Ketika kiamat datang maka umat manusia tidak akan saling mengenal karena

Ketika kiamat datang maka umat manusia tidak akan saling mengenal karena

* Ilustrasi. (YouTube)

Oleh: Ustadz Oemar Mita, Pengemban Dakwah

Ilmu seharusnya tidak melunturkan kebaikan, bahkan harusnya melembutkan. Para penuntut ilmu seharusnya makin lembut hatinya kepada sesama muslim dan bukan malah makin keras walau tidak satu frekuensi dan pendapat dengan nya. Cukuplah tegas kepada kaum kafir saja dan bukan kepada sesama muslim.

QS Al Fath (48): 29

“Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka…”

Nasehat yang paling bersih adalah nasehat yang datangnya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu alaihi Wa Sallam.

Tiap manusia pasti perlu nasehat karena manusia pasti punya “blind spot” pada kehidupannya. Maka manusia memerlukan nasihat dan sebaik-baik nasihat datangnya Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu alaihi Wa Sallam.

Ilmu sering disebut sebagai “cahaya” – termasuk dalam AlQuran, karena menerangi titik buta yang tidak bisa ditemukan oleh kita.

Dari Ibnul Qoyyim –rahimahullah-mengatakan,

“Sesungguhnya ilmu adalah kehidupan dan cahaya. Sedangkan, kebodohan adalah kematian dan kegelapan. Semua keburukan penyebabnya adalah tidak adanya kehidupan (hati) dan cahaya. Semua kebaikan sebabnya adalah cahaya dan kehidupan (hati). Sebaliknya, kebodohan dan keburukan yang disebabkan oleh kematian hati dan tidak takutnya kepada yang buruk”.

Sesuksesnya manusia pasti ada kesulitan dibelakangnya. Dan setelah sukses pasti akan turun akan jatuh. Begitulah hakikat dunia. Sempit. Tidak lapang.

Maka perlu adanya iman islam. Karena iman islam adalah pembawa bimbingan menuju kesuksesan yang kekal yang abadi. Yaitu jannah nya Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kebahagiaan sebenarnya.

Melalui Pandemi Allah Subhanahu wa Ta’ala mengajarkan kepada kita agar kita jangan nyaman pada urusan dunia. Dan lebih baik memilih sibuk menyiapkan kehidupan akhirat.

Banyaknya kematian di masa pandemi merupakan hal yang semakin menyadarkan kita sebagai peringatan kepada kita tentang kematian pasti datang dan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berulang kali memberikan kematian.

Orang yang beruntung adalah orang yang mampu “sensitif” untuk menerima
Peringatan2 dari Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang dekatnya datangnya kematian.

“Keadaan Manusia Saat Dibangkitkan”

Tiupan sangkakala pertama akan menghancurkan seluruh alam semesta dan semua isinya.

Tiupan sangkalala kedua akan menghidupkan kembali ruh-ruh mahluk Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Ta’ala berfirman,
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ

“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilahsiapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).” (QS. Az-Zumar [39]: 68)

Allah Ta’ala berfirman,
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَإِذَا هُمْ مِنَ الْأَجْدَاثِ إِلَى رَبِّهِمْ يَنْسِلُونَ

“Dan ditiuplah sangkalala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka.” (QS. Yasin [36]: 51)

Dan jarak tiupan pertama dan kedua adala “40”. Tidak ada yang tau 40 apakah hari, pekan atau bulan atau tahun

Berdasar hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
مَا بَيْنَ النَّفْخَتَيْنِ أَرْبَعُونَ

“(Jarak) antara dua tiupan adalah empat puluh.” (HR. Bukhari no. 4935)

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«مَا بَيْنَ النَّفْخَتَيْنِ أَرْبَعُونَ» قَالُوا: يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَرْبَعُونَ يَوْمًا؟ قَالَ: أَبَيْتُ، قَالُوا: أَرْبَعُونَ شَهْرًا؟ قَالَ: أَبَيْتُ، قَالُوا: أَرْبَعُونَ سَنَةً؟ قَالَ: أَبَيْتُ

“(Jarak) antara dua tiupan adalah empat puluh.” Para sahabat bertanya,”Wahai Abu Hurairah, apakah empat puluh hari?” Abu Hurairah menjawab,”Aku enggan.” Mereka bertanya lagi,”Empat buluh bulan?” Abu Hurairah menjawab,”Aku enggan.” Mereka bertanya lagi,”Empat puluh tahun?” Abu Hurairah menjawab,”Aku enggan.” (HR. Bukhari no. 4935)

Kiamat terjadi dengan sangat mendadak.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

يَسۡـَٔـــلُوۡنَكَ عَنِ السَّاعَةِ اَيَّانَ مُرۡسٰٮهَا ‌ؕ قُلۡ اِنَّمَا عِلۡمُهَا عِنۡدَ رَبِّىۡ‌ ۚ لَا يُجَلِّيۡهَا لِوَقۡتِهَاۤ اِلَّا هُوَۘ ‌ؕ ثَقُلَتۡ فِى السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِ‌ؕ لَا تَاۡتِيۡكُمۡ اِلَّا بَغۡتَةً ‌ ؕ يَسۡـــَٔلُوۡنَكَ كَاَنَّكَ حَفِىٌّ عَنۡهَا ؕ قُلۡ اِنَّمَا عِلۡمُهَا عِنۡدَ اللّٰهِ وَلٰـكِنَّ اَكۡثَرَ النَّاسِ لَا يَعۡلَمُوۡنَ

“Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang Kiamat, “Kapan terjadi?” Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu ada pada Tuhanku; tidak ada (seorang pun) yang dapat menjelaskan waktu terjadinya selain Dia. (Kiamat) itu sangat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi, tidak akan datang kepadamu, kecuali secara tiba-tiba.” Mereka bertanya kepadamu seakan-akan engkau mengetahuinya. Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya pengetahuan tentang (hari Kiamat) ada pada Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
(QS Al A’raaf (7): 187).

Seburuk-buruk manusia adalah manusia yang melihat kejadian hari kiamat. Manusia yang paling buruk keimanannya.

Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan keadaan orang-orang yang beriman hingga akhir zaman. Kemudian beliau bersabda,
ثُمَّ يَبْعَثُ اللهُ رِيحًا كَرِيحِ الْمِسْكِ مَسُّهَا مَسُّ الْحَرِيرِ، فَلَا تَتْرُكُ نَفْسًا فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنَ الْإِيمَانِ إِلَّا قَبَضَتْهُ، ثُمَّ يَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ عَلَيْهِمْ تَقُومُ السَّاعَةُ

Kemudian Allah mengirim angin, seperti semerbak minyak wangi, sangat lembut rasanya seperti menyentuh sutera. Tidak ada satupun jiwa yang di dalam hatinya terselip iman sebesar biji, kecuali angin itu akan mematikannya. Kemudian tinggal tersisa manusia-manusia paling jelek. Di tengah merekalah, kiamat terjadi. (HR. Muslim 1942).

Orang yang berada di dalam kubur terbagi dalam dua kondisi:

1. Merasa cepat. Demikian kondisi orang-orang beriman
2. Merasa lama. Demikian orang yang di azab kubur. Baik azab terus menerus maupun sesekali.

Note: Dalam alam barzah tidak ada siang dan malam. Tidak ada terang dan gelap kecuali terang karena cahaya imannya.

Setiap manusia kelak di padang mahsyar akan dikumpulkan dalam kondisi telanjang, tidak berkhitan dan tidak beralas kaki.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلاً

“Manusia akan dikumpulkan pada hari Kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakaian dan belum dikhitan.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 5102 dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha).

Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menetapkan manusia itu hina dihadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan manusia sama dihadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala kecuali perbedaan keimanannya.

Mereka menunggu bertahun tahun. Di padang mashsyar. Menunggu pengadilan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Menunggu hisab.

Tidak ada syahwat disaat dibangkitkan di padang mahsyar dan tidak mungkin satu sama lain saling memandang aurat yang lainnya.

Aisyah radhiyallahu ‘anha tatkala mendengar sabda Nabi ini, dia mengatakan,”Ya Rasulullah, apakah kami satu sama lain saling memandangi aurat?”

Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammengatakan firman Allah Ta’ala (yang artinya),”Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS. ‘Abasa [80] : 37) (HR. Tirmidzi, hasan shohih. Lihat Ma’arijul QobulII/185)

Manusia pertama dibangkitkan pada hari kiamat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kelak adalah Rasulullah Shallallahu alaihi Wa Sallam.

Kemudian baru manusia lainnya.

Orang yang paling banyak berdiri shalat di dunia maka menjadi orang yang paling banyak istirahatnya kelak di akhirat.

Orang yang paling takut pada Allah Subhanahu wa Ta’ala di dunia, kelak akan menjadi orang yang merasa aman di akhirat.

Orang yang kenyang di dunia pada urusan haram dan syubhat maka akan jadi orang paling kelaparan kelak di akhirat.

Maka: takut itu ada yang mahal. Yaitu takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Di Padang Mahsyar, manusia akan Menunggu lama
Sehari = lima puluh ribu tahun. Betapa lamanya mereka menunggu.

Allah berfirman,

تَعْرُجُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.(QS. Al-Ma’arij : 4)

Maksudnya, kadar waktu saat Allah ta’ala menyidang makhluk-makhluk di hari kiamat nanti adalah satu hari, yang setara dengan lima puluh ribu tahun hari-hari dunia.

Kondisi orang beriman menunggu di padang mahsyar.

Waktu tunggu mereka di padang Mahsyar, hanya sebentar, Seperti dikabarkan oleh Nabi shallallahu’laihi wa sallam,

يوم القيامة على المؤمنين كقدر ما بين الظهر والعصر

Hari kiamat bagi orang-orang beriman, hanya selama waktu antara duhur dan ashar. (HR. Al Hakim).

Tidak akan sempurna ibadah manusia jika tidak mengumpulkan tiga hal pada ibadahnya:

1. Khauf – takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. 2. Roja – berharap kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

3. Mahabah – cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Manusia dibangkitkan dalam kondisi:

1. Dibangkitkan tidak ada daging di wajahnya. Wajahnya tanpa daging. Yaitu orang yang suka meminta minta kepada orang lain.

Note: orang yang ingin memberi, maka jangan bersu’udzon kepada orang yang diberi. Beri dan diam. Jangan mencari tau dan jangan berfikir negatif.

2. Dibangkitkan dalam keadaan kecil. Badannya sebesar semut. Walaupun bentuknya manusia. Orang orang ini adalah orang yang sombong selama di dunia.

Sombong adalah: menolak kebenaran dan merendahkan manusia.

Ada yang sombong kekayaan, jabatan dan ada yang sombong karena ilmu dan ibadahnya. Dan Kesombongan yang paling parah adalah orang yang sombong karena ibadah dan ilmunya.

Orang seperti ini kelak dibangkitkan dalam keadaan sebesar semut.

Note: Hal lain pada Keburukan urusan dunia adalah tanpa disadari bisa menjadikan manusia sombong pada harta dunianya, pada barang2, pada kekayaan. Juga pada jabatan.

3. Orang yang berpoligami akan dibangkitkan dalam keadaan tidak adil kepada istri2nya maka ia dibangkitkan dalam keadaan badannya miring.

Poligami sesungguhnya berat dan harus berilmu. Dan banyak yang menolak poligami semata karena perlakukan lelaki2 yang tidak maruf dan adil dalam melaksanakannya.

4. Dibangkitkan seperti orang yang kemasukan setan. Yaitu orang orang yang memakan riba

Dalam urusan harta perlu dipegang kaidah bahwa tidak hanya yang baik. Tetapi juga yang benar.

Kebenaran adalah sesuatu yang didasarkan kepada ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena Orang yang baik belum tentu benar.

5. Dibangkitkan dalam keadaan buta. Yaitu orang2 yang tidak mau belajar (agama). Tidak mau ikut taklim. Tidak mau membaca kitab2 agama. Orang2 yang tidak menganggap urusan ilmu akhirat tidak penting.

7. Dibangkitkan dalam keadaan tersenyum. Yaitu orang yang mati syahid. Karena membela agama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kematian yang sangat mulia.

8. Dibangkitkan dalam keadaan wangi kesturi. Yaitu orang yang sering berpuasa

9. Dibangkitkan dalam keadaan berjalan dengan kepalanya. Yaitu orang kafir.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
إِنَّكُمْ تُحْشَرُوْنَ رِجَالاً وَرُكْبَانًا وَتُجَرُّوْنَ عَلَى وُجُوْهِكُمْ

“Sesungguhnya kalian akan dikumpulkan (ke Padang Mahsyar) dalam keadaan berjalan, dan (ada juga yang) berkendaraan, serta (ada juga yang) diseret di atas wajah-wajah kalian.”(Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, dan beliau mengatakan, “Hadits hasan.” Hadits ini dinilai hasan oleh al-Albani dalam Shahiih at-Targhib wat-Tarhib, no. 3582).

Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa ada seseorang berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

يَا رَسُولَ اللهِ كَيْفَ يُحْشَرُ الْكَافِرُ عَلَى وَجْهِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ؟ قَالَ: أَلَيْسَ الَّذِي أَمْشَاهُ عَلَى رِجْلَيْهِ فِي الدُّنْيَا قَادِرًا عَلَى أَنْ يُمْشِيَهُ عَلَى وَجْهِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ؟!

“Wahai Rasulullah, bagaimana bisa orang kafir digiring di atas wajah mereka pada hari Kiamat?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Bukankah Rabb yang membuat seseorang berjalan di atas kedua kakinya di dunia, mampu untuk membuatnya berjalan di atas wajahnya pada hari Kiamat?!”Qatadah mengatakan, “Benar, demi kemuliaan Rabb kami.” (Hadits shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6042 dan Muslim, no. 5020).

Wallahu a’lam bish-showab. Wabillahi at-Taufiq.

(Dirangkum oleh Abu ISLAMADINA)