Macam-macam model PEMBELAJARAN kolaboratif

berempat.com

Bekerja bersama-sama bersama orang lain dan menyelesaikan suatu permasalahan bersama-sama merupakan arti dari berkolaborasi. Dalam praktik kerja, pembelajaran berbasis collaborative learning bermakna siswa harus bekerja secara bersama-sama dan berpasang-pasangan ataupun bisa dengan berkelompok.

Hal tersebut dilakukan dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sama. Pembelajaran kolaboratif (Collaborative Learning) dibuat untuk melaksanakan belajar secara tuntas. Pembelajaran tersebut tidak akan berhenti sampai siswa mengerti dan memahami tujuan dan materi pembelajaran. Berkonsultasi dengan guru dapat mempermudah dalam mencapai tujuan pembelajaran kolaboratif.

Pembelajaran kolaboratif ini bisa menyediakan sebuah peluang untuk dapat menuju pada keberhasilan atau kesuksesan. Technology for intruction  atau dapat diartikan dengan teknologi yang dilakukan untuk pembelajaran, pembelajaran kolaboratif ini melibatkan keaktifan dan partisipasi dari peserta didik. Ide dari pembelajaran kolaboratif berawal dari seorang filosofis yang mempunyai perspektif terhadap konsep pembelajaran.

“Seseorang harus memiliki pasangan atau partner untuk dapat belajar”

Konsep dari pembelajaran kolaboratif ini merupakan sebuah metode pembelajaran yang memiliki potensi dalam memenuhi tantangan dan memiliki berbagai macam cara untuk menyelesaikan suatu masalah dapat diselesaikan dengan dengan keikutsertaan dan partisipasi dari dalam kelompok.

Kelompok pelajar tersebut dapat melakukan diskusi dengan masing-masing anggotanya untuk menyelesaikan masalah berdasarkan kompetensinya. Melalui komunikasi dan bertukar pemikiran, sudut pandang dan menelaah, kelompok tersebut dapat meningkatkan kualitas kelompoknya.

Metode kolaboratif telah didasarkan pada beberapa asumsi tentang siswa dan proses belajarnya, antara lain :

  • Belajar itu harus aktif dan juga kontruktif, untuk dapat mempelajari materi yang diajarkan, peserta didik harus terlibat secara aktif dalam berpatisipasi dengan materi tersebut. Peserta didik perlu menggabungkan materi tersebut dengan kemampuan yang mereka punya. Peserta didik dapat membangun makna atau menciptakan hal baru yang masih berhubungan dengan materi pembelajaran.
  • Belajar bergantung pada konteks, peserta didik dihadapkan dengan kegiatan pembelajaran berupa tugas atau permasalahan yang menantang tetapi masih terkait dengan konteks yang telah dikenal peserta didik. Peserta didik akan dilibatkan langsung dengan penyelesaikan tugas ataupun penyelesaian masalah tersebut.
  • Belajar memiliki sifat sosial, proses pembelajaran adalah proses peserta didik bersosialisasi di lingkungan mereka masing-masing, di dalamnya peserta didik akan membangun makna yang telah diterima bersama-sama.
  • Belajar memiliki latar belakang beraneka ragam, masing-masing peserta didik mempunyai perbedaan terkait banyak hal, misalnya latar belakang, gaya belajarnya, pengalaman dan juga aspirasi/pendapat. Perbedaan tersebut akan diakui dan diterima ke dalam kegiatan kerjasama bahkan perlu untuk dapat meningkatkan mutu dalam mencapai hasil bersama dari proses pembelajaran.

Jean Piaget dan Vigotsky telah mengemukakan bahwa strategi dalam pembelajaran kolaboratif (collaborative learning) didukung dengan adanya 3 teori yang mereka kemukakan, diantara lain :

  • Teori kognitif (proses berpikir), teori kognitif ini saling berkaitan dengan proses terjadinya pertukaran pikiran antar anggota kelompok pada pembelajaran kolaboratif. Sehingga didalam suatu kelompok akan terjadi transformasi ilmu pengetahuan baru.
  • Teori kontruktivisme sosial, teori ini memperlihatkan adanya interaksi sosial antara anggota kelompok yang nantinya akan membantu individu lain dalam proses perkembangan dan juga untuk meningkatkan sikap saling menghargai pendapat yang berbeda semua anggota kelompok tersebut.
  • Teori motivasi, teori ini bisa terkait dengan pembelajaran kolaboratif karena pembelajaran tersebut nantinya akan menciptakan lingkungan yang tepat untuk peserta didik belajar. Memberikan keberanian pada peserta didik dalam belajar melalui pemberian motivasi dan juga menciptakan situasi untuk saling membutuhkan satu sama lain dalam anggota kelompok.

