Diantara wanita yang ikut dalam perang Uhud adalah

Jum'at, 16 Oktober 2020 - 16:53 WIB

Kabar kekalahan kaum muslim di perang Uhud langsung terdengar di kalangan perempuan kaum Anshar, mereka terpaksa keluar dari rumah masing-masing untuk menanyakan kabar tentang Nabi Shalallahu alaihi wa sallam. Foto ilustrasi/ist

Dalam perang Uhud, kaum muslimin banyak mengalami penderitaan dan kesusahan. Bahkan banyak di antara mereka yang mati syahid . Kabar ini telah sampai ke Madinah, sehingga kaum perempuan juga mengetahui berita kekalahan ini.

Mereka sangat mengkhawatirkan keselamatan Rasulullah, sehingga mereka terpaksa keluar dari rumah masing-masing untuk menanyakan kabar tentang Nabi Shalallahu alaihi wa sallam. Kecintaannya pada Rasulullah membuat kaum muslimah ini sangat mengkhawatirkannya. Salah satu kisahnya diceritakan dalam kitab "Fadhail A'mal' yang ditulis Maulana Muhammad Zakariyya Al Khandalawi rah.

(Baca juga : Hadiah Pahala Jariyah dari Anak yang Saleh )

Diceritakan, ada seorang perempuan yang mendatangi sekumpulan orang-orang yang membicarakan musibah tersebut. Dia bertanya, "Bagaimanakah keadaan Rasulullah?"

Seorang dari mereka menyahut, "Ayahmu telah meninggal dunia." Dia berkata, "Inna lillahi wa inna ilaihi raaji'uun."

Kemudian perempuan itu kembali menanyakan keselamatan Rasulullah, dan ada lagi seorang yang berkata, "Suamimu telah mati syahid."

(Baca juga : Inilah 10 Adab Berbicara Agar Lisan Terjaga )

Ada yang berkata, "Saudaramu telah mati syahid." Juga ada yang berkata, "Anakmu telah mati syahid." Namun dia tetap bertanya, "Bagaiamana keadaan Rasulullah?" Orang-orang menjawab, "Rasulullah dalam keadaan bai-baik saja, sebentar lagi beliau akan pulang." Tetapi perempuan itu belum merasa puas, dia bertanya lagi, "Di manakah Rasulullah?" Lalu orang-orang berkata, "Beliau berada di kerumunan orang-orang itu."

(Baca juga : Doni Monardo Sebut Aman, Iman, dan Imun Jadi Kunci Selamat dari Covid-19 )

Maka dia segera berlari ke tempat itu, dan akhirnya ia dapat melihat Rasulullah dengan penuh kegembiraan. Dia berkata, "Ya Rasulullah, penderitaan saya menjadi ringan setelah saya melihatmu." Dalam riwayat lain dia mengatakan, "Ya Rasulullah, demi ibu bapak yang telah kami korbankan, jika saya melihatmu dalam keadaan hidup dan selamat, maka saya tidak akan peduli terhadap musibah apapun."

(Baca juga : Cakep, Perusahaan Minyak dan Setrum Bakal Gabung Inalum Bikin Pabrik Baterai Senilai Rp290 Triliun )

Hikmah kisah

Kisah tadi menunjukkan, begitulah kecintaan para sahabat terhadap Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Hal itu terjadi dikarenakan sikap terpuji Rasulullah yang selalu senantiasa diperlihatkan kepada sahabat sahabatnya.

Maka sudah sepatutnya kita sebagai umat dari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallamuntuk berusaha mencontah apa yang telah diperbuat oleh junjungan kita Nabi mulia Muhammad Shallallahu alaihi wa sallamdan juga para sahabatnya.

(Baca juga : Pelajar Jangan Mau Dijadikan Kambing Hitam dalam Aksi Demo )

Wallahu A'lam

Diantara wanita yang ikut dalam perang Uhud adalah

Sejarah dalam perjuangan Islam awal tidak akan terlepas dari peperangan. Banyak peperangan yang telah terjadi dizaman Rasulullah, salah satunya perang Uhud yang terjadi di atas bukit Uhud. Perang ini terjadi melawan kaum muslimin dan kaum kafir Quraisy. Salah satunya perwakilan wanita dari kaum muslimin ialah Ummu Aiman.

Peperangan ini antara umat Islam dan Kafir Quraisy yang mana umat Islam pada saat itu berjumlah 700 orang laki-laki dan Rasulullah menjadi pemimpin kaum muslimin. Selain dari kaum lelaki yang berperan dalam peperangan, wpara wanita juga ada didalamnya mengikuti peperangan.

Keikutsertaan mereka dalam peperangan, tentu saja telah mendapatkan izin dari Rasulullah karena mereka didampingi oleh mahrom atau keluarga mereka. Di antara para wanita yang ikut selain Ummu Sulaim juga ada Ummu Umarah, Shafiyah, Hamna binti Jahsy, Aisyah binti Abu Bakar, Rufaidah dan Fatiman binti Rasulullah.

