Faktor cuaca yang Mempengaruhi ketahanan pangan Indonesia adalah

Jawaban:

Faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan adalah lahan, infrastruktur, teknologi, keahlian dan wawancara, energi, dana, lingkungan fisik atau iklim, relasi kerja, dan ketersediaan input lainnya.

Penjelasan:

1. Lahan

Menurut Badan Pertanahan Nasional, tiap tahun terjadi konversi lahan sawah sebesar 100.000 ha (termasuk 35.000 hektare lahan beririgasi). Masalah lahan pertanian akibat konversi yang tidak bisa dibendung menjadi tambah serius akibat distribusi lahan yang timpang. Ini ditambah lagi dengan pertumbuhan penduduk di perdesaan akan hanya menambah jumlah petani gurem atau petani yang tidak memiliki lahan sendiri atau dengan lahan yang sangat kecil yang tidak mungkin menghasilkan produksi yang optimal, akan semakin banyak. Lahan pertanian yang semakin terbatas juga akan menaikan harga jual atau sewa lahan, sehingga hanya sedikit petani yang mampu membeli atau menyewanya, dan akibatnya, kepincangan dalam distribusi lahan tambah besar. Selain konversi lahan dan distribusinya yang pincang, tingginya laju degradasi lahan juga merupakan masalah serius.  

2. Infrastruktur

Pembangunan infrastruktur pertanian menjadi syarat penting guna mendukung pertanian yang maju. Contohnya di Jepang, survei infrastruktur selalu dilakukan untuk menjamin kelancaran distribusi produk pertanian. Perbaikan infrastruktur di negara maju ini terus dilakukan sehingga tidak menjadi kendala penyaluran produk pertanian, yang berarti juga tidak mengganggu atau mengganggu arus pendapatan ke petani. Irigasi (termasuk waduk sebagai sumber air) merupakan bagian terpenting dari infrastruktur pertanian.  

3. Teknologi, keahlian dan wawasan

Ada sejumlah indikator atau semacam proxy untuk mengukur tingkat penguasaan teknologi oleh petani. Salah satunya adalah pemakaian traktor. Sebenarnya, laju pertumbuhan pemakaian traktor untuk semua ukuran, baik yang dua maupun empat ban (diukur dalam tenaga kuda yang tersedia), di Indonesia pernah mengalami suatu peningkatan dari sekitar 7,5% per tahun sebelum era revolusi hijau (pra 1970-an) ke sekitar 14,3% per tahun selama pelaksanaan strategi tersebut. Namun demikian, pemakaian input ini per hektarnya di Indonesia tetap kecil dibandingkan di negara-negara Asia lainnya tersebut; terkecuali China yang kurang lebih sama seperti Indonesia. Hal ini bisa memberi kesan bahwa tingkat mekanisasi dari pertanian Indonesia masih relatif rendah, walaupun pemerintah telah berupaya meningkatkannya selama revolusi hijau. Pemakaian traktor yang tumbuh sangat pesat adalah Vietnam yang laju pertumbuhannya mengalami suatu akselerasi tinggi menjelang pertengahan dekade 90an.

4. Energy

Energi sangat penting untuk kegiatan pertanian lewat dua jalur, yakni langsung dan tidak langsung. Jalur langsung adalah energi seperti listrik atau bahan bakar minyak (BBM) yang digunakan oleh petani dalam kegiatan bertaninya, misalnya dalam menggunakan traktor.  

5. Dana

Penyebab lainnya yang membuat rapuhnya ketahanan pangan di Indonesia adalah keterbatasan dana. Diantara sektor-sektor ekonomi, pertanian yang selalu paling sedikit mendapat kredit dari perbankan (dan juga dana investasi) di Indonesia.

6. Lingkungan fisik atau iklim

Pertanian, terutama pertanian pangan, merupakan sektor yang paling rentan terkena dampak perubahan iklim, khususnya yang mengakibatkan musim kering berkepanjangan, mengingat pertanian pangan di Indonesia masih sangat mengandalkan pada pertanian sawah yang berarti sangat memerlukan air yang tidak sedikit.

