Jelaskan secara detail tahapan budidaya tanaman hidroponik

Lihat Foto

PIXABAY/IAMARERI

Ilustrasi hidroponik.

KOMPAS.com – Seorang agronomis, Dr. William Frederick Gerickle dari University of California, pada tahun 1936, menciptakan istilah “hidroponik” untuk budidaya tanaman pada air.

Hidroponik berasal dari bahasa Yunani, yaitu “hydro” yang berarti air dan “ponos” yang berarti bekerja dengan air.

Dilansir dari buku “Dasar-dasar Bertanam Secara Hidroponik” karya Dr. Susilawati M.Si, Dr. Gerickle adalah orang pertama yang melakukan percobaan hidroponik berskala besar dengan menanam tanaman tomat, selada, dan sayuran lain.

Menurut Dr. Gerickle, hidroponik akan merevolusi pertanian tanaman dan memberikan sejumlah besar pengetahuan baru mengenai pertanian.

Pengertian hidroponik

Dilansir dari Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang, hidroponik adalah teknik budidaya yang menggunakan arang sekam atau media tanam lainnya dengan memanfaatkan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam bentuk cair yang sudah diracik untuk diberikan ke tanaman dengan cara disiramkan atau melalui irigasi tetes.

Baca juga: 3 Nutrisi Hidroponik Terbaik untuk Memaksimalkan Mutu Tanaman Anda

Budidaya sayuran bisa dilakukan dengan cara hidroponik. Sayuran yang umum ditanam dengan cara hidroponik adalah selada, kangkung, bayam, seledri, tomat, dan sebagainya.

Menanam tanaman dengan sistem hidroponik merupakan cara yang ramah lingkungan karena budidayanya tidak membutuhkan pestisida secara berlebihan.

Sistem hidroponik pun dapat menjadi solusi untuk berkebun di lahan yang sempit atau terbatas (urban farming).

Menanam dengan sistem hidroponik dapat menggunakan berbagai media tanaman, salah satu yang sering digunakan adalah rockwool.

Rockwool digunakan sebagai media tanam hidroponik karena memiliki kemampuan menahan air dan udara dalam jumlah besar yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan akar dan penyerapan nutrisi pada metode hidroponik.

Baca juga: 7 Tanaman Terbaik untuk Hidroponik, Bernilai Jual Tinggi

Jun'S_BLG 20.36

Keterbatasan media tanam tanah tidak menjadi hambatan untuk mencoba melakukan budi daya sayuran. Banyak alternatif media tanam yang bisa digunakan untuk menanam sayuran. Tanaman sayuran dapat ditanam dengan menggunakan media tanam kerikil, pecahan bata dengan nutrisi dan zat hara dari larutan nutrisi. Hidroponik adalah salah satu teknologi budi daya tanaman tanpa tanah dengan pemberian hara tanaman yang terkendali. Hidroponik dapat dilakukan dengan dan tanpa media tanam. Media tanam yang dapat digunakan untuk hidroponik antara lain sabut kelapa, ijuk, kerikil, arang, zeolit, dan air. Teknik hidroponik dapat diaplikasikan di daerah lahan terbatas.

Berikut bahan, alat, dan teknik hidroponik secara sederhana

a. Bahan dan alat

  1. Benih tanaman sayuran
  2. Nutrisi hidroponik
  3. Media tanam yang disterilkan dengan cara direndam air mendidih
  4. Tempat persemaian
  5. Wadah media
  6. Wadah larutan nutrisi.
  7. Rak penyimpanan
  8. Alat pengukur PH dan TDS meter(mengukur kadar nutrisi)

b. Tahapan Budi Daya Hidroponik

1) Pembibitan

    Pembibitan dapat dilakukan secara langsung atau melalui persemaian. Benih biasanya mulai berkecambah pada umur 3-7 hari. Pembibitan dapat menggunakan media tanam berupa pasir dan rockwool. Bibit yang sudah siap tanam adalah bibit yang berusia 3-4 minggu atau memiliki 3-4 daun.

2) Persiapan Larutan Nutrisi

    Larutan nutrisi merupakan sumber utama pasokan nutrisi tanaman. Larutan nutrisi dapat diberikan dalam bentuk genangan atau mengalir. Nutrisi yang diberikan dapat berupa nutrisi siap pakai atau membuat sendiri. Siapkan larutan nutrisi dengan cara mencampurkan nutrisi siap pakai dengan air, sesuai petunjuk.

3) Penanaman

    Pindahkan tanaman dari persemaian ke wadah tanam yang sudah diisi media steril. Tanaman yang tidak perlu disemai, dapat langsung ditanam di wadah tanam.

4) Perawatan

    Pada awal penanaman, simpan tanaman di daerah yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung. Setelah berumur 1-2 minggu, tanaman sudah dapat dipindahkan di daerah dengan sinar matahari langsung. Penambahan nutrisi dilakukan secara teratur dan sesuai kebutuhan tanaman. Perhatikan lingkungan daerah perakaran, harus memenuhi pertumbuhan yang optimal. Hal ini ditentukan oleh keadaan larutan dan sirkulasinya. Pengendalian OPT dilakukan dengan pemberian pestisida dengan dosis rendah. Tanaman disimpan di tempat yang terlindung dari air hujan.

5) Panen

    Pemanenan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengganggu produksi berikutnya. Perhatikan umur dan kriteria panen masing-masing tanaman.

Media tanam merupakan komponen yang penting dalam budi daya tanaman. Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh media tanam. Mengapa demikian? Media tanam mempunyai peranan mendukung tumbuh tegak tanaman, menyediakan oksigen, air, dan hara. Media tanam yang biasa digunakan adalah tanah. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ditanam. Untuk mendapatkan media tanam yang baik dan sesuai jenis tanaman yang ditanam, perlu diketahui karakteristik setiap jenis media tanam.

    Berdasarkan jenis bahan penyusun, media tanam dibedakan menjadi bahan organik dan anorganik. Media tanam organik berasal dari komponen makhluk hidup, seperti bagian dari tanaman (daun, batang, bunga, buah, atau kulit kayu). Penggunaan bahan organik mempunyai kelebihan karena mampu menyediakan unsur hara untuk tanaman, menghasilkan sirkulasi udara yang baik, dan mempunyai daya serap air yang tinggi. Beberapa jenis bahan organik yang dapat dijadikan media tanam antara lain arang, cacahan pakis, kompos, moss, sabut kelapa, sekam padi, dan humus. Bahan anorganik berasal dari proses pelapukan batuan. Bahan anorganik juga dapat berasal dari bahan-bahan sintetis atau kimia yang dibuat di pabrik. Beberapa media anorganik yang sering dijadikan sebagai media tanam yaitu hidrogel, pasir, kerikil, pecahan batu bata, spons, tanah liat, zeolit, dan vermikulit.

Macam-Macam Aternatif Wadah Tanam

    Wadah tanam merupakan tempat yang terbatas untuk menampung media dan nutrisi bagi tanaman. Banyak jenis wadah yang dapat digunakan sebagai wadah tanam. Wadah tanam yang ideal adalah wadah yang kuat dan tahan lama, dapat merembeskan air yang berlebih, ringan, dan menarik. Di bawah ini adalah jenis-jenis wadah yang umumnya dipakai. Contoh wadah yang biasa digunakan adalah pot tanah, pot plastik, pot semen, polybag, pipa, talang air, dan berbagai wadah yang dapat menampung media dan nutrisi bagi tanaman. Kita juga dapat memanfaatkan berbagai barang bekas seperti kaleng dan plastik kemasan.

Hal yang harus diperhatikan ketika menanam tanaman pada wadah adalah ketersediaan nutrisi yang cukup dan pengondisian optimum agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Perhatikan ukuran wadah dan komposisi media tanam yang digunakan. Sesuaikan dengan jenis tanaman yang ditanam.

Vertikultur merupakan teknik budi daya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat, baik pada areal indoor maupun outdoor. Sistem budidaya secara vertikal cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas. Lahan yang sempit bukan lagi alasan untuk tidak bercocok tanam. Budidaya tanaman dengan teknik vertikultur tidak hanya sebagai sumber pangan, tetapi juga menciptakan suasana alami yang menyenangkan.

Pernahkah melihat tanaman sayuran yang ditanam secara vertikultur?

Tanaman sayuran yang biasa dibudidayakan secara vertikultur antara lain: selada, kangkung, bayam, pakcoy, dan caisim. Model dan jenis wadah vertikultur sangat bervariasi, umumnya dibentuk mirip anak tangga dengan beberapa undakan atau sejumlah rak. Bahan dapat berupa bambu atau pipa paralon, bahkan kaleng bekas. Inilah keunggulan lain vertikultur yang memanfaatkan benda-benda bekas di sekitar kita. Teknik budi daya vertikultur hampir sama dengan budi daya biasa. Tahapannya adalah pembuatan wadah tanam vertikultur, pengadaan media, persiapan bibit, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan.

Related Posts :

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA