Manakah yang termasuk kerajinan hasil samping non pangan dari ikan

searchpengertian.com | Pada kesempatan kali ini admin akan membagikan materi tentang mengolah hasil sampingan peternakan dan perikanan menjadi produk pangan. Harapannya, apa yang admin bagikan kali ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang mengolah hasil sampingan peternakan dan perikanan menjadi produk pangan. Dan semoga apa yang admin bagikan kali ini admin dapat memberikan dampak positif yang baik bagi perkembangan dan kemajuan belajar anak didik dalam memahami mengolah hasil sampingan peternakan dan perikanan menjadi produk pangan.

Manakah yang termasuk kerajinan hasil samping non pangan dari ikan

Hasil samping atau limbah dari peternakan dan perikanan merupakan sisa-sisa bagian dari hewan atau ikan setelah produk utamanya berupa daging diambil untuk dimanfaatkan sebagai produk pangan. Di bawah ini adalah beberapa produk hasil sampingan peternakan dan perikanan adalah sebagai berikut.

Keberadaan ceker ayam sebagai hasil samping dari peternakan ayam perlu diolah kembali agar menjadi produk baru atau makanan yang memiliki gizi tinggi.

Tulang memiliki banyak manfaat, salah satunya mengandung kolagen. Kolagen merupakan protein yang bermanfaat bagi struktur organik pembentuk tulang, gigi, otot, dan kulit. Teknik yang digunakan untuk memanfaatkan limbah tulang dilakukan dengan cara mengekstrasi tulang tersebut menjadi gelatih.

3. Kulit Sapi dan Kulit Kerbau

Setelah dikeringkan dan digoreng, kulit dari sapi atau kerbau yang tebal biasanya dapat dibuat menjadi rambak goreng atau rambak sayur. Rambak sayur biasa dikenal dengan istilah krecek. Kulit sapi dan kulit kerbau di Indonesia paling banyak didatangkan dari Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan.

Ikan lele merupakan jenis ikan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Ikan lele mengandung vitamin D yang tinggi, asam lemak 3 yang rendah, dan asam lemak omega 6 yang tinggi. Syarat ikan lele yang berkualitas dijadikan kerupuk kulit ikan.

  • Ikan lele yang masih segar (belum busuk)
  • Kulit lele bersifat kiat/tidak mudah robek
  • Kulit ikan lele memiliki ketebalan minimal 0,5 mm
  • Kulit lele kuat dan tidak mudah hancur

5. Kulit dan Kepala Udang

Udang banyak mengandung kalsium dan protein, namun rendah energi. Udang dapat diproduksi untuk dijadikan kerupuk, ebi, dendeng, gerinting, terasi, dan petis.

Di bawah ini adalah beberapa pengolahan produk hasil samping peternakan dan perikanan. Adapun beberapa produk hasil samping peternakan dan perikanan tersebut adalah sebagai berikut. 

1. Sup Iga

Sup iga adalah makanan yang dibuat menggunakan bahan daging yang masih menempel pada tulang iga atau tulang rusuk. 

Ceker ayam yang diolah dapat menghasilkan kerupuk yang bertekstur halus dan bergelombang dengan warna cokelat kekuning-kuningan. Kerupuk ceker ayam beraroma harum dan sedikit asin. 

Gelatin merupakan sebuah zat protein diperoleh dengan memanfaatkan hasil samping dari produk peternakan sapi. Selain digunakan sebagai produk kosmetik, farmasi, dan kedokteran, industri teknik, dan fotografi, gelatin juga banyak digunakan sebagai produk pangan. Gelatin dibuat dengan cara perendaman menggunakan larutan asam dan larutan basa untuk melepas ikatan rantai kolagen pada tulang.

Krecek dan rambak dibuat dari kulit hewan ternak. Kerupuk rambak kering rasanya lezat dan gurih. Bahan kerupuk berasal dari kulit sapi atau kerbau. 

Petis merupakan salah satu masakan khas Nusantara yang terbuat dari hasil samping olahan udang. Kepala dan kulit udang yang diolah dapat menjadi produk yang bernilai secara ekonomis.

Di bawah ini adalah beberapa penyajian dan pengemasan olahan bahan pangan dari hasil samping peternakan dan perikanan. Adapun hasil penyajian dan pengemasan olahan bahan pangan dari hasil samping peternakan dan perikanan adalah sebagai berikut.

1. Penyajian

Penyajian merupakan suatu cara menyuguhkan makanan yang disusun secara menarik untuk meningkatkan selera makan. Adapun fungsi penyajian adalah sebagai berikut

  • Memberi keindahan pada menu makanan yang disajikan
  • Menambah selera makan
  • Menghormati tamu

Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk mempersiapkan barang untuk didistribusikan, dijual, disimpan, dan dipakai. Pengemasan berfungsi untuk menempatkan hasil pengolahan menjadi bentuk yang mudah untuk disimpan, diangkut, dan didistribusikan. Tujuan pengemasan adalah sebagai berikut.

  • Membuat usia penyimpanan bahan pangan menjadi lebih lama
  • Mencegah rusaknya nutrisi bahan pangan
  • Memudahkan distribusi bahan pangan
  • Menambah estetika dan nilai jual bahan pangan

 Syarat-syarat bahan pengemas makanan

  1. Memiliki permeabilitas udara yang sesuai dengan jenis bahan pangan yang akan dikemas.
  2. Tidak beracun
  3. Kedap air
  4. Tahan panas
  5. Mudah dikerjakan secara maksimal
  6. Harga relatif murah

Hal yang dicantumkan pada label kemasan makanan adalah sebagai berikut

  1. Nama makana atau merek dagang
  2. Komposisi
  3. Neto
  4. Nama dan alamat perusahaan yang memproduksi/mengedarkan
  5. Nomor pendaftaran
  6. Kode produksi, tanggal kadaluwarsa, dan label lain.

Niken Bestari Selasa, 15 Maret 2022 | 19:40 WIB

Manakah yang termasuk kerajinan hasil samping non pangan dari ikan

Kulit udang, kepiting, dan lobster adalah hasil samping yang digunakan untuk keperluan industri dan obat-obatan. (Pixabay)

Bobo.id - Indonesia memiliki industri perikanan dan peternakan yang berjalan dengan baik.

Hasil industri perikanan dan peternakan ini kita gunakan sehari-hari, misalnya produk makanan berupa daging ikan dan daging unggas.

Sama seperti industri lainnya, pengolahan perikanan dan peternakan juga menghasilkan hasil samping, lo.

Hasil samping merupakan sisa atau limbah dari proses pengolahan.

Jadi, selain daging yang kita nikmati sebagai hasil industri, perikanan dan peternakan memiliki sisa pemrosesan.

Hasil samping ini bisa juga digunakan sebagai bahan baku industri yang lain, lo!

Mari mengindentifikasi hasil samping perikanan dan peternakan berdasarkan contoh-contoh di bawah ini, yuk!

1. Industri Udang

Produk yang dihasilkan: olahan udang.

Baca Juga: Aktivitas Penduduk yang Dominan Terjadi di Wilayah Pantai


Page 2


Page 3

Manakah yang termasuk kerajinan hasil samping non pangan dari ikan

Pixabay

Kulit udang, kepiting, dan lobster adalah hasil samping yang digunakan untuk keperluan industri dan obat-obatan.

Bobo.id - Indonesia memiliki industri perikanan dan peternakan yang berjalan dengan baik.

Hasil industri perikanan dan peternakan ini kita gunakan sehari-hari, misalnya produk makanan berupa daging ikan dan daging unggas.

Sama seperti industri lainnya, pengolahan perikanan dan peternakan juga menghasilkan hasil samping, lo.

Hasil samping merupakan sisa atau limbah dari proses pengolahan.

Jadi, selain daging yang kita nikmati sebagai hasil industri, perikanan dan peternakan memiliki sisa pemrosesan.

