Dampak yang ditimbulkan dari adanya pinjaman Bank Dunia terhadap perekonomian di Indonesia

Bank Dunia mencatat, utang global mencapai rekor tertinggi, yaitu 230 persen dari PDB

Bank Dunia

Rep: Adinda Pryanka Red: Friska Yolanda

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Bank Dunia memperingatkan dampak ‘gelombang’ akumulasi utang yang terus meningkat selama lima dekade terakhir. Terutama bagi pasar dan negara berkembang yang mengalami kenaikan secara signifikan dalam menarik utang. 

Baca Juga

Bank Dunia mencatat, utang global mencapai rekor tertinggi, yaitu sekitar 230 persen dari Produk Domestik Global (PDB) pada 2018. Sementara itu, pasar dan negara berkembang mencapai nilai tertinggi sepanjang masa, hampir 170 persen dari PDB. Nilai ini meningkat 54 poin persentase terhadap PDB sejak 2010. 

Ada tiga gelombang historis akumulasi utang, yaitu 1970-1989, 1990-2001 dan 2002-2009. Gelombang keempat berlangsung sejak 2010 hingga saat ini. 

Penumpukan utang di pasar dan negara berkembang pada gelombang keempat terjadi lebih besar, cepat dengan basis yang lebih luas dibandingkan tiga gelombang sebelumnya. 

Lead Economic Forester dari Bank Dunia, Ayhan Kose, mengatakan bahwa gelombang akumulasi utang biasanya berakhir tidak bahagia. Tren ini berdasarkan pengalaman masa lalu. 

"Di dalam lingkungan global yang sedang rapuh, peningkatan kebijakan sangat diperlukan untuk meminimalisasi risiko akibat gelombang utang yang sedang terjadi," ucap Kose seperti dilansir di situs resmi Bank Dunia, Kamis (9/1). 

Bank Dunia juga mengaitkan gelombang utang global ini dengan krisis. Krisis lebih mungkin terjadi, atau tekanan ekonomi yang ditimbulkannya lebih besar di negara-negara dengan penumpukan utang lebih cepat, utang luar negeri lebih tinggi dan cadangan lebih rendah.  Apalagi, banyak negara berkembang memiliki kombinasi kebijakan ekonomi makro yang tidak berkelanjutan.

Bank Dunia menganjurkan empat poin kepada negara berkembang untuk menghadapi situasi ini. Pertama, manajemen utang yang baik dan transparansi utang. Kebijakan ini dapat membantu mengurangi biaya pinjaman, meningkatkan kesinambungan utang, dan mengandung risiko fiskal. 

Kedua, kerangka kerja moneter, nilai tukar, dan kebijakan fiskal yang kuat dapat menjaga ketahanan pasar dan negara berkembang dalam lingkungan ekonomi global yang rapuh.  

Ketiga, regulasi dan pengawasan sektor keuangan yang kuat. Hal ini dapat membantu mengenali dan menindaklanjuti risiko yang muncul. 

Keempat, manajemen keuangan publik yang efektif dan kebijakan yang mempromosikan tata kelola perusahaan yang baik dapat membantu memastikan bahwa utang digunakan secara produktif.

  • bank dunia
  • utang global
  • utang negara berkembang

Dampak yang ditimbulkan dari adanya pinjaman Bank Dunia terhadap perekonomian di Indonesia

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...



