Contoh PELUKISAN watak tokoh dengan teknik pikiran dan perasaan

Blogdope.com – Tokoh dan penokohan merupakan salah satu unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen. Yang dimaksud dengan penokohan disini adalah bagaimana cara pengarang dalam melukiskan tokoh cerita.

Adapun yang dilukiskan dalam penokohan tersebut bisa berupa keadaan lahir, atau dapat juga berupa keadaan batin tokoh cerita.

Artikel ini akan memaparkan secara lengkap tentang cara atau teknik melukiskan tokoh dalam cerita. Sebagaimana diketahui bahwa tokoh cerita harus dilukiskan secara wajar dan tidak berlebihan.

Dalam menerapkan teknik pelukisan tokoh cerita, penulis harus memenuhi syarat kewajaran. Pengertian kewajaran di sini adalah tokoh cerita yang dilukiskan merupakan manusia atau insan wajar yang mempunyai pikiran dan juga perasaan.

Terdapat dua teknik melukiskan tokoh cerita yang harus dikuasai oleh penulis dan selalu diterapkan dalam penulisan cerita.

Dua teknik melukiskan tokoh cerita yang wajib diketahui penulis yaitu : 1) teknik ekspositori, dan 2) teknik dramatik.

Teknik Melukiskan Tokoh Cerita

1.  Teknik Ekspositori

Teknik ekspositori adalah teknik yang mana pelukisan tokoh cerita dilakukan dengan memberikan penjelasan atau deskripsi atau uraian secara langsung pada cerita yang ditulis.

2. Teknik Dramatik

Teknik dramatik dilakukan dengan cara pengarang melakukan pelukisan tokoh cerita melalui beragam aktivitas yang dilakukan oleh tokoh cerita. Aktivitas tokoh cerita yang dilukiskan dapat berupa aktivitas verbal maupun nonverbal.

Adapun teknik dramatik itu sendiri masih terbagi lagi ke dalam beberapa teknik. Selengkapnya sebagai berikut.

a. Teknik Cakapan

Teknik cakapan merupakan teknik yang dilakukan dengan cara pengarang melukiskan tokoh melalui dialog dan percakapan antara tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita.

Contoh teknik cakapan dapat dilihat pada kalimat di bawah ini.

“Ooo… Ayah. Silakan, yah,” sambut Rendra sambil membungkuk-bungkuk.

b. Teknik Tingkah Laku

Teknik tingkah laku tokoh cerita dilakukan dengan cara penulis melukiskan tokoh cerita melalui ragam tingkah laku nonverbal atau tingkah laku yang dilakukan secara fisik yang dilakukan oleh tokoh-tokoh cerita.

Contoh teknik tingkah laku dalam melukiskan tokoh cerita dapat diamati pada kalimat berikut.

Rendra baru saja selesai melipat bajunya yang agak kusut. Napasnya terdengar agak tersendat.

c. Teknik Pikiran dan Perasaan

Dalam teknik pikiran dan perasaan, pengarang melakukan pelukisan pada tokoh cerita melalui pikiran dan perasaan yang terdapat pada diri tokoh-tokoh dalam cerita.

d. Teknik Reaksi Tokoh

Cara melukiskan tokoh dalam cerita yang menggunakan teknik reaksi tokoh dilakukan dengan cara penulis melukiskan tokoh cerita melalui reaksi tokoh pada saat tokoh cerita tersebut mengalami suatu peristiwa.

Contoh teknik reaksi tokoh dapat diamati pada kalimat berikut.

“Tapi saya hanya disuruh kakak. Saya hanya melakukan perintah kakak, Ayah,” Kata Rendra sembari tertunduk.

e. Teknik Reaksi Tokoh Lain

Teknik reaksi tokoh lain yang dipergunakan untuk melukiskan tokoh dalam cerita dimaksudkan berupa reaksi tokoh lain yang terdapat dalam cerita terhadap tokoh yang diceritakan.

Sedangkan kepribadian atau watak tokoh yang diceritakan tersebut kemudian ditampilkan dalam paparan melalui tanggapan tokoh cerita lainnya.

Contoh teknik reaksi tokoh lain selengkapnya dapat diamati pada penggalan cerita di bawah ini.

“Ahhh…, luar biasa!”, seru Ayah sambil kegirangan. “Bagus…bagus sekali nilai rapor semestermu ini, Rendra,” lanjut Ayah sambil menepuk-nepuk punggung Rendra.

