Contoh pantun teka-teki dan pantun kiasan beserta Maknanya

Pantun kiasan adalah pantun yang digunakan untuk menyampaikan sesuatu secara tersirat atau tersembunyi. Biasanya pantun kiasan berisikan pribahasa. Sehingga orang harus mengerti pribahasa yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, seseorang harus mengerti makna dari kiasan atau ibarat dalam pantun tersebut. Barulah mengerti maksud dari pantun.

Buku pelajaran bahasa Indonesia tempoe doeloe. 
1. Berakit-rakit ke hulu Berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, Bersenang-senang kemudian. 2. Air melurut ke tepian mandi Kembang berseri bunga senduduk Elok diturut resmi padi Semakin berisi semakin tunduk 3. Burung dara dalam sangkar, Kalau terbang hingga ke karang. Tak baik hidup selalu bertengkar, kalah jadi abu menang jadi arang. 4. Gua dalam banyak kelelawar, Kolam dalam banyak ikan. Semua masalah ada jalan keluar. Kusut diselesaikan, keruh dijernihkan 5. Duduk berdiang di perapian, Kayu terbakar hingga terbelah. Kasih ibu sepanjang jalan Kasih anak sepanjang galah.

Jangan lupa untuk membaca beberapa pantun lainya, yakni pantun nasehat terbaik. Ada juga pantun agama.


Sebuah cover buku pelajaran bahasa Indonesia dimana di dalamnya diajarkan pantun. 
Tidak semua orang paham tentang kiasan dalam pantun. Oleh sebab itu perlu adanya penjelasan dari maknanya. Berikut ini kami berikan beberapa contoh pantun kiasan dengan artinya. Sehingga kamu semua akan paham maksud dari isi pantun tersebut. 5.

Ayam kampung bulunya belang,


Biji padi jadi pakannya.
Lain ladang lain belalang,
Lain lubuk lain ikannya.

Maknanya: Setiap negeri, daerah, maupun tempat memiliki adat istiadat yang berbeda-beda. Oleh karena itu jangan menyamakan kebiasaan satu daerah dengan daerah lainnya.

Contohnya: Di negeri Arab seorang tamu akan sangat dihormati. Tuan rumah akan menuangkan makanan kepada tamunya. Tapi di Amerika akan sangat jarang seseorang menghormati tamunya sebagaimana di Arab.

Contoh lain. Di Amerika berpelukan antara laki-laki perempuan merupakan hal yang lumrah. Namun di negeri Arab, hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat tabu. 6.

Ramai orang di hari raya,


Petik jambu petik kweni.
Jika ingin punya sahabat setia,
Laba sama dibagi, rugi sama diterjuni.

Maknanya: Suka duka ditanggung bersama-sama, jangan hanya salah satu pihak saja.

Contohnya: suami istri yang sama-sama berjuang mencari nafkah. Meskipun susah, tetap bersama. Begitu juga ketika bahagia, mereka tetap bersama-sama.

Contoh lainnya: dua orang sahabat bekerja sama mendirikan perusahaan. Mereka sama-sama bekerja keras supaya perusahaannya maju. Ketika maju, merekapun membagi keuntungannya dengan adil. 7. Apa tanda buah yang kecut? Bila dikupas susah dilepaskan. Apa tanda orang pengecut? Lempar batu sembunyi tangan.

Maknanya: perbuatan yang licik dan penghianat yang tak mau bertanggung jawab atas kesalahan yang dia lakukan.

Contohnya: ada seseorang pengendara motor menabrak orang lain. Lalu di kabur dan membiarkan orang tersebut terluka. 8. Rasa lezat ikan blanak, Diasap dulu di atas arang. Nasi sama ditanak, Kerak dimakan orang.

Maknanya: yang mendapatkan keuntungan hanya satu orang, padahal kerja bersama-sama.

Contohnya: semua siswa membersihkan kelas, membuat taman, dan merapikan semuanya. Kemudian mereka mendapat hadiah. Ternyata hadiahnya hanya diberikan kepada salah satu siswa saja. 9.

Hari hujan turun petir,


Daging kambing hendak digulaikan.
Hidup bijak jangan pandir,
Ombak kecil jangan diabaikan.

Maknanya: Jangan mengabaikan atau meremahkan hal-hal kecil, karena hal kecil merupakan pertanda akan hal yang lebih besar.

Contohnya: ketika seseorang sakit batuk berkepanjangan, segeralah diperiksakan. Jangan dibiarkan saja. Bisa jadi batuk tersebut merupakan tanda dari penyakit yang lebih parah. Misalnya bronkitis.