Terdapat banyak sekali macam pembelajaran kolaboratif ini yang sudah dikembangkan para ahli dan praktisi pendidikan/seseorang yang telah berpengalaman dalam pendidikan. Namun hanya ada sepuluh macam pembelajaran yang mendapatkan perhatian (attention) dan effort (upaya), yaitu :

  • Learning Together (pembelajaran bersama), metode ini menggambungkan siswa yang memiliki berbagai kemampuan menjadi sebuah kelompok. Masing-masing kelompok saling bekerja sama untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan guru. Penilaian dilakukan pada hasil kerja anggota kelompok tersebut.
  • Teams Games Tournament (TGT), bisa diartikan model atau metode pembelajaran untuk mengajar peserta didik bermain turnamen tim. Anggota kelompok akan bersaing dengan kelompok lain sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Penilaiannya berdasarkan dari hasil kerja kelompok tersebut.
  • Group Investigation (GI), model pembelajaran ini melatih peserta didik dalam menumbuhkan kempuan mereka dalam berpikir mandiri.
  • Academic Contructivisme Controversy (ACC), model pembelajaran ini mengutamakan proses pencapaian dan perkembangan kualitas dalam menyelesaikan masalah.
  • Jigsaw Proscedure (JP), model pembelajaran ini yaitu masing-masing anggota kelompok diberikan tugas yang berbeda mengenai satu pokok pembahasan. Dibuat seperti itu agar anggota kelompok dapat memahami keseluhan materi pembahasan. Penilaiannya berdasarkan dari skor rata-rata kelompok.
  • Student Team Achievement Divisions (STAD), fokus dari model pembelajaran ini yaitu keberhasilan seseorang nantinya berpengaruh pada keberhasilan kelompok. Sebaliknya keberhasilan anggota kelompok berpengaruh pada keberhasilan individu.
  • Complex Instruction (CI), metode pembelajaran ini lebih menekankan bagaimana pelaksanaan suatu proyek yang memiliki orientasi kepada temuan, khususnya di bidang sains, matematika dan juga pengetahuan sosial.
  • Team Accelerated Instruction (TAI), model pembelajaran ini adalah kombinasi atau perpaduan antara pembelajaran kolaboratif dengan pembelajaran individu atau sendiri.
  • Cooperative Learning Structures (CLS), model pembelajaran ini masing-masing kelompok akan dibentuk dengan anggota dua orang peserta didik.
  • Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), model pembelajaran ini lebih menekankan membaca, menulis, dan tata bahasa dalam pembelajaran. Peserta didik saling memberi niali dalam kemampuan membaca, menulis dan juga tata bahasa secara lisan maupun tulis.

Sumber gambar : medium.com/the-rollercoaster

Page 2

Bekerja bersama-sama bersama orang lain dan menyelesaikan suatu permasalahan bersama-sama merupakan arti dari berkolaborasi. Dalam praktik kerja, pembelajaran berbasis collaborative learning bermakna siswa harus bekerja secara bersama-sama dan berpasang-pasangan ataupun bisa dengan berkelompok.

Hal tersebut dilakukan dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sama. Pembelajaran kolaboratif (Collaborative Learning) dibuat untuk melaksanakan belajar secara tuntas. Pembelajaran tersebut tidak akan berhenti sampai siswa mengerti dan memahami tujuan dan materi pembelajaran. Berkonsultasi dengan guru dapat mempermudah dalam mencapai tujuan pembelajaran kolaboratif.

Pembelajaran kolaboratif ini bisa menyediakan sebuah peluang untuk dapat menuju pada keberhasilan atau kesuksesan. Technology for intruction  atau dapat diartikan dengan teknologi yang dilakukan untuk pembelajaran, pembelajaran kolaboratif ini melibatkan keaktifan dan partisipasi dari peserta didik. Ide dari pembelajaran kolaboratif berawal dari seorang filosofis yang mempunyai perspektif terhadap konsep pembelajaran.