7. Relasi kerja

Relasi kerja akan menentukan proporsi nisbah ekonomi yang akan dibagi kepada para pelaku ekonomi di pedesaan, dalam kata lain, pola relasi kerja yang ada di sektor pertanian akan sangat menentukan apakah petani akan menikmati atau tidak hasil pertaniannya.

8. Ketersediaan input lainnya

Keterbatasan pupuk dan harganya yang meningkat terus merupakan hambatan serius bagi pertumbuhan pertanian di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini dilihat dari ketersediaan input lainnya.

Oleh:

Bisnis Bumi tengah menghadapi perubahan cuaca yang dapat mempengaruhi ketahanan pangan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika melaporkan petani kesulitan untuk membaca iklim sehingga banyak petani yang gagal panen karena waktu tanam tidak tepat.

Bisnis.com, JAKARTA -  Bumi tengah menghadapi perubahan cuaca yang dapat mempengaruhi ketahanan pangan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika melaporkan petani kesulitan untuk membaca iklim sehingga banyak petani yang gagal panen karena waktu tanam tidak tepat. Terjadinya gagal panen akan mengurangi ketersediaan pangan.

Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas Endah Murniningtyas mengatakan pemerintah akan melaksanakan rencana aksi adaptasi perubahan cuaca di 15 area yang rentan  diantaranya di dua provinsi yaitu Sumatra Utara dan Jawa Timur.

“Bagaimana kemudian dari ilmu pengetahuan dibahasakan dengan mudah, dikomunikasikan dengan komunitas seperti petani dan seterusnya,” katanya, di Jakarta, Selasa (15/3/2016).

Perubahan iklim juga dirasakan oleh nelayan karena naiknya suhu air laut. Hal itu menganggu produksi sumber daya laut. Nelayan juga tidak dapat melaut sebab sulit untuk mengetahui waktu yang tepat untuk menangkap ikan.

Upaya aksi nyata pada masyarakat juga didorong oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan menargetkan 2.000 kampung di Indonesia untuk diubah menjadi Kampung Iklim hingga 2019.

Sebelumnya, Endah menyampaikan pemerintah akan menggali lebih dalam potensi nilai ekonomi hayati. Potensi nilai ekonomi hayati berasal dari biomasa pangan sebesar 42,7% dengan nilai total Rp1.334 triliun, disusul oleh sumber kayu dan hasil hutan bukan kayu sebesar 34,5%. Sementara, jasa kultural wisata keindahan alam hanya 0,02% dan hayati sebagai sumber bahan obat, kesehatan dan kosmetika sebesar 0,1%.

“Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi diperlukan kualitas lingkungan hidup dan menggali potensi baru sumber daya alam,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

Faktor cuaca yang Mempengaruhi ketahanan pangan Indonesia adalah

GH Dhafi Quiz

Find Answers To Your Multiple Choice Questions (MCQ) Easily at gh.dhafi.link. with Accurate Answer. >>


Faktor cuaca yang Mempengaruhi ketahanan pangan Indonesia adalah

Ini adalah Daftar Pilihan Jawaban yang Tersedia :

  1. penggunaan pupuk kimia
  2. fenomena el nino
  3. teknik contur strip
  4. pembudidayaan bibit unggul
  5. intensitfikasi pertanian

Jawaban terbaik adalah B. fenomena el nino.

Dilansir dari guru Pembuat kuis di seluruh dunia. Jawaban yang benar untuk Pertanyaan ❝Diantara fenomena di bawah ini yang termasuk faktor cuaca mempengaruhi ketahanan pangan Indonesia adalah ....❞ Adalah B. fenomena el nino.
Saya Menyarankan Anda untuk membaca pertanyaan dan jawaban berikutnya, Yaitu Berikut ini yang merupakan pemanfaatan sumber daya hutan berdasarkan kearifan lokal adalah .... dengan jawaban yang sangat akurat.

Klik Untuk Melihat Jawaban

Apa itu gh.dhafi.link??

gh.dhafi.link Merupakan situs pendidikan pembelajaran online untuk memberikan bantuan dan wawasan kepada siswa yang sedang dalam tahap pembelajaran. mereka akan dapat dengan mudah menemukan jawaban atas pertanyaan di sekolah. Kami berusaha untuk menerbitkan kuis Ensiklopedia yang bermanfaat bagi siswa. Semua fasilitas di sini 100% Gratis untuk kamu. Semoga Situs Kami Bisa Bermanfaat Bagi kamu. Terima kasih telah berkunjung.

Faktor cuaca yang Mempengaruhi ketahanan pangan Indonesia adalah

Perubahan iklim dapat berdampak pada gagal panen. Sumber foto: republika.co.id

Corona Virus Desease 2019 (Covid-19) yang belum mereda, hingga perubahan iklim pemicu terjadinya bencana alam, mengawali awal tahun 2021 di Indonesia. Hal tersebut berdampak pada krisis ketahanan pangan, yang mengakibatkan beberapa daerah gagal panen atau gagal tanam. Pojok Iklim mengadakan webinar diskusi “Ketahanan Pangan, Covid-19, dan Perubahan Iklim” untuk membahas potensi pengembangan pangan, sebagai penjamin kehidupan bermasyarakat, pada Selasa (19/01).

Peneliti Utama Badan Penelitian Tanah Kementerian Pertanian (Kementan), Ai Dariah mengatakan, peran pertanian sebagai penyedia pangan patut disoroti sebagai penopang, untuk menyelamatkan ekonomi nasional, dari kritis dimasa pandemi. Meskipun sempat mengalami kontraksi, pertanian dapat tumbuh positif dan menjadi penyelamat bagi sektor lainnya.

“Target utama dari pembangunan pertanian, adalah mewujudkan kedaulatan pangan di masyarakat dan Indonesia. Meskipun kita punya uang, kita dalam masa lockdown tidak dapat membeli banyak. Solusinya adalah kita dapat berdaulat pangan dengan menanam tanaman sendiri. Pada level negara, Indonesia dapat berdaulat pangan, jika tidak ada pergerakan barang antar negara,” imbuhnya

Dirinya menambahkan, berdaulat pangan berdampak besar dalam meminimalisir krisis pangan di masa mendatang, maka keinginan dan motivasi masyarakat untuk menciptakan lahannya sendiri, tidak hanya menguntungkan bagi dirinya, tetapi juga pada kemaslahatan Indonesia.

“Perubahan iklim selalu identik dengan hal negatif, nyatanya ia memiliki dua sisi positif dan negatif. Positifnya curah hujan meningkatkan peluang petani dalam meningkatkan area tanam, dan cuaca yang kering lebih minim terjadinya hama penyakit. Sekarang bagaimana kita dapat memanfaatkan momentum yang disediakan oleh alam, untuk melakukan pergerakan yang lebih baik, tentunya dengan tidak semakin merusak alam,” tutupnya.

Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST), jurusan Agribisnis semester delapan, Sheilla Aisyah mengatakan, dalam mencegah gagal panen, dapat diawali dengan mensejahterakan para petani, yang bisa dibilang ujung tombaknya sektor pertanian, yaitu dengan memberikan insentif bagi petani dalam meningkatkan produksi pangan.

“Menurut Rancangan Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Indonesia 2005–2025, menyatakan bahwa bencana dan perubahan iklim merupakan dua tantangan terkait yang perlu diperhatikan secara serius dalam perencanaan pembangunan di berbagai lapisan pemerintah,” ujarnya.

Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST), jurusan Agribisnis semester delapan, Sahid Tegar Pasundan mengatakan, perlu diketahui untuk menjaga ketahanan pangan berbeda dengan menjaga gawang dalam sepak bola, karena ketahanan pangan adalah sebuah kondisi, terpenuhinya pangan bagi seluruh masyarakat di sebuah wilayah tertentu dengan cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau (UU No. 18/2012 Tentang Pangan).

“Apa yang bisa kita lakukan untuk menjaga ketahanan pangan. Solusi jangka pendek yang lumrah dilakukan adalah dengan melakukan impor, tetapi dengan resiko yang harus ditanggung oleh negara. Solusi jangka panjang, salah satunya adalah dengan mengoptimalkan lahan-lahan yang ada untuk melakukan produksi pertanian, misal lahan pekarangan rumah,” ujarnya.

(Rizka Amelia)