang lebih luas. Kali ini kita akan melihat tentang frase bentuk-bentuk kalimat dan pengembangannya. Frase adalah suatu seksi dalam alur musikal yang sepadan dengan klausa atau kalimat pada prosa. Kata "frase" diambil dari kata bahasa Inggris phrase, sedangkan kata kalimat diambil dari kata bahasa Inggris sentence. Frase memiliki fungsi dan tingkat kepanjangan yang berbeda dalam kalimat, ada yang lebih pendek karena berfungsi sebagai komponen pelengkap struktur kalimat. Agar kita lebih memahami pengertian tentang frase ini, Stein (1962:22) memberikan empat asumsi pemahaman, yaitu
- Frase konvensional adalah sebuah unit yang terdiri dari empat birama
- Frase adalah unit terpendek yang diakhiri dengan kadens
- Sebuah frase biasanya memiliki hubugan dengan frase-frase yang lain
- Pada dasarnya frase adalah basis struktural bentuk-bentuk homofonis yang juga diterapkan pada struktur-struktur polifonis tertentu
Baca Juga
- Gramatika Kalimat Melodi
- Bentuk-Bentuk Lagu
- Bentuk Lagu Dua Bagian
Hubungan antar suatu frase dengan frase lain dapat terjadi dalam dua hal, yaitu
- Sebagai bagian dari pola struktural yang lebih besar
- Sebagai unit pendukung yang dapat berdiri sendiri
Salah satu contoh dua buah frase yang membentuk sebuah kalimat standar atau period adalah ekstrak yang dikutip bagian pertama Sonata in A major karya Mozart
Sebagai unit pendukung yang dapat berdiri sendiri sebuah frase memiliki kelengkapan yang tidak berhubungan dengan frase-frase sebelum maupun sesudahnya, sebagai bagian dari kalimat atau kelompk frase. Hal seperti ini dapat terjadi dalam beberapa penggunaan seperti introduksi yang berdiri sendiri, postlude, koda atau kodeta, bagian dari bentuk lagu atau tema yang berdiri sendiri, interlude, transisi atau retransisi. Perlu kalian ketahui bahwa pengulangan frase pada dasarnya masih merupakan unit tunggal dan bukannya menjadi kalimat berfrase dua. Pengulangan frase dapat terjadi dalam beberapa hal berikut- Secara identik
- Dengan hiasan
- Dengan perubahan harmoni
- Dengan perubahan pola iringan
- Dengan perubahan register
- Dengan perubahan warna
Sebagai contoh Allemande dari French Suite in e minor karya Bach yang terdiri atas 28 birama tersusun dari 7 buah frase berbirama empat.
Frase Ireguler adalah frase yang memiliki lebih atau kurang dari empat birama. Keadaan ireguler sebuah frase dapat terjadi diakibatkan oleh dua hal yaitu:- Memang aslinya ireguler
- Ireguler sebagai akibat dari proses komposisi yang umumnya melalui jalan perluasan dan kadangkadang juga kontraksi.
Contoh lain dari jenis frase ireguler adalah ekstrak Minueto dari Simfoni No. 40 karya Mozart yang memiliki tiga birama.
- Pertama, frase merupakan antisipasi melodi dengan mengambil figur pertama dari frase atau perpanjangan nada pertama saja awal dan permainan pola iringan dengan tujuan untuk mengantisipasi melodi.
- Kedua, permainan pola iringan sebanyak satu atau dua birama sebelum frase melodi mulai. Hal ini sama dengan introduksi sederhana.
- Pengulangan setengah birama terakhir
- Sekuen setengah birama terakhir
- Pengulangan motif terakhir
- Pengulangan kelompok kadens
- Bentuk period standar
- Bentuk period pararel
- Bentuk period kontras
- Sifat anteseden adalah interogatif dan biasanya diakhiri oleh kadens non-final atau setengah.
- Sifat konsekuen bersifat responsif dan diakhiri oleh kadens autentik
Contohnya seperti pada ekstrak bagian terakhir Simfoni No. 1 karya Brahms di bawah ini
Pada periode paralel birama pertama dari konsekuen mirip dengan birama pertama anteseden. Umumnya keseluruhan dari kedua frase ini mirip hingga kadens tapi tidak termasuk kadens, seperti pada ekstrak bagian terakhir Simfoni No. 9 karya Beethoven di bawah ini
- Dengan identitas atau kemiripan pada birama pertama
- Dengan transposisi
- Dengan hiasan
- Dengan kemiripan kontur