Hadits tentang 3 amalan yang tidak terputus pahalanya latin

3 Amalan yang Tidak Terputus Pahalanya Meski Sudah MeninggalMiftah H. YusufpatiSabtu, 05 Februari 2022 - 10:00 WIB

loading...

Hadits tentang 3 amalan yang tidak terputus pahalanya latin
3 amalan yang tidak terputus pahalanya meski orang itu sudah meninggal dunia salah satunya adalah anak saleh yang mendoakan kedua orangtuanya. (Foto/Ilustrasi: dlpng.com)

Tiga amalan yang tidak terputus pahalanya meski orang itu sudah meninggal dunia adalah sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakan kedua orang tuanya.

Hal ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, yang berbunyi:

عن أبي هريرة رضي الله عنه: أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: إذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إلاَّ مِنْ ثَلاَثَةِ: إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Artinya: Dari Abu Hurairah RA berkata: Rasulullah bersabda: "Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakan kepadanya." (HR Muslim).

Baca juga: Surat Ali Imran Ayat 38: Nabi Zakariya dan Doa Mohon Anak yang Saleh

Dr H Abdul Majid Khon dalam bukunya "Hadis Tarbawi Hadis-Hadis Pendidikan", menjelaskan Rasulullah SAW memberikan pelajaran tentang perlunya manusia mencari amal yang berkualitas, kekal dan bermanfaat baik selama di dunia maupun setelah meninggal dunia.

Kualitas amal itu tidak terputus pahalanya sekalipun dia telah meninggal dunia, selama amalnya masih dimanfaatkan oleh manusia.

Jika manusia telah meninggal dunia terputuslah amalnya. Karena tidak bisa bekerja, tidak bisa beramal, tidak bisa berkarya, dan tidak bisa berbuat apa-apa. Jika pekerjaannya terputus konsekuensinya upahnya terputus, dan honor terputus. "Karena tidak ada kerja tidak ada upah, tidak ada kerja tidak ada gaji, dan tidak ada amal tidak ada pula pahala," kata Abdul Majid Khon.

Kecuali anak adam itu memiliki tiga perkara yang tidak terputus baik pekerjaannya maupun upah atau pahalanya, yakni sedekah jariyah ilmu yang bermanfaat, anak yang saleh.

1. Sedekah jariyah
Dalam Al-Quran menyebutkan sedekah dengan istilah lain seperti shiddiq, shodaqoh yang artinya bisa sebagai pemberian atau bisa juga diartikan sebagai qardhul hasan, “pinjaman yang baik”.

Dengan begitu, orang yang melakukan sedekah pada hakikatnya merupakan orang yang sudah “meminjamkan harta” kepada Allah. Nantinya, Allah Yang Mahakaya pasti akan mengembalikan pinjaman tersebut tentunya dengan pengembalian yang berlipat ganda.

Sementara kata “jariyah” artinya mengalir. Dalam hal ini berarti pahalanya mengalir dan tidak akan terputus. Itulah mengapa, sedekah jariyah disebut juga sebagai sedekah yang memiliki ganjaran dan pahala tanpa terputus.

Baca juga: Dosa-dosa Jariyah yang Sering Disepelekan Kaum Wanita

Wakaf merupakan salah satu bentuk sedekah jariyah karena selama harta wakaf masih dipergunakan orang maka pahala akan terus mengalir kepada wakif.

Wakaf disebut sebagai sedekah jariah, hal demikian bisa terjadi manakala harta-benda yang disedekahkan itu dikelola sebagai harta benda wakaf, yaitu : ditahan pokoknya (tidak dijual, tidak dihibahkan tidak diwariskan) dan disalurkan hasilnya atau manfaatnya.

Harta benda wakaf itu dirawat, dikelola, dikembangkan, dan bahkan diproduktifkan oleh pengelolanya, yang disebut Nazhir sehingga secara terus-menerus memberikan manfaat dan/atau menghasilkan keuntungan.

2. Ilmu yang bermanfaat
Seseorang yang memiliki ilmu dan menyebarkan ilmu yang dia punya kepada orang lain. Jika ilmu tersebut tersebar luas, maka pahalanya akan terus mengalir kepada orang yang mulanya mengajarkan ilmu tersebut.