“Seseorang harus memiliki pasangan atau partner untuk dapat belajar”

Konsep dari pembelajaran kolaboratif ini merupakan sebuah metode pembelajaran yang memiliki potensi dalam memenuhi tantangan dan memiliki berbagai macam cara untuk menyelesaikan suatu masalah dapat diselesaikan dengan dengan keikutsertaan dan partisipasi dari dalam kelompok.

Kelompok pelajar tersebut dapat melakukan diskusi dengan masing-masing anggotanya untuk menyelesaikan masalah berdasarkan kompetensinya. Melalui komunikasi dan bertukar pemikiran, sudut pandang dan menelaah, kelompok tersebut dapat meningkatkan kualitas kelompoknya.

Metode kolaboratif telah didasarkan pada beberapa asumsi tentang siswa dan proses belajarnya, antara lain :

  • Belajar itu harus aktif dan juga kontruktif, untuk dapat mempelajari materi yang diajarkan, peserta didik harus terlibat secara aktif dalam berpatisipasi dengan materi tersebut. Peserta didik perlu menggabungkan materi tersebut dengan kemampuan yang mereka punya. Peserta didik dapat membangun makna atau menciptakan hal baru yang masih berhubungan dengan materi pembelajaran.
  • Belajar bergantung pada konteks, peserta didik dihadapkan dengan kegiatan pembelajaran berupa tugas atau permasalahan yang menantang tetapi masih terkait dengan konteks yang telah dikenal peserta didik. Peserta didik akan dilibatkan langsung dengan penyelesaikan tugas ataupun penyelesaian masalah tersebut.
  • Belajar memiliki sifat sosial, proses pembelajaran adalah proses peserta didik bersosialisasi di lingkungan mereka masing-masing, di dalamnya peserta didik akan membangun makna yang telah diterima bersama-sama.
  • Belajar memiliki latar belakang beraneka ragam, masing-masing peserta didik mempunyai perbedaan terkait banyak hal, misalnya latar belakang, gaya belajarnya, pengalaman dan juga aspirasi/pendapat. Perbedaan tersebut akan diakui dan diterima ke dalam kegiatan kerjasama bahkan perlu untuk dapat meningkatkan mutu dalam mencapai hasil bersama dari proses pembelajaran.

Jean Piaget dan Vigotsky telah mengemukakan bahwa strategi dalam pembelajaran kolaboratif (collaborative learning) didukung dengan adanya 3 teori yang mereka kemukakan, diantara lain :

  • Teori kognitif (proses berpikir), teori kognitif ini saling berkaitan dengan proses terjadinya pertukaran pikiran antar anggota kelompok pada pembelajaran kolaboratif. Sehingga didalam suatu kelompok akan terjadi transformasi ilmu pengetahuan baru.
  • Teori kontruktivisme sosial, teori ini memperlihatkan adanya interaksi sosial antara anggota kelompok yang nantinya akan membantu individu lain dalam proses perkembangan dan juga untuk meningkatkan sikap saling menghargai pendapat yang berbeda semua anggota kelompok tersebut.
  • Teori motivasi, teori ini bisa terkait dengan pembelajaran kolaboratif karena pembelajaran tersebut nantinya akan menciptakan lingkungan yang tepat untuk peserta didik belajar. Memberikan keberanian pada peserta didik dalam belajar melalui pemberian motivasi dan juga menciptakan situasi untuk saling membutuhkan satu sama lain dalam anggota kelompok.