Nama lengkap beliau adalah mempunyai nama lengkap Barokah binti Tsa’labah bin Amr yang lebih dikenal dengan Ummu Aiman (diambil dari nama putra pertamanya bernama Aiman bin Ubaid) dan merupakan pengasuh Nabi Muhammad sejak beliau kecil. Beliau menjadi pengasuh Nabi yang sangat penyayang. Ummu Aiman tampil menjadi seorang ibu yang penuh kasih terhadap Nabi Muhammad.

Pada saat itu, penduduk Mekkah sedang berkemas dalam menghadapi datangnya pasukan gajah yang berasal dari Ethiopia. Aminah binti Wahab kemudian beruzlah karena ingin mendapatkan ketenangan hati sebab dirinya ingin membahagiakan anak yang ada dalam kandungannya. Walau keinginannya tak kesampaian, Aminah selalu diberkahi orang-orang baik, penuh cinta yang berada didekatnya.

Ummu Aiman merupakan seorang budak wanita yang berkebangsaan Habasyah yang dimiliki Abdullah. Kemudian menjadi warisan bagi anaknya (Muhammad). Setiap beliau memandang wajah Muhammad kecil selalu timbul rasa sayang yang begitu dalam. Lalu diasuhnya Muhammad dengan penuh rasa cinta.

Setelah beranjak dewasa, Nabi selalu berupaya membahagiakan ibu asuhnya. Selain terlibat dalam Perang Uhud, beliau juga terlibat dalam peristiwa hijrah ke Madinah. Ummu Aiman selalu berkeinginan keras untuk mendampingi Rasulullah. Sebagaimana Ummu Aiman ikut serta dalam peperangan bersama kaum muslimin lainnya beliau berkeliling membawa air, dan memberi minum kepada orang-orang yang terluka, kehausan, dan kepayahan.

Diantara wanita yang ikut dalam perang Uhud adalah

Pertempuran Uhud adalah pertempuran yang pecah antara kaum muslimin dan kaum kafir Quraisy pada tanggal 23 Maret 625 M (7 Syawal 3 H). Pertempuran ini terjadi kurang lebih setahun lebih seminggu setelah Pertempuran Badar. Tentara Islam berjumlah 700 orang sedangkan tentara kafir berjumlah 3.000 orang. Tentara Islam dipimpin langsung oleh Rasulullah sedangkan tentara kafir dipimpin oleh Abu Sufyan. Disebut Pertempuran Uhud karena terjadi di dekat bukit Uhud yang terletak 4 mil dari Masjid Nabawi dan mempunyai ketinggian 1000 kaki dari permukaan tanah dengan panjang 5 mil.

Diantara wanita yang ikut dalam perang Uhud adalah
Pertempuran UhudBagian dari Perang Muslim-Quraisy
Gunung Uhud, lokasi pertempuran kedua antara Muslim dan Quraisy Mekkah.
Tanggal23 Maret 625
LokasiDi lembah yang terletak di depan Gunung Uhud, sekitar 5 mil dari Madinah
Hasil kemenangan Quraisy
Pihak terlibat Muslim Persekutuan pimpinan Quraisy MekkahTokoh dan pemimpin Muhammad
Ali bin Abi Thalib
Hamzah bin Abdul-Muththalib 
Mush'ab bin Umair 
Abdullah bin Jubair  [1]
Mundzir bin Amr [1]
Zubair bin Awwam [1]
Ubadah bin ash-Shamit[2] Abu Sufyan
Hindun binti Utbah
Ikrimah bin Abu Jahal
Khalid bin WalidKekuatan 700 infanteri,
2 kavaleri 3,000 infanteri,
200 kavaleri[3]Korban 75 27

Sebelum peperangan, pasukan muslimin telah menguasai seluruh jalur perdagangan yang menghubungkan Makkah dengan Syam dan Irak. Mereka melakukan pencegahan atas suku Quraisy sehingga tidak dapat melewati kedua jalur tersebut. Jalur perdagangan yang tersisa bagi suku Quraisy adalah jalur perdagangan dari Makkah ke Habasyah. Pada saat ini, pasukan muslimin juga menjadikan madinah sebagai basis aman untuk kegiatan dakwah dan pangkalan militer.[4]

Di sisi lain, pasukan musyrikin dari suku Quraisy mengumpulkan laba hasil perdagangan untuk dipakai membeli perbekalan dan senjata serta menyewa pasukan. Pengelolaanya diserahkan kepada Abu Sufyan bin Harb. Sedangkan kaum musyrikin di Madinah dan sekelilingnya sebagian besar mengadakan perjanjian damai dengan pasukan muslimin di Madinah. Mereka tidak ikut dalam peperangan dan memilih untuk menetap di pemukiman mereka.[5]