Seseorang yang mengajarkan ilmu kepada orang lain kemudian diamalkan atau diajarkan lagi kepada orang lain maka ia mendapat pahala seperti pahala orang yang mengamalkannya atau yang mengajarkannya sekalipun dia telah meninggal dunia.

Buku karya lebih bermanfaat karena lebih kuat dan lebih tahan lama sepanjang masa. Sungguh besar pahala seorang yang mempunyai ilmu yang diajarkan kepada orang lain seperti pengajian Islam pertama yakni Rasulullah SAW.

Yang menerangkan mengenai ilmu pengetahuan yang bermanfaat ialah segala ilmu yang dapat memberikan manfaat kepada orang lain dan dapat menambah ketakwaan mereka kepada Allah SWT.

halaman ke-1

  • 1
  • 2

show all

Banyak aktivitas (‘amal) manusia yang bernilai ibadah seperti berbaik hati kepada sesama, menghormati tamu dan tetangga, menyantuni anak yatim, memberikan makan pada orang lain saat berbuka, menjawab salam, menengok orang sakit dan mendo’akannya, berdo’a menjelang tidur dan saat bangun tidur, berbakti kepada kedua orangtua, menolong orang lain, dan lainnya. Apalagi semua bentuk ibadah formal (mahdlah) seperti shalat, puasa, zakat, dan haji maupun ibadah tambahan (nafilah) yang bukan formal (ghair mahdlah) seperti shalat tarawih dan shalat malam lainnya, shalat dluha, membaca al-Qur`an, bertasbih, bershalawat, dan berdzikir (tahlil), dan lainnya jelas merupakan ‘amal yang diberikan pahala jika didasarkan pada niat yang benar dan lillahi ta’ala.

Pahala bagi semua ‘amal sebagaimana tersebut hanya berlaku bagi para pelakunya ketika masih hidup diberikan sekali sebagai investasi akherat, dan akan terputus manakala pelakunya meninggal dunia. Sementara pahala dari manapun sumbernya sangat dibutuhkan bagi setiap orang meskipun telah meninggal. 

Amalan (‘amal) apakah yang masih tetap diterima oleh seseorang ketika telah meninggal dunia? Hadits tentang Tiga ‘Amal

Ada tiga amalan (‘amal) yang masih dapat diterima oleh seseorang walaupun ia telah mendahului kita. Berikut ini adalah hadits yang menjelaskan tiga aktivitas (‘amal) manusia yang tidak terputus pahalanya:

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ  – رواه مسلم والترمذيّ وأبو داود والنسائيّ وابن حبّان عن أبي هريرة  

(Ketika seorang manusia meninggal dunia, maka amalannya terputus kecuali tiga hal, yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfa’at, dan anak shaleh yang mau mendo’akannya). Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim, Imam at-Tirmidzi, Imam Abu Dawud, Imam an-Nasa`i, dan Imam Ibnu Hibban bersumber dari Sayyidina Abu Hurairah ra.

Hadits serupa diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dengan redaksi sebagai berikut:

إِذَا مَاتَ العبدُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُه إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ – رواه البخاريّ في الأدب المفرد

(Jika seseorang meninggal dunia, maka (pahala) amalannya terputus kecuali tiga hal, yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfa’at, atau anak shaleh yang mau mendo’akannya). Hadits diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam kitab al-Adab al-Mufrad

Menurut Imam Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim, semua amal manusia pasti terputus manakala ia meninggal dunia. Sedangkan tiga hal yang disebutkan dalam hadits tersebut akan tetap mengalir pahalanya karena pelakunya adalah penyebab terjadinya ketiga hal itu. Ketiga hal yang dimaksud adalah amalan (aktivitas) yang telah dikerjakan oleh si mayit ketika masih hidup tetapi manfa’atnya masih dirasakan oleh orang-orang yang hidup setelahnya, sehingga ia pun patut menerima pahala kebaikan atas amalnya itu.