Terdapat banyak sekali macam pembelajaran kolaboratif ini yang sudah dikembangkan para ahli dan praktisi pendidikan/seseorang yang telah berpengalaman dalam pendidikan. Namun hanya ada sepuluh macam pembelajaran yang mendapatkan perhatian (attention) dan effort (upaya), yaitu :

  • Learning Together (pembelajaran bersama), metode ini menggambungkan siswa yang memiliki berbagai kemampuan menjadi sebuah kelompok. Masing-masing kelompok saling bekerja sama untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan guru. Penilaian dilakukan pada hasil kerja anggota kelompok tersebut.
  • Teams Games Tournament (TGT), bisa diartikan model atau metode pembelajaran untuk mengajar peserta didik bermain turnamen tim. Anggota kelompok akan bersaing dengan kelompok lain sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Penilaiannya berdasarkan dari hasil kerja kelompok tersebut.
  • Group Investigation (GI), model pembelajaran ini melatih peserta didik dalam menumbuhkan kempuan mereka dalam berpikir mandiri.
  • Academic Contructivisme Controversy (ACC), model pembelajaran ini mengutamakan proses pencapaian dan perkembangan kualitas dalam menyelesaikan masalah.
  • Jigsaw Proscedure (JP), model pembelajaran ini yaitu masing-masing anggota kelompok diberikan tugas yang berbeda mengenai satu pokok pembahasan. Dibuat seperti itu agar anggota kelompok dapat memahami keseluhan materi pembahasan. Penilaiannya berdasarkan dari skor rata-rata kelompok.
  • Student Team Achievement Divisions (STAD), fokus dari model pembelajaran ini yaitu keberhasilan seseorang nantinya berpengaruh pada keberhasilan kelompok. Sebaliknya keberhasilan anggota kelompok berpengaruh pada keberhasilan individu.
  • Complex Instruction (CI), metode pembelajaran ini lebih menekankan bagaimana pelaksanaan suatu proyek yang memiliki orientasi kepada temuan, khususnya di bidang sains, matematika dan juga pengetahuan sosial.
  • Team Accelerated Instruction (TAI), model pembelajaran ini adalah kombinasi atau perpaduan antara pembelajaran kolaboratif dengan pembelajaran individu atau sendiri.
  • Cooperative Learning Structures (CLS), model pembelajaran ini masing-masing kelompok akan dibentuk dengan anggota dua orang peserta didik.
  • Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), model pembelajaran ini lebih menekankan membaca, menulis, dan tata bahasa dalam pembelajaran. Peserta didik saling memberi niali dalam kemampuan membaca, menulis dan juga tata bahasa secara lisan maupun tulis.

Sumber gambar : medium.com/the-rollercoaster


Lihat Ruang Kelas Selengkapnya

Page 3

Bekerja bersama-sama bersama orang lain dan menyelesaikan suatu permasalahan bersama-sama merupakan arti dari berkolaborasi. Dalam praktik kerja, pembelajaran berbasis collaborative learning bermakna siswa harus bekerja secara bersama-sama dan berpasang-pasangan ataupun bisa dengan berkelompok.

Hal tersebut dilakukan dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sama. Pembelajaran kolaboratif (Collaborative Learning) dibuat untuk melaksanakan belajar secara tuntas. Pembelajaran tersebut tidak akan berhenti sampai siswa mengerti dan memahami tujuan dan materi pembelajaran. Berkonsultasi dengan guru dapat mempermudah dalam mencapai tujuan pembelajaran kolaboratif.

Pembelajaran kolaboratif ini bisa menyediakan sebuah peluang untuk dapat menuju pada keberhasilan atau kesuksesan. Technology for intruction  atau dapat diartikan dengan teknologi yang dilakukan untuk pembelajaran, pembelajaran kolaboratif ini melibatkan keaktifan dan partisipasi dari peserta didik. Ide dari pembelajaran kolaboratif berawal dari seorang filosofis yang mempunyai perspektif terhadap konsep pembelajaran.

“Seseorang harus memiliki pasangan atau partner untuk dapat belajar”

Konsep dari pembelajaran kolaboratif ini merupakan sebuah metode pembelajaran yang memiliki potensi dalam memenuhi tantangan dan memiliki berbagai macam cara untuk menyelesaikan suatu masalah dapat diselesaikan dengan dengan keikutsertaan dan partisipasi dari dalam kelompok.

Kelompok pelajar tersebut dapat melakukan diskusi dengan masing-masing anggotanya untuk menyelesaikan masalah berdasarkan kompetensinya. Melalui komunikasi dan bertukar pemikiran, sudut pandang dan menelaah, kelompok tersebut dapat meningkatkan kualitas kelompoknya.

Metode kolaboratif telah didasarkan pada beberapa asumsi tentang siswa dan proses belajarnya, antara lain :

  • Belajar itu harus aktif dan juga kontruktif, untuk dapat mempelajari materi yang diajarkan, peserta didik harus terlibat secara aktif dalam berpatisipasi dengan materi tersebut. Peserta didik perlu menggabungkan materi tersebut dengan kemampuan yang mereka punya. Peserta didik dapat membangun makna atau menciptakan hal baru yang masih berhubungan dengan materi pembelajaran.
  • Belajar bergantung pada konteks, peserta didik dihadapkan dengan kegiatan pembelajaran berupa tugas atau permasalahan yang menantang tetapi masih terkait dengan konteks yang telah dikenal peserta didik. Peserta didik akan dilibatkan langsung dengan penyelesaikan tugas ataupun penyelesaian masalah tersebut.
  • Belajar memiliki sifat sosial, proses pembelajaran adalah proses peserta didik bersosialisasi di lingkungan mereka masing-masing, di dalamnya peserta didik akan membangun makna yang telah diterima bersama-sama.
  • Belajar memiliki latar belakang beraneka ragam, masing-masing peserta didik mempunyai perbedaan terkait banyak hal, misalnya latar belakang, gaya belajarnya, pengalaman dan juga aspirasi/pendapat. Perbedaan tersebut akan diakui dan diterima ke dalam kegiatan kerjasama bahkan perlu untuk dapat meningkatkan mutu dalam mencapai hasil bersama dari proses pembelajaran.

Jean Piaget dan Vigotsky telah mengemukakan bahwa strategi dalam pembelajaran kolaboratif (collaborative learning) didukung dengan adanya 3 teori yang mereka kemukakan, diantara lain :

  • Teori kognitif (proses berpikir), teori kognitif ini saling berkaitan dengan proses terjadinya pertukaran pikiran antar anggota kelompok pada pembelajaran kolaboratif. Sehingga didalam suatu kelompok akan terjadi transformasi ilmu pengetahuan baru.
  • Teori kontruktivisme sosial, teori ini memperlihatkan adanya interaksi sosial antara anggota kelompok yang nantinya akan membantu individu lain dalam proses perkembangan dan juga untuk meningkatkan sikap saling menghargai pendapat yang berbeda semua anggota kelompok tersebut.
  • Teori motivasi, teori ini bisa terkait dengan pembelajaran kolaboratif karena pembelajaran tersebut nantinya akan menciptakan lingkungan yang tepat untuk peserta didik belajar. Memberikan keberanian pada peserta didik dalam belajar melalui pemberian motivasi dan juga menciptakan situasi untuk saling membutuhkan satu sama lain dalam anggota kelompok.

Terdapat banyak sekali macam pembelajaran kolaboratif ini yang sudah dikembangkan para ahli dan praktisi pendidikan/seseorang yang telah berpengalaman dalam pendidikan. Namun hanya ada sepuluh macam pembelajaran yang mendapatkan perhatian (attention) dan effort (upaya), yaitu :

  • Learning Together (pembelajaran bersama), metode ini menggambungkan siswa yang memiliki berbagai kemampuan menjadi sebuah kelompok. Masing-masing kelompok saling bekerja sama untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan guru. Penilaian dilakukan pada hasil kerja anggota kelompok tersebut.
  • Teams Games Tournament (TGT), bisa diartikan model atau metode pembelajaran untuk mengajar peserta didik bermain turnamen tim. Anggota kelompok akan bersaing dengan kelompok lain sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Penilaiannya berdasarkan dari hasil kerja kelompok tersebut.
  • Group Investigation (GI), model pembelajaran ini melatih peserta didik dalam menumbuhkan kempuan mereka dalam berpikir mandiri.
  • Academic Contructivisme Controversy (ACC), model pembelajaran ini mengutamakan proses pencapaian dan perkembangan kualitas dalam menyelesaikan masalah.
  • Jigsaw Proscedure (JP), model pembelajaran ini yaitu masing-masing anggota kelompok diberikan tugas yang berbeda mengenai satu pokok pembahasan. Dibuat seperti itu agar anggota kelompok dapat memahami keseluhan materi pembahasan. Penilaiannya berdasarkan dari skor rata-rata kelompok.
  • Student Team Achievement Divisions (STAD), fokus dari model pembelajaran ini yaitu keberhasilan seseorang nantinya berpengaruh pada keberhasilan kelompok. Sebaliknya keberhasilan anggota kelompok berpengaruh pada keberhasilan individu.
  • Complex Instruction (CI), metode pembelajaran ini lebih menekankan bagaimana pelaksanaan suatu proyek yang memiliki orientasi kepada temuan, khususnya di bidang sains, matematika dan juga pengetahuan sosial.
  • Team Accelerated Instruction (TAI), model pembelajaran ini adalah kombinasi atau perpaduan antara pembelajaran kolaboratif dengan pembelajaran individu atau sendiri.
  • Cooperative Learning Structures (CLS), model pembelajaran ini masing-masing kelompok akan dibentuk dengan anggota dua orang peserta didik.
  • Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), model pembelajaran ini lebih menekankan membaca, menulis, dan tata bahasa dalam pembelajaran. Peserta didik saling memberi niali dalam kemampuan membaca, menulis dan juga tata bahasa secara lisan maupun tulis.

Sumber gambar : medium.com/the-rollercoaster


Lihat Ruang Kelas Selengkapnya

Page 4

Bekerja bersama-sama bersama orang lain dan menyelesaikan suatu permasalahan bersama-sama merupakan arti dari berkolaborasi. Dalam praktik kerja, pembelajaran berbasis collaborative learning bermakna siswa harus bekerja secara bersama-sama dan berpasang-pasangan ataupun bisa dengan berkelompok.

Hal tersebut dilakukan dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sama. Pembelajaran kolaboratif (Collaborative Learning) dibuat untuk melaksanakan belajar secara tuntas. Pembelajaran tersebut tidak akan berhenti sampai siswa mengerti dan memahami tujuan dan materi pembelajaran. Berkonsultasi dengan guru dapat mempermudah dalam mencapai tujuan pembelajaran kolaboratif.

Pembelajaran kolaboratif ini bisa menyediakan sebuah peluang untuk dapat menuju pada keberhasilan atau kesuksesan. Technology for intruction  atau dapat diartikan dengan teknologi yang dilakukan untuk pembelajaran, pembelajaran kolaboratif ini melibatkan keaktifan dan partisipasi dari peserta didik. Ide dari pembelajaran kolaboratif berawal dari seorang filosofis yang mempunyai perspektif terhadap konsep pembelajaran.

“Seseorang harus memiliki pasangan atau partner untuk dapat belajar”

Konsep dari pembelajaran kolaboratif ini merupakan sebuah metode pembelajaran yang memiliki potensi dalam memenuhi tantangan dan memiliki berbagai macam cara untuk menyelesaikan suatu masalah dapat diselesaikan dengan dengan keikutsertaan dan partisipasi dari dalam kelompok.

Kelompok pelajar tersebut dapat melakukan diskusi dengan masing-masing anggotanya untuk menyelesaikan masalah berdasarkan kompetensinya. Melalui komunikasi dan bertukar pemikiran, sudut pandang dan menelaah, kelompok tersebut dapat meningkatkan kualitas kelompoknya.

Metode kolaboratif telah didasarkan pada beberapa asumsi tentang siswa dan proses belajarnya, antara lain :

  • Belajar itu harus aktif dan juga kontruktif, untuk dapat mempelajari materi yang diajarkan, peserta didik harus terlibat secara aktif dalam berpatisipasi dengan materi tersebut. Peserta didik perlu menggabungkan materi tersebut dengan kemampuan yang mereka punya. Peserta didik dapat membangun makna atau menciptakan hal baru yang masih berhubungan dengan materi pembelajaran.
  • Belajar bergantung pada konteks, peserta didik dihadapkan dengan kegiatan pembelajaran berupa tugas atau permasalahan yang menantang tetapi masih terkait dengan konteks yang telah dikenal peserta didik. Peserta didik akan dilibatkan langsung dengan penyelesaikan tugas ataupun penyelesaian masalah tersebut.
  • Belajar memiliki sifat sosial, proses pembelajaran adalah proses peserta didik bersosialisasi di lingkungan mereka masing-masing, di dalamnya peserta didik akan membangun makna yang telah diterima bersama-sama.
  • Belajar memiliki latar belakang beraneka ragam, masing-masing peserta didik mempunyai perbedaan terkait banyak hal, misalnya latar belakang, gaya belajarnya, pengalaman dan juga aspirasi/pendapat. Perbedaan tersebut akan diakui dan diterima ke dalam kegiatan kerjasama bahkan perlu untuk dapat meningkatkan mutu dalam mencapai hasil bersama dari proses pembelajaran.

Jean Piaget dan Vigotsky telah mengemukakan bahwa strategi dalam pembelajaran kolaboratif (collaborative learning) didukung dengan adanya 3 teori yang mereka kemukakan, diantara lain :

  • Teori kognitif (proses berpikir), teori kognitif ini saling berkaitan dengan proses terjadinya pertukaran pikiran antar anggota kelompok pada pembelajaran kolaboratif. Sehingga didalam suatu kelompok akan terjadi transformasi ilmu pengetahuan baru.
  • Teori kontruktivisme sosial, teori ini memperlihatkan adanya interaksi sosial antara anggota kelompok yang nantinya akan membantu individu lain dalam proses perkembangan dan juga untuk meningkatkan sikap saling menghargai pendapat yang berbeda semua anggota kelompok tersebut.
  • Teori motivasi, teori ini bisa terkait dengan pembelajaran kolaboratif karena pembelajaran tersebut nantinya akan menciptakan lingkungan yang tepat untuk peserta didik belajar. Memberikan keberanian pada peserta didik dalam belajar melalui pemberian motivasi dan juga menciptakan situasi untuk saling membutuhkan satu sama lain dalam anggota kelompok.

Terdapat banyak sekali macam pembelajaran kolaboratif ini yang sudah dikembangkan para ahli dan praktisi pendidikan/seseorang yang telah berpengalaman dalam pendidikan. Namun hanya ada sepuluh macam pembelajaran yang mendapatkan perhatian (attention) dan effort (upaya), yaitu :

  • Learning Together (pembelajaran bersama), metode ini menggambungkan siswa yang memiliki berbagai kemampuan menjadi sebuah kelompok. Masing-masing kelompok saling bekerja sama untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan guru. Penilaian dilakukan pada hasil kerja anggota kelompok tersebut.
  • Teams Games Tournament (TGT), bisa diartikan model atau metode pembelajaran untuk mengajar peserta didik bermain turnamen tim. Anggota kelompok akan bersaing dengan kelompok lain sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Penilaiannya berdasarkan dari hasil kerja kelompok tersebut.
  • Group Investigation (GI), model pembelajaran ini melatih peserta didik dalam menumbuhkan kempuan mereka dalam berpikir mandiri.
  • Academic Contructivisme Controversy (ACC), model pembelajaran ini mengutamakan proses pencapaian dan perkembangan kualitas dalam menyelesaikan masalah.
  • Jigsaw Proscedure (JP), model pembelajaran ini yaitu masing-masing anggota kelompok diberikan tugas yang berbeda mengenai satu pokok pembahasan. Dibuat seperti itu agar anggota kelompok dapat memahami keseluhan materi pembahasan. Penilaiannya berdasarkan dari skor rata-rata kelompok.
  • Student Team Achievement Divisions (STAD), fokus dari model pembelajaran ini yaitu keberhasilan seseorang nantinya berpengaruh pada keberhasilan kelompok. Sebaliknya keberhasilan anggota kelompok berpengaruh pada keberhasilan individu.
  • Complex Instruction (CI), metode pembelajaran ini lebih menekankan bagaimana pelaksanaan suatu proyek yang memiliki orientasi kepada temuan, khususnya di bidang sains, matematika dan juga pengetahuan sosial.
  • Team Accelerated Instruction (TAI), model pembelajaran ini adalah kombinasi atau perpaduan antara pembelajaran kolaboratif dengan pembelajaran individu atau sendiri.
  • Cooperative Learning Structures (CLS), model pembelajaran ini masing-masing kelompok akan dibentuk dengan anggota dua orang peserta didik.
  • Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), model pembelajaran ini lebih menekankan membaca, menulis, dan tata bahasa dalam pembelajaran. Peserta didik saling memberi niali dalam kemampuan membaca, menulis dan juga tata bahasa secara lisan maupun tulis.

Sumber gambar : medium.com/the-rollercoaster


Lihat Ruang Kelas Selengkapnya

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA