Jepang sering mengalami gempa bumi salah satu yang terbesar adalah gempa bumi di pulau

Rumah di Jepang Foto: Shutter Stock

Mengapa di Jepang sering terjadi gempa bumi? Sebab, Jepang terletak di antara lempeng benua dan samudera bertemu.

Jika gempa bumi terjadi di bawah atau dekat laut, maka dapat memicu gelombang pasang (tsunami).

Mengutip dari Live Science, Jepang merupakan negara yang terletak di sepanjang daerah yang disebut Pacific Ring of Fire atau Cincin Api Pasifik.

Cincin tersebut sebenarnya merupakan zona imajiner berbentuk tapal kuda yang mengikuti tepi Samudra Pasifik sekaligus menjadi tempat paling banyak gempa bumi dan letusan gunung berapi di dunia.

Pagar rumah yang rusak akibat gempa di kota Kori, utara kota Fukushima, timur laut Jepang, Minggu (14/2). Foto: Kyodo News via AP

Beberapa daerah di Jepang telah mengalami gempa bumi dahsyat dan gelombang pasang di masa lalu. Gempa Besar Kanto merupakan yang terburuk dalam sejarah Jepang.

Gempa bumi tersebut melanda dataran Kanto di sekitar Tokyo pada 1923 yang mengakibatkan kematian lebih dari 100.000 orang.

Pada Januari 1995, gempa bumi kuat melanda kota Kobe dan sekitarnya. Bencana ini dikenal dengan Gempa Selatan Hyogo atau Gempa Besar Hanshin.

Gempa tersebut menewaskan 6.000 orang dan melukai 415.000 orang. Selain itu, 100.000 rumah hancur total dan 185.000 rusak parah.

Pada 11 Maret 2011, gempa bumi terkuat yang pernah tercatat di Jepang memicu tsunami besar di sepanjang Pantai Pasifik di timur laut Jepang.

Bencana itu dikenal sebagai Gempa Besar Jepang Timur, terutama tsunami yang kemudian menewaskan hampir 20.000 orang dan menyebabkan kecelakaan nuklir di pembangkit listrik di Prefektur Fukushima.

Pengukuran Gempa Bumi di Jepang

Ilustrasi seismograf gempa bumi. Foto: Getty Images

Negara Jepang mengukur gempa bukan dari skala richter, melainkan dari skala yang disebut Shindo.

Kemudian, Shindo diukur pada intensitas gempa di lokasi tertentu dan apa yang sebenarnya dirasakan orang di wilayah gempa tersebut.

Skala Shindo terdiri dari satu sampai tujuh. Gempa ringan yang membuat orang berhenti bergerak adalah Shindo satu.

Shindo dua sampai empat masih merupakan gempa kecil yang tidak menimbulkan kerusakan.

Sementara itu, benda mulai berjatuhan pada skala Shindo lima dan kerusakan yang lebih berat terjadi di Shindo enam dan Shindo tujuh.

Adaptasi Masyarakat Jepang Terhadap Gempa Bumi

Pejalan kaki yang mengenakan masker di tengah wabah virus corona, di Tokyo, Jepang. Foto: Kim Kyung-Hoon/REUTERS

Masyarakat Jepang memiliki hubungan erat dengan gempa bumi. Belajar dari bencana masa lalu, Jepang telah menjadi salah satu negara yang paling siap menghadapi gempa bumi.

Pelatihan menghadapi gempa sudah diajarkan sejak dini. Sekolah secara teratur mengikuti simulasi gempa, di mana saat alarm berbunyi, para siswa akan bersembunyi di bawah meja mereka.

Anak-anak juga dibiasakan dengan sensasi gempa, sehingga mereka tidak terlalu kaget saat gempa terjadi. Berbagai fasilitas pun juga telah dibangun untuk kegiatan simulasi gempa.

Simulasi gempa juga berlanjut di tempat kerja. Hal ini berlaku di pusat perbelanjaan, di mana para staf kemungkinan harus menangani kerumunan pelanggan selama keadaan darurat.

Sedangkan di kota Tokyo, gempa bumi bahkan dihubungkan oleh hari spesial. 19 November dirayakan sebagai "Hari Pencegahan Bencana", di mana masyarakat diingatkan mengenai langkah pencegahan bencana.

Kemudian, bagaimana menimbun barang-barang pencegahan bencana, mulai dari makanan kaleng hingga perlengkapan darurat.

Lalu, mengapa di Jepang sering terjadi bencana gempa bumi? Hal itu dikarenakan adanya tekanan yang disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik yang menyusun bumi.

Pada Cincin Api, beberapa lempeng tektonik termasuk Lempeng Pasifik di bawah Samudera Pasifik dan Lempeng Laut Filipina saling bertabrakan.

Selain itu, banyak bangunan Jepang yang dibangun dengan konstruksi tahan gempa. Di sana terdapat standar yang harus dipatuhi dalam pendirian sebuah bangunan.

Itulah penjelasan mengenai alasan mengapa di Jepang sering terjadi gempa bumi. Dengan begitu, pengetahuan semakin bertambah.