Hadits tersebut beriisi informasi bahwa semua aktivitas, perjuangan, dan berbagai amalan (‘amal) akan terhenti bersamaan dengan terhentinya nyawa kecuali tiga amalan (aktivitas) yang pernah dilakukan (dimiliki), yaitu:

1. Sedekah Jariyah (shadaqah jariyah); yaitu sesuatu yang diberikan dalam bentuk apapun yang memberi manfa’at yang panjang tiada putus bagi orang lain. Contohnya adalah wakaf tanah, biaya (infaq) pembangunan masjid, wakaf buku untuk perpustakaan, pembangunan lembaga pendidikan, menggali sumur untuk umum, mencetak buku yang bermanfa’at bagi orang banyak, dan lain-lain.

Sedekah jariyah merupakan kegiatan berbagi untuk memberikan banyak manfa’at bagi orang lain, sehingga pahalanya pun akan senantiasa mengalir kepada orang yang melakukannya meskipun orang yang bersedekah telah meninggal dunia. Tentu saja, inti dari sekedah ini adalah niat yang tulus serta ikhlas, bukan karena mengharap pujian (riya`) dari pihak lain dan bukan untuk kebanggaan dari pandangan manusia belaka.

Contoh amal (sedekah) jariyah pada zaman Rasul Allâh saw.:

a. Kebun kurma yang disedekahkan oleh Sayyiduna Abu Thalhah ra. ketika turun firman Allâh, surat Ali ‘Imran ayat 92:

…لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ ۗ

(Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai …)

b. Kebun yang disedeqahkan oleh Bani An-Najjar kepada Nabi Muhammad saw. untuk pembangunan masjid ketika Nabi datang di kota Madinah;  

Sumur “Raumah” yang terletak di sebelah Masjid Qiblatain dibeli oleh sayyiduna Utsman bin ‘Affan ra. dari orang Yahudi seharga 12.000 dirham dengan hak guna kemudian disedeqahkan kepada kaum muslimin di saat kekurangan air; Sikap positif beliau sebagai respon atas pertanyaan Rasul Allâh saw. ketika menyaksikan ummat Islam kekurangan air:

مَنْ يَشْتَرِي بِئْرَ رُومَةَ فَيَكُونُ دَلْوُهُ فِيهَا كَدِلاءِ المُسْلِمِينَ؟

(Siapa yang mau membeli sumur Raumah lalu disediakan untuk kepentingan Islam?)

Hadits tentang 3 amalan yang tidak terputus pahalanya latin
Sumur Raumah, waqaf Sayyidina ‘Utsman bin ‘Affan ra.

c. Kebun yang disedeqahkan oleh sayyiduna Umar bin al-Khatthab ra., dengan syarat tidak boleh dijual, diberikan maupun diwariskan, akan tetapi buahnya (kebun/tanah itu) diperuntukkan budak, orang-orang miskin, tamu, ibnu sabil (musafir yang kehabisan bekal), dan kerabat Rasul Allâh.

Di antara hadits-hadits yang menyebutkan shadaqah jariyyah, adalah hadits riwayat Imam al-Bukhari dan Imam Muslim bersumber dari Utsman bin ‘Affan ra., dia berkata: Sesungguhnya aku mendangar Rasul Allah saw. bersabda:

مَنْ بَنَى مَسْجِدًا يَبْتَغِي بِهِ وَجْهَ اللهِّ بَنَى اللُه لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ – رواه البخاريّ

(Barangsiapa yang membangun masjid untuk mencari wajah (ridla) Allâh, niscaya Allâh akan membangunkan untuknya sebuah rumah di surga). HR. Al-Bukhari

Di dalam riwayat lain yang bersumber dari sayyiduna Jabir ra., Nabi saw. bersabda:

مَنْ بَنَى لِلَّهِ مَسْجِدًا وَلَوْ كَمَفْحَصِ قَطَاةٍ أَوْ أَصْغَرَ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ

(Barangsiapa yang membangun masjid karena Allah walaupun sebesar sarang burung atau lebih kecil darinya, niscaya Allah akan membangunkan untuknya sebuah rumah di dalam surga).

2. llmu yang bermanfa’at; seperti mengajarkan ilmu atau keterampilan kepada orang lain (siswa), menulis buku atau artikel dalam jurnal, dan lain sebagainya.

Ilmu yang bermanfaat ini adalah ilmu yang berguna bagi orang lain dalam hal kebaikan. Selama ilmu yang diajarkan tersebut masih digunakan dan dimanfa’atkan oleh orang lain setelahnya maka selama itu pula pahalanya tiada henti mengalir kepadanya meski telah meninggal dunia.