Penggalan cerita di atas dapat menampilkan pelukisan tokoh Rendra dalam cerita tersebut yaitu orang yang sukses memperoleh nilai rapor bagus.

Pembuktian lukisan tokoh cerita Rendra ditemukan melalui reaksi tokoh lain yaitu tokoh Ayah yang mengagumi hasil nilai rapor semester.

f. Teknik Pelukisan Fisik

Penulis dapat melukiskan sifat tokoh dalam cerita menggunakan teknik pelukisan fisik.

Teknik pelukisan fisik didasarkan pada hal-hal yang terkait dengan keadaan fisik orang tertentu. Keadaan fisik tersebut dapat berhubungan dengan keadaan kejiwaan atau kepribadian seseorang.

Keadaan fisik yang dapat dilukiskan dalam penokohan cerita diantaranya: bentuk tubuh, warna kulit, perwajahan, warna bola mata, warna dan bentuk rambut, dan lain-lain.

Untuk dapat memperoleh gambaran terkait teknik pelukisan fisik dapat dilihat pada kalimat berikut.

Contoh kalimat: Tak terasa mata sayu lelaki perkasa itu basan oleh air mata.

Baca Juga:
  • Macam-Macam Penokohan dalam Cerpen yang tepat
  • Jenis-Jenis Teks Fiksi Bahan Ajar Bahasa Indonesia, Ini Lebih Tepat
g. Teknik Melukiskan Latar

Teknik melukiskan latar dapat dilakukan dengan cara melukiskan suasana atau lingkungan dimana tokoh cerita berada. Sebagai contoh keadaan tempat kerja, keadaan rumah, dan sebagainya.

Contoh teknik melukiskan latar selengkapnya dapat diamati pada penggalan cerita berikut.

Di atas kursi kesayangannya, Rendra menjulurkan kedua belah kakinya. Sebentar-sebentar diurutnya kedua kakinya yang terasa pegal itu.

Tak lama setelahnya, ia beranjak dari kursi kemudian melangkah ke ruang makan yang hanya dibatasi dengan tirai kain.

Diambilnya beberapa potong roti dari piring di atas meja, dan dimakannya dengan lahap.

Demikian paparan terkait teknik melukiskan tokoh dalam cerita. Silahkan share sekiranya artikel ini bermanfaat.

Tuliskan juga komentar, saran, dan kritik demi tertingkatnya kualitas artikel di blog ini.

Terima kasih semoga bermanfaat.

1.Teknik Ekspositoris
Teknik pelukisan watak tokoh secara langsung/ eksplisit.

Contoh:
…………………………. Memang sangat mengherankan jika Pak Jarot yang jujur dan taat beribadah itu juga tergiur untuk ikut mengelabui warga ……………………………

2.Teknik Dramatis
Teknik pelukisan watak tokoh secara tidak langsung/ implisit

Teknik Dramatik dibagi menjadi: a. Pikiran tokoh Contoh:

Tatkala aku masuk sekolah MULO, demikian fasih lidahku dalam Bahasa Belanda sehingga orang yang hanya mendengarkanku berbicara dan tidak melihat aku, mengira bahwa aku anak Belanda. Aku pun bertambah lama bertambah percaya pula bahwa aku anak Belanda, sungguh hari-hari ini makin ditebalkan pula oleh tingkah laku orang tuaku yang berupaya sepenuh daya menyesuaikan diri dengan langgam lenggok orang Belanda.


1.     1. Metode Analitik (secara langsung)

2.   2. Metode Dramatik (tidak langsung)

1.    Metode Analitik (secara langsung)

Pengarang menggambarkan watak-watak tokoh secara langsung, maksudnya adalah langsung disebutkan wataknya dalam cerita tsb.

Eka memang sangat menarik. Dia cantik dengan rambut ikalnya yang panjang. Hidungnya kecil dan lancip, matanya yang lebar dilengkapi dengan bulu mata yang lebat dan lentik. Wajahnya disempurnakan dengan bibirnya yang sensual dan merah, meski tak memakai lipstik. Dia sangat supel sehingga disukai teman-temannya. Teman-temannyapun beragam mulai dari kalangan ekonomi lemah sampai dengan ekonomi atas. Eka sendiri berasal dari keluarga yang kaya, tetapi sangat mengedepankan kesederhanaan. Tak heran kalau Eka terbiasa rajin dan rapi untuk urusan pribadinya.

2.   Metode Dramatik (tidak langsung)

Pengarang dalam menggambarkan watak watak-watak tokohnya tidak langsung menyebutkan wataknya, tetapi melalui bermacam-macam cara, yaitu :

A.  Melalui penggambaran tempat tinggal atau lingkungan tokoh

Kawer sedang tiduran di kamarnya yang luas. Ukurannya tak kurang dari 4 X 4 m. Ranjangnya yang berukuran no. 1 terlihat acak-acakan. Spreinya sangat kusut. Diatas tempat tidurnya tedapat buku-buku berserakan yang bercampur dengan baju seragam yang baru dilepasnya. Sepatunya terlihat di ranjang tapi hanya yang sebelah kanan, sedangkan sepatu yang sebelah kiri terlihat di sudut kamar di belakang pintu. Di belakang pintu kamar itu terlihat terdapat kapstok yang dipenuhi pakain kotor. Di lantai kamar terlihat berpasang-pasang kaos kaki dan pakaian yang entah sudah berapa hari tidak dicuci. Televisi dikamar Kawer juga tertutupi debu yang tebal. Di situ Kawer telentang dengan kaos kaki yang masih melekat di kakinya.

B.  Melalui percakapan tokoh atau tokoh lain

Rina   : “Sin, bagaimana sebenarnnya Lita ya ?

Sinta  : “Ya bagaimana lagi ! Dia itu memang judes sich !

            Tapi sebenarnya dia baik juga lho …..”

Rina   : “Ya emang. Kemarin aku juga diaajarin dia waktu aku kesulitan

               mengerjakan PR matematika.”

Sinta  : “Itulah, biar saja dia sekarang marah. Sebentar lagi juga dia akan

baik. Dia itu nggak bakalan tahan kalau marah lama-lama. Lagian, kalau kamu nggak nyinggung dia duluan, dia juga ndak mungkin semarah itu.”

Rina   : “Aku emang salah. Tapi tadi aku sudah minta maaf. Cuma Lita emang

            marah banget, jadi pas aku minta maaf dia malah pergi.”

Contoh Dramatik melalui percakapan tokoh atau tokoh lain

“Rin kamu ini gimana sich ? Cuma bercanda kok malah marah beneran,” tegur Lila. Rinta sejenak menatap Lila, lalu katanya,” Yach maaf Lila, aku memang mudah tersinggung, tapi jangan khawatir ya, aku kalau marah ngga bisa bakalan lama-lama. “Rinta menggandeng tangan Lila. Lila tersenyum dan berkata,” Iya, tapi aku takut, karena kamu sahabatku jadi aku khawatir ntar kamu dendam ke aku, kaya temen kita yang di sana itu,” Ujar Lila sambil matanya melirik ke arah kanan. Rinta Cuma bilang,” Ya, kalau sama dia, kamu musti ati-ati, jangan bikin dia marah, ntar kamu bias dimusuhin selama-lamanya.” Dua cewek itupun tertawa tertahan sambil melirik ke arah Nola.

C.  Melalui pikiran sang tokoh atau tokoh lain

Dina menatap wajah ibunya.” Ibuku memang cantik,”batinnya,” meski sudah lanjut usia, kecantikan ibu masih terlihat jelas di wajahnya. Aku sangat menyayangi wanita ini. Sikapnya yang tegas telah ikut membentuk karakterku. Kasih sayangnya padaku tak pernah habis. Perhatiannya padaku juga sangat luar biasa. Meski sejak usiaku 10 tahun ayah sudah meninggal, tapi ibuku samapi kini tak menikah lagi. Ibu sangat kuat dan tabah dalam menapaki hari-hari bersamaku, mendidikku, mengajariku, membimbingku sendirian. Aku ingin sekali bias sekuat dia,” Begitu pikir Dina.”

D.  Melalui perbuatan atau tingkah laku tokoh

         Pulang sekolah tanpa mengetuk pintu, Tono langsung masuk rumah dan dibantingnya pintu rumahnya dengan keras. Ibunya yang sedang berada di dapur sampai terkejut. Begitu masuk, Tono langsung menuju meja makan, segera dibukanya tudung saji. Ketika dilihatnya lauknya itu-itu saja, dibantingnya tudung saji sampai gelas yang yang ada di meja makan jatuh dan hancur berkeping-keping. Dengan muka masam ia menuju ke kamarnya. Ditendangnya pintu kamarnya samapi terbuka, lalu masuk. Dibantingnya pintu itu untuk menutup. Kemudian ia membantingkan badannya di tempat tidur tanpa mencopot sepatu. Tangannya meraih tape recorder, lalu dia menyetel lagu-lagu rock dengan volume maksimal.