JAKARTA. Bank Dunia menilai dampak krisis ekonomi global mulai terasa bagi Indonesia. Hal ini terbukti dengan adanya aliran keluar modal dan pasar saham Indonesia selama dua bulan terakhir.Selama Agustus 2011 lalu, aliran portofolio yang keluar dari Indonesia sebesar US$ 1,8 miliar. Sebagian besar berbentuk ekuitas. Saham-saham di Indonesia juga turun sebesar 8,4% dan rupiah terdepresiasi sebesar 4,3% terhadap dollar Amerika Serikat.Kendati demikian, Bank Dunia memprediksi Indonesia masih cukup kuat apabila terjadi guncangan. Pasalnya, Indonesia disokong kondisi fundamental yang baik seperti investasi dan konsumsi swasta domestik. Keduanya telah mendorong pertumbuhan 6,5% pada dua kuartal di tahun 2011. Selain itu posisi fiskal dan cadangan devisa Indonesia masih menguat. Cadangan ini melonjak dua kali lipat jika dibandingkan tahun 2008 lalu dan sanggup menutup 40% utang luar negeri jangka pendek menurut jatuh temponya. "Lingkungan eksternal memang melemah. Sama seperti negara lain, Indonesia juga terkena resesi. Namun, dengan kondisi fundamental Indonesia yang kuat, Indonesia sanggup bertahan dari berbagai gejolak yang muncul," ujar Ekonom Utama Bank Dunia di Indonesia, Shubham Chaudhuri, Selasa (4/9).Bank Dunia meramalkan ada tiga skenario dampak ekonomi global terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Skenario pertama, apabila kondisi keuangan global masih terus berlanjut seperti sekarang. Dalam skenario ini, Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi di 2011 masih sebesar 6,4% sementara di 2012 mencapai 6,3%, lebih rendah dari asumsi makro dalam RAPBN 2012 yang sebesar 6,7%.Kemudian skenario dua adalah apabila terjadi krisis finansial global seperti tahun 2008. Kondisi ini kemungkinan besar berkaitan dengan kekacauan gagal bayar di zona Eropa. "Dalam skenario kedua ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2011 masih bisa bertahan di 6,3%, namun di 2012 akan melemah sampai 5,5%," ujar Shubham. Nah, yang terakhir adalah skenario terburuk, apabila terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang parah. Dalam kondisi ini, pertumbuhan ekonomi kita tahun depan diprediksi hanya mencapai 4,1%. Penurunan pertumbuhan ini mencerminkan berkurangnya permintaan eksternal dan melemahnya harga komoditas internasional.Shubham menyarankan, pemerintah perlu meninjau dan berlatih protokol manajemen krisis khususnya untuk sektor finansial. Selain itu, dia mengatakan, pemerintah juga harus menyiapkan langkah-langkah untuk memberikan stimulus fiskal. "Selain itu, perlu mempertimbangkan dana tambahan apabila terjadi krisis," ujar Shubham. Dia juga bilang, pasar domestik tetap harus diperkuat. Pasalnya, kekuatan ekonomi domestik adalah salah satu faktor penarik foreign direct investment (FDI) sepanjang 2010 dan 2011 ini.Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia, Stefan Koeberle mengatakan, hal yang benar-benar bisa membuat perekonomian Indonesia bertengger nyaman pada masa-masa krisis sekarang adalah kualitas dari respon kebijakan pemerintah. Menurutnya, berlanjutnya kemajuan reformasi struktural yang penting, seperti reformasi subsidi energi dan pembebasan tanah, serta peningkatan infrastruktur, bukan cuma bisa meningkatkan prospek pertumbuhan Indonesia, tetapi juga dapat mendorong kepercayaan investor dalam jangka pendek."Eksposur perdagangan langsung Indonesia terhadap penurunan yang dialami pasar-pasar di AS dan Uni Eropa relatif terbatas, tetapi aliran masuk modal ke Indonesia tetap terpengaruh perubahan sentimen investor maka perlu kebijakan yang kuat," ujar Stefan.Ekonom Bank Danamon Anton Gunawan meramalkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan mencapai 6,5%. "Tetapi bisa saja skenario dua terjadi dan pertumbuhan tahun depan mencapai 5,5%," katanya. Sementara ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti melihat perekonomian Indonesia tahun depan bisa anjlok menjadi 6,2%. "Kita butuh kebijakan makro yang solid dan kuat. Untuk kebijakan fiskal, kita harus punya UU JPSK untuk meningkatkan kepercayaan investor," ujar Destry.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Editor: Edy Can

Dampak yang ditimbulkan dari adanya pinjaman Bank Dunia terhadap perekonomian di Indonesia

Pertanyaan dan JawabanIMF DAN LEMBAGA INTERNASIONALDisusun untuk Memenuhi Tugas MatakuliahEkonomi MoneterOleh Kelompok 8:Ni Made Desy Shinta SariNIM. 1515251152Nyoman Putri WidyasariNIM. 1515251156Komang Shanty NathadewiNIM. 1515251158Gede Wahyu DwigunaNIM. 1515251159Rizky Aditya MaharanyNIM. 1515251161Putu EndaWira SaputraNIM. 1515251162UNIVERSITAS UDAYANAFAKULTAS EKONOMI DAN BISNISPROGRAM STUDI MANAJEMEN2016
Pertanyaan Oleh Kelompok Pembahas1.Dampakapa yang ditimbulkan dengan adanya Peranan Bank Dunia terhadapIndonesia khususnya di bidang Ekonomi ? Apakah Indonesia diuntungkan/dirugikan ?(Ni Komang Desi Utami 1515251151)Adapun kerugian bidang ekonomi yang ditimbulkan akibat dari pinjaman Bank Dunia danIMF, yakni meliputi :a.Indonesia kehilangan hasil dari pengilangan minyak dan penambangan mineral (karenadiberikan untuk membayar hutang dan karena proses pengilangan dan penambangan itudilakukan oleh perusahaan-perusahaan transnational partner Bank Dunia).b.Jebakan hutang yang semakin membesar, karena mayoritas hutang diberikan dengan konsesipembebasan pajak bagi perusahaan-perusahaan AS dan negara donor lainnya.c.Hutang yang diberikan akhirnya kembali dinikmati negara donor karena Indonesia harusmembayar “biaya konsultasi” kepada para pakar asing, yang sebenarnya bisa dilakukan olehpara ahli Indonesia sendiri.d.Hutang juga dipakai untuk membiayai penelitian-penelitian yang tidak bermanfaat bagiIndonesia melalui kerjasama-kerjasama dengan lembaga penelitian dan universitas-universitas.e.Bahkan, sebagian hutang dipakai untuk membangun infrastuktur demi kepentinganperusahaan-perusahaan asing, seperti membangun fasilitas pengeboran di ladang minyakCaltex atau Exxon Mobil. Pembangunan infrastruktur itu dilakukan bukan di bawah kontrolpemerintah Indonesia, tetapi langsung dilakukan oleh Caltex dan Exxon.2.Apakah seluruh bantuan Bank Dunia kepada Indonesia hanya berupa pinjaman?Tidak. Banyak pekerjaan dilakukan Bank Dunia di Indonesia yang terdiri dari Analytical andAdvisory Activities (AAA) yang didanai oleh Bank Dunia dan negara-negara donor. Saat inidengan perkiraan US$20 juta untuk Tahun Anggaran 2008 - tambahan dana sebesar US$30juta didukung oleh Dana Perwalian yang dikelola Bank dan dapat berlanjut ke tahun 2009 -kegiatan ini menyediakan dukungan teknik dan analisis bagi program-program reformasi danpembangunan Pemerintah.