Ilmu yang bermanfa’at bisa berupa usaha menunjukkan seseorang ke jalan yang baik seperti beribadah, menuntut ilmu, menciantai al-Qur`an, mencintai Rasul, dan sebagainya. Dalam konteks ini sabda Nabi riwayat Imam Muslim yang bersumber dari Sayyiduna Abu Hurairah ra. berikut ini patut disimak:

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا، وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ، لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا – رواه مسلم

(Sesungguhnya Rasul Allah saw. bersabda: “Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk (kebajikan), maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun”). Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim

Hadits lainnya menegaskan:

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِه – رواه مسلم

(Siapapun yang memberi petunjuk (kebajikan), maka ia mendapatkan pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengerjakannya). Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim

3. Anak shaleh yang mau mendo’akannya;

Anak yang shaleh adalah anak yang dididik dengan sangat baik oleh orangtuanya sehingga anak tersebut menjadi anak yang taat kepada Allâh SWT., mampu dan mau mendo’akan kedua orangtuanya, taat dan bermanfaat bagi orang tuanya, agama, nusa, dan bangasa.

Hadits Ini sekaligus mengajarkan kepada manusia betapa pentingnya mendidik anak secara islami, menanamkan aqidah sejak dini kepada anak, dan membimbing anak menjadi generasi Qur`ani. Karena di balik kebanggaan memiliki anak yang patuh, bertaqwa, dan shaleh/shalehah, ada amal ibadah dan kebaikan dari anak shaleh yang akan senantiasa mengalir kepada kedua orangtuanya. Do’a anak shaleh yang ikhlas, tulus, dan selalu dipanjatkan untuk kedua orangtuanya merupakan suatu kebanggaan luar biasa bagi orangtua. Namun demikian keshalihan orangtua merupakan sarana pendidikan bagi terciptanya keshalihan anaknya.

Do’a seorang anak kepada orangtua itu sangat penting, bukan berarti do’a dari selain anak tidak diterima, akan tetapi sama kedudukannya ketika seorang jama’ah berdo’a untuk seseorang yang lebih tua atau orang lain siapapun. Oleh karena itu, bagi saudaraku yang tidak mempunyai anak hendaklah tidak perlu berkecil hati, tetaplah bersemangat dan berbuat baik kepada sesama agar orang lain mau mendo’akan dirimu dengan sebaik-baiknya.

Setiap ada orang meninggal dunia pasti ada do’a dan shalat jenazah, ini adalah dalil empirik yang membuktikan bahwa setiap kita membutuhkan do’a dari orang lain, dan do’a  orang lain –termasuk anaknya– itu sampai pada orang yang dido’akan.

Adapun cara mendo’akan orangtua adalah memohonkan ampunan minimal setiap usai shalat lima waktu dengan teks sebagai berikut:

اللّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

(Ya Allah, Tuhanku! Sayangilah kedua orangtuaku sebagaimana mereka mendidikku di masa kecil).

Oleh karena itu, marilah kita memanfa’atkan kesempatan untuk beramal mulia terutama di bulan suci Ramadlan ini, baik dengan sedeqah jariyah (waqaf), menyampaikan ilmu, maupun mendidik anak agar menjadi anak yang shalih dan mau medo’akan kedua orangtuanya.

Apa saja 3 amal jariyah?

Artinya: "Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak sholeh yang berdoa baginya."

Apa 3 amalan yang tidak terputus pahalanya meskipun sudah meninggal?

Artinya: “Jika seseorang meninggal dunia maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau doa anak yang saleh.” (HR. Muslim nomor 1631).

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa ada tiga amal yang tidak akan terputus pahalanya meskipun pelakunya telah meninggal dunia apa yang dimaksud adalah?

(Ketika seorang manusia meninggal dunia, maka amalannya terputus kecuali tiga hal, yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfa'at, dan anak shaleh yang mau mendo'akannya).

Tuliskan hadist tentang sedekah jariyah?

Rasulullah SAW bersabda: “Apabila anak cucu Adam itu mati, maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara: Shodaqoh jariyah, anak sholeh yang memohon ampunan untuknya (ibu dan bapaknya) dan ilmu yang bermanfaat setelahnya.” (H.R. Abu Hurairah).