Hasil samping ini bisa juga digunakan sebagai bahan baku industri yang lain, lo!

Mari mengindentifikasi hasil samping perikanan dan peternakan berdasarkan contoh-contoh di bawah ini, yuk!

1. Industri Udang

Produk yang dihasilkan: olahan udang.

Baca Juga: Aktivitas Penduduk yang Dominan Terjadi di Wilayah Pantai

Bagian tubuh dari ikan dan hewan ternak tidak digunakan semuanya sebagai bahan pangan manusia. Bagian tulang, darah, kulit, bulu, dan sisik tidak dapat dimakan, tetapi masih bisa dimanfaatkan sebagai produk nonpangan. Semua bagian dari ikan dan hewan ternak dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia. Hal ini anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada ciptaan-Nya yang sia-sia. Produk sampingan nonpangan adalah produk yang dihasilkan selain produk yang utama. Produk utama kelompok ikan dan daging sebagai pangan bagi manusia karena memiliki kandungan protein, selain itu ikan dan daging menghasilkan produk samping sebagai produk nonpangan. Pengolahan hasil samping berupa tulang ikan, sisik ikan, kulit hewan ternak, bulu hewan ternak, darah hewan ternak, dan kotoran dari hewan ternak. Semua hasil samping ikan dan daging tersebut dapat dimanfaatkan menjadi produk nonpangan, beberapa jenis hasil samping ikan dan daging yang sering dijumpai seperti pakan ternak, tepung daging, tepung tulang, bahkan beberapa kerajinan dapat dihasilkan seperti jaket kulit, bedug, tas dari sisik ikan, gantungan kunci.

1. Tulang

Tulang disebut juga sebagai rangka adalah bagian pembentuk tubuh yang banyak mengandung kasium dalam bentuk kalsium pospat sebanyak 14% dari total susunan tulang. Bentuk kompleks fosfat ini terdapat pada tulang dan dapat diserap oleh tubuh dengan baik sekitar 60-70%. Unsur utama yang menyusun tulang ikan adalah kalsium, fosfat dan karbohidrat, sedangkan yang terdapat dalam jumlah kecil, yaitu magnesium, sodium, sitrat, dan stronsium, flurida, hydroksida dan sulfat. Tulang ikan dan tulang dari hewan daging dapat diolah menjadi tepung tulang yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembuatan pakan ternak karena memiliki kalsium.

Manakah yang termasuk kerajinan hasil samping non pangan dari ikan

2. Sisik Ikan Sisik adalah lapisan kulit yang keras dan berhelai-helai, berupa keping-keping kecil yang kaku, yang tumbuh di kulit binatang sebagai pelindung tubuhnya, seperti pada ikan, kadal, atau ular. Sisik dapat diolah menjadi hiasan, bros, aksesoris sehingga memiliki nilai jual tinggi.

Manakah yang termasuk kerajinan hasil samping non pangan dari ikan

3. Kulit Hewan Ternak
Kulit ialah bagian paling luar daging. Kulit merupakan organ tunggal tubuh paling berat. Kulit juga merupakan hasil ternak yang paling tinggi nilai ekonominya, yaitu sekitar 59% dari nilai keseluruhan by-product yang dihasilkan oleh seekor ternak. Kulit mempunyai banyak fungsi antara lain sebagai alat perasa, pelindung jaringan di bawahnya, memberi bentuk, mengatur suhu tubuh, tempat sintesis vitamin D. Kulit dapat dimanfaatkan sebagai hiasan, karpet, sepatu, tas dan sebagainya.

Manakah yang termasuk kerajinan hasil samping non pangan dari ikan

4. Bulu Hewan Ternak Bulu adalah suatu struktur epidermis yang membentuk penutup luar pada burung dan unggas. Bulu adalah satu ciri utama yang membedakan kelas Aves dari yang lainnya. Bulu unggas banyak dimanfaatkan sebagai bahan pembuat kemoceng.