Contoh lainnya: jangan suka melalaikan tugas sekolah atau PR. Kalau kebiasaan ini terus menerus sampai dewasa, bisa jadi ia akan kesulitan bekerja. Karena dalam bekerja seseorang haruslah bertanggung jawab. 10. Memang harum bunga melati, Pohon karet banyak getah. Ular dipikul jangan mati, Kayu pemukul jangan patah.

Maknanya: berhati-hatilah dalam bekerja, jangan sampai mendapat celaka.

Contohnya: tukang bangunan harus menggunakan kaca mata, helm, dan sepatu boot. Jika tidak menggunakan kaca mata, bisa saja ada paku yang mengenai matanya sehingga menyebabkan dirinya cacat.

Contoh lainnya: seorang yang bekerja sebagai sopir harus berhati-hati di jalan. Kalau dia ugal-ugalan, bisa mencelakakan dirinya dan merusak kendaraannya.

Anak-anak perlu diajarkan pantun-pantun kiasan yang isinya banyak nasehat. Yakni kebijaksanaan dalam kehidupan. Berikut ini beberapa contoh pantun untuk anak-anak. 11. Tupai lompat ke belukar, Walau kecil lincah badannya. Zaman beralaih musim bertukar, Tiada yang abadi di dunia. 12. Nusantara banyak kerajaan, Sungai mengalir banyak sampan. Sedia payung sebelum hujan, Jangan sampai kesusahan. 13. Kepiting ketam Kayu gasing. Rambut sama hitam, Hati orang masing-masing. 14. Pohon besar tumbuh di hutan, Minum air dari gelas. Tak lapuk karena hujan, Tak lekang karena panas. 15. Angin bertiup amat pelan, Menggoyang atap sisi kedai. Malu bertanya sesat di jalan, Bertanya adalah kunci menuju pandai. 16. Ikan blanak sekarang murah, Dijual di pasar seekor dua. Jadi anak jangan pemarah, Kalau pemarah lekas tua.


Maknanya: Jangan suka mengumbar amarah, karena banyak kerugiannya. Jadilah anak yang bisa meredam marah. Lebih baik jadi penyabar, penyayang, dan memaafkan. Karena orang yang pemaaf hidupnya lebih bahagia.

17. Kebun teh kebun pepaya, Tumbuh juga pohon petai. Hemat pangkal kaya Rajin itu pangkal pandai.

Maknanya: segala sesuatu butuh pengorbanan. Jika ingin kaya maka berkorban untuk selalu hemat. Begitu pula bila ingin menjadi orang pandai, maka harus mengorbankan diri untuk selalu rajin belajar.

18. Teh manis kapulaga, Bunga melati panas melayu. Dalam laut bisa diduga, Dalam hati siapa yang tahu.


Maknanya: jangan suka menduga isi hati orang lain. Karena hari merupakan sesuatu yang sulit ditebak.

19. Sepohon kayu daunnya rimbun, Banyak tangkainya banyak buahnya. Walaupun hidup seribu tahun, Kalau tak sembahyang apa gunanya.

Maknanya: hidup di dunia meskipun ribuan tahun tetap saja tidak ada gunanya kalau tidak sembayang. Karena sembahyang merupakan kewajiban sekaligus bekal pulang ke akhirat.

Tidak ada manusia yang kekal abadi di dunia ini. Suatu hati pasti mati. Dan mereka harus bertanggung jawab terhadap kehidupannya. Apakah taat terhadap perintah Tuhan ataukah lalai terhadapnya. 20. Jalan-jalan di hari rabu, Turun lembah masuk ke hutan. Dunia ini ibarat perahu, Di terjang ombak lautan.

Maknanya: akan banyak sekali ujian dan rintangan dalam kehidupan. Oleh sebab itu seorang yang hidup di dunia harus tahan banting, tabah hati, dan sabar dalam menghadapi segala cobaan.

Baca juga:

pantun anak-anak


pantun pendidikan
pantun pernikahan
pantun kiasan
pantun gombal
pantun romantis
pantun agama
pantun nasehat dan maknanya

Definisi Pantun Kiasan . Pantun kiasan adalah pantun yang isinya berupa ibarat. Yaitu mengkiaskan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Kadangkalah pantun ini berisi dengan pribahasa. Contohnya:

Berburu ke padang datar, mendapat rusa belang di kaki. Berguru kepalang ajar,

bagai bunga kembang tak jadi.

Cirinya ialah adanya perbandingan. Contoh pantun di atas membandingkan antara orang yang belajar dengan bunga. Belajar yang tidak sungguh-sungguh ibarat bunga tetapi tidak mempunyai kembang. Baca juga:

Pantun Cinta dengan beragam tema.

Banyak kiasan yang diambil dari fenomena alam. 
Untuk lebih memahami pantun kiasan, ada baiknya untuk meneliti dengan seksama beberapa bait contoh pantun di bawah ini. Berikut ini adalah contoh pantun kiasan dengan artinya. [1]
Kusangka masih malam hari, rupanya telah datang siang. Kusangka bunga mekar berseri,

rupanya layu dihisap kumbang.

Maknanya: Menyangka bahwa gadis pujaannya masih sendiri, tetapi kenyataannya gadis tersebut sudah diambil orang. [2]
Naik perahu dekat kemudi, betapa harum bunga selasih. Elok nian resminya padi,

makin tunduk jika berisi.

Maknanya: Ambilah pelajaran dari padi. Yakni semakin kaya, semakin pandai, semakin hebat, maka ia akan semakin rendah hati di hadapan manusia lainnya. [3]
Tanam ubi tanam kentang, petik jagung tiada tersisa. Petang kini telah datang,

tinggi pula batang usia.

Maknanya: Pantun kiasan di atas menjelaskan tentang waktu tua. Yaitu tentang habisnya masa remaja sekaligus datangnya waktu tua. [4]
Diam lisan banyak merenung, lompat tinggi anak tupai. Hendak hati memeluk gunung,

apa daya tangan tak sampai.

Maknanya: Memiliki keinginan yang sangat besar namun sangat mustahil tercapai. [5]
Pohon tua disebut buhun, banyak dahannya yang berduri. Kering dijemur dalam setahun,

basah oleh hujan sehari.

Maknanya: Usaha yang dilakukan sangat lama sia-sia oleh kesalahan kecil. [6]
Rusa padang belang di kaki, mangga kueni amat wangi. Tinggi gunung tetap didaki,

lautan api kan disebrangi.

Maknanya: Pantun kiasan di atas mengandung makna tentang semangat dan tekad yang sangat kuat. [7]
Randu tinggal randu, panjang duri hingga sekilan. Rindu tinggalah rindu,

bagai pungguk rindukan bulan.

Maknanya: Seseorang yang jatuh cinta. Hanya saja tidak mungkin cintanya bersatu. [8]
Pandai ikan dalam berenang, beda kolam ikannnya lain. Sehari sehelai benang,

setahun menjadi kain.

Artinya: Pantun di atas berisikan pepatah yang artinya jika kita tekun mengerjakan apapun, pasti akan membawa hasil. Itulah beberapa contoh pantun kiasan dan artinya. Semoga bisa membantu kamu. Ada pertanyaan? Silakan hubungi
Suku Melayu dikenal sangat dekat dengan alam. Alam merupakan guru bagi suku Melayu. Mereka banyak memetik hikmah dari ayat-ayat kauniyah. 
Pantun kiasan banyak terdapat pada pantun Melayu. Suku Melayu sangat pandai merangkai kata. Kehalusan bahasa Bahasa Melayu tersirat melalui kata-kata kiasan. Hingga saat ini, suku Melayu masih sering menggunakan kata kiasan dalam pantun-pantunnya. Selain suku Melayu, suku Minang juga sering menggunakan kiasan dalam berbagai karya sastranya. Tak terkecuali dalam pantun. Kiasan ini bisa sindiran. Sedangkan pantun dari suku-suku lainnya, seperti Jawa, Sunda, Banjar, dan lainnya sangat sedikit mengandung kiasan. Itulah sebabnya, dalam budaya Melayu sangat dikenal pribahasa. Pribahasa merupakan bentuk lain dari kiasan.

Kata kiasan dan pribahasa sangat mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara.

Berikut ini beberapa pantun kiasan lainnya. [9]
Jalan-jalan ke Palembang, sungai Musi luas membentang. Di mana bunga mulai berkembang,

di sana kumbang akan datang.

Artinya: Jika ada anak perempuan yang beranjak gadis, maka banyak laki-laki yang menyukainya. [10]
Kayu jati dibuat papan, burung puyuh jauh menghilang. Padi kutanam dengan harapan,

tumbuh pula rumput ilalang.

Artinya: Setiap kali berbuat kebaikan, biasanya ada saja halang rintangan. [11]
Pergi ke pasar membeli beras, membeli cincin berhias permata. Mengharap hujan turun deras,

hanya gerimis sekejap mata.

Artinya: Mengharapkan keuntungan yang besar. Tetapi hanya mendapatkan keuntungan yang sangat kecil. [12]
Melihat ikan di tepi kolam, pohon pinang jadi tambatan. Air beriak tanda tak dalam,

air tenang menghanyutkan.

Artinya: Orang yang ilmunya sedikit biasanya banyak bicara. Sedangkan orang yang banyak ilmunya lebih tenang. [13]
Keras keras cangkang kerang, walau keras tetap dibawa. Walaupun punggung parang,

bila diasah tajam jua.

Artinya: Sebodoh apapun seseorang, bila ia tekun belajar pasti akan menjadi pandai. [14]
Manis rasanya buah sirsak, ombak datang bergulung-gulung. Dimana bumi dipijak,

di sana langit dijunjung.

Artinya: Kita sebaiknya menghormati adat istiadat daerah yang kita tinggali. Angin bertiup hingga menderu, Nyamuk masuk dalam kelambu. Langit terkembang menjadi guru, banyak merenung banyak ilmu.
Ikan kecil sudah berenang,Anak kecil memakan tajin. Sehari sehelai benang,

Setahun menjadi kain.

Bambu kecil jadi rakit, Tergores badan trasa sakit. Sedikit demi sedikit Lama-lama menjadi bukit. Dari Cikampek ke Maranggi, Sore hati jangkrik berbunyi. Tak ada gunung yang terlalu tinggi, Tak ada lereng yang tak dapat dituruni. Surya senja mulai redup, Telah habis cahaya terang. Mengikut angin bertiup, Tak teguh seperti karang. Ramai orang sedang kenduri, Dari laut mengail pari. Bertanam padi tumbuh duri, Bertanam budi dibalas iri. Burung dara burung gelatik, Amat indah warna sayapnya. Karena nila setitik, Rusak susu sebelanga.
Ular kobra mulut berbisa,Mati satu dalam peti. Mengikut rasa akan binasa,

Mengikut hati pasti mati.

Ada biawak di dalam kolam, Kodok kecil nyaring nyanyinya. Air beriak tanda tak dalam, Tong kosong nyaring bunyinya. Kalau belajar pasti mengerti, Belajar agama menjadi paderi. Luka di tangan dapat diobati, Luka hati ke mana obat dicari. Sayur ikan di atas talam, Gadis manis tersenyum simpul. Laksana telaga dasarnya dalam, Dimana air banyak berkumpul Buah segar sehat raga, Kacang tempe dibuat tahu. Dalam lautan bisa diduga, Dalam hati siapa yang tahu. Hujan turun rintik-rintik, Lari ke hutan anak si kancil. Siapa menanam akan memetik, Siapa bekerja akan berhasil. Nasi putih dalam piring, Lauk pauk masih mentah. Sawah luas airnya kering, Parang tajam gagangnya patah. Mata mengantuk terlihat sayu, Kaki sakit karena tertusuk. Kurang air kembang kan layu, Banyak air akan membusuk. Pisang emas sudah menua, Pisang ambon hendak dicampur. Bukan emas bukan permata, Benih butuh air dan lumpur. Lancang Kuning sebuah tanda, Adat Melayu di Sumatera. Sawah menguning bagai permata, Membuat senang orang bekerja. Mentari senja mulai terbenam, Esok pagi akan kembali. Satu benih yang ditanam, Kan memberi beribu kali.

Ketika seseorang membuat pantun kiasan, berarti mereka menyampaikan pesan secara tidak langsung. Pantun seperti ini memberikan makna bahwa: Masyarakat memiliki tata krama sopan santun dalam menyampaikan pendapatnya. Agar masyarakat mengambil faedah dari pepatah yang disampaikan. Agar orang lain tidak tersinggung terhadap pesan yang disampaikan. Selain pantun kiasan, biasanya masyarakat juga menggunakan pantun sindiran. Pantun sindirian yang dimaksud di masa lalu berbeda dengan sindiran di masa sekarang. Pada masa sekarang, kata sindiran bermakna menyampaikan pesan secara tidak langsung namun merendahkan orang yang dituju. Sedangkan sindiran di masa lalu bermakna menyampaikan pesan secara langsung, secara baik, dan tidak selalu bermaksud untuk menyinggung orang yang dituju. Jangan lupa dengan pantun teka-teki yang lengkap dan terbaik.

Baca juga: 47+ Puisi Cinta, Puisi Ibu, Puisi Guru, dan Puisi Sahabat

Pantun Tematik

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA