Jelaskan apa yang terjadi jika ditempat tersebut tidak memiliki sistem peredam suara yang baik

Liputan6.com, Jakarta - Siapapun tentu setuju rumah yang menenangkan adalah rumah yang ideal untuk dijadikan hunian. Beberapa orang memaknai peaceful dengan pemilihan furnitur, bahan dan pencahayaan yang pas untuk menghiasi rumah. Padahal ada satu hal yang tidak kalah penting membuat ruangan menjadi tenang – yaitu peredam suara.

Bayangkan ketika Anda bangun dari tidur di pagi hari dengan suara bising dari tetangga di depan rumah atau klakson kendaraan yang hendak melintas. Tapi sayangnya, banyak orang yang enggan memasang alat peredam suara. Bentuknya yang menyerupai bantalan busa bisa merusak estetika di ruangan Anda.

  • 6 Hal Ini Diketahui oleh Pilot, tapi Tak Disadari Penumpang Pesawat

Padahal sebenarnya banyak dekorasi rumah lain yang bisa membantu menyerap suara bising dari luar rumah. Beberapa ide yang dikutip dari Elledecor.com dan Rumah.com ini juga tetap membantu rumah Anda untuk tampil stylish. Tengok delapan ide berikut seperti ditulis Kamis (11/2/2016).

Tambahkan karpet

Derap langkah kaki terkadang menimbulkan gema suara yang mengganggu di dalam rumah. Oleh karena itu, Anda bisa memasang karpet lantai untuk mengurangi suara dari kaki yang melangkah di sekeliling rumah. Namun jika Anda enggan memasang karpet di setiap sudut rumah, cukup letakkan di beberapa titik saja.

Mengganti pintu

Ketika hendak mengurangi bising suara, pintu dengan motif lekukan mesti disingkirkan dari rumah Anda. Pintu dengan desain solid lebih tenang dibandingkan pintu dengan hiasan berukir.

Perbaiki jendela

Untuk memastikan suara bising tidak menyelinap melalui sela-sela jendela, Zillow menyarankan agar Anda memasang weather stripping di setiap jendela rumah. Weather stripping adalah metode mengisi setiap celah yang ada di jendela atau pintu dengan menggunakan karet khusus. Anda juga bisa mengganti setiap jendela dengan kaca tiga panel untuk meredam suara dari luar ruangan.

Aplikasikan cat peredam suara

Ya, ternyata ada cat yang berfungsi meredam suara dari luar ruangan. Cat ini diformulasikan khusus untuk melapisi dinding dan mengurangi kebisingan sampai 30 persen. Meski masih terdengar langka, namun ada perusahaan cat multinasional, seperti Serenity Coating, yang mulai memproduksi cat ini untuk mengurangi suara yang tidak diinginkan.

Mengganti lantai berdecit

Lantai yang menimbulkan suara decit terdengar sangat menyebalkan. Anda tentunya perlu mengganti lantai tersebut dengan yang baru. Ketika hendak memasang lantai baru, pastikan Anda sudah melepas lantai pertama. Pemasangan lantai dengan metode lebih padat juga diperlukan.

Manfaatkan rak buku dan beberapa buku

Beruntung bagi Anda para kolektor dan kutu buku. Karena ternyata kehadiran buku yang bertumpuk di rak buku bermanfaat untuk meredam suara bising di dalam rumah. Namun pastikan jumlah buku di rak Anda tidak renggang, dan cukup padat untuk meredam suara.

Jangan lupakan gorden

Anda tentu tahu gorden berfungsi mencegah cahaya matahari masuk ke dalam ruangan Anda. Namun ternyata mereka juga berfungsi mengurangi suara bising yang hendak masuk ke dalam rumah. Terlebih jika Anda memilih bahan yang terbuat dari tenunan tebal seperti brokat bermotif, beludru ataupun wol. Untuk memastikan gorden Anda berfungsi maksimal dalam mengurangi suara, pasang gorden mengelilingi dinding ruangan dan juga jendela Anda.

Insulasi

Insulasi adalah cara paling efektif untuk mencegah masuknya suara bising yang tidak diinginkan. Insulator tak hanya berfungsi sebagai peredam suara, tetapi juga mengurangi panas matahari merambat ke dalam rumah.

Beberapa perumahan di Indonesia kini sudah mulai mengaplikasikan insulasi dengan cara melapisi dinding dengan rockwool dan penggunaan kaca jendela ganda. Salah satunya adalah Sakura Regency 3 di Bekasi. (Isnaini K/Ahm)

Oleh : dr. Ferdianto

Kondisi lingkungan kerja yang nyaman, aman dan kondusif dapat meningkatkan produktivitas pekerja. Salah satu diantaranya adalah lingkungan kerja yang bebas dari kebisingan.

Beberapa ahli mendefinisikan bising secara subyektif sebagai bunyi yang tidak diinginkan, tidak disukai, dan mengganggu. Secara obyektif bising terdiri atas getaran bunyi kompleks yang terdiri atas berbagai frekuensi dan amplitudo, baik yang getarannya bersifat periodik maupun nonperiodik.1

Bising mempunyai satuan frekuensi atau jumlah getar per detik yang dituliskan dalam Hertz, dan satuan intensitas yang dinyatakan dalam desibel (dB). Berkaitan dengan pengaruhnya terhadap manusia, bising mempunyai satuan waktu atau lama pajanan yang dinyatakan dalam jam perhari atau jam per minggu.

Di lingkungan industri, bising dapat berupa:

  • Bising kontinu berspektrum luas dan menetap (steady wide band noise) dengan batas amplitudo kurang lebih 5 dB untuk periode waktu 0,5 detik. Contohnya suara mesin, suara kipas angin dll. Bising kontinu dapat juga berspektrum sempit dan menetap (steady narrow band noise) misalnya bunyi gergaji sirkuler, bunyi katup gas dan lain-lain.
  • Bising terputus-putus (intermitten noise) yaitu bising yang tidak berlangsung terus-menerus melainkan ada periode relatif berkurang, contohnya bunyi pesawat terbang dan bunyi kendaraan yang lalu lintas di jalan. Bising karena pukulan kurang dari 0,1 detik (impact noise) atau bunyi pukulan berulang (repeated impact noise).
  • Bising dapat juga berasal dari ledakan tunggal (explosive noise). Bising jenis itu memiliki perubahan tekanan bunyi melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya. Contoh bunyi ledakan, ialah tembakan senapan atau meriam. Jenis bising lain adalah ledakan berulang (repeated explosive noise), contohnya mesin tempa di perusahaan. Bising dapat terdengar datar atau berfluktuasi.2

Beberapa sumber bising yang menjadi penyebab polusi adalah bising mesin produksi pada pabrik, desing mesin jet, mesin turbin pada kapal laut, letusan senjata, bising dari alat bantu kerja seperti mesin pemotong rumput, bising alat pemecah beton atau aspal, bising alat penghisap debu elektrik sampai pada bising kendaraan alat angkutan atau transportasi.

Bising dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan pada pekerja, antara lain:

  1. Gangguan fisiologi dapat berupa peningkatan tekanan darah, percepatan denyut nadi, peningkatan ketegangan otot. Efek fisiologi tersebut disebabkan oleh peningkatan rangsang sistem saraf otonom yang merupakan mekanisme pertahanan tubuh terhadap keadaan bahaya yang terjadi secara spontan.
  2. Gangguan psikologi dapat berupa stres tambahan apabila bunyi tersebut tidak diinginkan dan mengganggu. Hal tersebut dapat menimbulkan gangguan sulit tidur, emosional dan gangguan konsentrasi yang secara tidak langsung dapat membahayakan keselamatan tenaga kerja.
  3. Gangguan komunikasi dapat menyebabkan terjadinya kesalahan, misalnya tidak dapat mendengar instruksi yang diberikan.
  4. Gangguan pendengaran.  Gangguan pendengaran akibat pajanan bising atau Noise Induced Hearing Loss (NIHL) adalah penyakit akibat kerja yang sering dijumpai di banyak pekerja industry Gangguan pendengaran akibat bising dapat ringan sampai berat akibat pajanan bising yang berlangsung lama, yang menyebabkan kerusakan pada sel-sel rambut yang juga terjadi bertahap,