Karakteristik Produk Nonpangan dari Hasil Samping Ikan dan Daging

Ikan adalah organisme yang hidup diperairan. Ikan mengandung protein yang sangat tinggi. Protein berperan dalam meningkatkan kecerdasan anak. Ikan pun memiliki harga yang terjangkau sehingga masyarakat dapat dengan mudah memenuhi kebutuhan pangan khususnya protein hewani. Hasil samping ikan dan daging banyak digunakan untuk bahan industri dan pakan ternak. Hal ini disebabkan limbah ikan dan daging masih banyak mengandung nutrisi seperti air, protein, serat, lemak, vitamin, dan mineral. Hasil samping ikan yang dapat dimanfaatkan diantaranya sisik, kepala ikan, jeroan ikan, dan tulang. Jenis produk nonpangan dari ikan berupa tepung ikan. Daging ialah bagian lunak pada hewan yang terbungkus kulit dan melekat pada tulang yang menjadi bahan makanan. Daging tersusun sebagian besar dari jaringan otot, ditambah dengan lemak yang melekat padanya, urat, serta tulang rawan. Daging termasuk sumber pangan protein hewani yang dihasilkan oleh para peternak. Daging berdasarkan warna asalnya dibedakan menjadi dua, yaitu daging berwarna merah yang berasal dari sapi, kambing, domba, kerbau dan sebagainya, dan daging berwarna putih yang berasal dari unggas. Hasil samping dari daging umumnya berupa kulit, bulu, tulang. Hasil tersebut dapat digunakan untuk makanan ternak, hiasan/kerajinan serta sebagai pupuk untuk tanaman. Proses pengolahan produk nonpangan dari ikan dan daging memerlukan ketekunan dan ketelitian sehingga dapat menghasilkan produk yang baik dan bermanfaat.

Metode Pengolahan Hasil Samping Ikan dan Daging Menjadi Produk Nonpangan

Beberapa jenis produk nonpangan dari hasil samping ikan dan daging telah dimanfaatkan sejak dulu seperti pupuk kandang, hiasan rumah tangga. Saat ini telah dikembangkan pemanfaatan limbah ikan menjadi silase. Bahan tersebut umumnya dimaksudkan untuk mengurangi pencemaran lingkungan, memanfaatkan limbah atau hasil samping ikan menjadi produk nonpangan yang lebih bermanfaat bagi kehidupan, serta untuk meningkatkan nilai ekonomi dari hasil samping tersebut. Teknik pengolahan hasil samping ikan dan daging menjadi produk nonpangan yang umum diterapkan adalah fermentasi dan pengeringan. Berikut ini diuraikan teknik pengolahan yang sering diterapkan pada pengolahan hasil samping ikan dan daging menjadi produk nonpangan.

1. Fermentasi

Fermentasi adalah proses produksi energi pada sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Fermentasi merupakan salah satu bentuk respirasi anaerobik yang digunakan untuk proses pembusukan dengan cepat. Proses fermentasi ini dapat pula dibantu oleh mikroorganisme seperti ragi, dan virus. Mikroorganisme tersebut berfungsi sebagai perombak bahan organik, hasil dari fermentasi berupa etanol, asam laktat, hidrogen, asam butirat, dan aseton. Fermentasi dapat pula dilakukan dalam pengolahan pangan untuk makanan manusia. Contoh produk pangan hasil fermentasi berupa, tape, tempe, yoghurt, keju, dan sebagainya.

2. Pengeringan

Pengeringan merupakan metode tertua untuk mengawetkan bahan pangan maupun nonpangan. Pada pengeringan bahan nonpangan, akan terjadi penurunan kadar air sampai kadar tertentu sesuai dengan dikehendaki. Selama pengeringan, terjadi penguapan air yang terdapat dalam bahan nonpangan. Oleh sebab itu, bahan nonpangan yang dikeringkan akan terjaga keawetannya karena kandungan airnya rendah sehingga organisme pembusuk tidak dapat tumbuh dan berkembang biak. Pengeringan dapat dilakukan dengan cara mengeringkan bahan nonpangan di bawah sinar matahari maupun dengan menggunakan alat pengering. Selain manfaat di atas, pengeringan bahan nonpangan juga bertujuan untuk memper kecil volume tempat penyimpanan dibanding kan dengan bahan non pangan yang masih segar. Di samping itu, bahan non pangan kering akan tahan lama jika disimpan dan lebih efisien dalam proses pengangkutan maupun distribusi.

Teknik Pengolahan Hasil Samping Ikan dan Daging Menjadi Produk Nonpangan

Pengolahan hasil samping Ikan dan Daging putih difokuskan untuk membuat produk non pangan dengan prosedur pengolahan relatif mudah dengan biaya yang dapat terjangkau.

1. Teknik Pengolahan Hasil Samping Ikan

Berikut ini merupakan contoh pengolahan hasil samping ikan menjadi produk nonpangan untuk diolah menjadi silase. Silase ikan merupakan salah satu jenis bahan baku yang digunakan untuk membuat pakan ikan. Silase ini dapat berasal dari bagian ikan yang sudah tidak termanfaatkan, kemudian dicincang dan difermentasikan dengan penambahan asam atau berasal dari limbah pengolahan ikan yang difermentasikan. Silase ini dapat berfungsi sebagai bahan pengganti tepung ikan dalam proses pembuatan pakan ikan.

Pembuatan Silase

Silase adalah pakan berkadar air tinggi hasil fermentasi yang diberikan kepada hewan ternak ruminansia.

Bahan;


  1. Bagian ikan yang sudah tidak dimanfaatkan lagi sebagai bahan pangan.
  2. Kubis, bahan organik yang membantu menumbuhkan bakteri pembusuk.
  3. Garam, bahan organik yang membantu menumbuhkan bakteri pembusuk.
  4. Air sebagai pelarut.
  5. Tepung tapioka sebagai perekat atau emulsi.
  6. Plastik hitam untuk wadah dalam proses fermentasi.
  7. Karet ban untuk mengikat kantong plastik hitam.
  8. Ember sebagai tempat penyimpanan ikan yang sudah digiling.

Prosedur pembuatan silase secara biologi


Pembuatan silase diawali dengan membuat larutan sumber bakteri asam laktat, dengan tahapan sebagai berikut.

  1. Kubis dicuci dan digiling halus.
  2. Buat larutan garam 25% dengan cara mencampur 100 gram ke dalam setiap 4 liter air bersih (25 gram/liter air)
  3. Campurkan kubis dan larutan garam di dalam wadah dengan perbandingan antara jumlah kubis dan larutan garam adalah 1 : 4, artinya setiap kilogram kubis dicampur dengan 4 liter larutan garam 25%.
  4. Tutup rapat wadah tersebut menggunakan lembaran kantong platik hitam dan karet ban.
  5. Biarkan selama 4-5 hari, kemudian saring.
  6. Larutan yang dihasilkan adalah sumber bakteri asam laktat.
  7. Ikan dicincang halus dan dimasukkan ke dalam ember.
  8. Tambahkan tepung tapioka dengan jumlah 20% dari berat ikan.
  9. Masukkan larutan sumber asam laktat (kadar 12,5%), kemudian aduk rata agar bahan dan larutan tersebut benar-benar tercampur merata.
  10. Fermentasikan dengan lama waktu sekitar 1 minggu, setelah itu, silase ikan sudah dapat digunakan untuk menjadi bahan pengganti tepung ikan dalam proses pembuatan pakan.

2. Teknik Pengolahan Hasil Samping Ayam

Pengolahan hasil samping daging difokuskan untuk memanfaatkan bulu ayam yang tidak dimanfaatkan. Salah satu sumber daya lokal potensial yang merupakan pemanfaatan bulu ayam sebagai kemoceng sebagai alat pembersih rumah tangga. Langkah-langkah cara pembuatan kemoceng/sulak bulu ayam sebagai berikut.

a. Pemilihan Bulu Ayam

Pemilihan bulu ayam berkaitan dengan jenis kemoceng/sulak yang akan dibuat: besar, sedang, kecil, warna, jenis bulu ayam, dan sebagainya. Untuk satu jenis sulak tertentu bulu ayam dipilih yang sesuai. Misalnya, untuk membuat kemoceng/sulak besar dari jenis bulu ayam jantan jago, maka dipilih bulu ayam leher dan ekor. Bulu ekor cende-rung lebih besar sehingga diplot untuk bagian atas sulak. Selanjutnya, di bawah bulu ekor, dipilih bulu leher ayam yang cenderung sedang, tetapi lembut dan rapi. Bagian bawah sulak bisa memakai bulu yang lebih kecil.

b. Penjahitan Bulu Ayam

Penjahitan bulu ayam maksudnya adalah merangkai satu per satu bulu ayam sesuai urutan terbesar hasil pemilihan pada poin 1 dengan cara dijahit manual menggunakan jarum dan benang. Biasanya benang yang dipakai adalah benang hasil urai dari tali. Hasil penjahitan bulu ayam ini dinamakan rentengan karena berupa bulu ayam yang direnteng/dirangkai berurutan.

Manakah yang termasuk kerajinan hasil samping non pangan dari ikan

c. Pewarnaan Bulu Ayam (Wenter) Pewarnaan ini sifatnya sesuai kebutuhan karena tidak semua bulu ayam harus diwarnai. Bulu ayam jago biasanya sengaja tidak diwarnai karena sudah memiliki corak warna alami dari sang ayam. Bulu ayam yang biasa diwarnai adalah bulu ayam petelur/horn.Tujuan pewarnaan ini adalah agar bulu ayam terlihat lebih cerah dan menarik.

d. Proses Pembuatan Kemoceng/Sulak Bulu Ayam

Pembuatan kemoceng/sulak bulu ayam sebenarnya tidaklah sulit dan rumit karena tinggal melilitkan bulu ayam yang telah dijahit dengan benang ke tangkai kayu/rotan (penjalin) dengan diperkuat oleh tali atau benang sol sepatu (kenur). Proses pembuatan kemoceng/sulak diawali dengan pembuatan jambul atau tutup atas dari tangkai kayu/rotan(penjalin). Setelah itu, dililitkan rentengan bulu ayam urut terbesar dari jenis bulu ayamnya sampai kurang lebih satu jengkal sebelum tangkai habis.

e. Pembuatan kait tangkai pada ujung rotan(penjalin)

Kait tangkai ini berguna untuk meletakkan kemoceng/sulak di dinding dan prosesnya yaitu seperti gambar di atas dengan memaku karet (kalep) yang telah dibentuk terlebih dahulu pada ujung tangkai/rotan (penjalin) kemoceng/sulak bulu ayam.

f. Proses Finishing Menyulam Dengan Benang (Bola Gandum)


Manakah yang termasuk kerajinan hasil samping non pangan dari ikan

Pengemasan

Manakah yang termasuk kerajinan hasil samping non pangan dari ikan

Pengemasan produk nonpangan lebih bervariasi terlebih kita tidak sulit memilih jenis pengemasannya karena tidak memengaruhi kesehatan tubuh konsumen. Dalam pengemasan silase sebagai produk samping dari ikan dapat digunakan plastik. Pemilihan plastiknya pun tidak serumit plastik untuk produk pangan. Plastik yang digunakan dapat sesuai selera dengan warna yang beraneka ragam. Hal Yang harus diperhatikan dalam pengemasan silase adalah proses perekatan kemasan, produk ini harus direkat tanpa celah sedikitpun. Hal ini dikarenakan silase menghasilkan aroma yang tidak sedap. Pengemasan kemoceng lebih bervariasi. Selain penggunaan plastik, juga dapat menggunakan kertas, agar debu tidak menempel pada kemoceng.

Manakah yang termasuk kerajinan hasil samping non pangan dari ikan