Di Madinah juga tidak ada lagi penduduk yang berasal dari kaum Yahudi. Ini terjadi setelah pengusiran Bani Qaynuqa akibat melanggar perjanjian damai. Kaum Yahudi di sekeliling kota Madinah memilih mengadakan perjanjian damai dengan pasukan muslimin.[6]

Pasukan muslimin berjumlah 700 orang yang terbagi menjadi pasukan infanteri dan pasukan kavaleri. Jumlah pasukan infanteri sebanyak 650 orang. Jumlah pasukan kavaleri sebanyak 50 orang. Sedangkan pasukan musyrikin berjumlah 3.000 orang. Sebanyak 2.900 orang berasal dari suku Quraisy dan para sekutunya. Sedangkan 100 orang lainnya berasal dari Bani Tsaqif. Sebanyak 700 orang memakai baju besi. Pasukan musyrikin dilengkapi dengan 200 ekor kuda dan 3.000 ekor unta. Pemimpinny adalah Abu Sufyan bin Harb. Para istri dari pemuka suku Quraisy turut serta dalam pasukan ini. [7]

Pasukan musyrikin berkumpul di perkampungan Ash-Shamghah yang berada dekat dengan kota Madinah. Pasukan ini melepaskan unta dan kuda untuk memakan rumput di ladang yanng dimiliki kaum Anshar. Setelahnya, perjalanan mereka dilanjutkan ke Al-Aqiq. Mereka kemudian singgah di bagian bawah dari gunung Uhud. Jaraknya hanya 5 mil dari kota Madinah.[8]

Pasukan musyrikin dibagi menjadi pasukan sayap kanan dan sayap kiri. Pasukan sayap kanan dipimpin oleh Khalid bin Walid, sedangkan pasukan sayap kiri dipimpin oleh Ikrimah bin Abu Jahal. Sementara panji perang dibawa oleh Thalhan bin Abi Thalhah dari Bani Abdul Dar. Susunan pasukan dari pasukan musyrikin adalah barisan. Keamanan barisan dilakukan oleh kavaleri dari pasukan sayap kiri dan sayap kanan.[8]

Kisah ini ditulis di surah Ali Imran ayat 140-179. Dalam ayat-ayat di surah Ali Imran, Muhammad menjelaskan kekalahan di Uhud adalah ujian dari Allah (ayat 141) – ujian bagi muslim mukmin dan munafik (ayat 166-167).

"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar (ayat 142)? Bahkan jika Muhammad sendiri mati terbunuh, Muslim harus terus berperang (ayat 144), karena tiada seorang pun yang mati tanpa izin Allah (ayat 145). Lihatlah para nabi yang tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah (ayat 146). Para Muslim tidak boleh taat pada kafir (ayat 149), karena Allah Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut (ayat 151)." --

Ayat-ayat di atas tidak menunjukkan sebab yang sebenarnya mengapa Muhammad dan Muslim kalah perang di Uhud. Penjelasan yang lebih lengkap bisa dibaca di Hadis Sahih Bukhari, Volume 4, Buku 52, Nomor 276

Sebagaimana manusia biasa, wajar bila seseorang terlupa akan sesuatu. Begitu juga pasukan yang berjaga di atas bukit Uhud. Mereka terlupa dan akhirnya turun ke lembah untuk mengambil hak pemenang perang. Melihat banyak pasukan dari pihak Islam yang meninggalkan pos di atas bukit, Khalid bin Walid memerintahkan pasukan kafir yang tersisa untuk berbalik kembali dan menyerang pasukan Islam. Pos di atas bukit direbut oleh kafirin dan pasukan Islam yang tersisa di sana dibunuh, termasuk Hamzah paman Rasulullah.

  1. ^ a b c Najeebabadi, Akbar Shah, History of Islam, Vol.1, hlm. 171 
  2. ^ Gil, Moshe (1997-02-27). Ibn Sa'd, 1(1), 147 VII(2), 113f, Baladhuri, Tarikh Tabari, 1 2960, Muqaddasi, Muthir, 25f; Ibn Hisham, 311. Cambridge University press. hlm. 119. ISBN 0521599849. Diakses tanggal 26 January 2020. 
  3. ^ Watt (1964) p. 136
  4. ^ Khaththab 2019, hlm. 227.
  5. ^ Khaththab 2019, hlm. 228.
  6. ^ Khaththab 2019, hlm. 228-229.
  7. ^ Khaththab 2019, hlm. 229.
  8. ^ a b Khaththab 2019, hlm. 230.

  • Khaththab, Mahmud Syait (2019). Rasulullah Sang Panglima: Meneladani Strategi dan Kepemimpinan Nabi dalam Berperang. Sukoharjo: Pustaka Arafah. ISBN 978-602-6337-06-1.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pertempuran_Uhud&oldid=21133845"