National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) dan Indonesia menetapkan nilai ambang batas (NAB) bising di tempat kerja sebesar 85 dBA.3,4 Bila NAB ini dilampaui terus menerus dalam waktu lama maka dapat menimbulkan noise induced hearing loss (NHIL). Faktor lain yang berpengaruh terhadap terjadinya NIHL adalah frekuensi dan intensitas bising, periode lama pajanan, lama kerja, kepekaan individu, umur dan faktor lainnya.3,5

Pada Noise Induced Hearing Loss (NIHL) umumnya terjadi penurunan pendengaran sensorineural yang pada awalnya tidak disadari, karena belum mengganggu percakapan sehari-hari. Hal ini dapat terjadi secara perlahan-lahan sehingga tidak disadari oleh para pekerja.

Menurut Davis IR dan Hamernik P R, bising di tempat kerja merupakan masalah utama dalam kesehatan kerja di berbagai negara. Diperkirakan sedikitnya 7 juta orang (35% dari total populasi) terpajan dengan bising >85 dBA.6

Pada lingkungan kerja yang bising diperlukan Program Konservasi Pendengaran (PKP). PKP merupakan program yang diterapkan di lingkungan tempat kerja untuk mencegah gangguan pendengaran akibat terpajan kebisingan pada pekerja. Pada PKP diantaranya dilakukan:

  • Identifikasi dan analisis sumber bising pada lingkungan dengan alat sound level meter (SLM) atau Noise dosimeter pada pekerja.
  • Kontrol kebisingan dan kontrol administrasi
  • Pemeriksaan audiometri berkala pada pekerja yang terpajan bising
  • Penggunaan alat pelindung diri
  • dll

Kontrol kebisingan yang dapat dilakukan :

Beberapa teknik yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

  • Meredam bising yang ada
  • Mengurangi luas permukaan yang bergetar
  • Mengatur kembali tempat sumber
  • Mengatur waktu operasi mesin
  • Pengecilan atau pengurangan volume
  • Pembatasan jenis dan jumlah lalu lintas dan lainnya
  1. Pengendalian pada media bising

Langkah-langkah yang bisa dilakukan dengan cara ini adalah sebagai berikut :

  • Memperbesar jarak sumber bising dengan pekerjaan
  • Memasang peredam suara pada dinding dan langit-langit
  • Membuat ruang kontrol agar dapat dipergunakan mengontrol pekerjaan dari ruang terpisah
  1. Pengendalian pada penerimaan

Pengendalian dengan cara ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

  • Memberi alat pelindung diri seperti ear plug, ear muff, dan helmet
  • Memberikan latihan dan pendidikan kesehatan dan keselamatan kerja, khususnya tentang kebisingan dan pengaruhnya.

Daftar Pustaka

  1. Program Konservasi Pendengaran. Petunjuk Praktis. Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004.
  2. Bashiruddin J. Pengaruh bising dan getaran pada fungsi keseimbangan dan pendengaran. Disertasi. 2002
  3. Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia. No: KEP-51/MEN/1999. Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja.
  4. National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH). Occupational noise. Exposure revised criteria 1998. Cincinnati, Ohio; 1998.
  5. Alberti PW. Occupational hearing loss, disease of the ear nose and throat in: Head neck surgery. 14th ed. Philadelphia, 1991. p. 1053-66.
  6. Davis I R, Hamernik P R. Noise and hearing Impairment In: Levy BS, Wegman DH, editors.Occupational health. 3rd ed. New York. USA: Little,Brown and Company; 1994. p. 321-5.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA